Perang Ain Jalut di Palestina terjadi pada 25 Ramadan 658 hijriyah. Di perang itu untuk pertama
kalinya bangsa Mongol dari Asia Tengah mengalami kekalahan telak dari umat Islam dari Bani Mameluk,
Mesir. Kemenangan ini merupakan sejarah karena saat itu Mongol (Tartar) telah menguasai banyak
daerah Islam dan bahkan menjatuhkan Khilafah Abbasiah.
Pertempuran ini berawal dari ambisi Hulaku (Hulega), cucu Genghis Khan, yang berniat
menaklukkan Mesir dan Maghribi setelah ekspansi Mongol meluas sampai ke wilayah Gaza. Hulaku
mengirim kurir untuk mengantarkan surat ancaman kepada Mahmud Saifudin Qutuz selaku penguasa
wilayah Mesir.
Di antara akibat yang disebabkan jatuhnya negeri Syam ke tangan bangsa Mongol dan
sekutunya adalah meluasnya rasa khawatir dan takut di seluruh pelosok dunia islam. Banyak orang
melarikan diri ke Mesir, karena kenangan suram yang mereka alami di dalam jiwa mereka akibat
peristiwa pembantaian yang mereka saksikan, atau akibat pembinasaan, pengeruakan dan
penghancuran yang terjadi terhadap harta benda dan negeri mereka.
Salah satu solusi yang mungkin dapat menyelamatkan kaum muslimin dan kepemilikan mereka
dari perampasan bangsa Mongol adalah mencari kepemimpinan yang tegas, kuat, dan bijaksana, yang
dapat mengerti niat mereka untuk mengakhiri perbedaan, menyatukan persepsi, dan mereorganisir
kekuatan mereka. Terutama yang dapat membangkitkan semangat jihad di dalam jiwa mereka, untuk
menghalau segala serangan yang telah menyebar dan mengancam dunia islam yang tersisa dengan
kehancuran dan kebinasaan. Faktanya, hanya negeri mesir yang ketika itu memiliki semua tanda
bangkitnya kekuatan baru itu.
2
Sebelum datang ke Mesir, Hulagu mengirim surat kepda Qutuz, yang isinya berupa ancaman dan
intimidasi. Dalam surat itu ia menuliskan : Tentang raja Al-Muzhaffar Qutuz yang berasal dari bangsa
Mamalik, yang melarikan diri dari pedang kami ke wilayah untuk menikmati segala kenikmatan yang ada
disini, setelah itu membunuh orang yang menguasainya. Tentang Raja Al-Muzhaffar Qutuz dan para
petinggi negaranya dan penduduk kerajaannya di negeri Mesir dan sekitarnya.
Di dalam Al-quran disebutkan,”Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat
menhinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93). Lalu disebutkan pula, “Dan orang-
orang yang zhalim kelak akan tahun ketempat mana mereks sksn kembali.” (Asy-Syu’ara: 227).
Siapa saja yang meminta perang dengan kami, maka ia akan menyesal. Siapa saja yang
meminta pegamanan dari kami, maka ia akan selamat. Jika kalian patuh pada sayarat dan
perintah kami, maka kalian mendapatkan hak yang sama dengan kami dan memiliki
kewajiban yang sama dengan kami. Namun jika kalian melanggaranya, maka kalian akan
binasa. Janganlah kalian binasakan diri kalian akibat ulah tangan kalian sendiri. Siapa
berhati-hati, ia akan selamat. Bagi kalian kami dianggap orang kafir, tapi bagi kami kalian
itu pembuat dosa. Kami telah diberi kuasa atas kalian dari zat yang menetapkan takdir
dan mengurusi segalanya. kami telah berlaku adil karena kami menulis surat ini terlebih
dahulu pada kalian, kami telah sadarkan kalian dengan peringatan dan kami ini, dan tidak
ada bagi kami maksud lain kecuali kalian. Salam sejahtera untuk kalian dan untuk siapa
saja yang patuh kepada petunjuk dan takut kepada akibat yang buruk dan patuh kepada
raja tertinggi. “Katakan pada penduduk mesir ini Hulagu sudah datang, dengan membawa
pedang tajam yang terhunus dan siap memotong. Di hadapan kami kaum yang mulia
menjadi hina, dan anakanak kecil akan sama nasibnya dengan orang-orang besar.”
Saifuddin Qutuz mempercayakan Amir Ruknuddin Baybars untuk menjadi panglima Batalyon
infanteri yang dapat menyikap tentang kekuatan musuh dan menandai lokasi mereka. Pasukan baybars
langsung terlibat pertarungan sengit dengan pasukan Mongol dan terus mengimbangi mereka hingga
3
pasukan utama yang dibawa Sulat Qutuz tiba di Ain Jalut pada tanggal 25 Ramadhan 658 H/ bulan
September 1260M.
Qutuz sudah mengetahui tentang jumlah pasukanya yang lebih besar dari pada musuh, karena
itu ia menyembunyikan sebagian kekuatan utamanya di balik bukit di dekat sana. Ia tidak
memperlihatan semua pasukanya kepada musuh kecuali hanya pasukan infanteri yang dipimpin oleh
Baybars. Kitbuqa yang ketika itu dipercaya oleh hulagu untuk memimpin pasukan terperangkap dalam
siasat yang disusun oleh Qutuz. Baybars membawa pasukanya mundur ke arah bukit ketika ia melihat
pasukan Mongol sudah semakin unggul atas mereka. Mongol mendapat sergapan dari pasukan muslimin
yang bersembunyi di balik bukit.
Pasukan muslimin di sisi kiri mulai sedikit limbung mendapat serangan dari bangsa Tatar, Al-
Malik Al-Muzhaffar langsung turun tangan membawa sekelompok pasukanya untuk memperkuat sisi kiri
tersebut agar dapat mengimbangi lawan. Qutuz juga ikut serta masuk dalam pertempuran tersebut.
Kaum muslimin saat itu mengalami kesulitan kembali dalam menghadapi bangsa Tatar.
Guncangan yang sangat dahsyat. Qutuz pun kembali berteriak sangat kencang wa Islama! Sebanyak tiga
kali hingga terdengar oleh sebagian besar pasukanya. ‘’Ya Allah, berilah pertolongan kepada hamba-Mu
Qutuz untuk mengalahkan bangsa Tatar’’. Dan akhirnya dapat mengalahkan pasukan Tatar serta
membunuh para petinggi dan beberapa pasukan lainya. Melihat kemenangannya, Qutuz turun dari
kudanya dan menyungsurkan kepalanya ke atas bumi dan menciumnya. Ia melakukan sholat dua rakaat
sebagai rasa syukurnya. Kembali menaiki kudanya menemui pasukanya sedang merayakan kegembiraan
mereka dengan tangan yang penuh harta rampasan perang.
Kemenagan di raih oleh Qutuz dan pasukannya di Ain Jalut merupakan peristiwa terindah
dunia Islam, terutama masyarakat Mesir, mereka mempersiapkan penyambutan Qutuz jauh hari
sebelum Qutuz kembali ke Mesir, membuat tulisan-tulisan di sekitar benteng dan memasang
berbagi hiasan di seluruh penjuru kota Kairo dan tinggal menunggu pahlawan tiba disana.
Sultan Qutuz baru tiba di daerah Qusair, memutuskan untuk berhenti besama beberapa
pengawalnya. Sementara pasukan lainnya melanjutkan perjalanannya hingga ke Shalihiyah di
wilayah Syarqiyah, Mesir, untuk membangun perkemahan tempat mereka beristirahat beberapa
waktu nantinya, termasuk kemah kesultanan yang cukup besar dan megah.
Ketika itu sultan sedang ingin melakukan perburuan, di tengah jalan tiba-tiba tidak dapat
menahan ingin membuang hajat. Setelah selesai memutuskan untuk kembali saja ke
perkemahannya. Ia ditemani oleh Amir Ruknuddin dan beberapa orang lainnya. Sultan meminta
Ruknuddin untuk memanggil seorang wanita dari Tatar untuk menjadi tawanannya, dan Ruknuddin
langsung mengambil tangan sultan untuk menciumnya. Namun ternyata ciuman Ruknuddin di
tangan sultan itu merupakan tanda isyarat yang ia berikan kepada rekan-rekan konspirasinya sesuai
rencana sebelum itu. Ketika mereka sudah melihat tangan sultan dipegang oleh Ruknuddin, maka
amir Badruddin Baktut langsung menyabetkan pedangnya ke leher sultan hingga tersungkur jatuh ke
tanah. Lalu dibawa oleh Amir Badruddin Anas dan diletakkan di atas seekor kuda.
Kemudian Amir Bahadir Al-Muizi melepaskan panahnya ke arah sultan untuk memastikan
kematiannya. Namun ada riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang menyabetkan pedangnya
adalah Amir Ruknuddin Baybars, dan riwayat itu yang lebih tepat. Peristiwa terjadi pada hari Sabtu,
tanggal 15 Dzulqa’dah di tahun yang sama.
Kemenangan kaum muslimin yang didapatkan atas pasukan mongol dipertempuran Ain laut
memiliki dampak tersendiri. Berikut adalah beberapa dampaknya dan berbagai peristiwa setelah nya:
melarikan diri dari kota tersebut, hingga membuat damaskus tidak lagi memiliki pemerintahan
yang resmi untuk menjamin keamanan penduduknya.
Apa yang dilakukan kaum muslimin di kota Damaskus ketika itu membunuh para
penghianat dan agen agen penjerat bagi islam dan kaum muslimin saat damaskus berada di
bawah pemerintahan mongol. Dengan demikian hilanglah semua kekejaman, kezaliman
penduduk dan penindasan terhadap kaum muslimin hingga mereka mendapat kembali
keamanan pada jiwa mereka, harta mereka, tanah mereka dan kehormatan mereka.