Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Ela Hodijah N, S. Ag., M.Pd. I.

Nama : Yusuf Fadhlurrahman


Prodi PAI SMT 3
NIM : B.2020.1.1.103

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan


pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri Melalui proses pembelajaran pada
jalur Pendidikan.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber utama dan
terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa belajar tanpa guru.
Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu kehadiran
peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang
dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Dalam pendidikan Islam peserta didik adalah individu yang sedang berkembang, baik
secara fisik, psikologis, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akherat
kelak. Didefinisi ini membri arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum
dewasa, yang karenanya mwmrelukan orangb lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Dalam
istilah lain anak kandung merupakan peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta
didik disekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat
beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali dengan “murid” atau thalib. Secara
etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut artiterminologi,
murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual
{mursyid}”. Sedangkan thalib dalam bahasa berarti “orang yang mencari”, sedang menurut
istilah tasawuf adalah “penempuh jalan spiritual, yang berusaha keeras menempuh dirinya
untuk mencapai derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta
didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib).
Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki kedalaman makna daripada
penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan itu terdapat individu yang secara
sungguh-sungguh menghendaki dan mencari ilmu pengetahuan. Hal ini meunjukan bahwa
istilah murid dan thalib menghendaki adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses
belajar mengajar, bukan pada pendidik.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak
membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-
kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan
untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-
aspek kepentingan, antara lain :
1). Aspek Paedogogis.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum,
makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan
sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya
tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dasar. Adapun manusia dengan potensi
yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2). Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhluk
yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3). Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah
makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang
percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Karakteristik Peserta Didik
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami
hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami
hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Dengan demikian
disini dijelaskan karakteristik peserta didik yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga
metode belajar mengajar tidak boleh disamakan oleh orang dewasa.
2. Peserta didik mempunyai kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin
3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi
jasmani, entegensi, sosia, bakat, minat, dan lingkungan mempengaruhinya.
4. Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia
5. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif.
6. Peserta didik mengikuti periode-periodde perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.
Adab dan Tugas Peserta Didik
Menurut Sa’id Hawa yang dikutip oleh Tafsir menjelaskan adab dan tugas murid yang
dapat juga disebut sifat-sifat murid sebagai berikut:
1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya. Artinya seorang
murid harus suci dari akhlak yang jelek.
2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah karena
dengan kesibukannya akan melengahkannya dari menuntut ilmu.
3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap guru. Artinya seorang murid harus tawadhu terhadap guru yang berakhlak
baik.
4. Orang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan
perbedaaan pendapat atau kkhilafiah antarmazhab karena hal itu akan
membingungkan pikirannya.
5. Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk
dirinya.
6. Tidak menekuni ilmu sekaligus,melainkan berurutan dari yang paling penting.
7. Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang palping mulia, itu diketahui dari hasil
belajarnya, dan kekuatan dalilnya.
Dalam istilah murid mempunyai konsep yang lebihi menjamin tercapainya tujuan
pendidikan yaitu terwujudnya manusia yang, memilki kemanusiaan yang tinggi.
Seorang pelajar atau peserta didik juga harus memperhatikan adab atau tugasnya
dalam menuntut ilmu diantaranya yaitu
a. Niat yang ikhlas karena Allah swt ketika menuntuk ilmu hanya mengharapakan
Ridha dan pahala dari Allah.
b. Mengawali langkah dengan penyucian hati dari perilaku yang buruk dan sifat-sifat
yang tercela.
c. Mengurangi segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi dan menjauh
dari keluarga dan kota tempat tinggal.
d. Tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan kekuasaan
terhadap guru yang mengajarinya
e. Tidak memalingkan perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat-pendapat
manusia yang bersimpang siur baik ilmu-ilmu yang dipelajarinya itu termasuk ilmu-
ilmu dunia maupun ilmu-ilmu akhirat.
f. Menunjukan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin ilmu
yang terpuji, agar dapat mengetahuai tujuannya masing-masing.
g. Tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum menguasai bagian yang
sebelumnya.
h. Berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadikaan sesuatu menjadi semulia-
mulia ilmu.
i. Menjadikan tujuannya yang segera demi menghiasi batinnya dengan segala aspek
kebajikan.
j. Mengetahui antara suatu ilmu dengan tujuannya

Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam macam, yang
merupakan kkompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan. Syarat yang
dimaksud yaitu dengan syairnya sebagai berikut:
‫االَالَتنَا َ ُل ْال ِع ْل َم اِالَّبِ ِستَّ ٍة‬
َ ‫َسأ ُ ْنبِ ْي‬
‫ك ع َْن َمجْ ُموْ ِعهَا بِبَيَا ٍن‬
‫ار َوب ُْل َغ ٍة‬ ٍ ْ‫ُذ َكا ٍء َو ِحر‬
ٍ َ‫ص َوا ْس ِطب‬
‫َواِرْ َشا ِداُ ْستَا ٍذ َوطُوْ ِل ال َّز َما ِن‬
“ Ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat;
aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu: kecerdasan,hasrat atau motivasi
yang keras, sabar, modal {sarana}, petunjuk guru, dan masa yang panjang {kontinu}”.

Dari syair di atas kita mengetahui bahwa syarat-syarat yang harus dimilki oleh peserta
didik yaitu enam hal yaitu;
1. Memiliki kecerdasan (dzaka); yaitu penelaran imajinasi, wawasan (insight),
pertimbangan, dan daya penyesuaian sebagai proses mental yang dilakukan secara
cepat dan tepat.
2. Memiliki hasrat (hirsh), yaitu kemauan, gairah, moril dan motivasi yang tinggi dalam
mencari ilmu, serta tidak merasa puas terhadap ilmu yang diperolehnya. Hasrat ini
menjadi pentin gsebagai persyaratan dalam pendidikan, sebab persoalan manusia
tidak sekedar mampu (qudrah) tetapi juga mau (iradah). Dengan demikian akan
menghasilkan kompetensi dan kualifikasi pendidikan yang maksimal.
3. Bersabar dan tabah (ishtibar) serta tidak pernah putus asa dalam belajar, walaupun
banyak rintangan dan hambatan, baik hambatan ekonomi, psikologis, sosiologis,
politik, bahkan administratif.
4. Mempunyai seperangkat modal dan sarana (bulghah) yanng memadai dalam belajar.
5. Adanya petunjuk pendidik (irsyad ustadz), sehingga tidak menjadi salah pengertian
(misunderstanding) terhadap apa yang dipelajari.
6. Masa yang panjang (thuwl al-zaman), yaitu belajar tanpa henti dalam mencari ilmu
(no limits to study) sampai pada akhir hayat, min mahdi ila lahdi (dari buaian sampai
liang lahat).
Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali dengan “murid” atau thalib. Secara
etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut artiterminologi,
murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual
{mursyid}”. Sedangkan thalib dalam bahasa berarti “orang yang mencari”, sedang menurut
istilah tasawuf adalah “penempuh jalan spiritual, yang berusaha keeras menempuh dirinya
untuk mencapai derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta
didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib).
Dalam sabda Nabi SAW:
ْ ِ‫َما ِم ْن َموْ لُوْ ٍد اِاَّل يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬
ِّ َ‫ط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه اَوْ يُن‬
)‫ص َرانِ ِه اَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه ( َر َواهُ ُم ْسلِ ْم‬
Artinya “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan
anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi (H.R. Muslim)”.
Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30:
ٰ َ ِ‫ق ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذل‬ ْ ِ‫ك لِلدِّي ِن َحنِيفًا ۚ ف‬
ِ َّ‫ك ٱلدِّينُ ْٱلقَيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر ٱلن‬
‫اس اَل‬ ِ ‫اس َعلَ ْيهَا ۚ اَل تَ ْب ِدي َل لِخ َْل‬
َ َّ‫ط َرتَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى فَطَ َر ٱلن‬ َ َ‫فَأَقِ ْم َوجْ ه‬
َ‫يَ ْعلَ ُمون‬
Artinya; Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (Islam)
sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Dengan demikian agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya
haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, seperti
disebutkan dalam Hadis nabi:
‫الحديث‬// ‫َلى ُعقُوْ لِ ِه ْم‬ َ َّ‫َاطبُواالن‬
َ ‫اس ع‬ ِ ‫خ‬
Artinya: “Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat perkembangan
akalnya”.
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen yang
menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumbuhan perhatian
dalam semua proses pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai