tesis)
Usaha belajar berarti usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai dan norma yang
ada dalam masyarakat serta mewariskannya kepada generasi setelahnya untuk dikembangkan
dalam kehidupan yang merupakan suiatu proses pendidikan untuk melestarikan hidupnya.
Oleh karenaya adab yang menyertai proses itu sendirijuga menyangkut mengenai tidak hanya
mengenai proses belajaranya saja namun juga menyangkut beberapa hal yang secara terkait.
Dalam hal ini adalah Etika belajar dengan diri sendiri, Etika belajar dengan guru, Etika
belajar ketika memilih pelajaran dan Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar. Untuk
selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut
1. Etika belajar dengan diri sendiri
Tumbuhnya kesadaran pada seseorang bahwa belajar adalah tugas dan kewajiban yang
diberikan Allah karena pendidikan adalah kebutuhan dari setiap manusia. Menuntut ilmu juga
merupakan ibadah jika diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah. Sudah selayaknya
setiap muslim menuntut ilmu karena begitu banyak manfaat yang didapatkan dari mencari
ilmu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah menjanjikan derajat yang lebih tinggi
kepada tiap orang yang berilmu. Hal itu juga berlaku di dunia, orang yang memiliki jenjang
pendidikan lebih tinggi secara normatif akan dihargai lebih tinggi daripada orang yang
berpendidikan rendah. Bukan hanya masalah gaji melainkan juga bentuk penghormatan dari
orang lain. Jadi derajat orang yang berilmu akan semakin tinggi dihadapan Allah sekaligus
dimata manusia lainnya. Ketika kesadaran sudah ada dalam diri seseorang maka akan timbul
semangat dan dorongan dari pribadi untuk senantiasa belajar dan berusaha sesulit apapun
jalan itu dilalui. Semangat inilah yang harus selalu ada pada diri setiap muslim agar islam
kembali berjaya seperti dahulu, bangsa barat mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal
dari ilmuan-ilmuan muslim seperti aljabar (Husnul Khuluq, 2010).
2. Etika belajar dengan guru
Guru maupun ustadz merupakan pengganti orang tua di berbagai majelis ilmu baik di
sekolah, kampus, pesantren dan masjid. Sebagai pengganti orang tua sudah selayaknya guru
dihormati layaknya anak menghormati dan menghargai orang tua sendiri. Guru memberikan
ilmu yang begitu berharga yang dibutuhkan oleh siswa untuk melangsungkan hidupnya di
dunia dan di akhirat. Oleh karena itu siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam
arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan sebagai balas jasa terhadap
kebaikannya. Siswa berbuat baik dan memuliakan guru dengan dasar: (1) memuliakan guru
adalah perintah agama (2) guru adalah orang yang sangat mulia (3) guru adalah orang yang
sangat berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada
siswa (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007),
Bentuk penghormatan juga bermacam-macam seperti memperhatikan ketika guru
menerangkan, menyapa dan memberikan salam kepada guru ketika bertemu di majelis ilmu
maupun di luar, berbicara dengan bahasa yang sopan, menjadikan perilaku baik dari guru
menjadi teladan bagi siswa dan senantiasa mendoakan guru-guru yang telah mengajarkan
berbagai hal. Selain dari sisi siswa, etika guru dalam proses belajar mengajar juga perlu
diperhatikan.
Dalam Islam pendidik bukan hanya bertanggung jawab dalam pembentukan pengetahuan,
tetapi pendidik juga harus bersikap dan berperilaku yang mencerminkan kebaikan seperti
tepat waktu, ramah, disiplin dan berusaha dekat dengan siswa agar bisa dijadikan teladan bagi
siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru terhadap muridnya antara lain: (1) memperlakukan
para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri; (2) menasehati murid tentang hal-
hal yang baik dan mencegahnya dari akhlak tercela; (3) jangan menghina disiplin ilmu lain;
(4) menerangkan dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman
mereka (5) seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya (6) bersifat adil
terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan yang benar. Contoh yang
diberikan bukan hanya dalam bentuk mata pelajaran, tetapi harus menanamkan keimanan dan
akhlak dalam islam. Peningkatan nilai iman dan akhlak akan terjadi secara sendirinya pada
diri manusia. Karena secara lahiriah watak dan tabiat yang baik akan menjurus pada suatu
kebaikan yang dengannya orang akan enggan melakukan keburukan (Muhammad Daud Ali,
2005).
3. Etika belajar ketika memilih pelajaran
Pelajaran yang dipelajari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu ilmu agama
dan ilmu umum. Ilmu agama merupakan ilmu yang mempelajari tentang agama seperti fiqih,
aqidah, ibadah dan sebagainya. Sementara ilmu umum adalah ilmu yang mempelajari tentang
alam semesta dan perkembangannya serta logika dan rasionalitas seperti matematika, biologi,
fisika dsb. Kedua ilmu tersebut penting untuk dipelajari oleh setiap orang. Tetapi tidak
mungkin setiap orang mempelajari dan mendalami semua bidang ilmu yang ada, maka perlu
adanya pemilihan bidang ilmu yang ingin dipelajari oleh seseorang. Pemilihan bidang ilmu
tersebut didasari oleh kemampuan, minat dan kebutuhan dari setiap orang yang berbeda-beda.
Maka dari itu tiap orang harus bisa mengenali diri sendiri, mana yang sesuai dengan
kemampuan, bakat, minat dan kebutuhannya. Namun, hendaknya setiap muslim
mendahulukan menuntut ilmu agama, karena ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari
oleh setiap muslim tanpa terkecuali. Ilmu agama inilah sumber dari segala sumber ilmu yang
berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah. Agama juga membentengi seseorang dari ilmu yang
bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah seperti halnya teori Darwin yang menyatakan
bahwa manusia berasal dari monyet. Padahal sudah jelas tertulis pada Al Qur’an bahwa
manusia pertama adalah Nabi Adam as. yang dibuat oleh Allah dari tanah (Nur Uhbiyati,
2009).
4. Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar
Tidak kalah pentingnya etika belajar ketika memilih teman sebaya. Teman sebaya adalah
teman sepergaulan yang seumur dalam usianya. Dalam pergaulan terhadap sebayanya perlu
adanya kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai. Pergaulan yang dijalin dengan
kerjasama yang baik akan bisa memecahkan berbagai masalah yang tidak bisa dipecahkan
sendiri
Untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam pergaulan hendaknya janganlah seseorang
merasa lebih baik dari yang lain, tetapi jika memang mampu memberikan ide atau
memecahkan masalah yang orang lain tidak bisa maka boleh didiskusikan dengan teman yang
lain tanpa perlu merasa sombong. Dalam pergaulan hendaknya seperti rangka sebuah
bangunan yang satu sama lain saling menguatkan. Pergaulan yang didasari oleh rasa
pengertian akan menimbulkan kehidupan yang tenang dan tentram. Dengan adanya saling
pengertian akan terbina rasa saling mengasihi dan tolong-menolong, tentu saja dalam hal
kebaikan. Pergaulan yang ditopang oleh saling menghargai akan menimbulkan rasa setia
kawan, kerukunan, serta tidak akan timbul rasa saling curiga, dendam serta cela-mencela
sehingga terhindar dari percekcokan dan perselisihan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa
teman belajar yang memiliki cara belajar yang sama agar ketika belajar tidak saling
mengganggu. Seperti anak yang memiliki metode belajar visual jika belajar dengan orang
yang memiliki metode belajar kinestetik pasti memiliki perbedaan yang sangat jauh dan akan
saling mengganggu satu sama lain (Husnul Khuluq, 2010).
Etika belajar siswa terhadap teman dalam mempererat ukhuwah islamiyah dijelaskan oleh
imam Al Ghazali dibagi dalam berbagai kriteria, yaitu: (1) Berpegang teguh pada tali Allah;
(2) menyatukan hati; (3) toleransi; (4) musyawarah; (5) tolong-menolong; (6) Solidaritas dan
kebersamaan; (7) istiqomah (Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, 2006)
Adab Belajar Dalam Islam (skripsi dan
tesis)
Usaha belajar berarti usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai dan norma yang
ada dalam masyarakat serta mewariskannya kepada generasi setelahnya untuk dikembangkan
dalam kehidupan yang merupakan suiatu proses pendidikan untuk melestarikan hidupnya.
Oleh karenaya adab yang menyertai proses itu sendirijuga menyangkut mengenai tidak hanya
mengenai proses belajaranya saja namun juga menyangkut beberapa hal yang secara terkait.
Dalam hal ini adalah Etika belajar dengan diri sendiri, Etika belajar dengan guru, Etika
belajar ketika memilih pelajaran dan Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar. Untuk
selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut
1. Etika belajar dengan diri sendiri
Tumbuhnya kesadaran pada seseorang bahwa belajar adalah tugas dan kewajiban yang
diberikan Allah karena pendidikan adalah kebutuhan dari setiap manusia. Menuntut ilmu juga
merupakan ibadah jika diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah. Sudah selayaknya
setiap muslim menuntut ilmu karena begitu banyak manfaat yang didapatkan dari mencari
ilmu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah menjanjikan derajat yang lebih tinggi
kepada tiap orang yang berilmu. Hal itu juga berlaku di dunia, orang yang memiliki jenjang
pendidikan lebih tinggi secara normatif akan dihargai lebih tinggi daripada orang yang
berpendidikan rendah. Bukan hanya masalah gaji melainkan juga bentuk penghormatan dari
orang lain. Jadi derajat orang yang berilmu akan semakin tinggi dihadapan Allah sekaligus
dimata manusia lainnya. Ketika kesadaran sudah ada dalam diri seseorang maka akan timbul
semangat dan dorongan dari pribadi untuk senantiasa belajar dan berusaha sesulit apapun
jalan itu dilalui. Semangat inilah yang harus selalu ada pada diri setiap muslim agar islam
kembali berjaya seperti dahulu, bangsa barat mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal
dari ilmuan-ilmuan muslim seperti aljabar (Husnul Khuluq, 2010).
2. Etika belajar dengan guru
Guru maupun ustadz merupakan pengganti orang tua di berbagai majelis ilmu baik di
sekolah, kampus, pesantren dan masjid. Sebagai pengganti orang tua sudah selayaknya guru
dihormati layaknya anak menghormati dan menghargai orang tua sendiri. Guru memberikan
ilmu yang begitu berharga yang dibutuhkan oleh siswa untuk melangsungkan hidupnya di
dunia dan di akhirat. Oleh karena itu siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam
arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan sebagai balas jasa terhadap
kebaikannya. Siswa berbuat baik dan memuliakan guru dengan dasar: (1) memuliakan guru
adalah perintah agama (2) guru adalah orang yang sangat mulia (3) guru adalah orang yang
sangat berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada
siswa (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007),
Bentuk penghormatan juga bermacam-macam seperti memperhatikan ketika guru
menerangkan, menyapa dan memberikan salam kepada guru ketika bertemu di majelis ilmu
maupun di luar, berbicara dengan bahasa yang sopan, menjadikan perilaku baik dari guru
menjadi teladan bagi siswa dan senantiasa mendoakan guru-guru yang telah mengajarkan
berbagai hal. Selain dari sisi siswa, etika guru dalam proses belajar mengajar juga perlu
diperhatikan.
Dalam Islam pendidik bukan hanya bertanggung jawab dalam pembentukan pengetahuan,
tetapi pendidik juga harus bersikap dan berperilaku yang mencerminkan kebaikan seperti
tepat waktu, ramah, disiplin dan berusaha dekat dengan siswa agar bisa dijadikan teladan bagi
siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru terhadap muridnya antara lain: (1) memperlakukan
para murid dengan kasih sayang seperti anaknya sendiri; (2) menasehati murid tentang hal-
hal yang baik dan mencegahnya dari akhlak tercela; (3) jangan menghina disiplin ilmu lain;
(4) menerangkan dengan kadar kemampuan akal murid hingga batas kemampuan pemahaman
mereka (5) seorang guru harus menjadi orang yang mengamalkan ilmunya (6) bersifat adil
terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan yang benar. Contoh yang
diberikan bukan hanya dalam bentuk mata pelajaran, tetapi harus menanamkan keimanan dan
akhlak dalam islam. Peningkatan nilai iman dan akhlak akan terjadi secara sendirinya pada
diri manusia. Karena secara lahiriah watak dan tabiat yang baik akan menjurus pada suatu
kebaikan yang dengannya orang akan enggan melakukan keburukan (Muhammad Daud Ali,
2005).
3. Etika belajar ketika memilih pelajaran
Pelajaran yang dipelajari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu ilmu agama
dan ilmu umum. Ilmu agama merupakan ilmu yang mempelajari tentang agama seperti fiqih,
aqidah, ibadah dan sebagainya. Sementara ilmu umum adalah ilmu yang mempelajari tentang
alam semesta dan perkembangannya serta logika dan rasionalitas seperti matematika, biologi,
fisika dsb. Kedua ilmu tersebut penting untuk dipelajari oleh setiap orang. Tetapi tidak
mungkin setiap orang mempelajari dan mendalami semua bidang ilmu yang ada, maka perlu
adanya pemilihan bidang ilmu yang ingin dipelajari oleh seseorang. Pemilihan bidang ilmu
tersebut didasari oleh kemampuan, minat dan kebutuhan dari setiap orang yang berbeda-beda.
Maka dari itu tiap orang harus bisa mengenali diri sendiri, mana yang sesuai dengan
kemampuan, bakat, minat dan kebutuhannya. Namun, hendaknya setiap muslim
mendahulukan menuntut ilmu agama, karena ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari
oleh setiap muslim tanpa terkecuali. Ilmu agama inilah sumber dari segala sumber ilmu yang
berasal dari Al Qur’an dan As Sunnah. Agama juga membentengi seseorang dari ilmu yang
bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah seperti halnya teori Darwin yang menyatakan
bahwa manusia berasal dari monyet. Padahal sudah jelas tertulis pada Al Qur’an bahwa
manusia pertama adalah Nabi Adam as. yang dibuat oleh Allah dari tanah (Nur Uhbiyati,
2009).
4. Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar
Tidak kalah pentingnya etika belajar ketika memilih teman sebaya. Teman sebaya adalah
teman sepergaulan yang seumur dalam usianya. Dalam pergaulan terhadap sebayanya perlu
adanya kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai. Pergaulan yang dijalin dengan
kerjasama yang baik akan bisa memecahkan berbagai masalah yang tidak bisa dipecahkan
sendiri
Untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam pergaulan hendaknya janganlah seseorang
merasa lebih baik dari yang lain, tetapi jika memang mampu memberikan ide atau
memecahkan masalah yang orang lain tidak bisa maka boleh didiskusikan dengan teman yang
lain tanpa perlu merasa sombong. Dalam pergaulan hendaknya seperti rangka sebuah
bangunan yang satu sama lain saling menguatkan. Pergaulan yang didasari oleh rasa
pengertian akan menimbulkan kehidupan yang tenang dan tentram. Dengan adanya saling
pengertian akan terbina rasa saling mengasihi dan tolong-menolong, tentu saja dalam hal
kebaikan. Pergaulan yang ditopang oleh saling menghargai akan menimbulkan rasa setia
kawan, kerukunan, serta tidak akan timbul rasa saling curiga, dendam serta cela-mencela
sehingga terhindar dari percekcokan dan perselisihan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa
teman belajar yang memiliki cara belajar yang sama agar ketika belajar tidak saling
mengganggu. Seperti anak yang memiliki metode belajar visual jika belajar dengan orang
yang memiliki metode belajar kinestetik pasti memiliki perbedaan yang sangat jauh dan akan
saling mengganggu satu sama lain (Husnul Khuluq, 2010).
Etika belajar siswa terhadap teman dalam mempererat ukhuwah islamiyah dijelaskan oleh
imam Al Ghazali dibagi dalam berbagai kriteria, yaitu: (1) Berpegang teguh pada tali Allah;
(2) menyatukan hati; (3) toleransi; (4) musyawarah; (5) tolong-menolong; (6) Solidaritas dan
kebersamaan; (7) istiqomah (Muhammad Atyhiyah Al-Abrasy, 2006)
SKRIPSI KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR ANAK USIA DINI
DI PAUD
kreativitas guru skripsi PGPAUD skripsi pgtk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernahkah kita bayangkan bahwa jumlah anak putus sekolah di Indonesia mencapai puluhan juta orang ?
Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 kantor komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah
anak putus sekolah pada tahun 2007 mencapai 11,7 juta jiwa. Dan jumlah itu pasti akan bertambah.
Pendidikan memang begitu penting dalam kehidupan kita. Apalagi pendidikan anak di usia dini yang
merupakan gerbang awal memasuki pendidikan. Para orang tua harus dibekali pengetahuan mengenai
pendidikan ini yang dapat diikuti melalui program pemerintah yang ada di daerahnya masing-masing.
Dengan adanya pendidikan anak usia dini ini maka orang tua akan menyadari bahwa pendidikan itu begitu
penting dilaksanakan. Pendidikan juga merupakan investasi masa depan yang mampu merubah nasib
manusia. Dengan pendidikan kita dapat mengejar segala cita-cita kita dibidang yang kita inginkan. Tanpa
adanya pendidikan tentunya apa saja yang kita inginkan akan bagaikan mimpi yang tidak menjadi
kenyataan.
Gambaran diatas membuktikan bahwa pendidikan anak usia dini yang sedang digalakkan oleh pemerintah
sangat penting diikuti oleh para warga masyarakat. Selain pendidikan ini tidak dipungut biaya, pendidikan
ini merupakan peluang emas bagi masyarakat yang kurang mampu dalam hal finansial.
Mengingat pentingnya pendidikan pada anak usia dini, maka pemerintah memberikan perhatiannya
melalui undang-undang pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun. 2008 tentang pendidikan anak usia
dini pada pasal 1 ayat 14 bahwa :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Dalam Al-Qur'an pendidikan anak usia dini seperti contoh dalam surat al-Luqman ayat 14, yaitu sebagai
berikut :
Artinya : dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar pada anak usia dini adalah guru yang
merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru.
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam
mendidik peserta didik, karena pada zaman sekarang pandai saja tidak cukup, tetapi harus cerdas dalam
mengembangkan keterampilan, kreativitas dan mencari bahan ajar yang betul-betul sesuai dengan peserta
didik. Namun kenyataan yang ada di lokasi PAUD Roudhatul Jannah X dari hasil pengamatan peneliti
anak-anak PAUD kurang berminat dalam belajar, terutama dalam mengenal simbol-simbol Agama Islam.
Selain itu anak-anak juga sering bermain sendiri tanpa menghiraukan arahan dari guru, hal ini dikarenakan
kurangnya kreativitas-kreativitas yang digunakan oleh guru sehingga banyak anak-anak yang kurang
berminat dan termotivasi dalam belajar.
Dengan adanya deskripsi tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang "Kreativitas Guru
Dalam Mengajar Anak Usia Dini di PAUD Roudhotul Jannah X". Penelitian ini memang sangat perlu
dilakukan guna untuk meningkatkan minat belajar anak dan juga untuk para guru agar lebih kreatif dalam
membangkitkan minat belajar anak dengan menggunakan berbagai macam kreativitas dalam mengajar.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian dilaksanakan dapat terarah dan mencapai hasil yang diinginkan maka diperlukan rumusan
masalah yang menjadi dasar dan acuan dalam pelaksanaan penelitian, adapun rumusan masalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk kreativitas guru dalam mengenalkan simbol-simbol agama Islam di PAUD
Roudhotul Jannah X ?
2. Apakah kreativitas guru dalam mengenalkan simbol-simbol agama Islam dapat meningkatkan minat
belajar anak usia dini di PAUD Roudhotul Jannah X ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkap sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian pada isi dan rumusan masalah
dimana kita mampu menjabarkan lebih lanjut dari pemahaman yang hendak diteliti :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kreativitas guru dalam mengenalkan simbol-simbol agama Islam
di PAUD Roudhotul Jannah X
2. Untuk mengetahui apakah kreativitas guru dalam mengenalkan simbol-simbol agama Islam dapat
meningkatkan minat belajar anak usia dini di PAUD Roudhotul Jannah X.
D. Manfaat Penelitian
Sebenarnya dengan adanya suatu tujuan yang ingin dicapai, maka tentunya penelitian ini bisa memberikan
suatu manfaat bagi beberapa pihak, antara lain yaitu sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau referensi dan kajian untuk
meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar anak usia dini.
Peneliti ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif mengenai kreativitas guru dalam mengajar anak
usia dini agar dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan secara praktis maupun teoritis mengenai kreativitas
guru dalam mengajar anak usia dini PAUD.
Peranan guru di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, sangat
penting. Guru merupakan pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Kesadaran umum
akan besarnya tanggungjawab seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk
membelajarkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama.
Banyak contoh yang menunjukkan adanya guru-guru yang memasuki kelasnya hanya dengan bekal
sekumpulan prosedur yang tidak di desain sendiri. Bahkan, sesudah beberapa tahun pun sebagai
guru, situasi tersebut tidak banyak mengalami perbaikan. Guru sering dinilai oleh administrator dan
supervisor sekolah yang pada umumnya menggunakan kriteria yang tidak jelas dan tidak tegas.
Ada cara memandang pengajaran yang memungkinkan guru meningkatkan kualitas keputusan
intelektual tentang kegiatan instruksionalnya. Pendekatan yang digunakan didasarkan pada konsep
pengajaran semacam itu, yaitu: suatu model instruksional yang memberikan kemungkinan kepada
guru untuk (1) memilih kegiatan instruksional yang kiranya membawa hasil, dan (2) menilai tepat
tidaknya pilihannya itu, sehingga lambat laun ia dapat memperbaiki dirinya dengan menggunakan
model-model semacam itu pantasnya dipandang sebagai profesionalnya saja.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran
dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan
merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Tujuan
pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum
sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional, yaitu (1) Tujuan Pendidikan Nasional, (2)
Tujuan Institusional, (3) Tujuan Kurikulum, (4) Tujuan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan
tercapai apabila prestasi belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menempuh pendidikan di sekolah.
Masalah prestasi belajar yang menjadi patokan untuk mengukur prestasi belajar itu biasanya
dinyatakan dengan angka-angka, anak-anak yang berprestasi rendah yang dilihat dari hasil
belajarnya, demikian pula anak-anak yang berprestasi tinggi memiliki angka hasil belajar yang tinggi
pula. Prestasi belajar tersebut nampak setelah siswa menjalani proses belajar mengajar disekolah.
Prestasi belajar biasanya diukur dari nilai yang diperoleh oleh siswa pada saat evaluasi yang berupa
ulangan harian, uji blok, pekerjaan rumah atau tugas, dan ujian semester.
Pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan
belajar mengajar, dengan mengetahui prestasi belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai,
sedang atau lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan
dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport. Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar
yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik,
intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan
lain-lain. Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang
merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini
adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan
mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu
produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau
perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas
guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru
dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang
ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
Namun pada kenyataannya banyak guru yang tidak mempunyai kreatifitas yang tidak sesuai dengan
harapan. Hal ini juga terjadi di SMK Bina Latih Karya, hal ini terbukti bahwa kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada
beberapa siswa kelas X SMK Bina Latih Karya ternyata masih kurang hal ini dapat dilihat dari:
Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran masih kurang, karena guru
lebih mementingkan komponen penyampaian informasi. Kegiatan pembelajaran pendahuluan yang
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar hanya sepintas saja, maksudnya terkadang guru tidak
melakukan apersepsi. Selain itu, siswa tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar, sehingga
minat dan motivasi siswa rendah.
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi sangat monoton, karena
metode yang digunakan hanya ceramah dan tanya jawab. Pada umumnya guru menyamaratakan
semua materi yang akan disampaikan dengan tujuan mengajar sehingga pemilihan dan penggunaan
metode dalam proses belajar mengajar tidak serasi dan tidak tepat dengan karakteristik materi.
Sumber belajar yang digunakan guru untuk menunjang dalam proses pembelajaran tidak bervariasi.
Umumnya guru hanya mengandalkan buku teks, dan lembar kerja siswa. Guru tidak memanfaatkan
bahan, alat, tehnik, dan lingkungan yang sebenarnya dapat menjadi sumber belajar yang bervariasi.
Media yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi tidak bervariasi. Biasanya guru hanya
menggunakan media cetak: modul dan buku teks. Informasi yang disampaikan tidak menarik dan
cenderung tidak terkonsep sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat dipahami oleh siswa,
dengan demikian minat siswa dalam belajar rendah.
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran berlangsung tidak bervariasi.
Karena dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hanya mengandalkan sumber belajar yang
monoton. Guru tidak memiliki inisiatif untuk menggunakan model pembelajaran yang menarik.
Sehingga siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran di kelas.
Sebagai akibat dari kurangnya kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas, selain membuat
siswa tidak termotivasi, siswa juga merasa jenuh, merasa kesulitan dalam menangkap pesan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru, berakibat juga pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Jumlah siswa kelas X TD 2 adalah 36 siswa. Prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat
dari nilai siswa yang mencapai standar KKM di atas nilai 65 hanya 13 siswa (35%), dan nilai siswa
dibawah standar KKM di bawah nilai 65 cukup banyak yakni ada 23 siswa (65%).
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa
tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur, dan pendorong siswa agar dapat
belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses
pembelajaran.
Hal yang dievaluasi dalam proses pembelajaran adalah pemilihan strategi pembelajaran harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik siswa yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dalam proses pembelajaran yang efektif, guru hendaknya memilih dan menggunakan metode-
metode mengajar yang tepat dengan tujuan mengajar. Cara mengajar yang efektif ialah
mempergunakan kegiatan siswa secara efektif dalam kelas, merencanakan, dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinyu.
Dalam pemanfaatan sumber belajar yang lebih luas, hendaknya guru memahami terlebih dahulu
beberapa kualifikasi yang dapat menunjuk pada sesuatu untuk dipergunakan sebagai sumber belajar
dalam proses pengajaran.
Demikian pula media yang digunakan guru hendaknya dapat sesuai dengan ciri fiksatif, ciri
manipulatif, dan ciri distributif. Sehingga pemakaian media pengajaran dalam proses pembelajaran
dapat membangkitkan minat yang baru, menumbuhkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar
pada siswa.
Peran guru dalam peran model pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Oleh karena itu guru
hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalankan peranannya, ini guru membantu
siswa menggali ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya, dan hubungannya
dengan orang lain.
Selain itu guru harus memiliki tiga kemampuan, yaitu (1) kemampuan membantu siswa belajar efektif
sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, (2) kemampuan menjadi penghubung kebudayaan
masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan, (3) memiliki kemampuan menjadi pendorong
pengembangan organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini, diharapkan guru lebih kreatif
dalam proses belajar mengajarnya.
No comments yet
skripsi jurusan MANAJEMEN: PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF PADA SISWA
2005/2006
Hasil Belajar merupakan hasil dari usaha belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Hasil belajar sangatlah penting
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai secara optimal. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah guru dan fasilitas belajar. Guru yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
Guru merupakan salah satu komponen pengajar dan memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Kemudian faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain guru adalah fasilitas belajar. Fasilitas
belajar merupakan sarana yang harus dimiliki oleh sekolah, dengan sarana yang baik akan memperlancar
proses pembelajaran dan hasil belajar dapat dicapai secara optimal. Dari kenyataan tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang ” Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar dan Fasilitas
Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Siswa Kelas II Jurusan Administrasi Perkantoran SMK N
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah pengaruh kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif, 2) Adakah pengaruh
kreativitas guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif, 3) Adakah
pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif, 4) Seberapa besar pengaruh kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif baik
secara parsial maupun simultan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimanakah pengaruh
kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran
produktif, 2) mengetahui adakah pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar
mata pelajaran produktif, 3) mengetahui adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran
produktif, 4) mengetahui seberapa besar pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas
belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif baik secara parsial maupun simultan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II jurusan Administrasi Perkantoran SMK N 2 Semarang
tahun pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 119 siswa terbagi dalam 3 (tiga) kelas. Sampel dalam penelitian ini
diambil secara acak dengan menggunakan rumus Slovin dengan persen kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel adalah 5% viii sehingga diperoleh sampel sebanyak 92 responden yang tersebar
pada 3 (tiga) kelas yaitu kelas II AP 1, II AP 2, dan II AP 3. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar sebagai variabel bebas dan hasil belajar mata pelajaran
produktif sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis regresi berganda. Hasil analisis
deskriptif persentase menunjukkan bahwa variabel kreativitas guru dalam proses belajar mengajar termasuk
dalam kategori kreatif dengan persentase sebesar 69,57%, fasilitas belajar dalam kategori lengkap dengan
persentase 54,35%, hasil belajar mata pelajaran produktif dalam kategori tuntas dengan persentase 63,04%.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam proses belajar mengajar berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif sebesar 13,84%, fasilitas belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap mata pelajaran produktif sebesar 6,15%. Secara simultan kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar dan fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif sebesar
36,6%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial maupun simultan kreativitas guru dalam proses belajar
mengajar dan fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif. Dilihat dari kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar, ternyata cara guru merencanakan proses belajar mengajar masih kurang
oleh karena itu disarankan guru hendaknya lebih meningkatkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar
misalnya sebelum pelajaran dimulai Bapak maupun Ibu guru mengadakan pre test mengenai pelajaran minggu
lalu dan mengabsen siswa agar siswanya siap dalam menerima pelajaran. Dilihat dari fasilitas belajar, ternyata
penerangan masih kurang mendukung dalam proses belajar mengajar oleh karena itu diharapkan pihak sekolah
memperhatikan juga penerangan baik dikelas maupun diruang-ruang praktek agar kegiatan belajar mengajar
siswa dapat berjalan dengan lancar. Disamping itu juga hendaknya pihak sekolah menyediakan buku-buku yang
menunjang untuk pembelajaran bagi siswanya dan penyediaan buku diperpustakaan diharapkan seimbang
dengan jumlah siswa yang membutuhkan sehingga hasil belajar mata pelajaran produktif siswa dapat dicapai
secara optimal.
Secara bahasa, pengertian adab adalah sebuah akhlak mulia dalam bentuk tingkah laku, tabiat
atau aturan yang didasarkan pada norma maupun agama. Adab berasal dari bahasa arab yang
artinya pendidikan atau mendidik.
Sedangkan menurut bahasa Yunani, adab artinya kebiasaan atau etika. Pada intinya, adab
adalah sebuah perilaku yang menunjukkan kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan;
akhlak untuk mendidik diri sendiri agar menjadi orang yang paham aturan dan
bertanggungjawab.
Nantinya, manusia beradab akan menjadi pribadi yang adil sehingga patut dijadikan sebagai
pemimpin. Tak hanya itu, manusia beradab akan terus belajar dan memperbaiki diri untuk
menyempurnakan akhlaknya.
Adab merupakan salah satu hal yang penting dalam menumbuhkan kecintaan kepada sang
Pencipta maupun kepada manusia. Tak hanya itu, adab ini juga penting dalam mencegah
manusia untuk berbuat buruk.
1. Ajaran Agama
Agama pada dasarnya adalah pondasi dalam kehidupan sehari-hari maupun bekal hidup
kedepannya. Mereka yang mendapatkan pendidikan agama yang tepat akan tahu betapa
pentingnya adab dalam kehidupan.
Mereka yang beriman akan patuh terhadap aturan agamanya dan cenderung takut melakukan
perbuatan buruk sehingga lebih mudah menanamkan adab. Bahkan, manusia yang patuh
terhadap hukum syara hidupnya akan lebih tenteram, damai dan bahagia.
2. Adat-Istiadat
Adat-istiadat merupakan salah satu hal yang memengaruhi sikap manusia dan nantinya bisa
berpengaruh pada adab. Adat-istiadat identik dengan sikap yang turun-temurun dan sudah
dipertahankan sejak lama. Oleh karena itu, hal ini memengaruhi kebiasaan manusia sehari-
hari.
Sayangnya, pada beberapa kondisi adat ini tidak sesuai dengan hukum maupun ajaran agama.
Mereka cenderung membenarkan apa yang menurut mereka benar, bukan kebenaran
sesungguhnya. Oleh karena itu, perlu untuk memilah setiap adat-istiadat yang ada dalam
belajar menjadi manusia beradab.
3. Nafsu
Nafsu merupakan salah satu faktor pendorong manusia untuk mendapatkan sesuatu seperti
makan, ambisi, hubungan biologis hingga kemewahan. Nah, nafsu manusia adalah hal yang
paling sering menjerumuskan mereka terutama jika tidak dikendalikan oleh nurani ataupun
berpegang teguh pada agama.
Untuk memperbaiki adab, manusia harus senantiasa mempertahankan nafsu baik pada
jiwanya. Anda juga harus rajin menjalankan perintah dalam agama dan menjauhi
larangannya.
4. Undang-Undang
Undang-undang merupakan sebuah aturan dasar dalam kehidupan bernegara. Aturan ini
dibuat sebaik mungkin demi kemakmuran rakyatnya. Tidak adanya aturan undang-undang
yang bersifat negatif. Oleh karena itu, manusia beradab tentu akan berperilaku sesuai dengan
aturan undang-undang.
Demikian ulasan singkat terkait pengertian adab, pentingnya adab, dan faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan manusia yang beradab. Pada dasarnya menjadi manusia
beradab berarti mengikuti segala aturan baik dalam kehidupan beragama maupun
bermasyarakat.