Oleh:
Mohamad Rizal Fahmi (1440119039)
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah yang maha esa, berkat rahmat-Nya lah saya telah
berhasil menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Abortus” ini.
Namun tentunya saya juga berterimakasih pada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas saya yaitu ibu Maulida yang telah memperluas wawasan saya di bidang Keperawatan
Maternitas sehingga makalah inipun dapat saya selesaikan.
Saya menyadari bahwasanya makalah ini tidak lepas dari berbagai kesalahan baik itu
kesalahan pengetikan, materi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya saya dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan kemampuan saya dalam menulis
makalah.
II
DAFTAR ISI
D. Tujuan .................................................................................................................................................... 3
b. Etiologi................................................................................................................................................... 4
d. Pathway.................................................................................................................................................. 8
e. Klasifikasi .............................................................................................................................................. 9
f. Komplikasi ........................................................................................................................................... 11
III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan
aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya
akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%.
kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per
juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada
tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000
angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan,
sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman
(Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44kematian
per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat
1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang
dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan
pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang
B. Batasan Masalah
Masalah pada makalah ini dibatasi pada konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami abortus.
C. Rumusan Masalah
2
Bagaimanakah konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
abortus?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bersama kita bisa memahami lebih jauh terkait konsep teori maupun konsep
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami abortus.
2. Tujuan Khusus
8) Apa sajakah diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan pada kllien yang
mengalami abortus?
9) Apa sajakah intervensi yang bisa diberikan pada klien yang mengalami abortus?
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
b. Etiologi
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
4
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
alcohol.
3. Faktor Maternal
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi).
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi
5. Trauma
6. Faktor Hormonal
7. Faktor Psikosomatis
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
7
d. Pathway
8
e. Klasifikasi
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah
keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan
tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau
kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga
22 minggu atau kurang.
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
9
inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal
in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi
perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan
ukuran, tetapi perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti
semula.
tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh.
a. Abortus medisinalis
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legalatau
tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.
10
f. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini
ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara
dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapatmemastikan
dengan segera.
4. Inhibisi vagus
hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum
termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-
Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan
adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis.
Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Lain-lain
11
seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.
12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
I. Identitas `
Abortus lebih sering terjadi pada ibu dengan usia terlalu muda (dibawah 20
tahun) dan dengan kondisi tertentu seperti mengalami kelainan pada traktus
genetalia, mengalami penyakit tertentu, dsb.
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasi
tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
2) Riwayat penyakit sekarang
13
IV. Pemeriksaan Fisik
Abdomen:
- kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak
- lakukan pemeriksaan leopold 1-4
- periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit
- amati ada striae pada abdomen/tidak
- amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his
- ada tidaknya nyeri tekan
Genetalia:
- Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam
14
V. Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus
Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
Bila janin masih hidup maka hasil plano test ( +) tetapi kalo janin sudah
VI. Penatalaksanaan
a. Jika kehamilan bisa dipertahankan maka ibu harus tirah baring, kurangi
aktivitas
e. Monitor perdarahan
15
b. Diagnosa keperawatan
Berikut adalah beberapa diagnosa yang bisa diangkat pada klien dengan abortus:
16
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani. (2011). Buku ajar asuhan kehamilan, CV Trans Info Media, Indonesia.
Aspiani, R, Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi
NANDA NIC dan NOC. Jakarta: TIM.
Kurniasih, H & dkk. (2017). Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.Media
CTI, editor. Jakarta:2017.
Lilis, L. (2013). Asuhan Keperawatan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Mitayani.(2012).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika
17