Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penelitian Hadis
Disusun oleh:
AMELIA DAMAYANTI
NIM : E95217021
Dosen Pengampu:
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalam nya. Dan juga saya
berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari teman-teman demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah SAW., para Sahabat tidak terlalu mementingkan adanya
sanad pada Hadis. Karena mereka masih saling menjaga dan saling percaya. Kalangan
Sahabat tidak enggan untuk saling bertanya dan menyampaikan Hadis. Bahkan ada
halaqah-halaqah yang khusus dibentuk dalam mengkaji Hadis. Berbeda pada saat
Rasulullah SAW. telah wafat. Sahabat menjadi titik utama untuk penuntut ilmu. Rasa
kehati-hatian sudah mulai muncul untuk mencegah agar terjadi kelalaian pada Hadis
Nabi.
Hingga akhirnya setelah masa ke masa, mulai muncul upaya untuk menilai
kes}ah{i>h{an suatu hadis yaitu Kritik Hadis yang dibagi menjadi dua, kritik matan dan
kritik sanad. Upaya ini untuk membuktikan kebenaran suatu Hadis baik dari segi
sanad atau matan nya. Upaya ini juga menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam untuk
berhati-hati dalam menyandarkan pernyataan atau perbuatan Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sanad?
2. Bagaimana konsep dasar bentuk Sanad?
3. Apa permasalahan yang biasa terjadi pada Sanad?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian Sanad.
2. Untuk menjelaskan konsep dasar bentuk Sanad.
3. Untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi pada Sanad.
1
BAB II
KRITIK SANAD DAN BERBAGAI MACAM MASALAHNYA
A. Pengertian Sanad
Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Hadis kepada Nabi
Muh{ammad SAW. Dalam bidang Ilmu Hadis sendiri, sanad merupakan neraca untuk
menimbang s}ah{i>h dan d}a’i>f nya suatu Hadis.1
“Telah mengabarkan Qutai>bah dari al-Lai>th dari al-H{aki>m bin ‘Abdilla>h dari ‘A>mir
bin Sa’d dari Sa’d bin Abi> Waqqa>s} dari Rasululla>h S}allalla>hu ‘alaihi wa al-Salam berkata:
"Barangsiapa yang mendengar suara adzan kemudian dia berucap: Asyhadu alla ilaaha illa
Allah wa ah}dahu> la> syari>ka lahu> wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu, radlitu billahi
rabba wabi Muhammadin rasulan wabil islami diinan (Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul nya, aku
ridha Allah sebagai Rabb, dan Muhammad sebagai Rasul dan aku ridha Islam sebagai agama),
maka Allah akan mengampuni dosanya."
Maka matan Hadis di atas yang diawali dari kata “Man Qa>la H{i>na” sampai
dengan kata “Ghufira lahu dhanbuhu” diterima oleh an-Nasai melalui sanad pertama
yaitu Qutai>bah, sanad kedua al-Lai>th, sanad ketiga al-H{aki>m bin ‘Abdilla>h, sanad
keempat ‘A>mir bin Sa’d, sanad kelima atau yang terakhir Sa’d bin Abi> Waqqa>s}. beliau
1
Fatchur Rachman, Ikhtisar Mushthalhul Hadis (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), 41.
2
Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali> Al-Kharasa>ni>, Sunan Al-As}gha>r li Al-Nasa>i>, juz 2
nomer 679 (H{alb: Maktabah Al-Mat{bu>’a>t Al-Isla<miyyah, 1406 H), 26.
2
3
adalah salah seorang Sahabat yang langsung menerima sendiri dari Nabi Muh}ammad
SAW.
3
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendeketan
Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 111.
4
Yang kedua, ‘Adil. Dalam Ilmu Hadis, ‘adil bermakna sifat yang timbul
dalam jiwa seseorang yang mampu mengarahkan orang-orang tersebut kepada
perbuatan taqwa dan dapat menjaga muru’ah hingga ia dipercaya karena kejujurannya.
Syarat ‘adil mencakup empat persyaratan, yaitu beragama Islam, Mukallaf, bertaqwa
atau menjalankan kewajiban agama Islam, dan memelihara muru’ah.4
Yang ketiga, D}abit}. D}abit} ialah sikap yang penuh ingatannya dan tidak
pelupa berupa kekuatan hafalan bila hadis yang diriwayatkan berdasarkan hafalan, dan
benar tulisannya bila hadis yang diriwayatkan berdasarkan tulisan. Menurut Ibn H}ajar
al-‘Asqalani>, d}abit} adalah kuat hafalan terhadap apa yang didengar dan mampu
menyampaikannya kapan saja dikehendaki.5
Yang keempat, terhindar dari syad. Suatu hadis dinyatakan terdapat syad
apabila Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi thiqqah bertentangan dengan
Hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang juga bersifat thiqqah. Faktor dari
syad dapat diketahui setelah menggunakan metode Muqaranah, metode yang
menghimpun seluruh sanad Hadis yang mempunyai pokok masalh yang sama,
selanjutnya dilakukan I’tibar dan dibandingkan.6
Yang kelima, terhindar dari ‘illat. ‘Illat adalah cacat yang merusak kualitas
hadis sehingga hadis yang lahirnya tampak menyandang kualitas s}ah{i>h} menjadi tidak
s}ah{i>h}. ‘Illat yang seringkali terjadi pada sanad hadis adalah sanad yang tampak
muttas{il dan marfu’ ternyata muttas{il dan mauquf, sanad yang tampak muttas{il marfu’
ternyata muttas{il dan mursal, terjadi pencampuran dengan hadis lain dan terjadi
kesalahan penyebutan nama perawi.7
Untuk mengetahui bagaimana kes}ah}i>h}an suatu Hadis dilakukannya
penelitian Hadis. Langkah yang pertama, melakukan I’tibar sanad. I’tibar adalah
menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, supaya dapat diketahui
4
Ibid.
5
Ibid., 119.
6
Ibid., 122.
7
Ibid., 130.
5
ada tidaknya periwayat yang lain untuk sanad Hadis yang dimaksud. Tujuannya agar
terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad yang diteliti, nama-nama periwayatnya, dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
bersangkutan. Langkah kedua, meneliti kepribadian perawi dan menentukan metode
periwayatannya dan langkah yang ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad.8
Contoh penelitian sanad pada Hadis:
1. Hadis Utama:
َع ِن، َع ْن أَِب ُهَريْ َرَة،صالِ ٍح َ َع ْن أَِب،ش ِ َع ِن األ َْع َم،َ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَة:ال َ َ ق،َّد ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد- 477
َخَْ ًسا،صَلَتِِه ِِف ُسوقِ ِه ِِ
َ َو،صَلَته ِِف بَْيته
ِِ يد علَى ِ
َ َ ُ صَلَةُ اجلَمي ِع تَ ِز
ِ
َ " :صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َ َّب ِ ِالن
ِ َو ِع ْش ِر
ُط َخطْ َوًة إََِّل َرفَ َعه ُ ْ ََلْ ََي،الصَلََة َّ يد إََِّل ُ َلَ يُِر، َوأَتَى امل ْسج َد،َح َس َن
َِ ْ َّ َح َد ُك ْم إِ َذا تَ َو
ضأَ فَأ َ فَِإ َّن أ،ًين َد َر َجة
َ
ت ن ا ك ام ٍ
ة َل ص ِف ِ ن ا ك ، د ِ
َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َح ََّّت يَ ْد ُخ َل امل ْسج،ًط َعْنهُ َخ ِطيئَة
ج س امل ل خ د ا ذِإو ، د َّ َو َح،ًاَّللُ ِِبَا َد َر َجة َّ
ََْ َ ََ
َ َ
،ُ اللَّ ُه َّم ْارحَْه،ُ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَه:صلِي فِ ِيه ِ ِِِ ِ ِ
َ ُ َما َد َام ِِف ََْملسه الَّذي ي- ُ يَ ْع ِِن َعلَْيه املََلَئ َكة- صلي
ِ ُ وت،ََتبِسه
َ َ ُُ ْ
9 ِ ِ
" ث فيه ْ َما ََلْ ُُْي ِد
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: telah menceritakan kepada
kami Abu> Mu’a>wiyah dari al-A’masy, dari Abi> S}a>lih{ dari Abi> Hurai>rah dari Nabi S}alla Alla>hu
‘Ala>hi wa Sallam bersabda: Keutamaan shalat berjamaah dua puluh lima kali lipat disbanding
shalat sendirian di rumah atau di pasar. Jika salah seorang dari kalian melakukan wudhu
dengan sempurna, kemudian memasuki masjid hanya untuk shalat maka pada setiap
langkahnya Allah mengangkat satu derajat dan melebur satu dosa sampai dia memasuki
masjid. Ketika memasuki masjid, dia dianggap melakukan shalat selama dia menunggu waktu
shalat. Sementara itu, malaikat terus memintakan ampun untuknya seraya berdoa, “Ya Allah,
ampunilah dia! Ya Allah, sayangilah dia selama dia belum berhadats.”
2. Hasil Takhrij:
8
Suryadi dan Muhammad al-Fatih, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Teras, 2009), 98.
9
Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar
min Umu>ri Rasu>l Alla>h S}alla> ‘Alayhi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 1 nomer indeks 477
(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 170.
6
ص ََلةُ ِ
صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َمَ " :
ال رس ُ ِ
ول هللا َ صالِ ٍحَ ،ع ْن أَِب ُهَريْ َرَة ،قَ َ
ال :قَ َ َ ُ ُم َعا ِويَةََ ،ع ِن ْاأل َْع َم ِ
شَ ،ع ْن أَِب َ
َح َد ُه ْم إِ َذا ِ يد علَى ص ََلتِِه ِِف ب يتِ ِه ،وص ََلتِِه ِِف سوقِ ِه ،بِ ْ ِ الرج ِل ِِف ََج ٍ
ك أ َّ
َن أ َ ض ًعا َوع ْش ِر َ
ين َد َر َجةًَ ،و َذل َ ُ َْ َ َ اعة تَ ِز ُ َ َ
ََ َّ ُ
Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar
10
min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 1 nomer indeks 647
(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 216.
11
Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar
min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 2 nomer indeks 2119
(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 94.
7
ط َعْنهُ ِِبَا َخ ِطيئَةٌَ ،ح ََّّت يَ ْد ُخ َل الْ َم ْس ِج َد ،فَِإذَا َد َخ َل الْ َم ْس ِج َد َكا َن ِِف َّ
الص ََلةِ َما ُرفِ َع لَهُ ِِبَا َد َر َجةٌَ ،و ُح َّ
صلَّى فِ ِيه ،يَ ُقولُو َن: ِِِ ِ الص ََلةُ ِهي ََتبِسه ،والْم ََلئِ َكةُ يصلُّو َن علَى أ ِ
َحد ُك ْم َما َد َام ِِف ََْملسه الَّذي َ
َُ َ َ َ ْ ُُ َ َ ت ََّكانَ ِ
12
ث فِ ِيه "
ب َعلَْي ِهَ ،ما ََلْ يُ ْؤِذ فِ ِيهَ ،ما ََلْ ُُْي ِد ْ
الله َّم تُ ْ
ِ
الله َّم ا ْغف ْر لَهُُ ،
الله َّم ْارحَْهُُ ،
ُ
كَ ،عن ابْ ِن ِشه ٍ
اب، ِ صا ِر ُّ َ - 216حدَّثَنَا إِ ْس َح ُ
َ الَ :حدَّثَنَا َمال ٌ ْ
الَ :حدَّثَنَا َم ْع ٌن قَ َ
ي قَ َ وسى األَنْ َ
اق بْ ُن ُم َ
اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ ول َِّ عن سعِ ِ
الر ُج ِل ِِف ال« :إِ َّن َ
ص ََل َة َّ صلَّى َّ
اَّلل َ بَ ،ع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ ،أ َّ
َن َر ُس َ يد بْ ِن املسيِ ِ
َُ َْ َ
ِ ٍ ِ يد علَى ِِ اجلم ِ
ص ََلته َو ْح َدهُ ِبَ ْم َسة َوع ْش ِر َ
اعة تَ ِز ُ َ َ
13
ين ُج ْزءًا» ََ َ
صالِ ٍحَ ،ع ْن أَِب َ - 786حدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشْي بَةَ قَ َ
الَ :حدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةََ ،ع ِن ْاأل َْع َم ِ
شَ ،ع ْن أَِب َ
ص ََلتِِه ِِف بَْيتِ ِه اع ٍة ،تَ ِز ُ ِ ول َِّ
يد َعلَى َ الر ُج ِل ِِف ََجَ َ صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َمَ :
«ص ََلةُ َّ اَّلل َ ال َر ُس ُ
ال :قَ َ
ُهَريْ َرةَ ،قَ َ
وص ََلتِِه ِِف سوقِ ِه بِ ْ ِ
ض ًعا َوع ْش ِر َ
14
ين َد َر َجةً» ُ ََ
اَّللِ
ول ََّن َر ُس َ اب ،عن سعِ ِ
يد بْ ِن الْمسيِ ِ
بَ ،ع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ أ َّ َخَبََن قُتَ ي بةَُ ،عن مالِ ٍ
كَ ،ع ِن ابْ ِن ِشه ٍ
َُ َْ َ َ - 838أ ْ ََ ْ َ ْ َ
ِ اجلماع ِة أَفْضل ِمن ص ََلةِ أ ِ صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ
َحد ُك ْم َو ْح َدهُ َخَْ ًسا َوع ْش ِر َ
15
ين ُج ْزءًا» «ص ََلةُ َْ َ َ َ ُ ْ َ َ الَ : َ
12
Muslim bin Al-H{ajja>j Abu> Al-H{asan Al-Qasyi>ri> Al-Naisa>bu>ri>, Al-Musnad Al-S}ah{i>h{ Al-Mukhtas}ar bi
>naqli ‘adli ‘an al-‘adli ila> Rasulila>h S}allallahu ‘Alahi wa Al-Salam juz 2 nomer 649 (Beirut: Da>r Ih{ya
Al-Tara>th Al-‘Arabi>, t.th), 384.
13
Muh}ammad bin ‘I>sa bin Sau>rah bin Mu>sa bin al-D{ah}a>k al-Tirmidhi>, al-Ja>mi’ al-Kabi>r al-Tirmidhi> juz
1 nomer indeks 216 (Beirut: Da>r al-Gharbu al-Islami>, 1996), 254.
14
Ibnu Ma>jah Abu> ‘Abdullah Muh{ammad bin Yazi>d Al-Qazwi>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah juz 1 nomer 786
(Riyadh: Maktabah al-Ma’a>rif li Nasyri wa al-Tauzi>’, t.t), 147.
15
Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali> Al-Kharasa>ni>, Sunan Al-Nasa>i> juz 1 nomer 838
(Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1406 H), 438.
I’tibar Sanad للا
رسول ررر
قال
أبو هريرة
عن عن
8
9
16
Abu> al-Fadla Ah{mad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajar al-Asqalani>, Tahd{i>b al-Tahd{i>b
juz 2 (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1416 H), 518.
17
Abu> al-Fadla, Tahd{i>b al-Tahd{i>b juz 1…, 579.
18
Ibid, juz 2…, 109.
10
19
Abu> al-Fadla, Tahd{i>b al-Tahd{i>b juz 2…, 278.
20
Ibid, juz 4…, 57.
11
َحدَّثَنَا، ح َو َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعْي ٍم، َح َّدثَيِن َسلَ َمةُ بْ ُن ُك َهْي ٍل، َع ْن ُس ْفيَا َن، َحدَّثَنَا ََْي ََي،َّد
ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد- 6499
ي قَ َ ي،َ عن سلَمة،س ْفيا ُن
ول َ َوََلْ أ ََْسَ ْع أ،صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ُ َح ادا يَ ُق ال الني ي
َ َّب َ َ ق- :ول
ُ يَ ُق،ت ُجْن َد اًب
ُ ََس ْع:ال َ َ َْ َ ُ
« َم ْن:صلَّى هللاُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم ال الني ي
َ َّب ُ فَ َس يم ْعتُهُ يَ ُق،ُت يمْنه
َ َ ق- :ول ي
ُ فَ َدنَ ْو،ُصلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َغ ْ َْيه ال الني ي
َ َّب َ َق
»اّللُ بييه
َّ َوَم ْن يَُرائيي يَُرائيي،]105:اّللُ بييه [ص
َّ ََسَّ َع ََسَّ َع
21
Mahmud al-Thahhan, Dasar-dasar Ilmu Hadis ter. Bahak Asadullah (Jakarta: Ummul Qura, 2016),
215.
22
Ibid.
12
Dari hadis riwayat Imam Bukhari tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
sanad pertama antara Imam Bukha>ri> dengan Rasu>l Alla>h terdapat lima orang rawi,
sedangkan dalam sanad kedua terdapat empat orang rawi. Karena jumlah rawi kedua
lebih sedikit dibandingkan dengan sanad pertama, maka sanad kedua disebut Sanad
‘Ali> dan sanad pertama disebut Sanad Nazil.
23
Ibid., 223.
24
Ibid., 224.
13
25
Ibid., 225.
26
Ibid., 226.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Hadis kepada Nabi
Muh{ammad SAW. Dalam bidang Ilmu Hadis sendiri, sanad merupakan neraca
untuk menimbang s}ah{i>h dan d}a’i>f nya suatu Hadis.
2. Untuk mengetahui bagaimana kes}ah}i>h}an suatu Hadis dilakukannya penelitian
Hadis. Langkah yang pertama, melakukan I’tibar sanad. Langkah kedua, meneliti
kepribadian perawi dan menentukan metode periwayatannya dan langkah yang
ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad.
3. Masalah yang biasa terjadi pada sanad adalah Sanad al-‘Ali dan al-Nazil, Sanad al-
Aka>bir ‘an al-S}aghi>r, Riwayat al-Aba’ ‘an al-Abna’ dan al-Abna’ ‘an al-Aba’.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Asqalani>, Abu> al-Fadla Ah{mad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajar.
1416 H. Tahd{i>b al-Tahd{i>b.. Beirut: Muassasah al-Risa>lah
Ismail, M. Syuhudi. 1998. Kaedah Keshahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan
Tinjauan dengan Pendeketan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang
Al-Ju’fi>, Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari>. 1400 H. Al-Ja>mi’ al-
Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi
wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi. Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah
Al-Kharasa>ni>, Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali>. 1406 H. Sunan Al-
As}gha>r li Al-Nasa>i>. H{alb: Maktabah Al-Mat{bu>’a>t Al-Isla<miyyah
Al-Kharasa>ni>, Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali>. 1406 H. Sunan Al-
Nasa>i> . Beirut: Da>r al-Ma’rifah
Al-Naisa>bu>ri>, Muslim bin Al-H{ajja>j Abu> Al-H{asan Al-Qasyi>ri>. t.th. Al-Musnad Al-
S}ah{i>h{ Al-Mukhtas}ar bi naqli ‘adli ‘an al-‘adli ila> Rasulila>h S}allallahu ‘Alahi wa
Al-Salam. Beirut: Da>r Ih{ya> Al-Tara>th Al-‘Arabi>
Al-Qazwi>ni>, Ibnu Ma>jah Abu> ‘Abdullah Muh{ammad bin Yazi>d. t.th. Sunan Ibnu
Ma>jah. Riyadh: Maktabah al-Ma’a>rif li Nasyri wa al-Tauzi>’
al-Thahhan, Mahmud. 2016. Dasar-dasar Ilmu Hadis ter. Bahak Asadullah. Jakarta:
Ummul Qura
Al-Tirmidhi>, Muh}ammad bin ‘I>sa bin Sau>rah bin Mu>sa bin al-D{ah}ak> . 1996. al-Ja>mi’
al-Kabi>r al-Tirmidhi>. Beirut: Da>r al-Gharbu al-Islami>