Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABORTUS

Oleh:
Mohamad Rizal Fahmi (1440119039)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2021
2
I
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah yang maha esa, berkat rahmat-Nya lah saya telah
berhasil menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Abortus” ini.
Namun tentunya saya juga berterimakasih pada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas saya yaitu ibu Maulida yang telah memperluas wawasan saya di bidang Keperawatan
Maternitas sehingga makalah inipun dapat saya selesaikan.
Saya menyadari bahwasanya makalah ini tidak lepas dari berbagai kesalahan baik itu
kesalahan pengetikan, materi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya saya dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan kemampuan saya dalam menulis
makalah.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... II

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................................... 1

B. Batasan Masalah .................................................................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 2

D. Tujuan .................................................................................................................................................... 3

2. Tujuan Khusus ....................................................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 4

A. KONSEP PENYAKIT ........................................................................................................................... 4

b. Etiologi................................................................................................................................................... 4

c. Tanda dan gejala .................................................................................................................................... 7

d. Pathway.................................................................................................................................................. 8

e. Klasifikasi .............................................................................................................................................. 9

f. Komplikasi ........................................................................................................................................... 11

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................................. 13

b. Diagnosa keperawatan ......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 17

III
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa

mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan

spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus

spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah

perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan

aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya

akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan

13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu

melahirkan 9,4%.

Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka

kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per

100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk

juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada

tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000

kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari

angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan


1
mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah

tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di

tunjang oleh fasilitas yang memadai.

Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta

ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar

500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan,

sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman

dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia,

(Ericca, 2011).

AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN

(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran

hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44kematian
per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran

hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).

Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat

1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang

dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang

mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan

pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang

mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).

B. Batasan Masalah

Masalah pada makalah ini dibatasi pada konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami abortus.

C. Rumusan Masalah
2
Bagaimanakah konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
abortus?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Bersama kita bisa memahami lebih jauh terkait konsep teori maupun konsep
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami abortus.

2. Tujuan Khusus

1) Apakah definisi dari abortus?

2) Apakah etiologi dari abortus?

3) Apa saja tanda-gejala dari abortus?

4) Bagaimanakah patofisisologi dari abortus?

5) Apa sajakah klasifikasi dari abortus?

6) Apa sajakah komplikasi dari abortuss?

7) Apasajakah hal yang perlu dikaji dari klien yang mengalami?

8) Apa sajakah diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan pada kllien yang
mengalami abortus?

9) Apa sajakah intervensi yang bisa diberikan pada klien yang mengalami abortus?

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

a. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan penge luaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Abortus merupakan penghentian atau
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin viabel ( usia kehamilan 20 minggu) (
Helen, 2011). Abaortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu ( Mansjoer, 2011).

b. Etiologi

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada

kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering

untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat

kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah

trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

4
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang

sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil

konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu

pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan

alcohol.

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi

baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh

ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain

misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan Pada plasenta

Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah
palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor Maternal

Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit


menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat
5
obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal
pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus


abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat


kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan Pada Traktus Genitalia

Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada

trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan

terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi

kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan

yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,

amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan

abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi

uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi

serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual

khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita


6
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor Hormonal

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab


terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Faktor Psikosomatis

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

c. Tanda dan gejala

Adanya dugaan klien hamil mengalami abortus jika mengalami perdarahan


segar per vagina, rasa nyeri perut bagian bawah dan kemungkinan keluar massa hasil
konsepsi. Apabila perdarahan banyak maka dapat menyebabkan rasa lemas dan
perubahan kesadaran ibu akibat kekurangan cairan.

7
d. Pathway

8
e. Klasifikasi

1. Abortus Spontan

Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah
keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan
tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau
kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga
22 minggu atau kurang.

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20


minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri
abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)

Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban

yang nyata disertai pembukaan serviks.

c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)

Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan

plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara

terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau

lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus

9
inkomplet.

d. Missed Abortion

Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal
in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi
perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan
ukuran, tetapi perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti
semula.

e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)

Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan,

tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi

berturut-turut selama tiga kali atau lebih

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh.

Abortus ini dibagi 2 yaitu :

a. Abortus medisinalis

Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita


sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis

Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legalatau
tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.

10
f. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini
ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara
dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapatmemastikan
dengan segera.
4. Inhibisi vagus
hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum
termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-
Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau
kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan
adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis.
Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Lain-lain
11
seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.

12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

I. Identitas `

Abortus lebih sering terjadi pada ibu dengan usia terlalu muda (dibawah 20
tahun) dan dengan kondisi tertentu seperti mengalami kelainan pada traktus
genetalia, mengalami penyakit tertentu, dsb.

II. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan Utama

Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasi
tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
2) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.


Biasanya ibu merasa menstruasinya tidak lancar adanya perdarahan
pervaginam diluar siklus menstruasi.

III. Riwayat kesehatan terdahulu

1) Riwayat Penyakit Sebelumnya


Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi
pemicu munculnya abortus misalnya:
- riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya
- riwayat hipertensi sebelumnya.
- Riwayat penyakit kronis lainnya seperti DM, ginjal, anemia dsb

13
IV. Pemeriksaan Fisik
 Abdomen:
- kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak
- lakukan pemeriksaan leopold 1-4
- periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit
- amati ada striae pada abdomen/tidak
- amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his
- ada tidaknya nyeri tekan
 Genetalia:
- Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam

14
V. Pemeriksaan penunjang

 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah

abortus

 Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup

 Bila janin masih hidup maka hasil plano test ( +) tetapi kalo janin sudah

meninggal Plano test (-)

VI. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum untuk kasus abortus adalah;

a. Jika kehamilan bisa dipertahankan maka ibu harus tirah baring, kurangi
aktivitas

b. Jika kehamilan tidak bisa dipertahankan maka dilakukan kuretage

c. Diet tinggi protein

d. Menjaga kebersihan area genetalia

e. Monitor perdarahan

15
b. Diagnosa keperawatan

Berikut adalah beberapa diagnosa yang bisa diangkat pada klien dengan abortus:

 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan vaskular dalam jumlah


berlebih

 2) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia

 3) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan


janin

 Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, truma jaringan, dan kontraksi


uterus

 Risiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungandengan penahaman hasil


konsepsi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani. (2011). Buku ajar asuhan kehamilan, CV Trans Info Media, Indonesia.
Aspiani, R, Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi
NANDA NIC dan NOC. Jakarta: TIM.
Kurniasih, H & dkk. (2017). Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.Media
CTI, editor. Jakarta:2017.
Lilis, L. (2013). Asuhan Keperawatan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Mitayani.(2012).Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

17

Anda mungkin juga menyukai