Anda di halaman 1dari 14

Akhlak Dalam Menuntut Ilmu

Palembang, 29 November 2021


Akhlak Kepada Pendidik
Keistimewaan seorang pendidik digambarkan oleh
imam al-Ghazali sebagai berikut: “Seorang yang berilmu
dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang
dinamakan orang besar di bawah kolong langit. Ia bagai
matahari yang menyinari orang lain, sedangkan ia
sendiripun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang
wanginya dinikmati orang lain, sedangkan ia sendiripun
harum (Rusn 1998,hlm. 64).
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru
profesional, imam al-Ghazali menyebutkan sebagai
berikut:
Guru adalah orang tua kedua bagi murid
Guru sebagai pewaris ilmu nabi
Sebagai penunjuk jalan dan pebimbing keagamaan
murid
Guru sebagai sentral figur bagi murid
Guru sebagai motivator bagi murid
Sebagai seorang yang memahami tingkat
perkembangan intelektual murid
Guru sebagai teladan bagi murid (Rusn, 1998 hlm. 67-
75)
Adapun akhlak kepada pendidik menurut
K.H. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut:
Hendaknya seorang murid mempertimbangkan terlebih dulu seraya
memohon kpd Allah perihal guru yang akan ditimba ilmunya. (Dalam
konteks sekarang bisa dalam memilih lembaga pendidikan).
Mencari guru yang keahliannya didapat dengan perjuangan, baik
belajar langsung kepada gurunya yang lebih ahli maupun dengan
penelitian dan diskusi, bukan hanya guru yang mendapatkan
keahliannya hanya dari buku/kitab.
Patuh kepada guru dalam berbagai hal dan tidak menentang
pendapat/aturannya.
Memandang guru dengan hormat/takzim dan percaya bahwa
padanya terdapat keistimewaan.
Mengetahui hak-hak guru dan memuliakannya dengan
mendoakannya dan memuliakan keluarga dan kerabatnya.
 Bersabar atas ketidakramahan dan keburukan perilaku dari guru (bisa
berbentuk hukuman bagi murid).
 Tidak menemui guru selain di majelis ilmu, kecuali dengan meminta izin
terlebih dulu.
 Bila duduk di depan guru, hendaknya dengan etika yang baik.
 Berusaha untuk berkata baik kepada guru.
 Ketika seorang guru menjelaskan ilmu yang telah diketahui oleh murid,
hendaknya murid tetap mendengarkan seolah-olah murid belum
mengetahuinya dan merasa haus akan ilmu.
 Tidak mendahului atau bersamaan dalam menjelaskan suatu permasalahan
atau menjawab pertanyaan. Tidak menampakkan bahwa murid juga
mengetahui hal tsb.
 Bila guru memberikan sesuatu, maka murid harus menerima dengan tangan
kanan, dan apabila murid yang memberikan, jika berbentuk kertas atau buku,
sebaiknya dibentangkan atau dibukakan, agar guru tidak perlu lagi mencari
halaman yang dimaksud. (K.H.M. Hasyim Asy’ari, 2019, hlm.24-34).
Sedangkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim
dijelaskan sebagai berikut:
 Murid tidak akan memperoleh ilmu dan mengambil manfaatnya
apabila tidak menghormati seorang guru.
 Termasuk menghormati guru adalah tidak berjalan di depannya, tidak
duduk di tempatnya dan tidak berbicara kecuali dengan izinnya.
 Seorang murid hendaknya mencari keridhaan hati guru, menjauhi hal-
hal yang membuat ia murka, mematuhi perintahnya asal tidak
bertentangan dengan agama, dan menghormati keluarga serta
kerabatnya.
 Maka sudah seharusnya seorang murid tidak menyakiti hati gurunya,
karena menyakiti hati guru akan membawa murid kepada
ketidakberkahan ilmu. Hal ini sesuai syair yang dituliskan Az-Zarnuji :
“Sungguh guru dan dokter tidak akan menasihati kecuali bila
dimuliakan. Maka rasakan penyakitmu jika tidak memuliakan dokter,
dan rasakan kebodohanmu bila membantah guru”. (Az-Zarnujii, 2009,
hlm.27-33).
Akhlak Kepada Ilmu
Menurut K.H.Hasyim Asy’ari, ada lima pembahasan tentang
akhlak kepada ilmu:
 Hendaknya seorang pelajar sebisa mungkin mempunyai buku
pelajaran yang dibutuhkan, baik dengan cara membeli, menyewa atau
meminjam.
 Jika seseorang tidak berkeberatan, dianjurkan untuk meminjamkan
buku kepada temannya yang dianggap tidak mencederai akad
pinjaman.
 Ketika membuat salinan dari sebuah buku atau menelaahnya jangan
sampai meletakkannya di atas lantai
 Bila meminjam atau membeli buku, hendaklah dengan teliti
memeriksa bagian depan, belakang dan tengahnya.
 Tatkala menyalin tulisan dari buku yang berisi ilmu syariat, hendaknya
bersuci, menghadap kiblat, badan dan pakaian bersih dan dengan
menggunakan tinta yang suci (K.H.Hasyim Asy’ari, 2019, hlm.102-106).
Sedikit berbeda dr K.H. Hasyim Asy’ari, Syaikh az-Zarnuji
menyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan adab terhadap ilmu
yaitu:
 Hendaknya seorang santri bewudhu ketika akan membaca kitab,
karena ilmu adalah cahaya, sedangkan berudhu juga cahaya, cahaya
ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu.
 Dilarang meletakkan kitab di dekat kaki atau meletakkan barang di
atas kitab.
 Menulis dengan tulisan yang jelas, tidak terlalu kecil ukurannya
sehingga sulit dibaca.
 Hendaknya santri mendengarkan penjelasan tentang ilmu dan
hikmah dengan rasa hormat, walaupun sudah diulang seribu kali.
 Hendaknya seorang santri menyerahkan persoalan mengaji kepada
gurunya, karena guru lebih mengetahui kemampuan santrinya (Az-
Zarnuji, 2009, hlm.33-39).
Akhlak Peserta Didik dalam Belajar
Murid hendaknya belajar hal-hal yang hukumnya fardhu ’ain terlebih
dahulu. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih.
Hendaknya murid mempelajari al-Qur’an guna memperkuat ilmu-ilmu
fardhu ‘ain yang telah dipelajari.
Pada awal pembelajaran, hendaknya murid tidak terlalu sibuk
mempelajari perbedaan di kalangan ulama’, agar tidak bingung dan
kaget.
Murid hendaknya mengoreksi kebenaran materi bacaan sebelum
menghafalnya kepada guru atau orang lain yang berkompeten.
Bersegera sedini mungkin mendengar dan mempelajari ilmu terutama
hadits dan tidak mengabaikannya maupun ilmu-ilmu terkait
dengannya.
 Ketika murid telah mendapatkan penjelasan dari kitab-kitab yang ringkas,
hendaknya ia pindah ke kitab-kitab yang lebih luas keterangannya.
 Selalu menghadiri halaqoh pengajaran dan pengajian guru, sebisa mungkin,
karena bisa menambah kebaikan, keutamaan, ilmu, dan tata krama bagi
murid.
 Ketika murid mendatangi majelis pengajian guru, hendaknya mengucapkan
salam dengan suara yang jelas, yang bisa didengar semua hadirin.
 Tidak malu menanyakan yang dirasa rumit dan meminta penjelasan terhadap
hal yang tidak dimengerti.
 Menunggu giliran dalam belajar, tidak boleh mengambil giliran orang lain
kecuali ada izin dari yang bersangkutan.
 Hendaknya murid fokus pada satu jenis ilmu sebelum beranjak kepada jenis
ilmu yang lain.
 Murid hendaknya memotivasi teman-temannya untuk mendapatkan ilmu ,
belajar bersama, agar ilmunya berkah dan pikirannya cemerlang (K.H.
Hasyim Asy’ari, 2019, hlm. 39-51).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai