Anda di halaman 1dari 8

Hadis Tarbawy: Etika Pendidik dan Peserta Didik, Pendidikan Berbasis

Kultural, dan Pendidikan Seumur Hidup


Oleh: Rini Angriani Radi
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare
email: riniangrianiradi@gmail.com

Abstrak
Dalam pandangan Islam, manusia adalah hamba Allah dan penguasa bumi. Manusia juga
memiliki banyak kemampuan bawaan sebagai bentuk sifat batin. Potensi bawaan inilah yang
harus diwujudkan oleh pendidikan Islam agar dapat berkembang dalam dunia pendidikan.
Etika diidentikkan dengan moralitas (moralitas). Namun, etika dan moral memiliki arti yang
berbeda, meskipun merujuk pada tindakan manusia yang baik dan buruk. Sebaliknya,
moralitas berarti memahami "nilai benar dan salah dari setiap tindakan manusia", dan etika
berarti memahami "studi tentang benar dan salah". Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
etika adalah bagian dari teori kebaikan dan kejahatan, dan moralitas adalah bagian dari
praktik. Etika seorang pendidik harus menjadi pedoman bagi anak didiknya, karena
pembentukan karakter anak didik sejak awal ditentukan oleh keteladanan guru, di antara
banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap perkembangan anak didik. Pendidikan
multikultural menunjukkan bahwa keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, komunitas,
gender, intelektual dan usia dapat digunakan untuk menciptakan pluralisme inklusif melalui
strategi yang tepat dan pendekatan pendidikan yang efektif. Islam mewajibkan umatnya
untuk mencari ilmu bagi laki-laki dan perempuan sejak lahir hingga meninggal. Islam
memberikan motivasi yang kuat kepada umatnya untuk mencari ilmu berupa keutamaan
(derajat tinggi), pahala yang besar dan kesenangan lainnya. Memang, dalam Islam, derajat
ilmuwan (ulama) lebih penting daripada pejabat, orang kaya dan beriman.

Kata Kunci: Manusia, Etika, Kultural, Pendidikan Sepanjang Hayat

Abstract
In the view of Islam, humans are servants of Allah and rulers of the earth. Humans also have
many innate abilities as a form of inner nature. This innate potential must be realized by
Islamic education so that it can develop in the world of education. Ethics is identified with
morality (morality). However, ethics and morals have different meanings, although they refer
to good and bad human actions. On the other hand, morality means understanding "the right
and wrong value of every human action", and ethics means understanding "the study of right
and wrong". Therefore it can be interpreted that ethics is part of the theory of good and evil,
and morality is part of practice. The ethics of an educator must be a guide for his students,
because the formation of the character of students from the start is determined by the
example of the teacher, among many other factors that contribute to the development of
students. Multicultural education shows that ethnic, cultural, language, religious,
community, gender, intellectual and age diversity can be used to create inclusive pluralism
through appropriate strategies and effective educational approaches. Islam obliges its
people to seek knowledge for men and women from birth to death. Islam provides a strong
motivation for its people to seek knowledge in the form of virtue (high degree), great rewards
and other pleasures. Indeed, in Islam, the degree of scientists (ulama) is more important than
officials, the rich and the believers.
Keywords: Human, Ethics, Culture, Lifelong Education
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan tidak lepas dari peran pendidik. Pendidik adalah orang pertama
yang ditemui setiap orang, yaitu orang tua mereka, dan kemudian guru pendidikan formal.
Dalam masyarakat, tokoh masyarakat juga dapat berperan sebagai pendidik masyarakat.
Dalam pengertian yang luas ini, siapa saja yang bekerja dalam bentuk transfer ilmu dan
asimilasi nilai kepada peserta didik dapat disebut sebagai pendidik.
Guru dan murid adalah unsur manusia dalam sistem pendidikan. Kedudukan kedua
unsur ini sangat dominan dalam sistem pendidikan dan tempat terjadinya segala
permasalahan dalam pendidikan. Ketika banyak orang bertanya tentang dunia pendidikan,
seharusnya seorang pendidik menjadi agenda diskusi, terutama jika menyangkut masalah
pendidikan formal di sekolah. Dalam proses pembelajaran, pendidik merupakan unsur
manusia yang menempati posisi penting dan memegang peranan penting, karena pendidik
tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga berperan dalam upaya pembentukan
watak, budi pekerti dan pengembangan sumber daya. dimiliki oleh siswa. Guru berperan atau
berfungsi tidak hanya sebagai guru yang hanya dapat mentransfer pengetahuan (transfer
knowledge) dan keterampilan (guide skill), tetapi juga sebagai fasilitator nilai (inculcation of
values), yaitu nilai-nilai untuk membentuk watak atau perilaku anak. siswa. Rasulullah
Muhammad SAW. Beliau adalah sosok yang paling sukses dalam mendidik masyarakat. Dia
tidak hanya berhasil mengubah orang dari bodoh menjadi tahu, tetapi dia bahkan memimpin
orang-orang dari Abad Kegelapan menuju peradaban yang cemerlang. Rasul membenarkan
setiap gerakan dengan cinta.
Faktor terpenting bagi seorang pendidik adalah etika mereka. Ini memutuskan apakah
dia akan menjadi guru dan pelatih yang baik bagi murid-muridnya, atau mungkin perusak
atau penghancur masa depan murid-muridnya, terutama bagi murid-murid yang masih muda
(tingkat sekolah dasar) dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental. Kecemasan
(tingkat sekolah menengah).
Pendidikan sepanjang hayat. Islam telah mewajibkan kepada umatnya, baik laki-laki
maupun perempuan, untuk menuntut ilmu pengetahuan, sejak lahir sampai meninggal dunia.
Bahkan, Islam menganjurkan kepada umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan sampai ke
negeri Cina. Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan tersebut dibarengi dengan pemberian
motivasi yang kuat. Motivasi tersebut berupa janji Allah bahwa mereka yang menguasai
suatu ilmu pengetahuan akan mendapatkan status sosial yang tinggi, pahala yang besar, dan
kemudahan-kemudahan lainnya. Dalam pandangan Islam seorang ilmuwan (ulama) lebih
utama daripada pejabat, hartawan, dan ahli ibadah. Aktivitas belajar dipandang lebih utama
daripada aktivitas ibadah. Bahkan, pembelajar (peserta didik) dijanjikan akan memperoleh
jalan kemudahan dalam mencapai cita-citanya.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan dua jenis penelitian yaitu studi kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research). Studi kepustakaan (library research)
adalah jenis penelitian yang memanfaatkan sumber data dari kepustakaan sebagai
data penelitiannya. Adapaun pelaksanaannya yaitu dengan cara membaca, mencatat,
dan mengolah bahan penelitian. Sehingga pengumpulan data penelitian ini didapat
dengan cara mencari, mencatat dan menelaah literatur yang ada kaitannya dengan
permasalahan.
Jenis penelitian lapangan (field research) yaitu: “suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis dengan mengangkat data yang ada dilapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Etika Pendidik dan Peserta Didik


Etika merupakan standar yang dijadikan acuan bagi manusia untuk bersikap dan
bertindak. Secara etimologis, etika berasal dari kata ethic berasal dari kata ; Ethos (Yunani)
artinya tabiat, tabiat moral, atau kebiasaan. Etika mengacu pada konsep individu atau
kelompok menilai apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang benar atau salah, benar
atau salah.
Dalam arti luas, etika adalah kebiasaan yang diasosiasikan dengan nilai-nilai, apakah
itu baik atau buruk. Guru, ustadz atau dosen dalam hal ini adalah seorang pendidik yang
memegang peranan sangat penting dalam kelangsungan pendidikan dan kegiatan pendidikan
guna mencapai tujuan tertentu. Sedangkan siswa yang biasa disebut dengan pembelajar,
pelajar atau mahasiswa, merupakan tujuan belajar mengajar dan merupakan bagian yang
perlu diperhatikan secara seksama. Perbedaan peserta didik dapat menimbulkan perbedaan
materi, metode, pendekatan, dan lain-lain.
Dan siswa adalah setiap manusia yang selalu berkembang sepanjang hidupnya.
Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan anak didik selalu mengarah pada
kedewasaan, dan semua itu terjadi berkat bantuan dan bimbingan para pendidik. Guru adalah
profesi yang menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam jiwa manusia dan membentuk karakter
dan kepribadian manusia. Guru adalah sosok yang mulia. Di kepala ucapan dan perilaku
teladan berdiri Guru, yang di pundaknya terletak tugas paling mulia untuk menciptakan
generasi yang sempurna.

‫ أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال بلِّغوا‬:‫عن عبدهللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما‬
‫ي متع ِّمدًا فليتب َّوْأ مقعدَه من‬
َّ ‫ و َمن كذب عل‬،‫ وحدِّثوا عن بني إسرائيل وال ح َرج‬،‫عني ولو آية‬
‫رواه البخاري‬. ‫النار‬
Dari Abdillah ibn Amr ibn Ash RA, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan tidak apa-
apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api
neraka.” (HR Bukhari).

Secara umum hadits tersebut menunjukkan bahwa ada 3 hal yang harus dipatuhi oleh
guru dalam proses pembelajaran, terutama saat menjelaskan/menyajikan materi: Diijinkan
untuk mentransfer informasi atau pengetahuan, meskipun tidak banyak, tetapi tetap
berdasarkan pada hal-hal tertentu. sumber. Ambil rekomendasi tepat waktu dari Bani Israel
dan selalu berikan materi dengan jujur.
Al-Ghozali berpendapat bahwa pendidik yang dapat dipercaya mengemban tugas
mengajar adalah pendidik yang tidak hanya cakap, cerdas, dan sempurna rohaninya, tetapi
juga pendidik yang berbudi pekerti dan kuat jasmani. Dengan akal yang sempurna, ia dapat
memiliki berbagai ilmu yang mendalam, dan dengan akhlak yang baik, ia dapat menjadi
etzah atau panutan bagi murid-muridnya (murid), dan dengan kekuatan fisik, ia dapat
melakukan tugas mengajar, mengajar dan membimbing siswanya
Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui dan mengamalkan etika. Sebab, pada
hakekatnya, guru adalah pembimbing bagi dirinya sendiri dan bagi siswa yang diajarnya. Hal
ini sebagaimana hadist Rasulullah SAW:
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ ق‬،ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا‬:
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
،ٌ‫اع َعلَى َأ ْهلِ ِه َوهُ َو َم ْسُئول‬ ٍ ‫ َوال َّر ُج ُل َر‬،ٌ‫اع َوهُ َو َم ْسُئول‬ ٍ ‫ فَاإل َما ُم َر‬.ٌ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئول‬ ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
َ‫ َأال‬.ٌ‫اع َعلَى َما ِل َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسُئول‬ٍ ‫ َو ْال َع ْب ُد َر‬،ٌ‫ت زَ وْ ِجهَا َو ِه َي َم ْسُئولَة‬ ِ ‫َو ْال َمرْ َأةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسُئو ٌل‬
ٍ ‫فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
“ Dari Abdillah Ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap kamu adalah
pemimpin dan kamu dimintai pertanggungjawaban oleh Allah dalam pimpinan kamu.
Seorang suami adalah pemimpin di dalam keluarganya, dan akan dimintai pertanggung
jawaban dalam pimpinannya. Seorang istri adalah pimpinan dalam rumah tangga suaminya
dan akan dimintai pertanggung jawaban dalam pimpinannya itu”.(HR. Bukhori dan Muslim
dari Abdullah bin Umar).

Oleh karena itu, pendidik harus mengetahui dan menerapkan etika. Karena guru pada
hakekatnya adalah pembimbing bagi dirinya sendiri dan bagi siswa yang diajarnya. Al-
Ghazali dan Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa akhlak pertama seorang guru adalah cinta
yang tulus kepada muridnya dan cinta kepada anaknya sendiri. Dari sini diketahui bahwa
akhlak dan sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah keterikatan seorang pendidik,
sama halnya dengan keterikatan orang tua kepada anaknya. Seperti yang dikatakan Nabi guru
kepada teman-temannya.

Pendidikan Berbasis Kultural


Secara etimologis, istilah pendidikan multikultural terdiri dari dua kata, yaitu
pendidikan dan multikultural. Pendidikan berarti proses pengembangan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dalam rangka mencapai kedewasaan melalui proses belajar
mengajar, belajar, dan metode. Dan multikulturalisme didefinisikan sebagai keanekaragaman
budaya yang bercirikan kesopanan. Sebaliknya, secara terminologi, pendidikan multikultural
berarti proses mengembangkan seluruh potensi manusia dengan tetap menghargai pluralitas
dan heterogenitas karena keragaman budaya, suku, etnik, dan agama (agama). Istilah tersebut
memiliki implikasi yang sangat luas untuk pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai
proses yang tidak pernah berakhir atau seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan
multikultural menuntut penghormatan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap
harkat dan martabat manusia.
Dalam arti yang lebih luas, paradigma pendidikan multikultural bertujuan untuk
membebaskan siswa dari stereotip, sikap dan keyakinan yang egois, individualistis, dan
eksklusif. Sebaliknya, selalu didorong oleh tumbuhnya pandangan inklusif terhadap orang
lain, yang mengakui bahwa keberadaan mereka tidak dapat dipisahkan atau diintegrasikan ke
dalam lingkungan yang realitasnya terdiri dari pluralisme etnis, rasionalisme, agama, budaya,
dan kebutuhan. Oleh karena itu, cukup proporsional jika proses pendidikan multikultural
diharapkan dapat membantu siswa untuk mengembangkan proses identifikasi (pengenalan)
siswa terhadap budaya, suku bangsa dan masyarakat global.
Di Indonesia, untuk pendekatan pendidikan multikultural, beberapa pertimbangan
harus diperhatikan, antara lain: Indonesia terdiri dari berbagai daerah dari Sabang sampai
Merauke dengan suku, adat, dan komunitas budaya yang berbeda. Perkembangan teknologi
industri yang luar biasa dewasa ini, tersedia kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja, tanpa
mengenal batas wilayah, harus ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
(pengetahuan). Pemenang kompetisi masa depan adalah master teknologi, yang dapat bekerja
sama dengan lembaga mitra.
Pembangunan multikultural didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, antara lain: (1)
keragaman budaya merupakan landasan filosofis pendidikan, (2) pengembangan program
pendidikan berupa: tujuan, isi, strategi dan evaluasi harus memperhatikan keragaman budaya
masyarakat. masyarakat, dan (3) budaya yang ada pada masyarakat Indonesia hendaknya
dijadikan sebagai sumber belajar dan objek kajian dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
terjadi interaksi budaya dan pemahaman bahwa hal yang berbeda adalah hal yang lumrah.
Berbeda itu biasa, tidak semua harus sama.
Betapa pentingnya pendidikan, yang melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang
tidak terpisahkan. Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat,
sedangkan pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai. Cara
berpikir seseorang dapat dipahami dengan menelusuri asal tindakan sadarnya dari interaksi
sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) dengan latar belakang riwayat hidupnya
(Mishtahur Rohman dan Muhibat, 2017).
Ketika seorang guru menjelaskan sopan santun kepada siswa dengan pendekatan
sosial budaya yang tepat, akan lebih mudah menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan
Islam. Sehingga pencapaian tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Selain mampu
menciptakan keadilan sosial, internalisasi nilai-nilai sosiokultural tersebut dapat menciptakan
keharmonisan sosial dalam jangkauan lembaga pendidikan.

Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,
cara, dan perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002 :263).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1).
Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya pada masa
yang akan datang (Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia).
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin
pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan
kelompok di mana dia hidup (John Dewey).
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan
datang (Edgar Dalle).
Dari beberapa pengertian para tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan/disampaikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak-anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain (Langeveld).
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan
belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan
sepanjang hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan
masyarakat yang baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan
sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam
dunia transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa
menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan
pada sekolah. Sistem sekolah tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan manusia yang sangat
meningkat itulah yang memberikan pengaruh besar terhadap masalah-masalah pendidikan
dan proses pendidikan akan terus berjalan sejalan dengan semua kebutuhan manusia yang
semakin meningkat tersebut.
Karakteristik pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai berikut.
a) Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan
lingkup dan makna pendidikan sepanjang hayat.
b) Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan
sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
c) Pendidikan sepanjang hayat tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetap
mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan baik itu pendidikan dasar,
menengah, dan sebagainya.
d) Pendidikan sepanjang hayat mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-
pola pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun
kegiatan-kegiatan belajar insidental.
Perlunya pendidikan sepanjang hayat didasari oleh beberapa alasan sebagai
berikut.
a. Keterbatasan Kemampuan Pendidikan Sekolah
b. Perubahan Masyrakat dan Peranan Sosial
c. Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Optimal

HASIL PENELITIAN
Menurut Ibu Harlina, S.Ag salah satu guru Agama di MAN WAJO beliau mengatakan
dalam pembentukan etika siswa adalah etika beliau sendiri sebagai seorang pendidik
bagaimana supaya beliau dapat menjadi contoh untuk murid-muridnya. Menurut beliau hal
yang pertama yang diperhatikan adalah dari segi penampilan, beliau mengajarkan kepada
murid-muridnya bagaimana berpenampilan sebagai seorang penuntut ilmu yang memiliki
nilai etika, mulai dari penampilan rambut hingga aturan-aturan seragam. Beliau juga tidak
berhenti mengajarkan akhlak yang baik kepada muridnya dan beliau juga setiap kali
memberikan pencerahan kepada muridnya bahwa dahulukan adab dibanding ilmu, jika adab
sudah baik pasti yang lain akan mengikuti, tidak ada gunanya ilmu kita tinggi tetapi kita tidak
beradab, beliau juga sering menyampaikan kepada siswanya untuk selalu sopan kepada
semua guru. Beliau mengatakan sangat penting mengajarkan etika di era sekarang karena ada
perbedaan anak-anak sekarang dibandingkan dengan anak-anak dahulu, di era sekarang anak-
anak lebih transparan dalam mengutarakan sebuah hal.

PENUTUP
Etika pendidik dan peserta didik merupakan suatu rancangan pendapat mengenai
kebiasaan (tingkah laku) pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar serta
penerapannya di masyarakat. Menurut Al Ghozali dan Ibnu Miskawaih, etika pendidik dan
peserta didik menekankan pencapaian kepuasan spiritual sebagai tugas dan kewajiban dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, menanamkan hal-hal yang baik,
memperhatikan tingkat semangat peserta didik dan untuk latihan sebelum mengajak teman-
teman. Seorang peserta didik hendaknya memiliki jiwa yang bersih, menjauhi akhlak yang
buruk dan sifat-sifat madzmumah (tercela) lainnya.
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama. Di satu sisi, keragaman tersebut merupakan keunggulan dan kekayaan bangsa yang
harus dilindungi. Namun di sisi lain, keragaman tersebut dapat menjadi potensi konflik dalam
masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap semboyan bangsa “Bhineka Tunggal Ika”
harus ditanamkan pada generasi muda sejak kecil guna menjaga persatuan di tengah-tengah
bangsa yang majemuk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan
tersebut adalah dengan mengimplementasikan konsep pendidikan multikultural dalam
pendidikan di Indonesia. Pendidikan multikultural sekaligus akan melatih dan membangun
karakter peserta didik agar dapat bertindak secara demokratis, manusiawi, dan pluralistik di
lingkungannya. Artinya selain harapan agar siswa dapat dengan mudah memahami,
menguasai dan memiliki kompetensi yang baik pada mata pelajaran yang diajarkan oleh guru,
siswa juga diharapkan selalu bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokrasi, humanisme dan
pluralisme di sekolah maupun di luar sekolah.
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan
belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan
sepanjang hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan
masyarakat yang baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan
sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam
dunia transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M. B. (2021). Etika Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Al Ghozali Dan Ibn
Miskawaih. Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 17(02), 152-163.
Lonto, A. L. (2015). Pengembangan model pendidikan karakter berbasis nilai sosio-kultural
pada siswa SMA di Minahasa. Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 31(2), 319-
327.
Wahyuddin, W. (2017). Pendidikan sepanjang hayat menurut perspektif Islam. Saintifika
Islamica, 3(02), 191-208.

Anda mungkin juga menyukai