Dari Kitab “Ta’lim Muta’allim” yang penting dipelajari sebelum kita berguru. Di
antaranya adalah memuliakan guru agar ilmu kita bermanfaat. Sebab lewat
perantaraan / washilah guru lah ilmu tsb bisa sampai ke kita. Ada adab2 memuliakan
guru yang harus kita pelajari. Memuliakan guru sama dengan memuliakan ilmu.
Tanpa ilmu, semua amal ditolak oleh Allah. Tanpa ilmu juga aqidah kita mudah goyah.
Jadi kita harus memuliakan ilmu. Kita harus memuliakan guru.
Kelompok 5 1
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di
tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara
macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah
dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
ت َربِّي لَنَ ِّف َد ْالبَحْ ُر قَ ْب َل أَن ت َن َف َد َك ِّل َماتُ َربِّي َولَ ْو ِّجئْنَا بِّ ِّمثْ ِّل ِّه َم َددًا
ِّ قُل لَّ ْو َكانَ ْالبَحْ ُر ِّم َدادًا ِّل َك ِّل َما
“Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah seluruh lautan menjadi tinta untuk menulis
kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis
kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang
sebanding dengannya sebagai bantuan.”
Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika
seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya,
tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah
bertanya seperti ucapan, Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain.
Banyak dari kalangan salaf berkata,
“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku
dan guru guruku semuanya.”
Kelompok 5 2
ف ِّل َعا ِّل ِّمنَا
ْ َو َي ْع ِّر،يرنَا
َ ص ِّغ َ ْس ِّمنَّا َم ْن لَ ْم ي ُِّج َّل َك ِّب
َ َو َي ْر َح ْم،يرنَا َ لَي
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu
(agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)
كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صف ًحا رفيقًا هيبة له لئال يسمع وقعها
“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat
lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”
1. QS AL KAHF:70
Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu“.
2. QS AL KAHF:73
Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku
dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku“.
Kelompok 5 3
3. QS AL KAHF:75
Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat
sabar bersamaku?“
4. QS AL KAHF:76
Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku“.
5. QS AL KAHF:78
Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
1. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil
Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk
bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan
mendengarkannya.”
Kelompok 5 4
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang,
tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak
bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan
keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi
gurunya”.
2. Adab Berbicara
كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال يتكلم أحد منا
3. Adab Bertanya
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan
bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat
keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam
Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka
mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh
kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan
yang sudah diketahui jawabannya.
Kelompok 5 5
4. Adab dalam Mendegarkan Pelajaran
Para pembaca, bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi
tidak didengarkan? Sungguh jengkel dibuatnya hati ini. Maka bagaiamana
perasaan seorang guru jika melihat murid sekaligus lawan bicaranya itu tidak
mendengarkan? Sungguh merugilah para murid yang membuat hati gurunya
jengkel.
Agama yang mulia ini tak pernah mengajarkan adab seperti itu, tak didapati
di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui kisah Nabi Musa
yang berjanji tak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para
sahabat Rasulullah yang diam pada saat Rasulullah berada di tengah mereka.
Bahkan di riwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat
duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di
tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis
adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.
Apa yang akan Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut
ilmu saat ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan
dikejar untuk mengetahuinya seakan tak ada seorang guru di hadapannya,
belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk
dengan gadgetnya.
Kelompok 5 6
Cara Memuliakan Ulama & Guru
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi berkata,“Para ulama lebih menga-sihi dan menyayangi
umat Mu-hammad daripada ayah dan ibu mereka.” Beliau ditanya, “Bagai-mana hal
itu bisa terjadi?” Beliau menjawab, “Bapak dan ibu mereka melindungi mereka dari api
dunia, sedangkan para ulama melindungi mereka dari api neraka.”
Kelompok 5 7
Mengikuti Bimbingan Ulama
Allah SWT berfirman: “Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebagian ilmu penge-tahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya
aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (Q.S.Maryam:42)
Kelompok 5 8
Kesimpulan
Sikap yang sepatutnya ditampilkan seorang Muslim ketika berhadapan dengan ahli
ilmu (guru), terlebih lagi ahli dalam ilmu agama, adalah hormat, memuliakannya
(ikram), dan bila perlu melayani keperluannya (khidmah). Demikianlah akhlak seorang
Muslim terhadap ulama, apalagi jika ia sedang atau pernah berguru langsung kepada
sang guru.
Memuliakan guru atau orang yang telah mendidik kita, mengagungkannya, bahkan
melayaninya merupakan sikap para salaf. Mereka melakukan hal itu karena
mengharap keberkahan ilmu sang ulama turut pula mengalir padanya.
Seorang ulama pernah bertutur, "Jika engkau menjumpai seorang murid sangat
antusias memuliakan gurunya dan menghormatinya secara zahir dan batin disertai
keyakinan pada sang guru, mengamalkan ajarannya, dan bersikap dengan
perilakunya maka pasti dia akan mewarisi barakah ilmu sang guru."
Pada masa lampau, mereka yang memuliakan guru atau ulama bukan saja para
pelajar. Namun, para pemuka bahkan khalifah dan raja-raja melakukan hal serupa.
Mereka itu pun mewariskan sikap demikian kepada anak keturunannya. Iman, ilmu,
dan adab memang tidak bisa diwariskan begitu saja dari orang tua ke anak, namun
harus disertai keteladanan dari orang tua.
Syekh Az-Zarnuji dalam Ta'lim Al-Mut'allim mengisahkan, suatu saat Khalifah Harun
Ar-Rasyid mengirimkan putranya kepada Imam Al-Ashma'i, salah satu ulama besar
yang menguasai bahasa Arab untuk belajar ilmu dan adab. Di sebuah kesempatan,
Harun Ar-Rasyid menyaksikan Al-Ashma'i sedang berwudhu dan membasuh kakinya
sedangkan putranya menuangkan air untuk sang guru.
Setelah menyaksikan peristiwa itu, Harun Ar-Rasyid pun menegur Al-Ashma'i atas
tindakannya itu, "Sesungguhnya aku mengirimkan anakku kepadamu agar engkau
mengajarinya ilmu dan adab. Mengapa engkau tidak memerintahkannya untuk
Kelompok 5 9
menuangkan air dengan salah satu tangannya lalu membasuh kakimu?"
Putra Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Amin dan Al- Makmun, pernah berebut sepasang
sandal Syekh Al-Kisa'i.Keduanya berlomba untuk memasangkan sandal syekhnya itu
di kakinya sehingga mengundang kekaguman sang guru. Syekhnya lalu berucap,
"Sudah, masing-masing pegang satu-satu saja."
Sikap menghormati, memuliakan, dan melayani ahli ilmu saat ini sudah semakin
memudar. Teori-teori pendidikan modern menyepelekan nilai-nilai positif di atas. Teori
yang lahir hanya bagaimana cara menyerap ilmu, menelannya, masuk ke otak hingga
membuat cepat mengerti. Sedikitpun tidak disinggung bagaimana sikap terhadap
orang yang lebih tua dan sikap terhadap guru.
Pendidikan yang tidak menekankan adab dan sopan santun hanya akan mentransfer
ilmu sampai ke otak saja.
Ilmu itu tidak akan sampai ke hati. Ilmunya sebatas teori tanpa praktik. Alhasil
nantinya, lahir insan-insan yang cuma pandai beretorika, namun miskin aplikasi.
Kelompok 5 10
Daftar Pustaka
http://sayahafiz.com/index/7/ILMU/4356/%20%20%20Menghormati%20guru.html
https://ghofar1.blogspot.co.id/2016/11/ayat-hadist-dalil-kewajiban-menghormati.html
https://kabarislamia.com/2016/02/15/memuliakan-guru-agar-ilmu-bermanfaat/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/11/29/nyjsvz313-
memuliakan-guru
Kelompok 5 11