2. Mengikhlaskan niat.
Diantara bentuk pengagungan terhadap ilmu adalah mengikhlaskan niat karena
Allah didalam menuntutnya. Sesuai dgn keikhlasan sesorang maka dia akan
mndapatkan ilmu dan niat yg ikhlas didalam mncari ilmu adalah apabila
niatnya; yang pertama mngangkat kebodohan dari diri sndiri, yang kedua
mengangkat kbdohan dari orang lain, yang ketiga mnghidupkan ilmu dan
mnjaganya supaya tidak punah dan yg keempat mengamalkan ilmu.
Dahulu Imam Ahmad bin Hambal terkadang ingin keluar dari rumahnya untuk
menghadiri majelis ilmu gurunya sebelum datang waktu shubuh dan sebagian
mereka membaca shahih albukhori kepada gurunya dalam tiga majelis atau 3
pertemuan. Ini semua menunjukkan bagaimana semangat dan tekad para
pendahulu kita didalam menuntut ilmu.
Halaqah 2
Diantara bentuk pengagungan terhadap ilmu yang disebutkan oleh guru kami yang
mulia, Syaikh Dr.Sholih bin Abdillah al-‘Ushoimi حفظه هللا:
1. Dengan menghapal sebuah matan kitab yang menyeluruh. Dan dia mengumpulkan
perkara-perkara yang rajih/dikuatkan menurut para ulama di bidang tersebut.
2. Mempelajari ilmu tersebut dari seorang yang ahli, yang bisa dijadikan teladan dan dia
mampu mengajar.
6. Mendahulukan ilmu yang paling penting, kemudian yang setelahnya dan setelahnya
Dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah seseorang
kepada Allah. Dan ilmu yang paling penting adalah yang berkaitan
dengan ‘ubuddiyah seseorang kepada Allah عزا وجل. Seperti ilmu aqidah, tata cara
wudhu, tata cara sholat dan lain-lain.
7. Bersegera untuk mendapatkan ilmu dan memanfaatkan waktu muda, karena waktu
muda adalah waktu yang emas untuk mempelajari ilmu agama
Berkata al-Hasan al-Bashri رحمه هللا:
Adapun apabila sudah tua, maka kebanyakan manusia akan memiliki banyak kesibukan,
pikiran dan memiliki banyak koneksi. Kalau dia bisa mengatasi itu semua, maka
InsyaAllah dia mendapatkan ilmu.
8. Pelan-pelan di dalam menuntut ilmu
Karena menuntut ilmu tidak bisa dilakukan serta-merta sekali jalan. Tetapi diambil ilmu
secara pelan-pelan dengan memulai kitab-kitab yang ringkas, menghapal dan
memahami maknanya. Dan jangan kita memulai menuntut ilmu dengan membaca kitab-
kitab yang panjang.
9. Sabar dalam menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu. Menghafal membutuhkan kesabaran, memahami
membutuhkan kesabaran, menghadiri majelis ilmu membutuhkan kesabaran, demikian pula menjaga haq
seorang guru membutuhkan kesabaran. Berkata Yahya ibnu Abi Katsiirin: " ال يُسْ َت َطا ُع العل َم ِبرَ احَ ِة ال ِجسْ مTidak
didapatkan ilmu dengan badan yang berleha-leha." Demikian pula menyampaikan dan mengajarkan perlu
kesabaran, duduk bersama para penuntut ilmu perlu kesabaran, memahamkan mereka perlu kesabaran,
demikian pula menghadapi kesalahan-kesalahan mereka perlu kesabaran.
10. Memperhatikan adab-adab ilmu. Ilmu yang bermanfaat didapatkan diantaranya dengan
memperhatikan adab. Dan adab disini mencakup adab terhadap diri didalam pelajaran, adab terhadap
guru dan teman dan lain-lain. Orang yang beradab didalam ilmu berarti dia mengagungkan ilmu, maka
dia dipandang sebagai seorang yang berhaq untuk mendapatkan ilmu tersebut. Adapun orang yang tidak
beradab maka dikhawatirkan ilmu akan sia-sia bila disampaikan kepadanya. Berkata Ibnu Siirin: انواCك
ون العلمCCا يتعلمCCديَ كمCْ Cون ال َهCC" يتعلمDahulu mereka mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu."
Bahkan sebagian salaf mendahulukan mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu dan banyak diantara
penuntut ilmu yang tidak mendapatkan ilmu karena dia menyia-nyiakan adab.
11. Menjaga ilmu dari apa yang menjelekkannya Hendaknya seorang penuntut ilmu menjaga wibawanya,
karena apabila dia melakukan sesuatu yang merusak wibawanya sebagai seorang penuntut ilmu berarti
dia telah merendahkan ilmu. Seperti terlalu banyak menoleh dijalan, berteman akrab dengan orang-orang
faasik dan lain-lain.
12. Memilih teman yang shaalih Seorang penuntut ilmu perlu teman yang membantu untuk mendapatkan
ilmu dan bersungguh-sungguh. Teman yang tidak baik akan memberi pengaruh yang tidak baik.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخاللSeseorang berada
diatas agama teman akrabnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa dia
berteman akrab." (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Daud, dan At-Tirmizi)
Sumber :http://www.ikhwansunnah.net/2018/01/pengagungan-terhadap-ilmu-bagian-3.html
Halaqah 4
Diantara perkara yang disebutkan oleh guru kami yang mulia, Syaikh Sholih bin Abdillah
al-‘Ushoimi حفظه هللاdi dalam kitab beliau صهُ تَ ْع ِظي ِْم ْال ِع ْلم
َ خُاَل:
فَا ْنتَفَ ْعنَا بِ َما َحفِ ْظنَا أَ ْكثَ َر ِمنْ اِ ْنتِفَا ِعنَا بِ َما قَ َر ْأنَا، َوقَ َر ْأنَا َكثِ ْي ًرا، َحفِ ْظنَا قَلِ ْياًل
“Kami menghapal sedikit dan membaca banyak, maka kami mengambil manfaat dari
apa yang kami hapal lebih banyak daripada apa yang kami baca”
Dan dengan mudzakarah, akan hidup ilmu di dalam jiwa, dan dengan bertanya akan
terbuka perbendaharaan ilmu.
Maka, seorang murid harus memiliki rasa tawadhu’ kepada gurunya. Menghadap beliau
dan tidak menoleh, menjaga adab berbicara, tidak berlebih-lebihan di dalam memuji
beliau, mendoakan beliau, mengucapkan terima kasih kepada beliau atas pengajaran
beliau, menampakkan rasa butuhnya terhadap ilmu beliau, tidak menyakiti beliau
dengan ucapan dan perbuatan, serta berlemah lembut ketika mengingatkan kesalahan
beliau.
Disana ada 6 perkara yang harus dia jaga apabila melihat kesalahan seorang guru:
1. Meneliti terlebih dahulu apakah benar kesalahan tersebut keluar dari seorang guru;
2. Meneliti apakah itu memang sebuah kesalahan, dan ini adalah tugas ahlul ‘ilmi;
3. Tidak boleh mengikuti kesalahan tersebut;
4. Memberikan udzur kepada sang guru dengan alasan yang benar;
5. Memberikan nasihat dengan lembut dan rahasia; dan
6. Menjaga kehormatan seorang guru dihadapan kaum muslimin yang lain.
Mereka para ulama memiliki ilmu dan pengalaman, maka hendaklah kita husnudzan
kepada mereka. Dan apabila ulama berselisih, maka lebih hati-hatinya seseorang
mengambil ucapan mayoritas mereka.
Dan hendaknya juga menjaga kitab dan memuliakannya. Tidak menjadikan kitab
sebagai tempat simpanan barang-barang, tidak bersandar di atas kitab, tidak
meletakkan kitab di kakinya. Dan apabila dia membaca kitab di hadapan seorang guru,
hendaklah dia mengangkat kitab tersebut dan tidak meletakkan kitab tersebut di tanah.
Halaqah 5
Diantara 20 perkara yang disebutkan oleh Syaikh al-‘Ushoimi حفظه هللاyang merupakan
bentuk pengagungan terhadap ilmu:
1. Bertanya untuk belajar, bukan ingin mengeyel. Karena orang yang niatnya tidak baik di
dalam bertanya akan dijauhkan dari berkah ilmu itu sendiri;
2. Bertanya tentang sesuatu yang bermanfaat;
3. Melihat keadaan gurunya. Tidak bertanya kepada sang guru apabila guru dalam keadaan
tidak kondusif untuk menjawab pertanyaan; dan
4. Memperbaiki cara bertanya. Seperti menggunakan kata-kata yang baik, mendoakan untuk
sang guru sebelum bertanya, menggunakan panggilan penghormatan, dan lain-lain.