0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang akhlak dalam menuntut ilmu menurut beberapa tokoh, di antaranya KH Hasyim Asy'ari. Beberapa poin penting yang diangkat adalah mengenai hormat kepada guru, patuh kepada nasihat guru, serta belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak malu bertanya.
Dokumen tersebut membahas tentang akhlak dalam menuntut ilmu menurut beberapa tokoh, di antaranya KH Hasyim Asy'ari. Beberapa poin penting yang diangkat adalah mengenai hormat kepada guru, patuh kepada nasihat guru, serta belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak malu bertanya.
Dokumen tersebut membahas tentang akhlak dalam menuntut ilmu menurut beberapa tokoh, di antaranya KH Hasyim Asy'ari. Beberapa poin penting yang diangkat adalah mengenai hormat kepada guru, patuh kepada nasihat guru, serta belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak malu bertanya.
Akhlak Kepada Pendidik Keistimewaan seorang pendidik digambarkan oleh imam al-Ghazali sebagai berikut: “Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit. Ia bagai matahari yang menyinari orang lain, sedangkan ia sendiripun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang wanginya dinikmati orang lain, sedangkan ia sendiripun harum (Rusn 1998,hlm. 64). Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional, imam al-Ghazali menyebutkan sebagai berikut: Guru adalah orang tua kedua bagi murid Guru sebagai pewaris ilmu nabi Sebagai penunjuk jalan dan pebimbing keagamaan murid Guru sebagai sentral figur bagi murid Guru sebagai motivator bagi murid Sebagai seorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual murid Guru sebagai teladan bagi murid (Rusn, 1998 hlm. 67- 75) Adapun akhlak kepada pendidik menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut: Hendaknya seorang murid mempertimbangkan terlebih dulu seraya memohon kpd Allah perihal guru yang akan ditimba ilmunya. (Dalam konteks sekarang bisa dalam memilih lembaga pendidikan). Mencari guru yang keahliannya didapat dengan perjuangan, baik belajar langsung kepada gurunya yang lebih ahli maupun dengan penelitian dan diskusi, bukan hanya guru yang mendapatkan keahliannya hanya dari buku/kitab. Patuh kepada guru dalam berbagai hal dan tidak menentang pendapat/aturannya. Memandang guru dengan hormat/takzim dan percaya bahwa padanya terdapat keistimewaan. Mengetahui hak-hak guru dan memuliakannya dengan mendoakannya dan memuliakan keluarga dan kerabatnya. Bersabar atas ketidakramahan dan keburukan perilaku dari guru (bisa berbentuk hukuman bagi murid). Tidak menemui guru selain di majelis ilmu, kecuali dengan meminta izin terlebih dulu. Bila duduk di depan guru, hendaknya dengan etika yang baik. Berusaha untuk berkata baik kepada guru. Ketika seorang guru menjelaskan ilmu yang telah diketahui oleh murid, hendaknya murid tetap mendengarkan seolah-olah murid belum mengetahuinya dan merasa haus akan ilmu. Tidak mendahului atau bersamaan dalam menjelaskan suatu permasalahan atau menjawab pertanyaan. Tidak menampakkan bahwa murid juga mengetahui hal tsb. Bila guru memberikan sesuatu, maka murid harus menerima dengan tangan kanan, dan apabila murid yang memberikan, jika berbentuk kertas atau buku, sebaiknya dibentangkan atau dibukakan, agar guru tidak perlu lagi mencari halaman yang dimaksud. (K.H.M. Hasyim Asy’ari, 2019, hlm.24-34). Sedangkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan sebagai berikut: Murid tidak akan memperoleh ilmu dan mengambil manfaatnya apabila tidak menghormati seorang guru. Termasuk menghormati guru adalah tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya dan tidak berbicara kecuali dengan izinnya. Seorang murid hendaknya mencari keridhaan hati guru, menjauhi hal- hal yang membuat ia murka, mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama, dan menghormati keluarga serta kerabatnya. Maka sudah seharusnya seorang murid tidak menyakiti hati gurunya, karena menyakiti hati guru akan membawa murid kepada ketidakberkahan ilmu. Hal ini sesuai syair yang dituliskan Az-Zarnuji : “Sungguh guru dan dokter tidak akan menasihati kecuali bila dimuliakan. Maka rasakan penyakitmu jika tidak memuliakan dokter, dan rasakan kebodohanmu bila membantah guru”. (Az-Zarnujii, 2009, hlm.27-33). Akhlak Kepada Ilmu Menurut K.H.Hasyim Asy’ari, ada lima pembahasan tentang akhlak kepada ilmu: Hendaknya seorang pelajar sebisa mungkin mempunyai buku pelajaran yang dibutuhkan, baik dengan cara membeli, menyewa atau meminjam. Jika seseorang tidak berkeberatan, dianjurkan untuk meminjamkan buku kepada temannya yang dianggap tidak mencederai akad pinjaman. Ketika membuat salinan dari sebuah buku atau menelaahnya jangan sampai meletakkannya di atas lantai Bila meminjam atau membeli buku, hendaklah dengan teliti memeriksa bagian depan, belakang dan tengahnya. Tatkala menyalin tulisan dari buku yang berisi ilmu syariat, hendaknya bersuci, menghadap kiblat, badan dan pakaian bersih dan dengan menggunakan tinta yang suci (K.H.Hasyim Asy’ari, 2019, hlm.102-106). Sedikit berbeda dr K.H. Hasyim Asy’ari, Syaikh az-Zarnuji menyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan adab terhadap ilmu yaitu: Hendaknya seorang santri bewudhu ketika akan membaca kitab, karena ilmu adalah cahaya, sedangkan berudhu juga cahaya, cahaya ilmu tidak akan bertambah kecuali dengan berwudhu. Dilarang meletakkan kitab di dekat kaki atau meletakkan barang di atas kitab. Menulis dengan tulisan yang jelas, tidak terlalu kecil ukurannya sehingga sulit dibaca. Hendaknya santri mendengarkan penjelasan tentang ilmu dan hikmah dengan rasa hormat, walaupun sudah diulang seribu kali. Hendaknya seorang santri menyerahkan persoalan mengaji kepada gurunya, karena guru lebih mengetahui kemampuan santrinya (Az- Zarnuji, 2009, hlm.33-39). Akhlak Peserta Didik dalam Belajar Murid hendaknya belajar hal-hal yang hukumnya fardhu ’ain terlebih dahulu. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih. Hendaknya murid mempelajari al-Qur’an guna memperkuat ilmu-ilmu fardhu ‘ain yang telah dipelajari. Pada awal pembelajaran, hendaknya murid tidak terlalu sibuk mempelajari perbedaan di kalangan ulama’, agar tidak bingung dan kaget. Murid hendaknya mengoreksi kebenaran materi bacaan sebelum menghafalnya kepada guru atau orang lain yang berkompeten. Bersegera sedini mungkin mendengar dan mempelajari ilmu terutama hadits dan tidak mengabaikannya maupun ilmu-ilmu terkait dengannya. Ketika murid telah mendapatkan penjelasan dari kitab-kitab yang ringkas, hendaknya ia pindah ke kitab-kitab yang lebih luas keterangannya. Selalu menghadiri halaqoh pengajaran dan pengajian guru, sebisa mungkin, karena bisa menambah kebaikan, keutamaan, ilmu, dan tata krama bagi murid. Ketika murid mendatangi majelis pengajian guru, hendaknya mengucapkan salam dengan suara yang jelas, yang bisa didengar semua hadirin. Tidak malu menanyakan yang dirasa rumit dan meminta penjelasan terhadap hal yang tidak dimengerti. Menunggu giliran dalam belajar, tidak boleh mengambil giliran orang lain kecuali ada izin dari yang bersangkutan. Hendaknya murid fokus pada satu jenis ilmu sebelum beranjak kepada jenis ilmu yang lain. Murid hendaknya memotivasi teman-temannya untuk mendapatkan ilmu , belajar bersama, agar ilmunya berkah dan pikirannya cemerlang (K.H. Hasyim Asy’ari, 2019, hlm. 39-51). Terima Kasih