Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hasmira

NIM : 17.25.006

PENDIDIK/GURU DAN PESERTA DIDIK


A. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.1
Menurut Imam Barnadib pendidik adalah tiap orang yang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Pendidik terdiri dari; 1)
orang tua; dan 2) orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang kedewasaan
anak.2
Berdasarkan pendapat Barnadib tersebut memberikan pemahaman bahwa
pendidik tak hamya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah, tetapi
semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam
kandungan hingga dewasa bahkan sampai meninggal dunia.
Secara umum istilah pendidik dikenal dengan guru. Hadani Nawawi
mengatakan bahwa guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan
pelajaran di sekolah/kelas. Secara khusus Hadani Nawawi mengatakan bahwa
guru adalah orang yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak mencapai
kedewasaan masing-masing. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan
kelas menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota
masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat
sebagai orang dewasa.3

1
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40
2
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam (Cet.
IV; Jakarta Pusat: Kalam Mulia Jakarta, 2015), h. 208
3
Loc.cit.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut murabbi, muallim,
mu’addib, mudarris, mursyid, muzakki, ustadz, syaikh, dan lainnya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pengertian pendidik secara
umum maupun khusus dapatlah dipahami bahwa pendidik adalah orang yang telah
mencapai kedewasaan baik secara jasmani dan rohani yang dalam kehidupannya
melaksanakan tugas yang dalam suatu kegiatan pendidikan untuk mendidik
peserta didiknya untuk terwujudnya kedewasaan pada peserta didik secara jasmani
maupun rohani, dan yang termasuk dalam pendidik terdapat pada tri pusat
pendidikan seperti orang tua di rumah, guru di sekolah, dan masyarakat pada
lingkungan masyarakat itu sendiri.
Muhammad Nafi mengutip pendapat Imam Al-Ghazali bahwa Sifat-sifat
pendidik diantaranya :
1. Pendidik harus menjadi orang tua anak didiknya
2. Ada hubungan yang baik antara pendidik dan anak didik
3. Pendidik hendaklah mempunyai pengetahuan terhadap anak didik
4. Pendidik harus merasa berkewajiban kepada masyarakat
5. Pendidik hendaklah bersikap adil dan jujur
6. Pendidik harus bersifat ikhlas
7. Pendidik harus zuhud yaitu tidak mengutamakan materi dan mengajar
karena mencari keridhahan Allah ‫ ﷻ‬semata
8. Pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya
9. Pendidik hendaklah berpengetahuan luas
10. Pendidik harus periang
11. Pendidik harus gesit
12. Pendidik harus sehat jasmaninya.4
Dengan demikian pendapat Imam Al-Ghazali tentang sifat-sifat pendidik
agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya yang mulia maka seorang
pendidik hendaknya menjadi replika orang tua yang baik untuk anak didiknya,
menjalin hubungan yang baik, mempunyai pengetahuan tentang anak didiknya,

4
Muhammad Nafi, Pendidik dalam Konsepsi Imam Al-Ghazali (Cet. I; Yogyakarta:
Deepublish, 2017) h. 55-78
menjunjung tinggi kewajiban, bersikap adil dan jujur, bersifat ikhlas, berjiwa
zuhud yakni tidak mengutamakan gaji, menjadi contoh untuk anak didiknya,
memiliki pengetahuan luas, berjiwa periang hingga menularkannya kepada anak
didiknya, tetap gesit yakni mempunyai persiapan matang dan disiplin, serta
pendidik harus sehat jasmaninya agar mampu menunaikan tugasnya dengan baik.

B. Peserta Didik
Siapakah sebenarnya peserta didik itu? Jawaban sederhananya adalah
sumber daya manusia yang memerlukan pendidikan.5

ِّ ِ ‫سانِ ِه أ َ ْو يُن‬
‫َص َرانِ ِه‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
َ ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّ ِو َدانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِ ِّج‬،ِ‫ط َرة‬ َ ‫ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد ي ُْولَ ُد‬

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (potensi), maka kedua
orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”.6
Dalil di atas mengisyaratkan bahwa hakikat peserta didik adalah manusia
muda, baik dari segi biologis maupun psikologis yang memiliki fitrah (potensi)
untuk berkembang atau dikembangkam melalui proses pendidikan.
Imam Al-Ghazali, Sebagaimana dikutip Ahmad Syar’i merumuskan sifat-
sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik, diantaranya :
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ilaAllah. Konsekuensi
dari sikap ini, peserta didik akan senantiasa mensucikan diri dengan
akhlaq al-karimah dalam kehidupan sehari-harinya, serta berupaya
meninggalkan watak dan akhlak yang rendah (tercela) sebagai refleksi atas
Q.S. Al-An’am/6: 162 dan Adz Dzaariyaat/51: 56.
2. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi
atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah menjadikan kedua dimensi
kehidupan (dunia-akhirat) sebagai alat yang integral untuk melaksanakan
amanat-Nya, baik secara vertikal maupun horizontal.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati).

5
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus,
2005) h. 42
6
HR. Al-Bukhâri, 1/465 dan Muslim, no. 2658
4. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
Dengan pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan
dan perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang benrmanfaat untuk
menumbuhkan wacana intelektual, bukan sarana saling menuding dan
menganggap diri paling benar.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama.
6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang
mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak), atau dari ilmu yang
fardhu ‘ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fath/48: 19).
7. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk memudian beralih pada ilmu
lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu
pengetahuan secara mendalam.
8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatisbagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan,
serta memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya
maupun manusia pada umumnya.7
Berdasarkan pemikiran Imam Al-Ghazali dapat difahami beberapa sifat-
sifat peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yakni: belajar dengan niat
ibadah kepada Allah ‫ﷻ‬, mengurangi kecenderungan kepada duniawi dibandingkan
masalah ukhrawi, bersikap rendah hati, menghargai perbedaan, mempelajari ilmu-
ilmu yang sifatnya terpuji, belajar dengan bertahap atau berjenjang, belajar ilmu
sampai tuntas baru beralih pada ilmu yang lainnya, mengenal nilai-nilai ilmiah
pengetahuan yang dipelajari, memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki
ilmu duniawi, serta mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan.

7
Ahmad Syar’i, Op.cit., 2005, h. 52-53
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai