Anda di halaman 1dari 11

Makalah

AKUNTANSI FORENSIK

OLEH :

KELOMPOK V

RAHMADI
MUHRAM
FERA FEBRIANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


DHARMA BHARATA
KENDARI
2013

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini terutama
kepada dosen mata kuliah Akuntansi Forensik

Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang dfenisi, ruang lingkup dan
kegunaan Akuntansi Forensik, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian masalah ini. Untuk
menyempurnakan makalah ini kami mohon kritik dan saran. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatian kami ucapkan banyak terima kasih.

Kendari, November 2013

Penyusun

2
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ……………………………………………………….. 2

2. Daftar Isi ……………………………………………………………… 3

3. BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 4

- Latar Belakang …………………………………………………… 4

- Rumusan Masalah ……………………………………………….. 5

- Tujuan ……………………………………………………………. 5

4. Bab II PEMBAHASAN… …… …………………………………….. 6

- Defenisi Akuntansi Forensik……………………………………… 6

- Ruang Lingkup Akuntansi Forensik ……………………….…….. 6

- Kegunaan akuntansi forensik……..…………………………………. 8

5. Bab III Penutup………………………………………………………… 10

- Kesimpulan……………………………………………………….. 10

- Saran ……………………………………………………………….. 10

Daftar pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan
menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,
politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan
kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan kebobrokannya,
dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak
mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Reformasi
yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan adanya perubahan
dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum langsung dan pemilihan kepala
daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata dengan diberlakukannya otonomi daerah
maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah yaitu dengan diberlakukannya Undang-
Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31
Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus
korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih.
Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang diharapkan
timbul dari terpidananya pelaku koruptor.
Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah
dari tingkat Pemerintah Pusat sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah dari
pemimpin, penyelenggara pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan berjamaah
menikmati kue yang selama ini tidak sampai ke piring mereka.
Namun apabila dilihat dari data-data yang ada, sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra
Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI) yang dikeluarkan oleh Transparency International
menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan signifikan selama kurun waktu 1998 – 2007
dimana skor CPI Indonesia meningkat dari 2,0 menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telah
menempuh setengah jalan untuk menjadi negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi
(skor CPI 5,0). Persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah
menunjukkan tren perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan Komisi
Pemberantasan Korupsi yang gencar memburu koruptor.

4
Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya sedikit di
minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya seperti akuntansi biaya,
akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya dan perkembangannya pun lebih
sedikit terlambat di bandingkan dengan bagian ilmu akuntansi yang lainnya.
Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian banyak
Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini,
alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi “ belum
ada pasarnya”. Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu
memadai, sangat jauh bila dibandingkn dengan negara tetangga Australia yang sedang
menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar
yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).
Belum adanya standar yang memadai, persoalan tambahan yang membuat ilmu ini
kurang begitu populer adalah penguasaan ilmu yang cukup luas. Selain akuntansi dan audit,
akuntan forensik juga harus menguasai bidang yang berkaitan dengan kejahatan keuangan
(money laundering), hukum, psikologi, sosiologi, antropologi, viktimologi, kriminologi, dan
lain-lain. Akuntan forensik harus memiliki kemampuan “multitalenta”. Kedepan, beberapa
kalangan meramalkan perkembangan profesi ini akan lebih pesat. Selain makin banyak
kantor bisnis dari negara asing yang masuk ke Indonesia., juga makin tingginya kesadaran
perusahaan untuk melindungi asset mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah defenisi dari Akuntansi Forensik?
2. Bagaimana ruang lingkup dari Akuntansi Forensik itu sendiri?
3. Apakah kegunaan dari Akuntansi Forensik?
4. Bagaiamana peran Akuntansi Forensik dalam menyelesaikan masalah ( kasus )?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defenisi dari Akuntansi Forensik
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari akuntansi forensik
3. Untuk mengetahui kegunaan dari akuntansi forensik
4. Untuk mengetahui peran akuntansi forensik dalam menyelesaikan masalah (kasus)

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Defenisi Akuntansi Forensik


Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat diartikan
”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan penerapan pengetahuan ilmiah
pada masalah hukum”. Oleh karena itu akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu
akuntansi untuk kepentingan hukum.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting
(JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat
(cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah
perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau
administratif”.
Menurut Bologna dan Liquist (1995) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai
aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak
terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence. Sedangkan
Menurut Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi Forensik
adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh pengadilan atau hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang dilakukan harus
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang memiliki yurisdiksi
yang kuat.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi forensik adalah
ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan hukum.

II.2 Ruang Lingkup Akuntansi Forensik

Menurut buku karangan Hopwood dalam bukunya Forensic Accounting, bahwa


akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem informasi serta
auditing. Berikut ini penjelasan dari masing-masing ruang lingkup yaitu :

a. Hukum meliputi system dan yuridiksi serta sumber-sumber hukum , kalau penerapannya
di Indonesia biasa dimulai dari hukum konstitusional (UUD) hingga hukum administrative
disamping itu juga harus mengetahui tehnik investigatif dan pengadilan.

6
b. Organisasi dan system informasi meliputi struktur organisasi yang berkaitan erat dengan
sistem pengendalian intern terutama yang mencakup masalah transaksi keuangan, tentu
akan berkaitan pula dengan sistem informasi (akuntansi dan manajemen).
c. Auditing meliputi fungsi auditor dalam akuntansi forensik selain itu juga banyak
dijelaskan mengenai materialitas dan resiko dalam audit, pernyataan audit dan
kepentingannya serta detail2 mengenai prosedur2 dalam auditing mulai dari pengumpulan
bukti dan sampling hingga kompilasi pelaporan audit.

Teknik-teknik dan alat-alat yang bisa dipakai dalam Akuntansi Forensik yaitu
forensik komputer, kriminalistik, daktilografi, identifikasi forensik, bukti forensik serta
palaeografi forensik. Selain itu ada pula mengenai Keamanan Informasi yang erat kaitannya
dengan ISO (International Standards Organisation). ISO 9000-9004 erat kaitannya dengan
penerapan standard yang berhubungan dengan manajemen pengendalian kualitas yang ada
hubungannya dengan jasa dan manajemen pengendalian kualitas. Sedangkan ISO 27000-
27005 langsung berhubungan dengan keamanan informasi (information security). Dalam
seksi Audit Forensik dan Investigasi mencakup penjelasan simptom atau tanda2 kecurangan
finansial dan bagaimana mereka diinvestigasi, juga pengidentifikasian sumber-sumber bukti
yang dapat berguna bagi akuntan forensik
Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan
bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang
menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.
1. Praktik di Sektor Swasta
Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010)
menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing,
forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi.
Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit
investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis
berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung
kerugian negara karena tindakan korupsi.
2. Praktik di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada akuntansi
forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak
berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi

7
forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan keuangan
negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai
lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure group.

II.3 Kegunaan Akuntansi Forensik

Adapun kegunaan dari akuntansi forensik dapat dilihat dalam contoh kasus sebagai
berikut :

Sebagai contoh: Sengketa antara PT Telkom dan PT Aria West International (AWI) melalui
proses yang berat dan memakan waktu hampir dua tahun, akhirnya diselesaikan melalui
akuisisi AWI oleh PT Telkom dalam tahun 2003. Dalam sengketa ini, AWI menggunakan
Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebagai akuntan forensiknya, dan penyelesaian dilakukan di
luar pengadilan.

D. Larry Crumbley, editor in chief dari Journal of Forensic Accounting menulis:


(terjemahan)“Secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang
akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah
perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judisial atau
administratif.“

Dalam definisi Crumbley itu, tak menggunakan istilah pengadilan, tapi suatu proses
sengketa hukum, yang penyelesaian nya dapat dilakukan di luar pengadilan. Bermacam-
macam hal dapat memicu terjadinya sengketa. Sengketa antara dua pihak bisa diselesaikan
dengan cara berbeda, apabila menyangkut dua pihak. Pihak yang bersengketa bisa
menyelesaikan melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, sedang pihak lain
melalui litigasi. Dalam hal ini, penyelesaian adalah dengan cara hukum, tetapi yang pertama
diselesaikan di luar pengadilan, sedangkan yang satunya lagi melalui proses beracara di
pengadilan.

Kasus KPMG-Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung


malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York.

8
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-
was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.

Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas
dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan
tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik
dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.

Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan
publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang
ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :

1. Independensi, integritas, dan obyektivitas


2. Standar umum dan prinsip akuntansi
3. Tanggung jawab kepada klien
4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
5. Tanggung jawab dan praktik lain

Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional
(baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu
Kantor Akuntan Publik (KAP).Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus
mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain

9
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka pemakalah dapat menarik sebuah
kesimpulan yaitu :
a. Akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk kepentingan
hukum.
b. Akuntansi forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan
dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem
informasi serta auditing.
c. Kegunaan akuntansi yaitu memberikan pendapat hukum untuk proses pengadilan.

III.2 Saran

Dari kesimpulan diatas kami pemakalah menyarankah agar akuntansi forensik


lebih di kedepankan agar kasus korupsi dan suap – sogok bisa di deteksi.

10
Daftar Pustaka

Online,http://www.suarapembaruan.com/News/1996/12/021296/Headline/hl4/hl4.html

Theodorus M. Tuanakotta.2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri Departemen


Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai