Anda di halaman 1dari 6

Nama = Allysa Gita Pramudia

Kelas = XI IPS 1
Mapel = PAI
Tanggal = Selasa, 18 Januari 2022
Khutbah Pertama.

"Khutbah Jumat: Syarat Mencari Ilmu".

ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللا‬،ُ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬،ِ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َرسُوْ ِل هللا‬ َّ ‫ َوال‬،ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل‬
ِ‫م َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللا‬5ْ ‫ص ْي ُك‬ ِ ْ‫ فَِإنِّي ُأو‬،ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬
َّ ِ‫َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَل نَب‬
‫ يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم‬:‫ َوقَا َل‬.‫ َواتَّقُو ِن يَا ُأولِي اَأْل ْلبَاب‬،‫ َوتَ َز َّودُوا فَِإ َّن َخي َْر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى‬:‫ْالقَاِئ ِل في ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه‬
ٍ ۗ ‫َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج‬
‫ت‬

Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah, Alhamdulillah menjadi kata


yang harus terus kita ucapkan sebagai wujud syukur atas karunia nikmat
yang tak terkira, yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita semua.
Nikmat yang telah kita terima ini harus kita syukuri dan manfaatkan
dengan cara yang baik, untuk hal-hal yang baik sehingga kita akan terus
mendapatkan kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan kita.

Di antara cara yang baik dalam memanfaatkan nikmat dari Allah ini
adalah dengan menggunakannya untuk hal-hal yang mampu meningkatkan
keimanan dan ketakwaan berupa menjalankan semua perintah Allah dan
menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah swt. Allah swt pun telah
menegaskan akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh
kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya,
berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam hidup
bersama. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:

َ‫ يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْين‬5‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya


Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti
apa yang kamu kerjakan.”   Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah, Selain
keutamaan orang-orang beriman, dalam akhir ayat ini, Allah swt juga
mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjadi pribadi-pribadi yang
berilmu yang juga akan diangkat derajatnya oleh Allah dan memiliki posisi
sama dengan orang beriman. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang
yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang
beriman dan berilmu. Terlebih ilmu agama yang menjadi kunci segala
kebaikan, wajib kita pelajari untuk menyempurnakan agama dan amal
ibadah kita.

Dalam sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan Ibnu Majah dari sahabat
Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda:

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”

Dari hadits ini kita menyadari bahwa hukum mencari ilmu adalah
fardhu ‘ain dan merupakan sebuah perintah dari Allah yang disampaikan
oleh Rasulullah. Sehingga menuntut ilmu menjadi sebuah ibadah bagi kita
semua dan ketika melaksanakannya, kita mendapatkan dua keutamaan
langsung yakni mendapatkan pahala karena sudah beribadah dan
mendapatkan manfaat dari ilmu yang kita pelajari.   Ma‘asyiral muslimin
rahimakumullah, Belajar atau menuntut ilmu khususnya ilmu agama
adalah ibadah yang tak kenal waktu. Mulai kita lahir ke dunia sampai kita
meninggal dunia, kita diwajibkan untuk terus melakukannya. Kita tidak
diperbolehkan berpuas diri terhadap kemampuan dan pemahaman kita
terhadap ilmu-ilmu agama. Kita tidak boleh berpuas hanya dengan modal
hapalan saja, kemudian sudah merasa yang paling baik dalam menjalankan
ibadah dan paling tahu ilmu agama yang sangat luas ini.

Kita tentu prihatin fenomena di era digital saat ini, banyak ditemukan
di media sosial dan kehidupan kita sehari-hari, orang yang puas dan
merasa paling memahami ilmu-ilmu agama walau hanya belajar dalam
waktu singkat melalui internet. Mereka belajar agama bukan dari sosok
otoritatif atau bukan dari ahlinya.   Padahal dalam menuntut ilmu,
dibutuhkan syarat yang tidak sedikit. Dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim
Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji disebutkan bahwa ada 6 (enam)
hal yang menjadi syarat dalam mencari ilmu. Hal ini terangkum dalam dua
bait syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah yakni:

‫ َوِإرْ َشا ِد ُأ ْستَا ٍذ َوطُوْ ِل‬- ‫ر َوب ُْل َغ ٍة‬5ٍ َ ‫ص َواصْ ِطبا‬ ٍ َ‫ َسُأ ْنبِ ْيكَ ع َْن َمجْ ُموْ ِعهَا بِبَي‬- ‫اَال الَ تَنا َ ُل ْا ِلع ْل َم ِإالَّ بِ ِستَّ ٍة‬
ٍ ْ‫ان ُذكا َ ٍء َو ِحر‬
‫َز َما ٍن‬

Dalam bait syair ini disebutkan syarat pertama seseorang dalam


menuntut ilmu adalah kecerdasan. Kecerdasan ini mencakup akal, akhlak,
emosi, di mana kecerdasan akhlak lebih diutamakan agar ilmu dapat
diserap atau dipahami dengan baik. Yang kedua adalah bersungguh-
sungguh yakni dengan memiliki tekad kuat tak gampang putus asa dalam
menimba ilmu. Yang ketiga adalah bersabar dalam menjalani proses
menuntut ilmu dengan tegar menghadapi cobaan dan gangguan yang ada.

Kemudian syarat keempat adalah harus siap mengeluarkan modal


atau biaya. Kita perlu menyadari bahwa setiap perjuangan pasti ada
pengorbanan termasuk mencari ilmu. Jangan berharap ilmu yang
berkualitas dan bermanfaat, jika kita tidak mau berkorban dengan
mengeluarkan biaya untuk kebutuhan ilmu yang sedang kita cari.   Syarat
yang kelima adalah mengikuti petunjuk guru. Hal ini artinya kita tidak
boleh belajar tanpa guru, khususnya belajar agama. Dalam mempelajari
sesuatu kita harus mencari seseorang yang memang sesuai dengan bidang
keahliannya. Silsilah atau asal usul ilmu dari guru juga penting untuk
diperhatikan karena jika kita belajar pada orang yang tak memiliki silsilah
atau sanad, kita akan mendapatkan ilmu yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Dengan ilmu yang benar, guru akan memberikan bimbingan serta


koreksi jika kita melakukan suatu kesalahan. Selanjutnya, syarat seseorang
dalam menuntut ilmu adalah harus menempuh waktu yang lama. Tidak
instan, tidak ‘simsalabim’, tidak tiba-tiba alim dengan belajar hanya dalam
waktu singkat. Sesuai kata bijak bahwa menuntut ilmu itu adalah
kewajiban yang harus dilakukan seseorang dari lahir kedunia sampai
meninggal dunia:

ْ ‫ُأ‬
‫طلُب ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْه ِد ِإلَى اللَّحْ ِد‬

Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”  


Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah, Dari hal-hal yang sudah khatib
sampaikan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar atau menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban sekaligus ibadah yang harus dilakukan seseorang
dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Tidak gampang usaha dalam mencari ilmu, namun tidak boleh pula
patah semangat untuk mendapatkannya. Imam Syafi'i berpesan untuk kita
semua: ”Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu
harus sanggup menahan perihnya kebodohan”.

ُ‫م تِالَ َوتَهُ َوِإنَّه‬5ْ ‫ َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك‬،‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬ َ ‫بَا َر‬
ِ ‫ َوَأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر الر‬،‫هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬..
‫َّحيْم‬

Anda mungkin juga menyukai