Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SIKAP DUDUK DI MAJELIS ILMU“

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Al-Hadits

Dosen Pengampu: Achmad Machfudli, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

1. Mukhlis Tri Bawono (213121137)


2. Dwi Amudah Khoirunnisa (213121135)
3. Alya Aliviani. (213121111)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH TAHUN 2021/2022

ABSTRAK

1
Belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku dengan memperoleh suatu informasi baru melalui pengalaman. Untuk tercapainnya
perubahan tingkah laku dan tercapainnya tujuan pembelajaran perlu adanya strategi dan
jadwal pembelajaran. Makalah ini bermaksud mengkaji secara mendalam hadits Riwayat
Bukhari, yang bertujuan untuk Mengetahui syarah hadits, Mengetahui konsep pendidikan
dari hadits tersebut, dan Mengetahui pendapat para ahli pendidikan mengenai jadwal
pembelajaran. Konsep hadits Riwayat Bukhari ini adalah; Di dalam proses pembelajaran,
ajaran Islam memerintahkan untuk senantiasa memberikan kemudahan dan
memperhatikan waktu. Dengan cara memberi jadwal pembelajaran dan mengaktifkan
murid dalam pembelajaran yang menyenangkan, alasannya adalah untuk mengantisipasi
semangat dan mencegah kebosanan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sikap Duduk Di Majelis Ilmu" ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Achmad
machfudi M. Pd pada Mata kuliah Al Hadist. . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

2
menambah wawasan tentang Sikap Duduk Dimajelis ilmu bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada , Bapak Achmad machfudi M. Pd selaku Dosen
Mata kuliah Al Hadist yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

(Surakarta, 28 September 2021)

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5

3
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Teks hadist dan terjemahan..................................................................................................7
B. Syarah Hadist........................................................................................................................8
C. Pelajaran yang dapat diambil ....................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seseorang yang menghargai majelis dinilai sebagai orang yang hormat kepada
ilmu dan guru, dan ini salah satu adab atau etika dimajelis. Seorang yang menghargai
majelis berarti menghargai ilmu dan termasuk bagian dari adab seorang murid
sebagaimana yang diajarkan malaikat jibril ketika terjadi proses pembelajaran dengan
Nabi SAW secara dialogis mempertanyaan tentang iman,islam, dan ihsan. Etika anak
didik dalam majelis memiliki karakter diantaranya duduk dimajelis terdepan, duduk
dibelakang, dan berpaling pulang.

4
Etika anak didik dalam menerima pelajaran memiliki karakter diantaranya
bagaikan bumi subur maksudnya karakter anak didik yang baik ia menerima
pelajaran dan paham ilmu,dan kemudian ilmu itu dijarkan kepada orang lain.
Bagaikan bumi tandus dan gersang maksudnya karakter anak didik yang pandai
,pintar dan cerdas, semua buku ia baca dan ia kuasai tetapi ilmu itu hanya untuk
diajarkan kepada orang lain sementara tidak diamalkan untuk dirinya. Bagaikan bumi
licin mendatar maksudnya, karakter anak didik yang tidak dapat bermanfaat untuk
dirinya maupun orang lain, mereka tidak dapat menyerap ilmu dan tidak ada yang
menempel diotak mereka.

Bahwasanya kita tidak boleh melalaikan ilmu atau ketrampian yang telah
dikuasai. maksud melalaikan adakalanya kurang memperhatikan ilmu atau
ketrampilan yang telah dikuasai serta tidak ada usaha merawatnya dengan baik
sehingga ilmunya hilang. Orang tersebut berarti mengufuri kenikmatan yang telah
diberikan kepadanya. Dan jika suatu ilmu itu dilupakan dengan sengaja tanpa uzur itu
perbuatan yang sangat dibenci.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap duduk yang baik dalam majelis?


2. Bagaimana sharah/penjelasan dari Hadist Sikap duduk dimajelis ilmu?
3. Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari Hadist sikap duduk dimajelis ilmu?

A. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui sikap duduk yang baik dalam majelis


2. Mengetahui syarah /penjelasan dari hadist Sikap duduk dimajelis ilmu
3. Mengetahui Pelajaran yang dapat diambil dari hadist tersebut

5
‫‪BAB II‬‬

‫‪PEMBAHASAN‬‬

‫‪A. Teks hadist dan terjemahan‬‬

‫‪Sikap duduk di majelis ilmu‬‬

‫ب‬‫ق ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن أَبِي طَ ْل َحةَ‪ ،‬أَنَّ أَبَا ُم َّرةَ‪َ ،‬م ْولَى َعقِي ِل ْب ِن أَبِي طَالِ ٍ‬ ‫اعي ُل‪ ،‬قَا َل‪َ :‬ح َّدثَنِي َمالِكٌ‪ ،‬عَنْ إِ ْ‬
‫س َحا َ‬ ‫َح َّدثَنَا إِ ْ‬
‫س َم ِ‬
‫اس َم َعهُ إِ ْذ أَ ْقبَ َل‬
‫س ِج ِد َوالنَّ ُ‬ ‫سلَّ َم َب ْينَ َما ه َُو َجالِ ٌ‬
‫س فِي ال َم ْ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫أَ ْخبَ َرهُ عَنْ أَبِي َواقِ ٍد اللَّ ْيثِ ِّي‪ ،‬أَنَّ َر ُ‬
‫سو َل هَّللا ِ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ‫سو ِل هَّللا ِ َ‬ ‫َب َوا ِحدٌ‪ ،‬قَا َل‪ :‬فَ َوقَفَا َعلَى َر ُ‬ ‫سلَّ َم َو َذه َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ول هَّللا ِ َ‬
‫س ِ‬‫َثالَثَةُ َنفَ ٍر‪ ،‬فَأ َ ْقبَ َل ا ْثنَا ِن إِلَى َر ُ‬
‫ث‪ :‬فَأ َ ْدبَ َر َذا ِهبًا‪ ،‬فَلَ َّما‬
‫س َخ ْلفَ ُه ْم‪َ ،‬وأَ َّما الثَّالِ ُ‬ ‫س فِي َها‪َ ،‬وأَ َّما َ‬
‫اآلخ ُر‪ :‬فَ َجلَ َ‬ ‫سلَّ َم‪ ،‬فَأ َ َّما أَ َح ُد ُه َما‪ :‬فَ َرأَى فُ ْر َجةً فِي َ‬
‫الح ْلقَ ِة فَ َجلَ َ‬ ‫َو َ‬
‫سلَّ َم قَا َل‪« :‬أَالَ أُ ْخبِ ُر ُك ْم َع ِن النَّفَ ِر الثَّالَثَ ِة؟ أَ َّما أَ َح ُد ُه ْم فَأ َ َوى إِلَى هَّللا ِ فَآ َواهُ هَّللا ُ‪َ ،‬وأَ َّما‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫فَ َر َغ َر ُ‬
‫سو ُل هَّللا ِ َ‬
‫ض فَأ َ ْع َر َ‬
‫ض هَّللا ُ َع ْنهُ» رواه البخاري‬ ‫اآلخ ُر فَأ َ ْع َر َ‬
‫ست َْحيَا هَّللا ُ ِم ْنهُ‪َ ،‬وأَ َّما َ‬
‫ست َْحيَا فَا ْ‬
‫اآلخ ُر فَا ْ‬
‫َ‬

‫‪Terjemahan‬‬
‫‪Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] berkata, telah menceritakan kepadaku‬‬
‫‪[Malik] dari [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] bahwa [Abu Murrah] -mantan budak‬‬
‫‪Uqail bin Abu Thalib-, mengabarkan kepadanya dari [Abu Waqid Al Laitsi] , bahwa‬‬
‫‪Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid‬‬

‫‪6‬‬
bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dimana salah satu diantaranya melihat mereka bermajelis
bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang yang kedua duduk di belakang, sedang
yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai
bermajelis, Beliau bersabda: “Maukah kalian aku tahu tentang ketiga orang tadi?”
Adapun seorang di antara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah
lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya.
Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya”.

B. Syarah Hadist

Keterangan hadist
‫( ثَاَل ثَةُ نَفَ ٍر‬Tiga orang). Nafar adalah kelompok yang terdiri dari 3 sampai 10 orang. Sedangkan
makna dari “tsalat.su nafar” adalah tiga orang yang merupakan satu kelompok.

ِ ‫( فَأ َ ْقبَ َل ْاثن‬Dua orang diantaranya masuk) diletakkan setelah kalimat ‫\ر‬
‫َان‬ ٍ \َ‫ أَ ْقبَ\ َل ثَاَل ثَ\ةُ نَف‬menunjukkan
bahwa mereka bertiga -pada awalnyabaru datang dan kemudian masuk ke dalam masjid seperti
disebutkan dalam hadits Anas. Maka, ketiga orang tersebut masuk ke dalam masjid. Akan tetapi
setelah mereka melihat majelis Nabi, kedua orang dari mereka terus masuk ke dalam masjid
sedangkan salah seorang dari mereka keluar.

ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫( فَ َوقَفَا َعلَى َرس‬Setelah keduanya sampai di hadapan Rasulullah), maksudnya keduanya sampai
dalam majelis Rasulullah.

ً‫( فُرْ َجة‬Tempat lowong), yaitu sela di antara dua benda. Sedangkan halaqah adalah segala sesuatu
yang berbentuk lingkaran. Dalam hadits ini mengandung anjuran untuk membentuk haiaqah
dalam majelis dzikir atau majelis ilmu, dan orang yang datang lebih dahulu berhak untuk duduk
di depan.

‫( فَأ َ َوى إِلَى هَّللا فَآ َواهُ هَّللا‬Yang seorang mencari tempat di sisi Allah, maka diberi oleh Allah), Arti ‫أَ َوى‬
‫ إِلَى هَّللا‬berlindung kepada Allah, atau secara implisit maksudnya adalah bergabung bersama
majelis Rasulullah. Sedangkan makna ‫ فَ\\آ َواهُ هَّللا‬adalah bahwa Allah memberikan balasan yang
setimpal dengan perbuatannya, yaitu dengan memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya.

7
Hadits ini mengandung anjuran untuk beretika dalam majelis ilmu dan mengisi tempat yang
kosong dalam majelis tersebut, sebagaimana anjuran untuk mengisi shaf (barisan) yang kosong
dalam shalat yang telah diterangkan dalam hadit.s lain. Dalam hal ini, seseorang diperbolehkan
untuk lewat di depan orang lain selama tidak mengganggunya. Akan tetapi jika ia khawatir akan
mengganggunya, maka dianjurkan untuk duduk paling belakang seperti yang dilakukan oleh
orang kedua dalam hadits ini. Hadits ini juga mengandung pujian bagi orang yang rela
berdesakan untuk mencari kebaikan atau pahala.

ْ َ‫( ف‬Orang yang kedua merasa malu-malu). Maksudnya, ia tidak mau berdesak-desakan
‫اس \تَحْ يَا‬
seperti yang dilakukan oleh orang pertama, karena ia malu kepada Rasulullah dan hadirin dalam
majelis itu, menurut pendapat Qadhi “Iyadh.

Sedangkan Anas telah menjelaskan penyebab rasa malu orang tersebut sebagaimana
diriwayatkan oleh Hakim, “Dan orang kedua itu berlalu kemudian ia dalang dan mengambil
tempat duduk” Maka hadits mi menunjukkan, bahwa ia malu untuk meninggalkan majelis seperti
yang dilakukan oleh temannya yang ketiga.

ُ‫( فَا ْستَحْ يَا هَّللا ِم ْنه‬Maka Allah pun malu kepadanya). Artinya Allah tidak akan memberinya rahmat,
tetapi juga tidak akan menyiksanya.

َ ‫( فَأ َ ْع َر‬Maka Allah pun berpaling darinya) atau Allah murka kepadanya, yaitu kepada
ُ‫ض هَّللا ُ َع ْنه‬
orang yang meninggalkan majelis bukan karena suatu halangan jika ia adalah seorang muslim,
atau mungkin ia adalah orang munafik sehingga Nabi mengungkapkan kejelekannya, atau
َ ‫ فَأ َ ْع َر‬adalah sebagai pemberitahuan atau doa.
mungkin perkataan Nabi ُ‫ض هَّللا ُ َع ْنه‬

Dalam hadits Anas disebutkan, ُ‫ فَا ْستَ ْغنَى هَّللا َع ْنه‬maksudnya Allah tidak membutuhkan kepadanya.
Hal ini menunjukkan bahwa perkataan Nabi tersebut adalah sebagai pemberitahuan. Adapun
penisbatan kemurkaan kepada Allah hanya sebagai Muqabalah (perbandingan) atau Musyakalah
(persamaan). Oleh karena itu, lafazh tersebut harus ditafsirkan sesuai dengan keagungan dan
ketinggian-Nya.

Adapun fungsi penisbatan itu adalah untuk menerangkan sesuatu secara jelas. Hadits tersebut
juga membolehkan untuk memberitakan keadaan orang-orang yang berbuat maksiat dengan
maksud untuk mencela perbuatan tersebut. Hal semacam ini tidak dianggap ghihah.

8
Hadits ini juga menerangkan tentang keutamaan orang yang mengikuti majelis ilmu dan majelis
dzikir, serta duduk bersama orang yang berilmu dan berdzikir di dalam masjid. Hadits ini juga
memuji orang yang malu dan duduk di tempat paling akhir (belakang).

Penjelasan Hadist

Pada suatu ketika beliau duduk bersama para sahabat dimajelis itu. Kemudian datanglah tiga
orang menghadap dimjelis beliau setelah berjalan-jalan disekitarnya. Setelah melihat ada majelis
sebagian mereka ingin ikut bergabung dan sebagian lain berpaling

Salah satu diantara tiga orang tersebut mengambil tempat terdepan yang masih kosong.
Keduanya, mengambil tempat dibelakangnya dan yang ketiga kembali puang tidak jadi
bergabung. Setelah selesai majelis Rasulullah SAW menjelaskan tiga macam orang tersebut
dengan didahuluinya pertanyaan yang mngundang penasaran. Maukah kalian saya beritakan
tentang tiga orang tersebut? Tentunya penjelasan beliau ditunggu oleh para sahabat :

a. Duduk dimajelis Terdepan

Salah satu diantara mereka yakni yang mengisi tempat kosong dibarisan terdepan dari halkah itu,
berlindung kepada Allah,artinya bergabung dengn majelis Rasul, balasannya Allah pun
melindunginya. Perlindungan Allah dimksudkan dilindungi rahmat dan rida-Nya. Ini adalah
sikap anak didik yang paling baik di majelis ilmu.
b. Duduk di Belakang
Al-Asqalaniy dalam kitabnya Fath al-Bariy menjelaskan makna kata malu bagi orang kedua ini,
bahwa al-qadhi iyadh berkata : bahwa ia malu dari nabi dan para sahabat yang hadir kalau tidak
ikut duduk. Anas menjelaskan dalam periwayatannya, orang itu malu kalau pergi dari majelis.
Atau orang kedua ini malu berdesakan duduk di depan, maka ia duduk dibelakangnya. Balasan
orang kedua ini. Allah pun malu daripadanya, maknanya ,Allah memberi rahmat dan tidak
memberi hukuman tetapi tentunya tidak seperti murid yang duduk di barisan depan.
c. Berpaling Pulang
Sikap orang ketiga sama sekali tidak menghargai ilmu, begitu lewat majelis tidak bergabung
dudu disitu, tetapi berpaling dan pulang tanpa uzur. Sikap anak didik seperti ini balasannya sama
dengan perbuatannya Allah pun berpaling daripadanya yakni Allah murka padanya.
Diantara karakter anak didik diatas yang paling baik dan paling tinggi derajatnya adalah
kelompok pertama, yakni anak didik yang memperhatikan pelajaran dikelas atau dihalakahnya
dan hormat kepada ilmu. Kemudian karakter kelompok kedua sekalipun tidak sepenuhnya
penghargaan majelis seperti kelompok pertama. Adapun karakter kelompok terakhir adalah yang
paling rendah, yakni kurang memperhatikan pelajaran dan kurang atau tidak menghargai majelis.

9
C. Pelajaran yang dapat diambil dari hadist
Pelajaran yang dapat kita ambil dari hadits tersebut adalah :
a. Diantara etika duduk dimajelis atau dikelas duduk terdepan dimajelis ilmu selama ada tempat
yang kosong.

b. Anjuran duduk dimajelis atau kelas sampi selesai pembelajaran.

c. Keutamaan malu duduk berjubelan dan berdesak-desakan kemudian duduk dibelakangnya.

d. Kurang utama duduk dibelakang sementara tempat duduk depannya yang disediakan masih
kosong kecuali ada uzur.

e. Tercela meninggalkan majelis tanpa uzur.

BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan

Sikap anak didik dimajelis atau dikelas ada tiga macam, ada yang duduk didepan yakni
tandanya menghormati pelajaran dan menghargai majelis, ada yang duduk dibelakang karena
malu-malu da nada yang berpaling tidak mau mengahadiri majelis. Balasan Allah kepada ketiga
pelajar tersebut seimpal, peljar yang serius dan hormat belajarya diberi rahmat dan keberkahan
ilmu demikian juga pelajar yang malu-malu tetapi tidak sebanding dengan pelajar pertma.
Adapun terhadap pelajar tidak mendapat apa-apa kecuali penyesalan.

DAFTAR PUSTAKA

https://ibtimes.id/konsentrasi-belajar-ala-nabi/

https://hadispedia.id/hadis-no-64-shahih-al-bukhari-sikap-tiga-orang-menghadiri-majelis-nabi/

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/03/hadis-tentang-etika-di-majelis-ilmu.html?m=1

11
12

Anda mungkin juga menyukai