Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENGAMBIL DAN MEMPELAJARI ADAB

DOSEN PEMBIMBING: Roidah Lina, Lc., M.M.

Di susun Oleh:

Hidayanti Halek (201.372.035)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MADANI

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum waromatullahi wabarakatuh….,

segala puji syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, karena rida-Nya, makalah ini dapat dis
elesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat UTS pada mata kuliah
Akhlak.

Saya sadar bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, saya memberikan ucapan Terima Kasih sebesar-besarnya sebagai bent
uk apresiasi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuat
an makalah ini .

Makalah dengan judul ‘’ MENGAMBIL DAN MEMPELAJARI ADAB ‘’ ini di susun selai
n memenuhi kebutuhan tugas UTS, di harapkan juga bisa memberikan wawasan lebih bagi pe
mbaca.

Dalam penulis makalah ini, saya menyadari bahwa masih ada kesalahan dan kekurangan di d
alamnya. Oleh karena itu, saya memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ditemukan di d
alamnya. saya juga mengharapkan adanya kritik dan saran membangun untuk membantu saya
di masa depan.

Akhir kata, semoga tujuan dari penulisan makalah ini dapat terwujud dan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Akhir kata

wassalamu'alaikum waromatullahi wabarakatuh….,

Yogyakarta, 25 Mei 2021

Penulis

I
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Memetik Pelajaran dan Adab Mengambil Faedah Ilmu.......................................................6
2.2 Mengambil faidah dari siapapun.........................................................................................7
2.3 Cara ulama memanfaatkan waktu........................................................................................8
2.4 Menuntut ilmu harus ada gurunya......................................................................................10
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu
yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan a
kan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Al
lah SWT berfirman :

Artinya:Katakanlah” (Wahai Muhammad) Adakah sama orang yang berilmu dengan orang-
orang yang tidak berilmu.” (Q.s Az-Zumar :9)

Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang tida
k berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutama
an yang akan didapat oleh orang yang berilmu.

Penuntut ilmu hendaknya menggunakan setiap kesempatan untuk mengambil faidah ilmu
yang diperoleh. Di dalam mempelajari ilmu, adab juga sangat penting bagi seorang penuntut
ilmu,yaitu adabnya terhadap guru, teman keluarga dan lainya.

Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuli
aan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang seb
agai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama m
anusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia mili
ki. Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa terga
ntung kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena tid
ak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya
manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan
kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam a
turan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju ke
selamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.

1
Penjelasan di atas hanyalah uraian singkat betapa pentingnya faidah ilmu pengetahuan bagi m
anusia,baik untuk kehidupan diri pribadi maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-ben
da di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Memetik Pelajaran dan Adab Mengambil Faedah Ilmu


2. Mengambil faidah dari siapapun
3. Cara ulama memanfaatkan waktu
4. Menuntut ilmu harus ada gurunya

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Pelajaran dan Adab Mengambil Faedah Ilmu
2. Agar tidak memilih milih siapa yang memberikan faidah
3. Untuk mengetahui bagaiman ulama memanfaatkan waktu
4. Agar penuntut ilmu tersebut belajar dengan gurunya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Memetik Pelajaran dan Adab Mengambil Faedah Ilmu


Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran pada setiap waktunya
hingga ia meraih keutamaan. Adapun cara memetik faidah adalah setiap saat membawa pena
sehingga dapat mencatat apa pelajaran pelajaran yang ia dengarkan. Ternyata tinta sangat
penting bagi diri kita, tinta pena ibarat makanan yang di mana sangat kita butuhkana, jika
tidak makan kita akan kelaparan begitu juga pena jika kita tidak memilikinya kita tidak bisa
menulis faidah yang didapatkan hari ini juga

Ada yang mengata “ siapa menghafal (sesuatu) maka (hafalanya) akan lari. Dan siapa
menulis sesuatu, maka (tulisanya) akan tetap bertahan.” ada yang mengatakan ilmu, “ ilmu
itu adalah apa yang di dapatkan dari mulut orang, karena mereka menghafal kata-kata terbaik
yang mereka dengar, dan mereka mengatakan kata-kata terbaik yang mereka hafalkan.”

Seorang penuntut ilmu selayaknya memetik faidah yaitu mencari faidah ilmu dengan
menghafal pelajaran yang di dapatkan dihari itu juga, maka pelajaran tersebut akan lari pada
orang yang menghafalnya, semakin banyak kita mengahafal pelajaran yang kita dapatkan,
akan semakin banyak pula apa yang kita ketahui dalam pelajaran tersebut.

Dikatakan lagi, “yang disebut ilmu adalah semua yang diambil dari ucapan ahli ilmu, karena
mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengaranya dan mengucapkan hal
yang paling bagus dari hafalannya.”

Didalam buku Ta’lim AL-Muta’allim, Asy-Syaikh Al-Adib Al-Ustadz Zainul islam, yang
dikenal sebagai Al-Adib Al-Mukhtar, berkata,”hilal bin yasar berkata, aku melihat Nabi
mengatakan suatu ilmu dan hikmah kepada sahabat-sahabat beliau, lalu aku berkata, “wahai
Rasulullah! Tolong ulangilah kembali untukku, apa yang engkau ucapkan itu. Beliau lantas
bertanya kepadaku, ‘apakah engkau membawa wadah tinta?’ aku menjawab, ‘aku tidak

3
membawah wadah tinta. Nabi kemudian berkata, ‘wahai Hilal! Jangan pernah meninggalkan
wadah tinta, karena kebaikan ada padanya dan pada pemiliknya hingga hari kiamat.”

‫ريب‬--‫ وعن ق‬،‫ير‬--‫ه يس‬--‫ة فإن‬--‫يرا من العلم والحكم‬--‫ووصى الصدر الشهيد حسام الدين إبنه شمس الدين أن يحفظ كل يوم يس‬
‫يكون كثيرا‬.

Ash-Shadru Asy-Syahid Hussamudin Raḥimahullāh berwasiat kepada Syamsuddin putra beli


au, agar setiap hari menghafal sedikit ilmu dan sepatah hikmah. Karena hal itu mudah dilakuk
an, dan dalam waktu singkat akan menjadi semakin banyak.

2.2 Mengambil faidah dari siapapun


Hendaknya seorang penuntut ilmu tidak sombong dan tidak angkuh dan tidak juga
tidak gengsi untuk menerima faidah dari orang yang keilmuan, kedudukan, nasab, atau
umurnya lebih rendah. Tapi harus bersemangat mengambil faidah dari manapun dia dapat. M
engambil faidah berbeda dengan belajar majlis. Adapun faidah, kita bisa ambil dari siapa saja
asal faidahnya benar. Adapun mengambil ilmu dengan belajar di majlis, kita harus selektif da
lam memilih guru. Dan mengambil ilmu harus dari ahlinya. Berbeda dengan sekedar faidah.

Sahabar Said bin Jubair radhiallahu anhu berkata, “Seseorang akan tetap menjadi orang yang
berilmu selama dia terus belajar. Jika dia mulai tidak belajar dan telah merasa cukup dengan
yang dia miliki, maka dia akan menjadi orang yang lebih bodoh dari sebelumnya.”

Bahkan seorang Imam besar yang namanya harum sejar tahun 200 H hingga sekarang dan se
moga harum namanya hingga akhir zaman, al-Imam Asy-Syafi’i semoga Allah merahmati bel
iau, mau mengambil faidah ilmu dari muridnya.

Al-Humaidi rahimahullah (murid Imam Syafi’i) berkata, “Aku mengikuti dan belajar dari Im
am Syafi’i mulai dari di Mekkah hingga ke Mesir. Dan aku mendapatkan banyak sekali faida
h dan ilmu dari pembahasan-pembahasan ilmu. Dan dia pun mengambill beberapa faidah had
its dariku.”

Begitu juga penuturan dari Imam Ahmad bin Hanbal yang juga merupakan murid Imam Syaf
i’i rahimahumallah. Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

4
‘Kamu lebih paham masalah hadits dari pada aku. Jika kamu mengetahui hadits yang shahih,
maka beritahu aku, agar aku bisa mengambil dan mengamalkan hadits tsb.’”

Begitu juga para ulama lainnya, mereka terus mau belajar meskipun keahlian mereka sudah
diakui hingga ujung dunia, tetapi mereka tetap mau mengambil faidah bahkan dari muridnya
sendiri dan tidak ada rasa gengsi, malu dan juga tidak sombong. Menghilangkan rasa gengsi,
malu dan sombong ini perlu diusahakan dengan terus memperbaharui niat agar tetap lurus.

2.3 Cara ulama memanfaatkan waktu


Waktu merupakan sesuatu yang amat berharga yang Allah berikan kepada setiap
makhluknya. Ia adalah modal utama dalam segala hal. Islam mengajarkan kita disiplin waktu,
sebagaimana ditekankan sholat di awal waktunya. Demikian juga tuntutan lainnyaseperti haji,
zakat, puasa, dan kurban, juga mengajarkan perihal disiplin waktu.

Rasulullah SAW bersabda, “Bahwa ada dua nikmat yang seringkali manusia lalai padanya,
yaitu nikmat sehat dan waktu lapang.”

Ini mengisyaratkan bahwa yang betul-betul memanfaatkan waktu hanya sedikit, dan yang
banyak adalah menyia-nyiakannya.

Orang barat mengatakan time is money, tapi dalam islam disebut al-Waqtu atsmanu minadz-
Dzahabi (waktu lebih berharga dari pada emas). Hilang emas bisa dicari dengan lebih
banyak, tapi hilang waktu maka selamanya tak akan kembali. Maka waktu lebih mahal dari
emas, intan, dan permata. Karena waktu kita adalah hidup kita.

Waktu berlalu lebih cepat dari awan. Bilamana waktu digunakan karena Allah, maka itulah
umur dan hidup yang sesungguhnya. Tapi bila bukan karena itu, maka hidupnya dianggap
sia-sia, walaupun hidup lama, tak ubahnya sepeti hewan. Bila seseorang menghabiskan
waktunya untuk maksiat dan syahwat, maka tidur lebih baik baginya. Sebab matinya orang
seperti ini lebih baik dari pada hidupnya.

Orang yang berakal tidak akan membiarkan waktunya hilang begitu saja. Hanya orang-orang
yang diberikan taufiq dan ilham lah yang mengetahui betapa pentingnya waktu. Siapa yang

5
membaca kisah hidup orang-orang sukses terdahulu, niscaya dia akan termotivasi untuk
bangkit. Lihatlah bagaimana para ulama kita memanfaatkan waktunya.

Muhammad bin Hasan (132-189 H), murid Imam Abu Hanifah, tidak tidur malam kecuali
sedikit. Di sampingnya selalu ada buku. Jika bosan dengan satu buku, ia akan membaca buku
yang lain. Al-Baqilani, beliau tidak tidur malam hingga selesai menulis 35 lembar. Dan
kebiasaan beliau adalah shalat sunat 20 rakaat setiap malam.

Isham bin yusuf membeli pena seharga satu dinar untuk menulis kata kata yang ia dengar,
karena umur itu pendek, dan ilmu itu banyak. Maka dari itu, penuntut ilmu tidak selayaknya
menyia-nyiakan waktu, harus memanfaatkan malam-malam hari dan saat saat sendiri.
Diriwayatkan dari Yahya bin Mu’adz Ar-Razi, malam itu panjang, maka janganlah engkau
memperpendekkan dengan tidur. Dan siang hari itu terang, maka janganlah engkau
memperkeruhnya dengan dosa-dosamu.”

Demikian juga Muhammad bin Suhnun al-Qairuwani (202-256 H), disuapi makan malam
oleh pelayannya, sementara Ibnu Subnun sendiri sibuk mengarang kitab, dan ajaibnya ia tidak
merasa disuapi. Ketika hampir tiba waktu subuh, ia memanggil pelayannya, mana makanan
untukku tadi malam? Sang pelayan bilang, demi Allah wahai Tuanku, tadi malam Anda
sudah saya suapi, tapi anda tak merasa.

Imam Alusi (1217-1270 H), seorang mufassir dan mufti Baghdad. Mengajar 24 pelajaran
dalam sehari. Tapi ketika sibuk berfatwa, maka beliau mengajar 13 pelajaran. Siangnya
digunakan untuk mengajar dan berfatwa, malamnya untuk menulis. Bahkan menulis hingga
sakit terakhirnya.

Abdul Hay al-Laknawy (w. 1304 H), meninggal di usia 39 tahun. Karya tulisnya mencapai
110 judul. Di Indonesia sendiri ada Syekh Yasin al-Fadani (w. 1409 H), yang bergelar
Musnid Dunya, karya tulisnya juga ratusan. Demikian juga Syekh Nawawi al-Bantani dan
KH Bisri Musthafa yang karyanya ratusan.

Produktifitas para ulama berkarya menunjukkan betapa mereka memanfaatkan waktu dengan
baik. Memanfaatkan waktu akan membuat umur terasa lebih panjang dan memberikan bekas.

6
Allah berkahi waktu yang singkat dengan karunianya yang banyak kepada siapa yang ia
kehendaki.

Umur yang sebenarnya adalah masa muda. Karena di waktu muda inilah kita bekerja
produktif, fisik dan semangat juga mendukung. Semakin kita menua, semakin besar tanggung
jawab yang diemban, semakin banyak relasi, namun waktu menjadi semakin sempit,
kemampuan berkurang, fisik pun melemah, kesehatan berkurang, semangat juga tak lagi
menggebu, sementara kewajiban dan kesibukan terus bertambah. Maka bersegeralah
memanfaatkan waktu dengan baik.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Ketika kita lahir kita diazankan, dan disholatkan manakala
kita meninggal dunia. Ini bukti bahwa hidup kita begitu singkat.

Andai kita sia-siakan waktu 1000 tahun, lalu kita bertaubat, hingga akhir hayat kita
digunakan untuk hal yang bermanfaat, maka kita termasuk orang yang beruntung.
Keuntungan itu karena mengoptimalkan masa akhir dari hidup kita. Yang terbaik adalah
memaksimalkan pada hal positif sejak di usia muda. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu begitu
menyesali hari yang terlewati begitu saja tanpa ada amal yang meningkat di dalamnya.

Bayangkan, sebentar saja kita luangkan waktu kita untuk mengucap tasbih “Subhanallahil-
azhim wa bi hamdih“, maka Allah akan tanamkan satu pohon kurma di surga.

Bukan bermaksud mengisi waktu seperti dia atas 100 persen secara monotan. Tapi ketika ada
waktu kosong diselingi dengan aktifitas bermanfaat lainnya seperti olahraga.

Karenanya, bagi seorang pelajar, ia harus betul-betul memanfaatkan waktunya dengan


menuntut ilmu. Karena malas hanya akan membawa penyesalan. Bukankah pahala menuntut
ilmu sangat besar, sama halnya berjuang di jalan Allah, pahala seperti haji, lebih baik dari
sholat sunnah, didoakan malaikat hingga ikan yang ada di laut, dan dimudahkan jalan menuju
surga.

Dan berilmu saja tidaklah cukup, haruslah juga diimbangi dengan amal agar memperoleh
keutamaan yang sempurna. Di antara sebab menurunnya para penuntut ilmu sekarang ini

7
adalah karena tujuannya bukan lagi ilmu semata, tapi menginginkan kemewahan, kekayaan,
harta, dan tujuan dunia lainnya.

Umar bin Khattab menasihati, hati-hatilah dari perut kenyang. Karena akan membuat malas
melakukan shalat dan berdampak buruk pada kesehatan badan. Makan secukupnya saja
karena akan membuat fisik kuat, jauh dari mubazir, lebih sehat untuk badan, dan kuat
beribadah.

Di antara cara agar bisa memanfaatkan waktu dengan baik adalah menyendiri sebisa
mungkin, berinteraksi sekadarnya saja, sedikit makan. Karena banyak makan akan cepat
mengantuk dan tidur panjang, sehingga waktu malam berlalu begitu saja.

2.4 Menuntut ilmu harus ada gurunya


Seiring dengan bebas dan mudah mengakses informasi, banyak kalangan yang mulai
menganggap belajar bisa dilakukan tanpa harus ada arahan seorang guru. Khusus dalam ilmu-
ilmu agama, hal ini jelas sangat tidak dianjurkan karena bisa membawa seseorang ke jalan
yang tidak benar.

Biasanya, orang-orang yang merasa tidak perlu adanya guru mereka akan memanfaatkan
media sosial seperti Facebook, YouTube, Instagram, dan lain sebagainya.
Kita sebagai umat muslim perlu hati-hati dengan fenomena ini karena ketika seseorang sudah
merasa bisa tanpa bantuan guru, maka dikhawatirkan ilmunya tidak akan barokah.

Selayaknya penuntut ilmu memanfaatkan keberadaan para syaikh dan memetik faidah dari
mereka, dan tidak semua yang tertinggal itu bisa ditemukan, seperti yang dikatakan guru
kami, syeikhul islam, didalam Al-Masyikhah Karyanya, “berapa banyaknya syeikh besar
dibidang ilmu dan keutamaan yang akan temui, namun aku tidak sempat meminta
pengalamanya.”

Saya sampaikan hilangnya kesempatan ini, bersumber dari bait syair berikut;

‫ت التَّاَل قِي لَ ْهفًا * َما ُك ُّل َما فَاتَ َويَ ْفنَى يُ ْلفَى‬
ِ ‫لَهفًا َعلَى فَو‬

8
Oh betapa menyesalnya aku, karena tidak

Sampai bertemu dengan ulama ulama besar

Karena tidak semua yang telah berlalu dan


Lenyap itu, bisa dijumpai kembali

Ali berkata, “jika kau tengah mengupayakan sesuatu, maka tetaplah berjuang dalam
meraihnya. Cukuplah berpaling dari ilmu Allah itu sebagai kehinaan dan kerugian.
Memohonlah perlindungan kepada allah darinya pada malam dan siang hari.

Menuntut ilmu memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim, laki-laki maupun
perempuan.

Artinya: Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan.

Syekh Az-Zarnuji di dalam kitab yang masyhur disebut Kitab Alala menuliskan sebuah syair
dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang artinya:

Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya
akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan, kemauan, sabar, biaya,
bimbingan guru, dan waktu yang lama.

Penuntut ilmu harus tahan menghadapi kesulitan dan kehinaan dalam menuntut ilmu. Sikap
mencari muka itu tercelah, kecuali dalam menuntut ilmu, karena seorang penuntut ilmu itu
harus mencari muka dihadapan guru, teman-teman, dan yang lainnya, agar bisa mendapatkan
faidah dari mereka.

Ada yang mengatakan, ilmu itu adalah kemuliaan yang tidak ada kehinaan di dalamnya. Dan
ilmu itu hanya diraih dengan kehinaan yang tidak ada kemuliaan di dalamnya.”

9
Penyair berkata:

Aku melihat, kau memiliki jiwa yang kau Mengiginkan untuk memuliakannya

Kau tidaklah meraih kemuliaan sebelum kaumenghinakannya

Oleh sebab itu, guru menjadi elemen penting ketika mencari ilmu karena ibarat sumur dan
ember, gurulah sumur itu yang berarti menyediakan sumber ilmu. Rasulullah saw juga sangat
memberi perhatian pada pentingnya seorang guru

Beliau bersabda, Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah
guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu. (HR. Thabrani)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran pada setiap waktunya hingg
a ia meraih keutamaan. Adapun cara memetik faidah adalah setiap saat membawa pena sehin
gga dapat mencatat apa pelajaran pelajaran yang ia dengarkan. Didalam buku Ta’lim AL-Mut
a’allim, Asy-Syaikh Al-Adib Al-Ustadz Zainul islam, yang dikenal sebagai Al-Adib Al-Muk
htar, berkata,”hilal bin yasar berkata, aku melihat Nabi mengatakan suatu ilmu dan hikmah ke
pada sahabat-sahabat beliau, lalu aku berkata, “wahai Rasulullah! Tolong ulangilah kembali u
ntukku, apa yang engkau ucapkan itu. Jika dia mulai tidak belajar dan telah merasa cukup den
gan yang dia miliki, maka dia akan menjadi orang yang lebih bodoh dari sebelumnya.”. Begit
u juga penuturan dari Imam Ahmad bin Hanbal yang juga merupakan murid Imam Syafi’i rah
imahumallah.

Seiring dengan bebas dan mudah mengakses informasi, banyak kalangan yang mulai
menganggap belajar bisa dilakukan tanpa harus ada arahan seorang guru. Khusus dalam ilmu-
ilmu agama, hal ini jelas sangat tidak dianjurkan karena bisa membawa seseorang ke jalan ya
ng tidak benar. Cukuplah berpaling dari ilmu Allah itu sebagai kehinaan dan kerugian. Ingatl
ah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Yaitu: Kec
erdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama. Penuntut ilmu harus t
ahan menghadapi kesulitan dan kehinaan dalam menuntut ilmu. Sikap mencari muka itu terce
lah, kecuali dalam menuntut ilmu, karena seorang penuntut ilmu itu harus mencari muka diha
dapan guru, teman-teman, dan yang lainnya, agar bisa mendapatkan faidah dari mereka. Ada
yang mengatakan, ilmu itu adalah kemuliaan yang tidak ada kehinaan di dalamnya. Dan ilmu
itu hanya diraih dengan kehinaan yang tidak ada kemuliaan di dalamnya.” . Oleh sebab itu, g
uru menjadi elemen penting ketika mencari ilmu karena ibarat sumur dan ember, gurulah sum
ur itu yang berarti menyediakan sumber ilmu. Beliau bersabda, Belajarlah kamu semua, dan
mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang
yang mengajarkanmu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Isma’il, ibrahim bin. 2005. syarh Ta’limAl-Muta’alim. Perpustakaan Nasional RI: Katalog
Dalam Terbitan (KDP).

Hidayatullah, Nur. 2020, "Cara ulama memanfaatkan waktu", https://alif.id/read/nur-


hidayatullah/cara-ulama-memanfaatkan-waktu-b230336p/ , 39 Mei 2022, 09.10

Islam, Fathan Jihadul. 2021, "Adab menuntut ilmu: Mengambil faidah dari siapapun",
https://catatansantri.id/adab-menuntut-ilmu-mengambil-faidah-dari-siapapun/ , 39 Mei 2022,
09.30

Mulyono, By Hadi. 2020, "inilah alasan penuntut ilmu harus ada gurunya",
https://akurat.co/amp/inilah-alasan-menuntut-ilmu-harus-ada-gurunya , 39 Mei 2022, 10.02

12

Anda mungkin juga menyukai