Anda di halaman 1dari 13

ADAB MENGAJAR AL-QUR’AN

MENURUT IMAM AN-NAWAWI


A D A B B A G I O R A N G YA N G M E N G A J A R
AL-QUR’AN
D A L A M K I TA B AT- T I B YA N F I I A D A B I
HIFDHIL QUR’AN
K A R YA I M A M A B U Z A K A R I A YA H YA B I N
S YA R A F A N - N AWAW I ,
Adab 1 :
Berakhlak Qurani
Para guru mengaji dinilai berperan penting dalam pembentukan karakter
generasi yang berakhlak mulia. Pasalnya, mereka menanamkan sejak dini
kecintaan pada Alquran, Peran guru ngaji adalah sebagai ujung tombak atau
garda terdepan dalam membentuk perilaku yang baik/berakhlakul karimah,
Selain itu guru ngaji akan menciptakan generasi-generasi terdepan yang
berprilaku Islami bertatakrama serta bertanggungjawab yang berperan penting
dalam rangka membumikan Alquran dan melahirkan generasi Qurani
berikutnya

ADAB MENGAJAR AL-QUR’AN MENURUT IMAM AN-NAWAWI


Berniat & Ikhlas Mengharap Ridha kepada Allah SWT
Pertama kali yang harus dilakukan oleh qari’ (orang yang belajar Al-
Qur’an) dan muqri’ (orang yang mengajarkan qira’ah) adalah berniat
mengharap ridha Allah SWT.
‫الصل َا َة‬
َّ ‫يموا‬ ِ
‫ق‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫اء‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ح‬ ‫ين‬ ِ
‫الد‬ ‫َه‬ ‫ل‬ ‫ين‬ ‫ص‬ِ ِ ‫ل‬‫خ‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬‫ال‬ ‫وا‬ ‫د‬‫ب‬ ‫ع‬ ‫ي‬ِ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ل‬ ‫وا‬‫ر‬ ِ ‫ُأ‬
ُ َُ َ ُ َ َ َ ّ ُ َ ْ ُ َ ّ َُُْ ّ ‫ِإ‬ ُ ‫َو َما‬
‫م‬
dalil Al Quran
‫ين ال ْ َق ِيّ َم ِة‬ ُ ‫َويُْؤ تُوا ال َّزك َا َة ۚ َو َٰذلِ َك ِد‬

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas, menjalankan


agama untuk-Nya semata, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Baayyinah [98]: 5)

ADAB MENGAJAR AL-QUR’AN MENURUT IMAM AN-NAWAWI


dalil Hadist

‫عـ َمـ اـ ُـلـ ِبـ اـلـ ِنّـ يَّـ ِةـ َوـ لِـ كُـ ّـِـ‬
‫لـ اـ ْمـ ِـرـ ٍئ َمـ اـ نَـ َوـ ى‬ ‫َأ‬
ْ ‫إن َّـ َمـ اـ اـلْـ‬
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya
seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.......

Diriwayatkan dari Syaikh Abdul Qasim Al-Qusyairi rahimahullah ia berkata:


“Ikhlas ialah meniatkan ketaatannya hanya untuk Allah SWT semata;
maksudnya dengan ketaatannya tersebut ia hanya bertujuan mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala, bukan malah mengharap hal lain seperti mengharap
pujian manusia atau semacamnya yang bertujuan untuk selain mendekatkan
diri kepada Allah SWT.”

ADAB MENGAJAR AL-QUR’AN MENURUT IMAM AN-NAWAWI


Tidak Mengharap Hasil Duniawi
1 Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa
menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak
akan mendapat bagian di akhirat.

2 “Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia
mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari
kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih).

Mewaspadai Sifat Sombong


Ali Bin Abi Thalib ra, bahwa ia berkata: “Wahai para ulama amalkan ilmu kalian karena seorang ulama adalah
orangyang mengamalkan ilmunya dan amalannya sesuai dengan ilmunya. Kelak akan ada orng memiliki ilmu, namun
ilmunya tidak melampaui tenggorokannya. Amalan mereka mulai menyelisihi ilmu yang didapat, perilaku yang
sebenarnya tidak lagi sama dengan keadaan batin mereka. Mereka berkumpul dalam halaqah hanya untuk saling
berbangga dengan lainnya, sampai seseorang memarahi temannya karena belajar kepada orang lain dan
meninggalkannya. Amalan orang seperti itu hanya ada di majelis mereka dan tidak akan sampai kepada Allah SWT.”[7]
Seorang guru seyogyanya menghiasi diri dengan kebaikan-
kebaikan yang dituntunkan oleh syari’at. Sikap dan sifat yang
terpuji dan diridhai contohnya seperti; zuhud terhadap dunia dan
hanya mengambil sedikit saja darinya (dunia), tidak ambil
pusing terhadap dunia dan para penghulunya, dermawan lagi
berakhlak mulia, menampakkan kegembiraan tanpa melampaui
batas kesopanan, bijaksana, sabar, besar hati terhadap rendahnya
pendapatan

Menghiasi dengan Akhlak Terpuji


Membiasakan sikap wara’, khusuk, tenang, rendah hati, serta tawanduk, tidak banyak tertawa dan bercanda, membiasakan
pengamalan syari’at, seperti kebersihan dengan mengilangkan kotoran dan rambut-rambut yang diperintahkan untuk
menghilangkannya, mencukur kumis, memotong kuku, memanjangkan jenggot, menghilangkan bau tidak sedap, ataupun dengan
tidak memakai pakaian yang dibenci syari’at.[9]
Adab 2 :
Memberikan Semangat
Sebelum Seorang guru menyemangati muridnya, seorang guru diharapkan
bersemangat dalam mengajar. mengutamakan pekerjaan mengajar daripada
kepentingan duniawi yang tidak begitu mendesak. Hendaknya ia tidak
menyibukkan hatinya dengan hal lain ketika sedang mengajar. tidak mengenal
lelah dalam memahamkan murid dan menjelaskan apa yang ingin mereka
ketahui. Menyuruh murid bersemangat mengulang halafannya. Memuji murid
yang unggul jika tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah seperti ujub, dan
menegur yang asih kurang (unggul) jika tidak dikhawatirkan timbulnya patah
semangat
Menyemangati Murid dengan Keutamaan Belajar
Dalam berproses mendapatkan ilmu, tentunya setiap orang membutuhkan penyemangat agar termotivasi untuk
menjalankannya. Cara mudah untuk menyemangati diri lewat kata-kata semangat belajar dalam Islam.

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al- Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw.
Qur`an dan mengajarkannya.” bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia
mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para
malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR.
Bukhari Muslim);

Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya
ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari
kiamat.” (HR. Muslim);
Adab 3 : Bersikap
Lembut
Hendaknya guru mendidik murid dengan adab-adab mulia secara
bertahap. Mengajarinya untuk berperilaku yang diridhai, melatih dirinya
melakukan amalan-amalan secara sembunyi-sembunyi,
membiasakannya mempertahankan amalan-amalannya yang tampak
maupun tidak, memotivasinya agar ucapan dan perbuatan sehari-hari
agar selalu disertai keikhlasan dan kejujuran, niat yang lurus, serta
merasa selalu diawasi oleh Allah di setiap waktu. Hendaknya guru
memberitahu murid bahwa dengan demikian akan terbuka baginya
gerbang-gerbang pengetahuan, lapang dadanya, memancar dari hatinya
mata air hikmah dan kelembutan, diberkahi ilmu dan keadaannya serta
dituntun perkataan dan perbuatannya oleh Allah SWT
Hendaknya seorang guru menasehati Muridnya,
k a r e n a R a s u l u l l a h S AW b e r s a b d a :

“Agama itu nasihat. Para sahabat bertanya: untuk siapa? Rasulullah SAW menjawab:
“Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk
kamum muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim)

Salah satu wujud karena Allah adalah menghormati penghapal Al-Qur’an dan orang
yang mempelajarinya, membimbingnya menuju maslahat, membantunya belajar dengan
sarana yang memungkinkan, menyenangkan hati orang yang sedang menuntut ilmu,
lembut, dan hendaknya guru memiliki sikap toleran dalam mengajar dan memotivasi
murid untuk belajar
apabila pelajar menginginkan hasil terbaik dalam belajar, maka
penahapan ini harus dilalui dengan baik.

1 Tahap pertama : Belajar Tilawah (membaca)

Memberikan
Dalam tahap ini, siswa tidak harus mempunyai waktu yang banyak. Kunci sukses di tahap
ini adalah tidak malas untuk latihan sebanyak-banyaknya dengan bimbingan guru yang
menguasai teknik pengajaran secara baik.
Apabila siswa dapat mengalokasikan waktu satu jam setiap hari untuk belajar, insya Allah

Pelajaran
dalam tiga bulan sudah dapat membaca Alqur’an dengan lancar.

2 Tahap Kedua : Tahsin (membaguskan bacaan)


Tahapan ini adalah tahapan lanjutan dari tahapan belajar tilawah. Kemampuan membaca

Secara Bertahap
Alqur’an yang telah diperoleh di tahapan belajar tilawah akan semakin baik dan
berkualitas dengan pengetahuan dan praktek ilmu tajwid. Tahapan ini sangat penting dan
harus diikuti oleh siswa yang berkeinginan kuat untuk menghafal Alqur’an.

2 Tahap Ketiga : Tahfidh (menjaga/menghafal)


Tahapan ini adalah tahapan bimbingan agar siswa dapat menghafal Alqur’an. Siswa yang
dapat mengikuti tahap ini adalah siswa yang telah lulus tahap tahsin. Bila siswa belum
lulus program tahsin namun telah mengikuti program ini, maka dikhawatirkan hafalannya
akan keliru dan sia-sia.
Bersikap netral Seorang guru seyogianya bersikap baik kepada Semua

terhadap semua muridnya, menyambut ketika datang, dan bersikap baik


kepadanya sesuai kondisi mereka
murid
SIKAP - SIKAP YANG MESTI DIKEMBANGKAN SEORANG GURU KEPADA MURIDNYA
“Sungguh orang-orang akan mengikuti kalian. Sungguh akan datang kepada kalian orang-orang dari berbagai
1 penjuru bumi untuk mendalami pemahaman tentang agama ini, jika mendatangi kalian, maka perlakukanlah mereka
dengan baik.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, serta yang lainnya)

Hendaknya guru tidak mengagungkan murid, akan tetapi bersikap lembut dan rendah hati kepada mereka.
2 Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bersikap lembutlah kepada muridmu dan kepada gurumu.

Ayub As-Sakhtiyani rahimahullah berkata: “Hendaknya seorang yang berilmu menaburkan tanah di atas
3 kepalanya sebagai bentuk tawadhuk kepada Allah SWT.”

Jika muridnya banyak, hendaknya guru mendahulukan giliran murid yang pertama kali datang dan
4 seterusnya. Jika yang pertama telah rela didahului maka tidak mengapa guru mendahulukan yang lain.

Hendaknya guru menunjukkan wajah yang ceria dan berseri-seri di hadapan mereka, memeriksa keadaan
5 mereka, dan menanyakan perihal ketidakhadiran teman-teman mereka

Anda mungkin juga menyukai