Anda di halaman 1dari 6

Bagi umat Muslim, man jadda wajada merupakan bentuk motivasi

dan dorongan kepada kita , agar senantiasa berusaha dan bekerja


keras dalam meraih sesuatu.
contoh bersungguh-sungguh dalam mencari ridha Allah SWT sudah
dijelaskan pada Surat Al-Ankabut ayat 69 yang berbunyi sebagai
berikut.
۟ ‫َوٱلَّ ِذينَ ٰ َجهَد‬
َ‫ُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا ۚ وَِإ َّن ٱهَّلل َ لَ َم َع ْٱل ُمحْ ِسنِين‬
Artinya, "Orang-orang yang bersungguh-sunggu dalam mencari keridhaan
kami, maka benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan
kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik."
Manfaat Man Jadda Wajada Menurut Ajaran Islam
Adapun manfaat kalimat man jadda wajada antara lain, yaitu:

 Dapat membuat kita pantang menyerah dan putus asa dalam


menghadapi masalah.
 Dapat mengatasi berbagai rintangan ataupun halangan yang
menghalangi kita.
 Menjadikan kalimat tersebut sebagai motivasi untuk belajar hidup
sukses dan bersungguh-sungguh dalam mencapainya.
 Menjadikan diri kita sebagai pribadi yang tidak mudah berputus asa
dalam mencapai kesuksesan.
 Sebagai kalimat penyemangat untuk mengusir rasa malas yang
dapat menghambat dalam diri kita.

 
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hadirin yang saya hormatiMarilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
atassegala pemberian nikmat kepada kita, nikmat kesehatan, nikmat iman Islam sehinggakita bisa berjumpa
dalam keadaan sehat wal afiat tanpa ada halangan apapun.Sholawat dan salam, selalu kita haturkan kepada
baginda nabi Muhammad SAW dansemoga terlimpah kepada keluarganya, kepada kepada sahabat dan umat
yangsenantiasa mengikuti sunah beliau. Amin.Hadirin yang saya hormatiPada kesempatan ini, saya akan
berpidato tentang anjuran untuk bersungguh-sungguhdalam menjalankan segala sesuatu.Perintah untuk
bersungguh-sungguh atau bekerja keras merupakan anjuran agamaIslam. Begitu sebaliknya, bermalas-malasan
merupakan larangan dari Islam, umatIslam harus senantiasa semangat, bersungguh-sungguh dalam melakukan
hal apapun, bekerja, belajar, lebih-lebih dalam hal ibadah.Dalam sebuah riwayat dijelaskan, "barang siapa yang
bersungguh-sunggu maka
akan berhasil". Pepatah ini bisa kita jadikan untuk motivasi semangat dalam melakukanapapun, misalnya dalam
hal belajar, mencari ilmu. Seorang murid, siswa dan santriharus selalu bersungguh-sungguh dalam belajar.
Misalnya dengan cara banyakmembaca, mengulang pelajaran, bertanya, diskusi dan lain sebagainya. Dengan
kerjakeras insyaallah akan berhasil dalam mencari ilmu, dan ilmu yang didapat insyaallah bisa
bermanfaat.Hadirin yang saya hormatiBegitu pula saat kita bekerja, menari nafkah. Kita harus benar-benar
sungguh-sungguh semangat untuk mencari nafkah dengan niatan beribadah kepada Allahuntuk mencukupi
kebutuhan keluarganya. Karena lewat usaha bekerja dengansungguh-sungguh dan disertai do'a insyaallah
keberhasilan akan datang.Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, melainkan kitalah yang
merubahnyasendiri. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar'adu ayat 11.
 Hadirin yang berbahagiaMaka dari itu, lewat pidato yang singkat ini, mari bersama-sama kita
tumbuhkankesungguhan dalam menjalankan aktifitas kita dalam kehidupan sehari-hari agar apayang kita capai
bisa terwujud dan berhasil
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil’alamin, wa bihi nasta’iinu ‘alaa umuuriddunya waddiin,wash
shalatu was salamu’alaa asyrafl anbiyai wal mursalin, wa’ala aalihi waash-habihi
ajma’in, amma ba’du.Hadirin yang dirahmati oleh Allah wt,Marilah terlebih dahulu !
ita "anjat!an "uji syu!ur yang sedalam-dalamnya!e"ada Allah swt. ber!at rahmat, tauf!
dan hidayah-#ya, sehingga "adasaat ini !ita da"at ber!um"ul bersama-sama di tem"at
ini.Hadirin yang berbahagia,A"a!ah anda tau a"a itu Man Jadda Wajada$ Man Jadda
Wajada artinya%serius dan sungguh & sungguh' jadi !e"ada orang yang benar
& benar seriusdan sungguh - sungguh ma!a dia a!an berhasil, !arena Ji!a
Anda memangserius dan bersungguh-sungguh, a!an selalu ada jalan untu! men(a"ai
a"ayang Anda ingin!an. A!an selalu ada jalan untu! menyelesai!an masalah!ita.
dengan Potensi "i!iran, hati, dan tubuh !ita sudah (u!u" untu!mengatasi masalah !ita.
ebesar a"a "un masalah !ita. "otensi yang !itamili!i"un (u!u" untu! meraih "en(a"aian
tertinggi yang bisa di(a"aimanusia. emua orang memili!i "otensi yang sama, yang
berbeda ialahsejauh mana !ita mengguna!an "otensi tersebut. ejauh mana !
itamembumi!an man jadda wajada dalam hidu" !ita. itulah !ena"a saat adawa!tu
luang Marilah !ita sejena! melihat !e bela!ang mela!u!an e)aluasidan instros"e!si diri,
sebera"a jauh dan sebera"a lama !ita membumi!anman jadda wajada selama ini. !
alau tida! banya! tida! a"a & a"a semuamanusia tida! sem"urna dan juga semua
orang membuat !esalahan. jadiuntu! yang belum membumi!an man jadda wa jada
se"enuhnya bisamemulai dari se!arang dengan ber"andang !e de"an
dengan "enuho"timisme, tan"a mengenal "utus asa,dan juga untu! selalu berhara" a!
anrahmat Allah swt. sedi!it "esan untu! yang baru mengguna!an man jaddawajada
ebagai umat *slam !ita tida! boleh ber"utus asa, hidu" memang"enuh tantangan
dan (obaan, semuanya harus dihada"i dengan !egigihan,!euletan dan !esabaran
sehingga !ita da"at melewati tantangan dan lulusmenghada"i ujian untu! men(a"ai
derajat yang lebih tinggi. +emi!ianlah

 
"idato yang da"at saya sam"ai!an dalam rang!a menyambut datangnyatahun
baru Hijriah. erima !asih atas segala "erhatiannya. Mohon maa atas!esalahan
dan !e!hilaannya.+emi!ianlah "idato yang da"at saya sam"ai!an. erima !asih atas
segala"erhatiannya. !e"ada allah saya mohon am"un.wasalamualai!um wr wb.
Asy-Syaikh Al-Imam Al Ajall Al-Ustadz Sadiduddin Asy-Syairazi malantunkan sya’ir
kepadaku gubahan Imam Asy-Syafi’iy rahimahumallah;

Bersungguh-sungguh dapat mendekatkan segala perkara yang jauh # dan


Bersungguh-sungguh dapat membuka setiap pintu yang terkunci

Makhluk Allah yang paling pantas di bilang sengsara adalah orang # yang
bercita-cita tinggi yang di uji dengan kehidupan yang sempit

Di antara tanda bukti atas ketetapan dan hukum-Nya # adalah kesempitan


orang cerdas dan kalapangan orang dungu

Bagaimanapun orang yang di beri kecerdasan (kebanyakan) terhalang dari


kekayaan # keduanya merupakan hal yang berlawanan yang tidak dapat
disatukan.

Selain itu, dalam syair Arab lainnya disebutkan;

Kemuliaan hanya dapat dicapai sesuai dengan kadar kesulitan # maka


barangsiapa yang mencari kemuliaan harus sanggup tidak tidur malam

Engkau menginginkan kemuliaan tapi tidur nyenyak di malam hari # padahal


orang yang mencari mutiara saja harus menyelam ke dalam lautan

Keluhuran derajat dapat diraih dengan cita-cita yang tinggi # dan keluhuran
seseorang dapat diraih dengan tidak tidur malam

Wahai Tuhanku, aku tinggalkan tidur di malam hari # demi mendapatkan ridla-
Mu wahai Tuan sekalian manusia

Barangsiapa menginginkan keluhuran dengan tanpa kesusahan # berarti ia


telah menyia-nyiakan usia untuk mencari perkara yang mustahil

Maka tolonglah aku ya Allah, agar mendapatkan ilmu # dan sampaikanlah aku
pada puncak kemuliaan yang di cita-citakan.

Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 38

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ‫ﷺ‬ beliau bersabda:

Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama


kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit).
Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah
kabar gembira, serta gunakanlah waktu al-Ghadwah (awal pagi) dan al-Rauhah
(setelah zuhur) dan sebagian dari al-Duljah (malam hari).
Bersungguh-sungguh Dalam Belajar
Ditulis Oleh: Abu Ikhsan
Ini adalah termasuk perkara penting bagi siapapun yang mendambakan keberhasilan dalam
bidang ilmu. Karena tidaklah ilmu itu bisa kita raih kecuali dengan kesungguhan dalam
mempelajarinya. Ilmu syar’I adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung, karena ia 
merupakan jalan untuk menuju kepada jannah-Nya.
Dari Abu Hurairoh Rodhiyallahu’anhu Nabi Sholallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫س َّهل َ هَّللا ُ لَ ُه بِ ِه َط ِر ْيقً ِإلَى ا ْل َج َّن ِة‬ ُ ‫مَنْ َسلَ َك َط ِر ْي ًقا َي ْل َتم‬
َ ‫ِس ِف ْي ِه ِع ْل ًما‬
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah mudahkan
baginya jalan menuju jannah.”[HR.Muslim: 2699]
Sesuatu yang mulia, agung dan berharga tidak mungkin bisa kita raih dengan cara santai dan
berleha-leha. Untuk meraihnya kita butuh perjuangan, pengorbanan dan jalan panjang yang
harus ditempuhnya. Seorang penuntut ilmu yang sungguh-sungguh, ia akan rela mengurangi
waktu tidurnya, mengurangi waktu bermainnya, mengurangi waktu istirahatnya, dan mengurangi
dari kelezatan-kelezatan makanan dengan cara memperbanyak puasa sunnah.
Para penuntut ilmu di abad ini, harus rela dan berusaha sekuat tenaga supaya tidak terlena
dengan tekhnologi seperti Handphone dan internet. Jangan sampai kedua hal tersebut
melalaikan kita dalam belajar dan menghafal Al-Qur’an, hadist-hadist dan mutun dari kitab-kitab
para ulama. Gunakanlah handphone sebatas keperluan saja, bahkan saya sarankan, sebaiknya
hari-hari para penuntut ilmu tidak boleh membawa handphone. Seandainya terpaksa harus
menggunakan handphone, maka cukup diberikan setiap hari libur saja dan itupun dibatasi dan
dalam pengawasan.
Ketahuilah bahwa bahaya internet bagi penuntut ilmu syar’I itu ibarat virus yang mematikan,
betapa tidak ! seseorang bisa terlena dengannya, ia akan rela menghabiskan waktunya berjam-
jam hanya untuk mengakses berbagai macam media social dan permainan yang ada di
genggaman tangannya, bahkan celakanya ia juga bisa mengakses situs-situs pornography yang
akan merusak akal-akal sehat mereka, kemudian mereka menghayal dan membayangkan,
kemudian ingin mempraktikannya. Maka terjadilah kerusakan dan kehancuran mental
dikalangan remaja.
Hal ini saya katakan bukan berarti saya menganggap bahwa secara keseluruhan internet itu
negative, tidak ! internet adalah media untuk kemudahan, internet adalah sebuah kemajuan
dalam bidang tekhnologi yang wajib kita syukuri. Yang saya peringatkan tentangnya adalah
penggunaannya dalam hal yang negative. Adapun jika engkau menggunakannya untuk hal yang
positif, maka hal itu tentu tidak terlarang, missal: untuk mengakses ceramah dan tulisan-tulisan
para ulama, untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, tentu itu sangat dianjurkan.
Namun yang jadi pertanyaan, “apakah engkau mampu menahan diri untuk tidak mengakses hal
yang negative dari internet?”, ini kembali kepada diri kita masing-masing. Oleh karena itu baik
buruknya dari akibat mengakses internet, itu bergantung pada penggunaannya. jika digunakan
untuk kebaikkan dan tidak melalikan diri, maka internet akan jadi sebab kebaikkan, namun jika
internet digunakan untuk hal yang negative dan melalaikan diri, maka internet akan menjadi
sebab-sebab keburukan dan kebinasaan.
Kembali pada pembahasan kita tentang kesungguhan dalam menuntut ilmu, Sebagai motivasi
maka akan aku bawakan beberapa penjelasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang
keutamaan-keutamaan dalam menuntut ilmu syar’I juga beberapa kisah perjalanan para ulama
terdahulu dalam kegigihan mereka ketika ingin mendapatkan ilmu yang agung dan mulia ini.
Ayat-Ayat Yang Menyebutkan Keutamaan Ilmu
Sangat banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu, namun di sini aku hanya
akan membawakan beberapa ayat, dan in syaa Allah itu sudah mencukupi untuk kalian ketahui
sebagai motivasi bagi penuntut ilmu.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
َ‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَعْل ُمن‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan
orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu) ?” [Az-Zumar: 9]
Ayat tersebut menjelaskan, bahwa orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu itu
berbeda. Orang berilmu itu derajatnya lebih tinggi beberapa derajat dari orang yang tidak
memiliki ilmu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
‫ت‬ َ ‫َي ْر َف ِع هَّللا ُ الَّ ِذيْنَ َءا َم ُن ْوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذيْنَ ُأو ُتوا ْل ِع ْل َم‬
ٍ ‫دَر َج‬
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’la dalam ayat lain:
ِّ ‫َوقُلْ َّر‬
‫ب ِزدْ نِى عِ ْل ًما‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad), Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” [Thoha: 114]
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam
berdo’a kepada Allah untuk ditambahkan ilmu, ini menunjukan bahwa ilmu itu sesuatu yang
utama dibandingkan dengan perkara lainnya.
Juga firman-Nya:
‫شى هَّللا َ مِنْ عِ َبا ِد ِه ا ْل ُعلَ َمُؤ ْا‬
َ ‫ِإ َّن َما َي ْخ‬
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hanba-hamba-Nya adalah ulama.”
[Fathir: 2])
Pada ayat tersebut Allah menyatakan, bahwa hamba-hambanya yang takut kepada Allah adalah
dari kalangan para ulama. Para ulama adalah orang yang memiliki ilmu syar’I, yang menguasai
Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Sholallahu’alaihi Wasallam. Dari sini kita bisa memahami bahwa
ilmu bukan sekedar banyaknya hafalan, tapi ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang
menyebabkannya seorang hamba memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan
merekalah yang layak disebut sebagai ulama.
Hadist-hadist Nabi Sholallahu’alaihi Wasallam Yang Menyebutkan Keutamaan Ilmu
Hadist-hadist yang menyebutkan keutamaan ilmu juga cukup banyak, namun di sini saya
sampaikan beberapa hadist saja. Semoga ini bisa memicu semangat dalam meraih keutamaan
ilmu.
Dari Mu’awiyah Rodhiyallahu’anhu, ia berkata, Rosulullah Sholallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫مَنْ ُي ِر ِد هَّللا ُ ِب ِه َخ ْي ًرا ُي َف ِّق ْه ُه فِي ال ِّد ْي ِن‬
“Barangsiapa yang diinginkan Allah kebaikkan, maka Allah akan memahamkannya dengan
agama.” [HR.Bukhori dan Muslim]
Juga dalam Hadist yang lain:
‫صلى هللا‬- ‫ُول‬ ِ ‫جْئ ُتكَ مِنْ َمدِي َن ِة الرَّ س‬ ِ ‫ج ِد ِد َم ْشقَ َفجَ ا َءهُ رَ ُج ٌل َف َقا َل يَا َأبَا الدَّرْ دَ ا ِء ِإ ِّنى‬ِ ْ‫ت جَ الِسًا مَعَ َأ ِبى الدَّرْ دَ ا ِء فِى َمس‬ ُ ‫ْس َقا َل ُك ْن‬ ٍ ‫ْن َقي‬ ِ ‫ِير ب‬ ِ ‫عَ نْ َكث‬
‫صلى هللا عليه‬- ِ ‫ت رَ سُو َل هَّللا‬ ُ ْ‫ َقا َل َفِإ ِّنى سَ مِع‬.ٍ‫ت لِحَ اجَ ة‬ ُ ‫جْئ‬
ِ ‫َا‬‫م‬ -‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬- ِ ‫هَّللا‬ ‫ُول‬
ِ ‫س‬ َ‫ر‬ ْ‫ن‬ َ‫ع‬ ‫ه‬
ُ ُ
‫ِّث‬ ‫د‬ َ‫ح‬ ‫ت‬ُ َ‫ك‬ ‫ن‬َّ ‫َأ‬ ‫ِى‬ ‫ن‬ َ‫غ‬ َ ‫ل‬ ‫ب‬َ ‫ث‬
ٍ ‫ِي‬‫د‬ ‫ل‬
َ‫ِح‬ -‫وسلم‬ ‫عليه‬
ِ ِ‫ُق ْالجَ َّن ِة َوِإنَّ ْال َمالَِئ َك َة لَ َتضَ ُع َأجْ نِحَ َتهَا ِرضًا ل َِطال‬
‫ب ْالع ِْل ِم َوِإنَّ ْالعَ الِ َم‬ ِ ‫ر‬ ُ
‫ط‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ ً
‫ق‬ ‫ي‬ ‫ر‬ َ
‫ط‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ ُ ‫هَّللا‬ َ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫س‬ ‫ًا‬
‫م‬ ْ
‫ل‬ ِ‫ع‬ ‫ه‬
ِ ‫ِي‬ ‫ف‬ ُ‫ب‬ ُ ‫ل‬ ْ
‫َط‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ً
‫ق‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ط‬َ َ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ‫س‬ ْ‫ن‬ ‫م‬
َ « ‫ل‬
ُ ‫و‬ ُ ‫ق‬ ‫ي‬
َ -‫وسلم‬
ِ ِ
ِ َ‫ض َو ْالحِي َتانُ فِى جَ ْوفِ ْالمَا ِء َوِإنَّ َفضْ َل ْالعَ ال ِِم عَ لَى ْالعَ ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َقم َِر َل ْيلَ َة ْالب َْد ِر عَ لَى س‬
‫اِئر‬ ِ ْ‫ت َو َمنْ فِى اَألر‬ ِ ‫لَ َيسْ َت ْغفِ ُر لَ ُه َمنْ فِى ال َّسم ََوا‬
‫ب َوِإنَّ ْال ُعلَمَا َء َورَ َث ُة اَأل ْن ِبيَا ِء َوِإنَّ اَأل ْن ِبيَا َء لَ ْم ي َُورِّ ُثوا دِي َنارً ا َوالَ دِرْ َهمًا َورَّ ُثوا ْالع ِْل َم َف َمنْ َأ َخ َذهُ َأ َخ َذ ِبحَ ٍّظ َواف ٍِر‬ ِ ‫ْال َك َوا ِك‬
Dari Katsir bin Qois, ia berkata, aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu
datang seorang pria yang lantas berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari
kota Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits yang
telah sampai padaku di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Aku datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata,
sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di
antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho
pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk
langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang
berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-
bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah
mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia
telah mendapatkan keberuntungan yang besar.”
(HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Demikian dua hadist di atas sudah mencukupi sebagai dalil keutamaan bagi orang-orang yang
menuntut ilmu syar’i.
 

Kesimpulan:

1. Kewajiban bagi seorang anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada
kedua orang tuanya
2. Keridhaan dan kemurkaan Allah tergantung dengan keridhaan dan
kemurkaan kedua orang tua
+

Anda mungkin juga menyukai