Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR SANAD SEBAGAI

OBYEK PENELITIAN HADIS

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penelitian Hadis

Disusun oleh:

AMELIA DAMAYANTI
NIM : E95217021

Dosen Pengampu:

PROF. DR. H. ZAINUL ARIFIN, MA

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalam nya. Dan juga saya
berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari teman-teman demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Surabaya, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...1

A. Latar Belakang …………………………………………………………...1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...1
C. Tujuan …………………………………………………………………….1

BAB II KRITIK SANAD DAN BERBAGAI MACAM MASALAHNYA

A. Pengertian Sanad ………….……..…………………………………...…..2


B. Konsep Dasar Bentuk Sanad ……………………………………………..3
C. Masalah yang Terjadi pada Sanad …………………………….…………12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah SAW., para Sahabat tidak terlalu mementingkan adanya
sanad pada Hadis. Karena mereka masih saling menjaga dan saling percaya. Kalangan
Sahabat tidak enggan untuk saling bertanya dan menyampaikan Hadis. Bahkan ada
halaqah-halaqah yang khusus dibentuk dalam mengkaji Hadis. Berbeda pada saat
Rasulullah SAW. telah wafat. Sahabat menjadi titik utama untuk penuntut ilmu. Rasa
kehati-hatian sudah mulai muncul untuk mencegah agar terjadi kelalaian pada Hadis
Nabi.
Hingga akhirnya setelah masa ke masa, mulai muncul upaya untuk menilai
kes}ah{i>h{an suatu hadis yaitu Kritik Hadis yang dibagi menjadi dua, kritik matan dan
kritik sanad. Upaya ini untuk membuktikan kebenaran suatu Hadis baik dari segi
sanad atau matan nya. Upaya ini juga menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam untuk
berhati-hati dalam menyandarkan pernyataan atau perbuatan Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sanad?
2. Bagaimana konsep dasar bentuk Sanad?
3. Apa permasalahan yang biasa terjadi pada Sanad?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian Sanad.
2. Untuk menjelaskan konsep dasar bentuk Sanad.
3. Untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi pada Sanad.

1
BAB II
KRITIK SANAD DAN BERBAGAI MACAM MASALAHNYA

A. Pengertian Sanad

Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Hadis kepada Nabi
Muh{ammad SAW. Dalam bidang Ilmu Hadis sendiri, sanad merupakan neraca untuk
menimbang s}ah{i>h dan d}a’i>f nya suatu Hadis.1

ٍ َّ‫ َع ْن َس ْع ِد بْ ِن أَِب َوق‬،‫ َع ْن َع ِام ِر بْ ِن َس ْع ٍد‬،ِ‫اَّلل‬


،‫اص‬ َّ ‫اْلَ ِكي ِم بْ ِن َعْب ِد‬ ِ ‫ ع ِن اللَّي‬،ُ‫ أَخَبََن قُتَ ي بة‬- 679
ْ ‫ َع ِن‬،‫ث‬ ْ َ َ ْ ََ ْ

َّ ‫ َوأ َََن أَ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل‬:‫ني يَ ْس َم ُع الْ ُم َؤِذ َن‬


ُ‫اَّلل‬
ِ َ َ‫ " من ق‬:‫ال‬
َ ‫ال ح‬
ِ
ْ َ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ق‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬
ِ ‫َعن رس‬
َُ ْ
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
ُ‫ َوِِبِْل ْس ََلم دينًا غُفَر لَه‬،‫ َوِِبُ َح َّمد َر ُس ًوَل‬،‫يت ِِب ََّّلل َراِب‬ َ ‫َو ْح َدهُ ََل َش ِر‬
َّ ‫ َوأ‬،ُ‫يك لَه‬
ُ ‫ َرض‬.ُ‫َن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُسولُه‬
2
" ُ‫َذنْبُه‬

“Telah mengabarkan Qutai>bah dari al-Lai>th dari al-H{aki>m bin ‘Abdilla>h dari ‘A>mir
bin Sa’d dari Sa’d bin Abi> Waqqa>s} dari Rasululla>h S}allalla>hu ‘alaihi wa al-Salam berkata:
"Barangsiapa yang mendengar suara adzan kemudian dia berucap: Asyhadu alla ilaaha illa
Allah wa ah}dahu> la> syari>ka lahu> wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu, radlitu billahi
rabba wabi Muhammadin rasulan wabil islami diinan (Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul nya, aku
ridha Allah sebagai Rabb, dan Muhammad sebagai Rasul dan aku ridha Islam sebagai agama),
maka Allah akan mengampuni dosanya."
Maka matan Hadis di atas yang diawali dari kata “Man Qa>la H{i>na” sampai
dengan kata “Ghufira lahu dhanbuhu” diterima oleh an-Nasai melalui sanad pertama
yaitu Qutai>bah, sanad kedua al-Lai>th, sanad ketiga al-H{aki>m bin ‘Abdilla>h, sanad
keempat ‘A>mir bin Sa’d, sanad kelima atau yang terakhir Sa’d bin Abi> Waqqa>s}. beliau

1
Fatchur Rachman, Ikhtisar Mushthalhul Hadis (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), 41.
2
Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali> Al-Kharasa>ni>, Sunan Al-As}gha>r li Al-Nasa>i>, juz 2
nomer 679 (H{alb: Maktabah Al-Mat{bu>’a>t Al-Isla<miyyah, 1406 H), 26.

2
3

adalah salah seorang Sahabat yang langsung menerima sendiri dari Nabi Muh}ammad
SAW.

An-Nasa’i< Mukharrij Rawi Keenam


Qutai>bah Sanad Pertama Rawi Kelima
al-Lai>th Sanad Kedua Rawi Keempat
al-H{aki>m bin ‘Abdilla>h Sanad Ketiga Rawi Ketiga
‘A>mir bin Sa’d Sanad Keempat Rawi Kedua
Sa’d bin Abi> Waqqa>s} Sanad Kelima Rawi Pertama

B. Konsep Dasar Bentuk Sanad


Ketika Hadis telah menyebar dan pemalsuan yang dinisbahkan kepada
Rasulullah SAW. semakin banyak, para ulama’ menganggap telah menjadi kewajiban
mereka untuk melakukan penelitian dan penilaian terhadap Hadis. Untuk lebih
memudahkannya, mereka menyusun kaedah dan metode keilmuan Hadis. Dengan
adanya kriteria kes}ah{i>ha{ n sanad akan mudah menyeleksi setiap periwayatan. Kaedah
kes}ah{i>h{an merupakan bagian dari kaedah kes}ah{i>h{an Hadis yang digunakan ulama’
dalam mensyaratkan periwayatan suatu Hadis.
Lima unsur kes}ah{i>h{an sanad yang dimaksud sama seperti syarat H}adi>th
S{ah}i>h. Yang pertama, Ittis}a>l al-Sanad. Ittis}a>l al-Sanad adalah para perawi yang
terdapat dalam suatu sanad menerima langsung dari perawi sebelumnya dan berlaku
hingga akhir sanad. Hal yang biasa dilakukan oleh para ulama’ Hadis untuk
mengetahui bersambungnya sanad atau tidak adalah mencatat semua nama perawi,
mempelajari sejarah hidup masing-masing perawi dan meneliti kata-kata periwayatan
yang digunakan oleh perawi.3

3
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendeketan
Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 111.
4

Yang kedua, ‘Adil. Dalam Ilmu Hadis, ‘adil bermakna sifat yang timbul
dalam jiwa seseorang yang mampu mengarahkan orang-orang tersebut kepada
perbuatan taqwa dan dapat menjaga muru’ah hingga ia dipercaya karena kejujurannya.
Syarat ‘adil mencakup empat persyaratan, yaitu beragama Islam, Mukallaf, bertaqwa
atau menjalankan kewajiban agama Islam, dan memelihara muru’ah.4
Yang ketiga, D}abit}. D}abit} ialah sikap yang penuh ingatannya dan tidak
pelupa berupa kekuatan hafalan bila hadis yang diriwayatkan berdasarkan hafalan, dan
benar tulisannya bila hadis yang diriwayatkan berdasarkan tulisan. Menurut Ibn H}ajar
al-‘Asqalani>, d}abit} adalah kuat hafalan terhadap apa yang didengar dan mampu
menyampaikannya kapan saja dikehendaki.5
Yang keempat, terhindar dari syad. Suatu hadis dinyatakan terdapat syad
apabila Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi thiqqah bertentangan dengan
Hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang juga bersifat thiqqah. Faktor dari
syad dapat diketahui setelah menggunakan metode Muqaranah, metode yang
menghimpun seluruh sanad Hadis yang mempunyai pokok masalh yang sama,
selanjutnya dilakukan I’tibar dan dibandingkan.6
Yang kelima, terhindar dari ‘illat. ‘Illat adalah cacat yang merusak kualitas
hadis sehingga hadis yang lahirnya tampak menyandang kualitas s}ah{i>h} menjadi tidak
s}ah{i>h}. ‘Illat yang seringkali terjadi pada sanad hadis adalah sanad yang tampak
muttas{il dan marfu’ ternyata muttas{il dan mauquf, sanad yang tampak muttas{il marfu’
ternyata muttas{il dan mursal, terjadi pencampuran dengan hadis lain dan terjadi
kesalahan penyebutan nama perawi.7
Untuk mengetahui bagaimana kes}ah}i>h}an suatu Hadis dilakukannya
penelitian Hadis. Langkah yang pertama, melakukan I’tibar sanad. I’tibar adalah
menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, supaya dapat diketahui

4
Ibid.
5
Ibid., 119.
6
Ibid., 122.
7
Ibid., 130.
5

ada tidaknya periwayat yang lain untuk sanad Hadis yang dimaksud. Tujuannya agar
terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad yang diteliti, nama-nama periwayatnya, dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
bersangkutan. Langkah kedua, meneliti kepribadian perawi dan menentukan metode
periwayatannya dan langkah yang ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad.8
Contoh penelitian sanad pada Hadis:
1. Hadis Utama:

‫ َع ِن‬،‫ َع ْن أَِب ُهَريْ َرَة‬،‫صالِ ٍح‬ َ ‫ َع ْن أَِب‬،‫ش‬ ِ ‫ َع ِن األ َْع َم‬،َ‫ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَة‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫َّد‬ ٌ ‫ َحدَّثَنَا ُم َسد‬- 477
‫ َخَْ ًسا‬،‫صَلَتِِه ِِف ُسوقِ ِه‬ ِِ
َ ‫ َو‬،‫صَلَته ِِف بَْيته‬
ِِ ‫يد علَى‬ ِ
َ َ ُ ‫صَلَةُ اجلَمي ِع تَ ِز‬
ِ
َ " :‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ‫الن‬
ِ ‫َو ِع ْش ِر‬
ُ‫ط َخطْ َوًة إََِّل َرفَ َعه‬ ُ ْ‫ ََلْ ََي‬،‫الصَلََة‬ َّ ‫يد إََِّل‬ ُ ‫ َلَ يُِر‬،‫ َوأَتَى امل ْسج َد‬،‫َح َس َن‬
َِ ْ َّ ‫َح َد ُك ْم إِ َذا تَ َو‬
‫ضأَ فَأ‬ َ ‫ فَِإ َّن أ‬،ً‫ين َد َر َجة‬
َ
‫ت‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ا‬‫م‬ ٍ
‫ة‬ ‫َل‬ ‫ص‬ ‫ِف‬ ِ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ، ‫د‬ ِ
َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ‫ َح ََّّت يَ ْد ُخ َل امل ْسج‬،ً‫ط َعْنهُ َخ ِطيئَة‬
‫ج‬ ‫س‬ ‫امل‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ِ‫إ‬‫و‬ ، ‫د‬ َّ ‫ َو َح‬،ً‫اَّللُ ِِبَا َد َر َجة‬ َّ
ََْ َ ََ
َ َ
،ُ‫ اللَّ ُه َّم ْارحَْه‬،ُ‫ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَه‬:‫صلِي فِ ِيه‬ ِ ِِِ ِ ِ
َ ُ‫ َما َد َام ِِف ََْملسه الَّذي ي‬- ُ‫ يَ ْع ِِن َعلَْيه املََلَئ َكة‬- ‫صلي‬
ِ ُ‫ وت‬،‫ََتبِسه‬
َ َ ُُ ْ
9 ِ ِ
" ‫ث فيه‬ ْ ‫َما ََلْ ُُْي ِد‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: telah menceritakan kepada
kami Abu> Mu’a>wiyah dari al-A’masy, dari Abi> S}a>lih{ dari Abi> Hurai>rah dari Nabi S}alla Alla>hu
‘Ala>hi wa Sallam bersabda: Keutamaan shalat berjamaah dua puluh lima kali lipat disbanding
shalat sendirian di rumah atau di pasar. Jika salah seorang dari kalian melakukan wudhu
dengan sempurna, kemudian memasuki masjid hanya untuk shalat maka pada setiap
langkahnya Allah mengangkat satu derajat dan melebur satu dosa sampai dia memasuki
masjid. Ketika memasuki masjid, dia dianggap melakukan shalat selama dia menunggu waktu
shalat. Sementara itu, malaikat terus memintakan ampun untuknya seraya berdoa, “Ya Allah,
ampunilah dia! Ya Allah, sayangilah dia selama dia belum berhadats.”

2. Hasil Takhrij:

‫ت أ ََِب‬ ِ َ َ‫ ق‬،‫ حدَّثَنَا األ َْعمش‬:‫ال‬ ِ ِ ‫ حدَّثَنا عبد‬:‫ال‬ ِ ِ


ُ ‫ َْس ْع‬:‫ال‬ ُ َ َ َ َ‫ ق‬،‫الواحد‬
َ ُ َْ َ َ َ َ‫ ق‬،‫يل‬
َ ‫وسى بْ ُن إ ْْسَاع‬
َ ‫ َحدَّثَنَا ُم‬- 647
‫اع ِة‬ ِ َِّ ‫ول‬ ِ ُ ‫ ي ُق‬،‫صالِ ٍح‬
َ ‫الر ُج ِل ِِف اجلَ َم‬ َ " :‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
َّ ُ‫صَلَة‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ول‬
ُ ‫ يَ ُق‬،َ‫ت أ ََِب ُهَريْ َرة‬
ُ ‫ َْس ْع‬:‫ول‬ َ َ

8
Suryadi dan Muhammad al-Fatih, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Teras, 2009), 98.
9
Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar
min Umu>ri Rasu>l Alla>h S}alla> ‘Alayhi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 1 nomer indeks 477
(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 170.
‫‪6‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫تُضعَّف علَى ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‬


‫ضوءَ‪،‬‬
‫الو ُ‬
‫َح َس َن ُ‬
‫ضأَ‪ ،‬فَأ ْ‬ ‫ين ِض ْع ًفا‪َ ،‬وذَل َ‬
‫ك أَنَّهُ‪ :‬إِذَا تَ َو َّ‬ ‫صَلَته ِف بَْيته‪َ ،‬وِف ُسوقه‪َ ،‬خَْ ًسا َوع ْش ِر َ‬
‫َ ُ َ َ‬
‫ط َعْنهُ ِِبَا َخ ِطيئَةٌ‪،‬‬ ‫ت لَهُ ِِبَا َد َر َجةٌ‪َ ،‬و ُح َّ‬ ‫ِ‬ ‫ُُثَّ َخَر َج إِ ََل امل ْس ِج ِد‪َ ،‬لَ َُيْ ِر ُجهُ إََِّل َّ‬
‫ط َخطْ َوةً‪ ،‬إََِّل ُرف َع ْ‬‫الصَلَةُ‪ََ ،‬لْ ََيْ ُ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫فَِإذَا صلَّى‪ََ ،‬ل تَزِل املَلَئِ َكةُ تُ ِ‬
‫ص ِل َعلَْيه‪ ،‬اللَّ ُه َّم ْارحَْهُ‪َ ،‬وَلَ يََز ُال أ َ‬
‫َح ُد ُك ْم‬ ‫صلي َعلَْيه‪َ ،‬ما َد َام ِِف ُم َ‬
‫ص ََّلهُ‪ :‬اللَّ ُه َّم َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ‬
‫‪10‬‬
‫الصَلَةَ "‬ ‫صَلَةٍ َما انْتَظََر َّ‬ ‫ِِف َ‬

‫ال‪:‬‬ ‫صالِ ٍح‪َ ،‬ع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ َر ِض َي َّ‬


‫اَّللُ َعْنهُ‪ ،‬قَ َ‬ ‫‪َ - 2119‬حدَّثَنَا قُتَ ْي بَةُ‪َ ،‬حدَّثَنَا َج ِر ٌير‪َ ،‬ع ِن األ َْع َم ِ‬
‫ش‪َ ،‬ع ْن أَِب َ‬
‫ِ‬ ‫اَّللِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم‪ " :‬صَلَةُ أ ِ‬
‫صَلَتِِه ِِف ُسوق ِه َوبَْيتِ ِه بِ ْ‬
‫ض ًعا‬ ‫اع ٍة‪ ،‬تَ ِز ُ‬
‫يد َعلَى َ‬ ‫َحد ُك ْم ِِف ََجَ َ‬
‫ول َّ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ‬ ‫ال َر ُس ُ‬
‫قَ َ‬

‫الصَلَةَ‪َ ،‬لَ يَْن َه ُزهُ إََِّل‬


‫يد إََِّل َّ‬ ‫ِ‬ ‫ك ِِبَنَّهُ إِذَا تَ َو َّ‬ ‫ِ‬ ‫َو ِع ْش ِر‬
‫ضوءَ‪ُُ ،‬ثَّ أَتَى امل ْسج َد َلَ يُِر ُ‬ ‫الو ُ‬ ‫ُ‬ ‫َح َس َن‬ ‫ْ‬ ‫ضأَ فَأ‬ ‫ين َد َر َجةً‪َ ،‬وذَل َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َح ِد ُك ْم َما َد َام‬ ‫صلي َعلَى أ َ‬
‫ط خطْوةً إََِّل رفِع ِِبا درجةً‪ ،‬أَو حطَّت عْنه ِِبا خ ِطيئةٌ‪ ،‬واملَلَئِ َكةُ تُ ِ‬
‫َ‬ ‫الصَلَةُ‪ََ ،‬لْ ََيْ ُ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ َ‬ ‫َّ‬
‫ََ‬
‫َح ُد ُك ْم‬
‫ال‪ :‬أ َ‬ ‫ث فِ ِيه‪َ ،‬ما ََلْ يُ ْؤِذ فِ ِيه‪َ ،‬وقَ َ‬‫ص ِل َعلَْي ِه‪ ،‬اللَّ ُه َّم ْارحَْهُ َما ََلْ ُُْي ِد ْ‬ ‫ِِف مص ََّله الَّ ِذي ي ِ ِ ِ‬
‫صلي فيه‪ ،‬اللَّ ُه َّم َ‬ ‫َُ‬ ‫َُ ُ‬
‫‪11‬‬ ‫الصَلَةُ ََْتبِ ُسهُ "‬
‫ت َّ‬‫ِِف صَلَةٍ ما َكانَ ِ‬
‫َ َ‬
‫ال أَبُو ُكريْ ٍ‬
‫ب‪َ :‬حدَّثَنَا أَبُو‬ ‫ب‪َِ ،‬‬
‫َج ًيعا َع ْن أَِب ُم َعا ِويَةَ‪ ،‬قَ َ‬ ‫‪َ - 649‬حدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْن أَِب َشْي بَةَ‪ ،‬وأَبُو ُكريْ ٍ‬
‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ‬

‫ص ََلةُ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‪َ " :‬‬
‫ال رس ُ ِ‬
‫ول هللا َ‬ ‫صالِ ٍح‪َ ،‬ع ْن أَِب ُهَريْ َرَة‪ ،‬قَ َ‬
‫ال‪ :‬قَ َ َ ُ‬ ‫ُم َعا ِويَةَ‪َ ،‬ع ِن ْاأل َْع َم ِ‬
‫ش‪َ ،‬ع ْن أَِب َ‬
‫َح َد ُه ْم إِ َذا‬ ‫ِ‬ ‫يد علَى ص ََلتِِه ِِف ب يتِ ِه‪ ،‬وص ََلتِِه ِِف سوقِ ِه‪ ،‬بِ ْ ِ‬ ‫الرج ِل ِِف ََج ٍ‬
‫ك أ َّ‬
‫َن أ َ‬ ‫ض ًعا َوع ْش ِر َ‬
‫ين َد َر َجةً‪َ ،‬و َذل َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ َ َ‬ ‫اعة تَ ِز ُ َ َ‬
‫ََ‬ ‫َّ ُ‬

‫‪Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar‬‬
‫‪10‬‬

‫‪min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 1 nomer indeks 647‬‬
‫‪(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 216.‬‬
‫‪11‬‬
‫‪Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari> al-Ju’fi>, Al-Ja>mi’ al-Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar‬‬
‫‪min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, juz 2 nomer indeks 2119‬‬
‫‪(Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H), 94.‬‬
‫‪7‬‬

‫ط َخطْ َوةً إََِّل‬ ‫يد إََِّل َّ‬


‫الص ََلةَ‪ ،‬فَلَ ْم ََيْ ُ‬ ‫ضوءَ‪ُُ ،‬ثَّ أَتَى الْ َم ْس ِج َد ََل يَْن َه ُزهُ إََِّل َّ‬
‫الص ََلةُ‪ََ ،‬ل يُِر ُ‬ ‫ضأَ فَأ ْ‬
‫َح َس َن الْ ُو ُ‬ ‫تَ َو َّ‬

‫ط َعْنهُ ِِبَا َخ ِطيئَةٌ‪َ ،‬ح ََّّت يَ ْد ُخ َل الْ َم ْس ِج َد‪ ،‬فَِإذَا َد َخ َل الْ َم ْس ِج َد َكا َن ِِف َّ‬
‫الص ََلةِ َما‬ ‫ُرفِ َع لَهُ ِِبَا َد َر َجةٌ‪َ ،‬و ُح َّ‬

‫صلَّى فِ ِيه‪ ،‬يَ ُقولُو َن‪:‬‬ ‫ِِِ ِ‬ ‫الص ََلةُ ِهي ََتبِسه‪ ،‬والْم ََلئِ َكةُ يصلُّو َن علَى أ ِ‬
‫َحد ُك ْم َما َد َام ِِف ََْملسه الَّذي َ‬
‫َُ َ َ‬ ‫َ ْ ُُ َ َ‬ ‫ت َّ‬‫َكانَ ِ‬

‫‪12‬‬
‫ث فِ ِيه "‬
‫ب َعلَْي ِه‪َ ،‬ما ََلْ يُ ْؤِذ فِ ِيه‪َ ،‬ما ََلْ ُُْي ِد ْ‬
‫الله َّم تُ ْ‬
‫ِ‬
‫الله َّم ا ْغف ْر لَهُ‪ُ ،‬‬
‫الله َّم ْارحَْهُ‪ُ ،‬‬
‫ُ‬
‫ك‪َ ،‬عن ابْ ِن ِشه ٍ‬
‫اب‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫صا ِر ُّ‬ ‫‪َ - 216‬حدَّثَنَا إِ ْس َح ُ‬
‫َ‬ ‫ال‪َ :‬حدَّثَنَا َمال ٌ ْ‬
‫ال‪َ :‬حدَّثَنَا َم ْع ٌن قَ َ‬
‫ي قَ َ‬ ‫وسى األَنْ َ‬
‫اق بْ ُن ُم َ‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫ول َِّ‬ ‫عن سعِ ِ‬
‫الر ُج ِل ِِف‬ ‫ال‪« :‬إِ َّن َ‬
‫ص ََل َة َّ‬ ‫صلَّى َّ‬
‫اَّلل َ‬ ‫ب‪َ ،‬ع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ‪ ،‬أ َّ‬
‫َن َر ُس َ‬ ‫يد بْ ِن املسيِ ِ‬
‫َُ‬ ‫َْ َ‬
‫ِ ٍ ِ‬ ‫يد علَى ِِ‬ ‫اجلم ِ‬
‫ص ََلته َو ْح َدهُ ِبَ ْم َسة َوع ْش ِر َ‬
‫اعة تَ ِز ُ َ َ‬
‫‪13‬‬
‫ين ُج ْزءًا»‬ ‫ََ َ‬
‫صالِ ٍح‪َ ،‬ع ْن أَِب‬ ‫‪َ - 786‬حدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشْي بَةَ قَ َ‬
‫ال‪َ :‬حدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ‪َ ،‬ع ِن ْاأل َْع َم ِ‬
‫ش‪َ ،‬ع ْن أَِب َ‬
‫ص ََلتِِه ِِف بَْيتِ ِه‬ ‫اع ٍة‪ ،‬تَ ِز ُ‬ ‫ِ‬ ‫ول َِّ‬
‫يد َعلَى َ‬ ‫الر ُج ِل ِِف ََجَ َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‪َ :‬‬
‫«ص ََلةُ َّ‬ ‫اَّلل َ‬ ‫ال َر ُس ُ‬
‫ال‪ :‬قَ َ‬
‫ُهَريْ َرةَ‪ ،‬قَ َ‬
‫وص ََلتِِه ِِف سوقِ ِه بِ ْ ِ‬
‫ض ًعا َوع ْش ِر َ‬
‫‪14‬‬
‫ين َد َر َجةً»‬ ‫ُ‬ ‫ََ‬
‫اَّللِ‬
‫ول َّ‬‫َن َر ُس َ‬ ‫اب‪ ،‬عن سعِ ِ‬
‫يد بْ ِن الْمسيِ ِ‬
‫ب‪َ ،‬ع ْن أَِب ُهَريْ َرةَ أ َّ‬ ‫َخَبََن قُتَ ي بةُ‪َ ،‬عن مالِ ٍ‬
‫ك‪َ ،‬ع ِن ابْ ِن ِشه ٍ‬
‫َُ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫‪ - 838‬أ ْ ََ ْ َ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫اجلماع ِة أَفْضل ِمن ص ََلةِ أ ِ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫َحد ُك ْم َو ْح َدهُ َخَْ ًسا َوع ْش ِر َ‬
‫‪15‬‬
‫ين ُج ْزءًا»‬ ‫«ص ََلةُ َْ َ َ َ ُ ْ َ َ‬ ‫ال‪َ :‬‬ ‫َ‬

‫‪12‬‬
‫‪Muslim bin Al-H{ajja>j Abu> Al-H{asan Al-Qasyi>ri> Al-Naisa>bu>ri>, Al-Musnad Al-S}ah{i>h{ Al-Mukhtas}ar bi‬‬
‫>‪naqli ‘adli ‘an al-‘adli ila> Rasulila>h S}allallahu ‘Alahi wa Al-Salam juz 2 nomer 649 (Beirut: Da>r Ih{ya‬‬
‫‪Al-Tara>th Al-‘Arabi>, t.th), 384.‬‬
‫‪13‬‬
‫‪Muh}ammad bin ‘I>sa bin Sau>rah bin Mu>sa bin al-D{ah}a>k al-Tirmidhi>, al-Ja>mi’ al-Kabi>r al-Tirmidhi> juz‬‬
‫‪1 nomer indeks 216 (Beirut: Da>r al-Gharbu al-Islami>, 1996), 254.‬‬
‫‪14‬‬
‫‪Ibnu Ma>jah Abu> ‘Abdullah Muh{ammad bin Yazi>d Al-Qazwi>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah juz 1 nomer 786‬‬
‫‪(Riyadh: Maktabah al-Ma’a>rif li Nasyri wa al-Tauzi>’, t.t), 147.‬‬
‫‪15‬‬
‫‪Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali> Al-Kharasa>ni>, Sunan Al-Nasa>i> juz 1 nomer 838‬‬
‫‪(Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1406 H), 438.‬‬
‫‪I’tibar Sanad‬‬ ‫للا‬
‫رسول ررر‬

‫قال‬

‫أبو هريرة‬

‫عن‬ ‫عن‬

‫أيب صال‬ ‫سعيد‬


‫عن‬ ‫عن‬
‫األعمش‬ ‫إبن شهاب‬
‫عن‬ ‫عن‬
‫عن‬ ‫عن‬
‫ا‬
‫أبو معاوية‬ ‫عبد الواحد‬ ‫جرير‬ ‫مالك‬
‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫عن‬ ‫عن‬

‫مسدد‬ ‫موسى‬ ‫قتيبة‬ ‫معن‬

‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫أخربن‬


‫حدثنا‬

‫أبو بكر‬ ‫أبو كريب‬ ‫إسحاق‬

‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬

‫إبن ماجه‬ ‫مسلم‬ ‫خباري‬ ‫النساءي‬ ‫الرتميذي‬

‫‪8‬‬
9

c. Jarh} wa al-Ta’di>l pada Hadis utama


1. Abu> Hurai>rah (w. 58 H)16
Nama Lengkap : ‘Abdurrah}man bin Sakhr
Guru-guru : Rasu>lullah SAW., Abi> bin Ka’ab, Usa>mah bin Zai>d, Bas}rah bin
Abi> Bas}rah, dan lain-lain.
Murid : Anas bin Ma>lik, Au>s bin Kha>lid, Ja>bir bin ‘Abdulla>h, H}ari>th bin
Qabi>s}ah, dan lain-lain.
Thabaqat : 1 (Sahabat Rasu>lullah SAW.)
2. Abi> S}a>lih{ (w. 101 H)17
Nama Lengkap : D}ikwa>n Abu> S}a>li>h{
Guru-guru : Ja>bir bin ‘Abdulla>h, Sa’ad bin Abi> Waqa>s, Abi> Hurai>rah,
Mu’a>wiyah bin Sufya>n, dan lain-lain.
Murid : Isma>’i>l bil Abi> Kha>lid, H{aki>m bin Ja>bir, Raja> bin H{ai>wah,
Sulai>ma>n al-A’masy
Thabaqat :3
Jarh wa Ta’dil : Thiqqah Thabbat menurut Ibnu H{ajar al-‘Asqala>ni dan al-D}ahabi>
3. Al-A’masy (w. 61 H)18
Nama Lengkap : Sulai>ma>n bin Mihra>n al-Asadi>
Guru-guru : Zai>d bin Wahab, Abi> S}a>lih{, Isma>’i>l bin Raja>’, Anas bin Ma>lik,
Tami>m bin Salamah
Murid : Ibra>hi>m bin T{ahma>n, Isma>il bin Zakariyya, H{afs} bin Ghiya>th,
Sa’i>d bin Maslamah
Thabaqat :5
Jarh wa ta’dil : Menurut Ibn H{ajar al-‘Asqala>ni Thiqqah H}a>fiz}, dan Al-Dhahabi
al-H}a>fiz}

16
Abu> al-Fadla Ah{mad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajar al-Asqalani>, Tahd{i>b al-Tahd{i>b
juz 2 (Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1416 H), 518.
17
Abu> al-Fadla, Tahd{i>b al-Tahd{i>b juz 1…, 579.
18
Ibid, juz 2…, 109.
10

4. Abu> Mu’a>wiyah (w. 179 H)19


Nama Lengkap : ’Abba>d bin ’Iba>d bin H}abi>b bin al-Muhallab bin Abi> S{ufrah
Guru-guru : ‘Abd Alla>h bin ‘Amr, Ja’far bin al-Zabi>r al-Sya>mi, Sulai>ma>n bin
Mihra>n
Murid : Ah}mad bin ‘Abdah, Basyar bin Adam, Musaddad, H}akam bin al-
Muba>rak
Thabaqat :7
Jarh wa Ta’dil : Thiqqah menurut Ibnu H{ajar al-‘Asqala>ni dan al-D}ahabi>
5. Musaddad (w. 228 H)20
Nama Lengkap : Musaddad bin Masrahad bin Musarbal
Guru-guru : Abi> Waki>’, Juwairiyah bin Asma>’, al-H}ari>th bin ‘Ubai>d, Kha>lid
bin al-H}a>rith
Murid : al-Bukha>ri, Abu> Da>wu>d, al-H}asan bin Ah}mad, Muh}ammad bin
Yah}ya
Thabaqat : 10
Jarh wa Ta’dil : Thiqqah H}a>fid menurut Ibnu H{ajar al-‘Asqala>ni dan al-H}a>fid
menurut al-D}ahabi>
d. Kesimpulan penelitian : Dalam segi sanad, setelah dilakukannya I’tibar Sanad dan
Jarh} wa Ta’dil pada tiap perawi memiliki status H}adi>th S}ah}i>h} li Dzatihi. Karena
sanad jalur Imam Bukhari pada hadis utama rata-rata memiliki tingkatan ta’dil
yaitu Thiqqah, Thiqqah H}a>fid dan Thiqqah Thabbat. Tingkatan tersebut
merupakan tingkatan kedua dan ketiga pada ta’dil. Dan tentunya Hadis tersebut
dapat digunakan sebagai h}ujjah.

19
Abu> al-Fadla, Tahd{i>b al-Tahd{i>b juz 2…, 278.
20
Ibid, juz 4…, 57.
11

C. MASALAH YANG ADA PADA SANAD


Berikut adalah masalah yang biasanya terjadi pada sanad:
1. Sanad al-‘Ali dan al-Nazil
Sanad al-‘Ali adalah hadis yang sanadnya lebih sedikit jumlah rawinya jika
dibandingkan dengan sanad yan lain, yang terdapat dalam hadis dengan jumlah
yang lebih banyak. Sedangkan sanad al-Nazil adalah hadis yang sanadnya lebih
banyak jumlah rawinya jika dibandingkan dengan sanad yang lain, yang terdapat
dalam hadis dengan jumlah yang lebih sedikit.21
Sanad al-‘Ali dibagi menjadi lima. Yang pertama, kedekatan sanad dengan
Rasulullah SAW. dengan sanad yang shahih dan bersih dari kecacatan. Yang kedua,
kedekatan sanad dengan salah satu imam dari para imam-imam hadis. Yang ketiga,
kedekatan sanad dengan salah satu rawi Kutub al-Sittah atau kitab-kitab hadis
yang sudah diakui. Yang keempat, al-‘Ali dengan cepatnya wafat seorang rawi.
Yang kelima, al-‘Ali lebih awal mendengarkan hadis dari seorang guru, siapa saja
yang lebih awal mendengarkan hadis darinya maka lebih tinggi sanadnya yang
mendengarkan setelahnya.22
Untuk syarat sanad al-Nazil dapat diketahui dari kebalikan bagian syarat al-
‘Ali.
Contoh :

‫ َحدَّثَنَا‬،‫ ح َو َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعْي ٍم‬،‫ َح َّدثَيِن َسلَ َمةُ بْ ُن ُك َهْي ٍل‬،‫ َع ْن ُس ْفيَا َن‬،‫ َحدَّثَنَا ََْي ََي‬،‫َّد‬
ٌ ‫ َحدَّثَنَا ُم َسد‬- 6499
‫ي‬ ‫ قَ َ ي‬،َ‫ عن سلَمة‬،‫س ْفيا ُن‬
‫ول‬ َ ‫ َوََلْ أ ََْسَ ْع أ‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ُ ‫َح ادا يَ ُق‬ ‫ال الني ي‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫ ق‬- :‫ول‬
ُ ‫ يَ ُق‬،‫ت ُجْن َد اًب‬
ُ ‫ ََس ْع‬:‫ال‬ َ َ َْ َ ُ
‫ « َم ْن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم‬ ‫ال الني ي‬
َ ‫َّب‬ ُ ‫ فَ َس يم ْعتُهُ يَ ُق‬،ُ‫ت يمْنه‬
َ َ‫ ق‬- :‫ول‬ ‫ي‬
ُ ‫ فَ َدنَ ْو‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َغ ْ َْيه‬ ‫ال الني ي‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫ق‬

»‫اّللُ بييه‬
َّ ‫ َوَم ْن يَُرائيي يَُرائيي‬،]105:‫اّللُ بييه [ص‬
َّ ‫ََسَّ َع ََسَّ َع‬

21
Mahmud al-Thahhan, Dasar-dasar Ilmu Hadis ter. Bahak Asadullah (Jakarta: Ummul Qura, 2016),
215.
22
Ibid.
12

Sanad Pertama Sanad Kedua


Bukha>ri> Bukha>ri>
Musaddad Abu> Nu‘ai>m
Yah{ya> Sufya>n
Sufya>n Salamah
Salamah Jundab
Jundab Nabi Muh{ammad SAW.
Nabi Muh{ammad SAW> -

Dari hadis riwayat Imam Bukhari tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
sanad pertama antara Imam Bukha>ri> dengan Rasu>l Alla>h terdapat lima orang rawi,
sedangkan dalam sanad kedua terdapat empat orang rawi. Karena jumlah rawi kedua
lebih sedikit dibandingkan dengan sanad pertama, maka sanad kedua disebut Sanad
‘Ali> dan sanad pertama disebut Sanad Nazil.

2. Sanad al-Aka>bir ‘an al-S}aghi>r


Al-Aka>bir ‘an al-S}aghi>r yaitu seorang rawi meriwayatkan dari seorang rawi
yang lebih kecil umurnya dan lebih rendah tingkatannya dari nya. Contohnya
seperti seorang rawi lebih tua umurnya serta lebih tinggi tingkatannya dalam segi
ilmu dan kekuatan hafalan dari rawi yang ia riwayatkan darinya, atau seorang rawi
lebih besar derajatnya dari yang ia riwayatkan darinya, atau seorang rawi lebih tua
umurnya dan tinggi kedudukannya dari rawi yang ia riwayatkan darinya.23
Kitab yang membahas tentang sanad Al-Aka>bir ‘an al-S}aghi>r adalah kitab
Ma Rawahu al-Kiba>r ‘an al-As}aghi>r wa al-Aba’ ‘an al-Abna’ karya al-Hafidz Abu>
Ya’qu>b bin Ibra>hi>m al-Warraq.24

23
Ibid., 223.
24
Ibid., 224.
13

3. Riwayat al-Aba’ ‘an al-Abna’ dan al-Abna’ ‘an al-Aba’


Riwayat al-Aba’ ‘an al-Abna’ ialah seorang bapak yang meriwayatkan suatu
hadis dari anaknya. Hal ini banyak yang berspekulasi bahwa sanad tersebut terbalik
atau bahkan salah. Akan tetapi, hal tersebut merupakan sikap rendah hati dari
seorang ulama’. Mereka mengambil ilmu dari siapa saja, walaupun lebih rendah
derajat dan umurnya dari mereka. Kitab yang membahas mengenai riwayat ini
adalah Kitab Riwa>yah al-Aba’ ‘an al-Abna’ karya al-Baghda>di>.25
Sedangkan riwayat al-Abna’ ‘an al-Aba’ adalah seorang anak yang
meriwayatkan hadis dari bapaknya, atau dari bapaknya dari kakeknya. Pentingnya
membahas riwayat ini adalah guna untuk mengetahui nama bapak dan kakeknya
yang tidak disebutkan Namanya pada sanad. Kitab yang membahas tentang
riwayat ini adalah Kitab Riwayah al-Abna’ ‘an al-Aba’ karya Abu> Nas}r
‘Ubaidulla>h, Kitab Juz‘u Man Rawa ‘an Abihi ‘an Jaddihi karya Ibn Abi>
Khaithamah.26

25
Ibid., 225.
26
Ibid., 226.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Hadis kepada Nabi
Muh{ammad SAW. Dalam bidang Ilmu Hadis sendiri, sanad merupakan neraca
untuk menimbang s}ah{i>h dan d}a’i>f nya suatu Hadis.
2. Untuk mengetahui bagaimana kes}ah}i>h}an suatu Hadis dilakukannya penelitian
Hadis. Langkah yang pertama, melakukan I’tibar sanad. Langkah kedua, meneliti
kepribadian perawi dan menentukan metode periwayatannya dan langkah yang
ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad.
3. Masalah yang biasa terjadi pada sanad adalah Sanad al-‘Ali dan al-Nazil, Sanad al-
Aka>bir ‘an al-S}aghi>r, Riwayat al-Aba’ ‘an al-Abna’ dan al-Abna’ ‘an al-Aba’.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Asqalani>, Abu> al-Fadla Ah{mad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajar.
1416 H. Tahd{i>b al-Tahd{i>b.. Beirut: Muassasah al-Risa>lah

Ismail, M. Syuhudi. 1998. Kaedah Keshahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan
Tinjauan dengan Pendeketan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang

Al-Ju’fi>, Muh{ammad bin Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukhari>. 1400 H. Al-Ja>mi’ al-
Musnad al-s{ah{i>h} al-Mukhtas{ar min Umu>ri Rasu>lilla>hi sallalla>hu ‘alaihi
wasallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi. Kairo: al-Mat{ba’ah al-Salafiyyah

Al-Kharasa>ni>, Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali>. 1406 H. Sunan Al-
As}gha>r li Al-Nasa>i>. H{alb: Maktabah Al-Mat{bu>’a>t Al-Isla<miyyah

Al-Kharasa>ni>, Abu> ‘Abdurah{man Ah{mad bin Syu‘ai>b bin ‘Ali>. 1406 H. Sunan Al-
Nasa>i> . Beirut: Da>r al-Ma’rifah

Al-Naisa>bu>ri>, Muslim bin Al-H{ajja>j Abu> Al-H{asan Al-Qasyi>ri>. t.th. Al-Musnad Al-
S}ah{i>h{ Al-Mukhtas}ar bi naqli ‘adli ‘an al-‘adli ila> Rasulila>h S}allallahu ‘Alahi wa
Al-Salam. Beirut: Da>r Ih{ya> Al-Tara>th Al-‘Arabi>

Al-Qazwi>ni>, Ibnu Ma>jah Abu> ‘Abdullah Muh{ammad bin Yazi>d. t.th. Sunan Ibnu
Ma>jah. Riyadh: Maktabah al-Ma’a>rif li Nasyri wa al-Tauzi>’

Rachman, Fatchur. 1974. Ikhtisar Mushthalhul Hadis. Bandung: Al-Ma’arif

Suryadi dan Muhammad al-Fatih. 2009. Metodologi Penelitian Hadis. Yogyakarta:


Teras

al-Thahhan, Mahmud. 2016. Dasar-dasar Ilmu Hadis ter. Bahak Asadullah. Jakarta:
Ummul Qura

Al-Tirmidhi>, Muh}ammad bin ‘I>sa bin Sau>rah bin Mu>sa bin al-D{ah}ak> . 1996. al-Ja>mi’
al-Kabi>r al-Tirmidhi>. Beirut: Da>r al-Gharbu al-Islami>

Anda mungkin juga menyukai