Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

PENGERTIAN MEMULIAKAN ULAMA & GURU

Dari Kitab “Ta’lim Muta’allim” yang penting dipelajari sebelum kita berguru. Di
antaranya adalah memuliakan guru agar ilmu kita bermanfaat. Sebab lewat
perantaraan / washilah guru lah ilmu tsb bisa sampai ke kita. Ada adab2 memuliakan
guru yang harus kita pelajari. Memuliakan guru sama dengan memuliakan ilmu.
Tanpa ilmu, semua amal ditolak oleh Allah. Tanpa ilmu juga aqidah kita mudah goyah.
Jadi kita harus memuliakan ilmu. Kita harus memuliakan guru.

Mengagungkan ilmu, Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan


memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika
mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.
Ada dikatakan : “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan
sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. “Tidaklah anda
telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak
mengagungkan Allah.
Mengagungkan Guru, Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati
pada sang guru. Ali ra berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah
mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun
tetap menjadi hambanya.”
Dalam masalah ini saya kemukakan Syi’irnya:
Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu
Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya
demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan
seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam
urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap
: “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah
dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka
cucunyalah nanti.”

Kelompok 5 1
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di
tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara
macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah
dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.

Dasar Hukum Qur’an dan Hadits

Kewajiban Menghormati dan Menghargai Guru

Allah berfirman dalam surah al-Nahl ayat 43;


ِّ ‫فَ ْسئَلُوا أ َ ْه َل‬
َ‫الذ ْك ِّر إِّن ُكنت ُ ْم الَتَ ْعلَ ُمون‬
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”

‫ف ِّلعَا ِّل ِّمنَا‬


ْ ‫ َويَ ْع ِّر‬،‫يرنَا‬
َ ‫ص ِّغ‬ َ ِّ‫ْس ِّمنَّا َم ْن لَ ْم ي ُِّج َّل َكب‬
َ ‫ َويَ ْر َح ْم‬،‫يرنَا‬ َ ‫لَي‬
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu
(agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

surah al-Kahfi ayat 109;

‫ت َربِّي لَنَ ِّف َد ْالبَحْ ُر قَ ْب َل أَن ت َن َف َد َك ِّل َماتُ َربِّي َولَ ْو ِّجئْنَا بِّ ِّمثْ ِّل ِّه َم َددًا‬
ِّ ‫قُل لَّ ْو َكانَ ْالبَحْ ُر ِّم َدادًا ِّل َك ِّل َما‬
“Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah seluruh lautan menjadi tinta untuk menulis
kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis
kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang
sebanding dengannya sebagai bantuan.”

Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika
seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya,
tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah
bertanya seperti ucapan, Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain.
Banyak dari kalangan salaf berkata,

ً ‫ما صليت إال ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعا‬

“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku
dan guru guruku semuanya.”

Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka


dihormati dan dikenang jasanya sepanjang hayat. Para sahabat dan salaf al-soleh
merupakan suri tauladan umat manusia yang telah memberikan banyak contoh
dalam menghormati seorang guru. Rasulullah sallallahualaihi wasallam bersabda;

Kelompok 5 2
‫ف ِّل َعا ِّل ِّمنَا‬
ْ ‫ َو َي ْع ِّر‬،‫يرنَا‬
َ ‫ص ِّغ‬ َ ‫ْس ِّمنَّا َم ْن لَ ْم ي ُِّج َّل َك ِّب‬
َ ‫ َو َي ْر َح ْم‬،‫يرنَا‬ َ ‫لَي‬

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu
(agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata;


ُ ‫ي َه ْي َبةً لَه‬ ُ ‫ي َي ْن‬
َّ َ‫ظ ُر ِّإل‬ ُّ ‫شا ِّف ِّع‬ َ ‫َّللا اجْ ت ََرأْتُ أ َ ْن أ َ ْش َر‬
َّ ‫ب ْال َما َء َوال‬ ِّ َّ ‫َما َو‬
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku
kerana segan kepadanya.”

Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu


‘anhu mengatakan;

ُ‫ضعُوا ِّل َم ْن تَعَلَّ ُمونَ ِّم ْنه‬


َ ‫ت ََوا‬
“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata;

‫كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صف ًحا رفيقًا هيبة له لئال يسمع وقعها‬
“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat
lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

1. QS AL KAHF:70

Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu“.

2. QS AL KAHF:73

Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku
dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku“.

Kelompok 5 3
3. QS AL KAHF:75

Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat
sabar bersamaku?“

4. QS AL KAHF:76

Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku“.

5. QS AL KAHF:78

Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

Ruang Lingkup Menghormati Ulama & Guru

Memperhatikan adab-adab ketika berada di depan guru:

1. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil
Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk
bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan
mendengarkannya.”

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang


beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada
di dalam majelis.”

Kelompok 5 4
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang,
tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak
bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan
keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi
gurunya”.

2. Adab Berbicara

Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih


baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun
jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak


pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka
tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya,
bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik
suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai
kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara. Di hadist Abi Said al
Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

‫كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال يتكلم أحد منا‬

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka
seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami
yang berbicara” (HR. Bukhari).

Sungguh adab tersebut tak terdapatkan di umat manapun.

3. Adab Bertanya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ِّ ‫فَ ْسئَلُوا أ َ ْه َل‬


َ‫الذ ْك ِّر ِّإن ُكنت ُ ْم لَت َ ْعلَ ُمون‬

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu


tidak mengetahui” (QS. An Nahl: 43).

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan
bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat
keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam
Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka
mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh
kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan
yang sudah diketahui jawabannya.

Kelompok 5 5
4. Adab dalam Mendegarkan Pelajaran

Para pembaca, bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi
tidak didengarkan? Sungguh jengkel dibuatnya hati ini. Maka bagaiamana
perasaan seorang guru jika melihat murid sekaligus lawan bicaranya itu tidak
mendengarkan? Sungguh merugilah para murid yang membuat hati gurunya
jengkel.

Agama yang mulia ini tak pernah mengajarkan adab seperti itu, tak didapati
di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui kisah Nabi Musa
yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para
sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka.

Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat
duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di
tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis
adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.

Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut
ilmu saat ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan
dikejar untuk mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di hadapannya,
belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk
dengan gadgetnya.

Manfaat Memuliakan Ulama & Guru


1. Ilmu yang diperoleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita.
2. Akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan.
3. Mendapat ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
4. Akan selalu didoakan oleh guru.
5. Akan membawa berkah, memudahkan urusan, serta dianugerahi nikmat dari
Allah SWT.

Kelompok 5 6
Cara Memuliakan Ulama & Guru

Bersyukur (berterima kasih)


Karena keikhlasan dan ke-sabaran mereka dalam berdakwah, ilmu Al-Qur’an dan As-
Sunnah pun tersebar hingga sampai kepada kita. Kita bisa mengetahui akidah yang
benar, manhaj yang lurus, dan beribadah dengan tata cara yang benar. Oleh karena
itu, sudah semestinya kita berterima kasih kepada mereka karena Allah saja. Allah
SWT berfirman: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Q.S. Ar-
Rahman: 60).

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi berkata,“Para ulama lebih menga-sihi dan menyayangi
umat Mu-hammad daripada ayah dan ibu mereka.” Beliau ditanya, “Bagai-mana hal
itu bisa terjadi?” Beliau menjawab, “Bapak dan ibu mereka melindungi mereka dari api
dunia, sedangkan para ulama melindungi mereka dari api neraka.”

Menaati Ulama Dalam Kebaikan


Allah berfirman:“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
(Nya), dan ulil amri di antara kalian.” (Q.S. An-Nisa’: 59).

Asy-Syaikh Muham-mad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan, “Bila para ulama di


hormati, syariat pun akan dimuliakan, karena mereka adalah pembawa syariat
tersebut. Namun, bila para ulama direndahkan, syariat juga akan dihinakan, karena
apabila kewibawaan para ulama telah direndahkan dan dijatuhkan di mata umat,
syariat yang mereka bawa akan dihinakan dan tidak bernilai. Setiap orang akan
meremehkan dan merendah-kan mereka. Akibatnya, syariat pun akan hilang.

Kelompok 5 7
Mengikuti Bimbingan Ulama
Allah SWT berfirman: “Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebagian ilmu penge-tahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya
aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (Q.S.Maryam:42)

Asy-Syaikh Muhammad Bazmul mengatakan, “Barang siapa yang mengikuti para


ulama berarti dia mengikuti jalan yang lurus. Adapun yang menyelisihi ulama dan tidak
memedulikan hak-hak mereka berarti dia telah keluar (dan mengikuti) jalan setan. Dia
telah memisahkan diri dari jalan yang lurus, yaitu jalan Rasul-Nya dan yang ditempuh
para sahabat.” (Makanatul ‘Ilmi wal ‘Ulama). Demikianlah kedudukan para ulama.
Mayoritas umat manusia tidak mengetahui cara menunaikan kewajiban,
meninggalkan keharaman, dan beribadah kepada Allah melainkan dengan peran-
taraan para ulama. Dengan meninggalnya para ulama, umat akan bingung, ilmu akan
hilang, dan kebodohan pun semakin merajalela.

Mengembalikan urusan umat kepada Ulama


Allah berfirman: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui.” (Q.S. An-Nahl: 43). Asy-Syaikh As-Sa’di berkata, “Ini adalah
bimbingan adab dari Allah kepada hamba-hamba-Nya terkait sikap mereka yang tidak
pantas ini. Selayaknya apabila ada sebuah urusan penting dan menyang-kut orang
banyak terkait keamanan dan kebahagiaan orang-orang beriman, atau-pun
kekhawatiran akan sebuah musibah yang menimpa mereka hendaknya mereka
menelitinya dan tidak tergesa-gesa menye-barkannya. Bahkan, semestinya mereka
mengembalikannya kepada ulama sebagai pewaris nabi.

Kelompok 5 8
Kesimpulan

Sikap yang sepatutnya ditampilkan seorang Muslim ketika berhadapan dengan ahli
ilmu (guru), terlebih lagi ahli dalam ilmu agama, adalah hormat, memuliakannya
(ikram), dan bila perlu melayani keperluannya (khidmah). Demikianlah akhlak seorang
Muslim terhadap ulama, apalagi jika ia sedang atau pernah berguru langsung kepada
sang guru.

Memuliakan guru atau orang yang telah mendidik kita, mengagungkannya, bahkan
melayaninya merupakan sikap para salaf. Mereka melakukan hal itu karena
mengharap keberkahan ilmu sang ulama turut pula mengalir padanya.

Seorang ulama pernah bertutur, "Jika engkau menjumpai seorang murid sangat
antusias memuliakan gurunya dan menghormatinya secara zahir dan batin disertai
keyakinan pada sang guru, mengamalkan ajarannya, dan bersikap dengan
perilakunya maka pasti dia akan mewarisi barakah ilmu sang guru."

Pada masa lampau, mereka yang memuliakan guru atau ulama bukan saja para
pelajar. Namun, para pemuka bahkan khalifah dan raja-raja melakukan hal serupa.

Mereka itu pun mewariskan sikap demikian kepada anak keturunannya. Iman, ilmu,
dan adab memang tidak bisa diwariskan begitu saja dari orang tua ke anak, namun
harus disertai keteladanan dari orang tua.

Syekh Az-Zarnuji dalam Ta'lim Al-Mut'allim mengisahkan, suatu saat Khalifah Harun
Ar-Rasyid mengirimkan putranya kepada Imam Al-Ashma'i, salah satu ulama besar
yang menguasai bahasa Arab untuk belajar ilmu dan adab. Di sebuah kesempatan,
Harun Ar-Rasyid menyaksikan Al-Ashma'i sedang berwudhu dan membasuh kakinya
sedangkan putranya menuangkan air untuk sang guru.

Setelah menyaksikan peristiwa itu, Harun Ar-Rasyid pun menegur Al-Ashma'i atas
tindakannya itu, "Sesungguhnya aku mengirimkan anakku kepadamu agar engkau
mengajarinya ilmu dan adab. Mengapa engkau tidak memerintahkannya untuk

Kelompok 5 9
menuangkan air dengan salah satu tangannya lalu membasuh kakimu?"

Putra Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Amin dan Al- Makmun, pernah berebut sepasang
sandal Syekh Al-Kisa'i.Keduanya berlomba untuk memasangkan sandal syekhnya itu
di kakinya sehingga mengundang kekaguman sang guru. Syekhnya lalu berucap,
"Sudah, masing-masing pegang satu-satu saja."

Sikap menghormati, memuliakan, dan melayani ahli ilmu saat ini sudah semakin
memudar. Teori-teori pendidikan modern menyepelekan nilai-nilai positif di atas. Teori
yang lahir hanya bagaimana cara menyerap ilmu, menelannya, masuk ke otak hingga
membuat cepat mengerti. Sedikitpun tidak disinggung bagaimana sikap terhadap
orang yang lebih tua dan sikap terhadap guru.

Pendidikan yang tidak menekankan adab dan sopan santun hanya akan mentransfer
ilmu sampai ke otak saja.
Ilmu itu tidak akan sampai ke hati. Ilmunya sebatas teori tanpa praktik. Alhasil
nantinya, lahir insan-insan yang cuma pandai beretorika, namun miskin aplikasi.

Pendidikan yang menekankan pelayanan, penghormatan, dan kepatuhan pada guru


(ahli ilmu) melahirkan hubungan antarpersonal yang sangat erat.Keterikatan
emosional dan spiritual antara murid dan guru akan terus terjalin dan membekas
hingga kapan pun.

Kelompok 5 10
Daftar Pustaka

http://sayahafiz.com/index/7/ILMU/4356/%20%20%20Menghormati%20guru.html
https://ghofar1.blogspot.co.id/2016/11/ayat-hadist-dalil-kewajiban-menghormati.html
https://kabarislamia.com/2016/02/15/memuliakan-guru-agar-ilmu-bermanfaat/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/11/29/nyjsvz313-
memuliakan-guru

Kelompok 5 11

Anda mungkin juga menyukai