Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH

Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital pada sistem respirasi
dan gangguan respirasi

Disusun oleh:

Iin Elvira Bela (201111015)

Dienningsi Haryani Bali (201111020)

Kezia G.N. Dju (201111024)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS CITRA BANGSA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmatnya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Komunikasi dalam konteks sosial budaya”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Komunikasi Keperawatan 1 yang telah memberikan tugas
kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesunggunya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi saya khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umunya.semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita, akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Kupang, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1


1.2 Tujuan......................................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bronkhomalasia ........................................................................................3

2.2 Pengertian ISPA..........................................................................................................4

2.3 Penegertian Pneumonia...............................................................................................5

2.4 Pengertian Tuberculosis..............................................................................................6

2.5 Pengertian Asma..........................................................................................................7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan
infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala serta gangguan
yang relative ringan sampai pneumonia berat. Pada tahun 1999, sekitar 158.900 orang
meninggal dunia karena kanker paru. Sejak pertengahan tahun 1950, kanker paru
menduduki peringkat pertama dari urutan kematian akibat kanker pada pria, dan pada
tahun 1987 kanker paru menggantikan kanker payudara sebagai penyebab kematian
akibat kanker yang paling sering pada perempuan. Angka insiden kanker paru terus
mencuat ketingkat membahayakan dan prevalensi saat ini kira – kira 25 kali lebih tinggi
daripada 50 tahun yang lalu. Insiden penyakit pernafasan kronik, terutama emfisema paru
kronik dan bronchitis semakin meningkat dan sekarang merupakan penyebab utama
cacat kronik dan kematian (Sylvia A. Price dan Lorraine M: 2002).

Berdasarkan data statistik pemerintah setiap kabupaten dan kecamatan terdapat


satu Rumah Sakit dan untuk cakupan daerah yang lebih kecil hanya diwakili dengan
Puskesmas Pembantu. Penyakit pernafasan sangat berpengaruh terhadap masyarakat
secara keseluruhan (dalam hal fisik, social maupun ekonomi), sehingga pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan gangguan pernafasan mempunyai makna, Yang penting
sekali.

Seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat, pada bidang kedokteran saat
ini juga telah memanfaatkan teknologi untuk membantu peningkatan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat luas. Pekerjaan yang sangat sibuk dari seorang dokter
mengakibatkan bidang sistem pakar mulai dimanfteatkan untuk membantu seorang pakar
atau ahli dalam mendiagnosa berbagai macam penyakit, seperti Jantung, ginjal, stroke,
kanker, gigi, kulit hingga sistem pernafasan.
1.2 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan kelainan kongetial pada sistem respirasi dan gangguan pada
respirasi.

 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Asuhan keperawatan dengan kelaian kongenital pada anak
dengan gangguan respirasi: Bronkhomalasia.
2. Menjelaskan Etiologi asuhan keperawatan dengan kelaian kongenital pada
anak dengan gangguan respirasi: Bronkhomalasia.
3. Menjelaskan gangguan respirasi pada anak dengan tanda dan gejala,

pemeriksaan diagnostic,penatalaksanaan,komplikasi dan konsep askep.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bronkhomalasia

Bronkhomalasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak
diketahui. Malacia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu.

Biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis
anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil,
langka.Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). Tulang
rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang
waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang
pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)

A. Etiologi

Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini tidak
diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah, 2017).
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran pernapasan.
Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan
infeksi saluran udara bawah berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini
juga dapat diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi
atau penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018).

Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus.Utama dan atau
divisilobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena cacat yang melekat pada
kartilago atau dari kompresiextinsik. Bronkomalasia lebih sering muncul dengan
trakeomalasia dibandingkan dengan lesi yang terisolasi. Bronchomalacia terlihat dominan di
sisi kiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering terlihat
pada bronkus batang utama kiri, bronkuslobus kiri atas, bronkuslobus kanan tengah, dan
bronkus batang utama kanan, dalam urutan prevalensi menurun. Ada juga dominasi laki-laki
pada lesi ini (Laberge, 2008)Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak
ini akan membaik ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya
waktu. Ketika Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan,
tracheostomy dan ventilasi tekanan positif dapat di indikasikan. Selain itu, perawatan bedah
dari sumber kompresi eksternal, seperti dengan aortopeksi dapat membantu. Stent juga dapat
digunakan, seperti yang di diskusikan dengan Traakomalasia, tetapi mereka memiliki
komplikasi serius termasuk caut, penghilangan yang sulit, pembentukan jaringan granulasi.
Dengan demikian ini harus disediakan untuk situasi yang muncul dan bukan untuk terapi
jangka panjang saat ini (Laberge, 2008)

Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari
prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan kongenital
cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat dengan sindrom Williams-
campbell. Rembesan saluran napas distal pada sindrom William-Campbell dapat
menyebabkan bronkiektasis.

Bronchomalacia sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung


diperbesar atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder. Bronchomalacia
juga dapat dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang menyebabkan hiperinflasi pada
jaringan yang terkena. (Laberge, 2008).

B. Manifestasi Klinik

1. Batuk dengan suara brassy atau barking

2. Sesak nafas

3. Ditemukan suara wheezing(mengi)

4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang

5. Kelelahan

6. Apnea

7. Nafas cuping hidung

C. Pemeriksaan Penunjang

a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung
tetrhadap laring, trakea dan bronkus, melalui suatu
bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optic
fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop. Melalui
bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep bipsi dapat
dimasukkan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk
pemeriksaan sitologi.
b. CT-Scan

CT-scan paru-paru merupakan salah satu metode


pencitraan yang digunakan untuk mendiagnosis dan memantau
tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. CT- scan
atau pemindahan tomografi terkomputerisasi melibatkan
berbagai gambar yang diambil dari sudut-sudut yang berbeda,
yang kemudian akan dikombinasikan untuk menghasilkan
gambaran melintang dan gambar 3 dimens dari struktur
internal paru- paru.
c. MRI Dada

Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan


resonansi magnetic adalah pemeriksaan yang memanfaatkan
medan magnet dan energy gelombang radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI
dapat memberikan gambaran struktur tubuhu yang tidak bisa
didapatkan pada tes lain, seperti ronten, USG, atau CT-scan.

D.Komplikasi

1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma
F. Penatalaksanaan

1. Time

Invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang


kontinu
2. Tekanan udara positif kontinu

Metode menggunakan respiratory ventilation

3. Trakheotomi

Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran


udara langsung melalui sebuah insisi di trakhea (the windpipe)

A. Konsep Asuhan Keperawatan Anak

1. Identitas Data :

Nama : An. A

Tempat/tgl.lahir :
Margohayu/ 1 januari 2020

Usia : 3 bulan

Nama ayah/ibu :
Tn.J/Ny.E

Pekerjaan Ayah : Buruh

Pekerjaan Ibu : Ibu


rumah tangga

Tanggal Masuk : 1 april


2020
Tanggal Pengkajian : 1 april 2020

Alamat : Margohayu RT04/Demak5 kec.


Karangawen Kab. Demak

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan ayah : SLTA

Pendidikan Ibu : SLTA


2. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Batuk & pilek serta nafas


tampak lebih cepat dari biasanya Pasien tidak menggigil,
tidak mengalami kejang. BAK dengan jumlah cukup, warna
kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan
warna hijau, konsistensi padat serta bau khas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu :

1) Penyakit waktu kecil : An. A tidak memiliki riwayat sakit waktu kecil

2) Pernah dirawat di rs : An. A belum pernah dirawat di rs

3) Obat yang digunakan :-

4) Tindakan/operasi : An. A belum pernah dilakukan


tindakan oprasi

5) Alergi : An. A tidak mempunyai riwayat alergi


6) Kecelakaan : An. A tidak pernah kecelakaam

7) Imunisasi : BCG, Hepatitis B, D.P.T, Polio

c. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

1) Pre Natal : Selama kehamilan ibu melakukan


pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali, imunisasi TT,
tidak pernah menderita sakit selama hamil.
2) Intra Natal : An.A lahir ditolong oleh bidan,
letak belakang kepala, spontan, langsung menangis,
berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 50cm,
umur kehamilan 9 bulan.
3) Post Natal : Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan
ASI eksklusif, mulai awal bulan sudah diberikan
makanan tambahan selerac.
d. Riwayat Keluarga

Dari keluarga tidak ada riwayat bronchomalacia

e. Riwayat sosial
1) Yang mengasuh : An.A diasuh oleh kedua orang
tuanya, kedua orang tua sangat menyayanginya.
2) Hub. dengan anggota keluarga: Hubungan antara
anggota keluarga baik, ada komunikasi antar anggota
keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga
pasien
3) Hub. Dengan teman sebaya : An.A belum bisa
berkomunikasi dan interaksi
4) Pembawaan secara umum : An.A terlihat kurang aktif

5) Lingkungan rumah Keluarga : mengatakan


lingkungan rumahnya cukup bersih, ada jendela.
3. Kebutuhan Dasar
No. Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi (makan dan minum )
1) Penunjang ASI ASI
 Jenis
a. Diagnosa medis : Bronchomalasia ±700cc ±500cc
 Jumlah
ASI >10 kali/hari ASI <12 kali/hari
 Frekuensi
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
 Keluhan
2. Eliminasi (BAB dan BAK)
normal normal
 Jumlah
BAB: 2-4 kali/hari BAB: 1-3 kali/hari
 Frekuensi
BAK: 6-8 kali/hari BAK: 4-5 kali/hari
BAK: kuning, bau BAK: kuning, bau
 Warna khas khas
BAB: hijau, bau BAB: hijau, bau
khas khas
BAB: padat BAB: padat
 Konsistensi BAK:cair BAK:cair
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

 Keluhan
3. Personal hygiene
(mandi,keramas,gosok gigi,)
 Frekuensi Mandi 2 kali sehari Mandi 2 kali sehari
Mandi dengan air Mandi dengan
 Cara pemenuhan
di dalam bak waslap basah
4. Istirahat tidur
14-16 jam sehari >14 jam she
 Jumlah jam tidur
 Pola Kebiasaan tidur tidur siang dan
siang jam 13.00 dan malam sering
malam sering terjaga
terjaga

 Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

5. Aktivitas bermain Melihat mainan Hanya terbaring di


gantung di atas tempat tidur
kasur bayi sambil
mengoceh.
b. Tindakan operasi :-

c. Obat obatan :-
Hasil pemeriksaan penunjang :

1) Laboratorium : Hb : 9,79 g/dl Leu : 96.700/ul Tr : 1.057/ul hc : 30.9%

2) Rontgen/USG : -

4. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan umum :

1) Tb/BB : 58cm/3,8kg

2) Lingkar kepala : 38 cm

3) Lingkar dada : 41cm

4) Lingkar perut : -

5) Lingkar lengan : 11cm

6) Tanda vital: TD: - RR : 50kali/menit Nadi : 124kali/menit

S : 37,2֯c

7) sistem pencernaan:

- inspeksi : pervt datar,tidak ada masa,lemas


- auskultasi : peristaltik usus normal 12x/menit
- palpasi : tidak ada distesiabdominal maupun pembesaran hepar
- perkusi : timpani.

b. Sistem pesyarafan :

- GCS : E :4,M :6, V:5 (compos metis)

- Refleks fisiologis : patella : refleks patologis : babinsky.

c. Sistem endokrin :

Leher : tidak terdapat pebesaran kelenjar thyroid,tidak


ditemukan distensi vena jugularis.
d. Sistem Genitourinaris :
e. Tidak ada jamur ,testis tidak oedem,skrotum tidak membesar,penis normal
pada anus tidak terdapat hemoroid.

Ekstremitas atas : simetris


f. Sistem Muskuloskeletal :

tidak ada oedema,tidak terdapat sianosis


Estremitas bawah :simetris tidak ada
oedema ,tidak terdapat sianosis

g. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : ibu mengatakan nafas anak Ketidakseimbangan Gangguan
tampak lebih cepat Ventilasi Perfusi Pertukaran Gas
Do :

-retraksi dada

-cuping hidung

-RR : 50 kali/menit

-PH : 7,20

-HCO3 : 21 mmHg

-PCO2 : 48mmHG

-BE : -30

-PO3 : 75
2. Ds : orangtua pasien mengatakan Kelemahan otot Pola nafas tidak
anaknya sesak nafas sejak 3 hari
pernafasan efektif
yang lalu disertai batuk dan pilek
Do :
-pasien terlihat kesulitan bernafas

- RR : 50 kali/menit

- terdapat retraksi otot dada

- nafas cuping hidung

-terdapat suara ronchi basah halus


lobus bawah
2.Prioritas masalah

a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

b. Pola nafas tidak eektif b.d kelemahan otot pernafasan

3. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan Tujuan Rencana
tindakan

keperawa
tan
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor
pertukaran gas b.d keperawatan selama 3 kali respirasi dan
ketidakseimbangan 24 jam Gangguan status O2
ventilasi perfusi pertukaran gas teratasi 2) Monitor
dengan kriteria hasil : TTV, AGD,
a. Peningkatan ventilasi elektrolit,
dan oksigenasi yang dan status
adekuat mental
b. Paru paru dan bebeas 3) Posisikan
dari distress pernafasan pasien untuk
c. AGD dalam batas memaksimalk
normal an ventilasi
4) Auskultasi
suara nafas,
dan catat
adanya suara
tambahan
5) Jelaskan
posisi pasien
untuk
memaksimalk
an ventilasi
6) Berikan
kolaborasi

bronkodilator
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor vital
keperawatan selama 3 sign
efektif b.d
kali 24 jam Pola nafas Observasi
kelemahan otot
tidak efektif teratasi adanya tanda
pernafasan
dengan kriteria hasil hipoventilasi
a. Tidak ada usara nafas
3) Monitor pola
tambahan
nafas
b. Tidak terjadi sianosis
4) Posisikan
Ttv dalam batas normal
pasien untuk
memaksimalk
an ventilasi
5) Pertahankan
jalan nafas
yang paten
6) Informasikan
pada keluarga
tentang teknik
relaksasi untuk
memperbaiki
pola nafas
7) Kolaborasi
pemberian

2) bronkodilator

4.Implementasi
Tanggal Diagnosa Tindakan Catatan Tanda

keperawatan keperawatan perkembangan tangan


1 april Gangguan 1) Memonitor S : ibu mengatakan
pertukaran gas b.d respirasi dan status nafas anak sudah
2020
ketidakseimbanga O2,TTV tidak begitu cepat
5. n ventilasi perfusi 2) Memposisikan lagi
pasien untuk O : -retraksi dada
memaksimalkan normal
ventilasi -cuping hidung
3) Mengauskultasi
-RR: 20kali per
suara nafas,catat
menit
adanya suara nafas
-PH : 7,20
tambahan
-HCO3 : 21 mmHg
4) Memberikan
kolaborasi -PCO2 : 48mmHG
bronkodilator
-BE : -30

-PO3 : 75
A : masalah teratasi
P : hentikan
intervensi
2 april Pola nafas tidak 1) Memonitor vital S : orangtua pasien
eektif b.d sign mengatakan
2020
kelemahan otot 2) Memonitor pola sesak nafas,
pernafasan nafas batuk dan pilek
3) Mengobservasi berkurang
adanya O : - nafas pasien
hipoventilasi kembali teratur
4) Memosisikan - RR 20kali
pasien untuk per menit
memaksimalkan - Terdapat
ventilasi retraksi otot
5) Mempertahankan dada
jalan nafas yang - Nafas
paten cuping
6) Menginformasikan hidung
pada keluarga A : masalah teratasi
teknik relaksasi P : hentikan
untuk intervensi
memperbaiki pola
nafas
Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf
-PCO2 : 48mmHG
keperawatan
-BE : -30

-PO3 : 75

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
1 april Gangguan S : ibu mengatakan nafas anak sudah
pertukaran gas b.d tidak begitu cepat lagi
2020
ketidakseimbangan O : -retraksi dada normal
ventilasi perfusi
-cuping hidung

-RR: 20kali per menit

-PH : 7,20

-HCO3 : 21 mmHg
2 april Pola nafas tidak S : orangtua pasien mengatakan sesak
eektif b.d kelemahan nafas, batuk dan pilek berkurang
2020
otot pernafasan O : - nafas pasien kembali teratur

- RR 20kali per menit

- Terdapat retraksi otot dada

- Nafas cuping hidung


A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

A. ISPA

 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, etal. 2016)
 Gejala dari ISPA ringan Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

1) Batuk.

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu berbicara
atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba dengan
punggung tangan terasa panas.

 Gejala dari ISPA sedang Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

1) Pernapasan cepat (fastbreathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur kurang
dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali permenit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.

2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

 Gejala dari ISPA berat Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.


3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.

4) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

6) Tenggorokan berwarna merah.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan

adalah biakan kuman (+) sesuai jenis kuman

b. Pemeriksaan hidung darah (deferentialcount) : laju endap darah

meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai

dengan adanya thrombositopenia

c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Saputro, 2013)

 Penatalaksanaan ISPA
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian besar kasus ISPA
atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas yang
disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral, tetapi cukup dengan terapi suportif.

a. Terapi Suportif

Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa pasien berupa nutrisi
yang adekuat, pemberian multivitamin.

b. Antibiotik

Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, idealnya
berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan pada pneumonia, influenza, dan
aureus. (Kepmenkes RI, 2011)

 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan selflimiteddisease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika
tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis
paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran infeksi. (Windasari, 2018)
a. Sinusitis paranasal :Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi
dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar, nyeri
kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi
pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat
lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadangkadang disertai sumbatan
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secretpurulen
dapat unilateral ataupunbilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan
rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya
komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

b. Penutupan tuba eusthachii:Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan
infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media
akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang
tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat
nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga
dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis
keras).Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau
diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga
tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam,
maka bayi perlu dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan
selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis
media perforata

(OMP).Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :

1) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.

2) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga
merintangi penyaluran sekret.

3) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat
berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
c. Penyebaran infeksi Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi
komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian menurut Amalia Nurin, dkk, (2014)

a. Identitas Pasien

b. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak

usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering

menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.

c. Jenis Kelamin

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,

dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada

laki-laki di negara Denmark.

d. Alamat

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota

keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan

pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah

ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.

Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di


dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan

mempermudah terjadinya ISPA anak.

2. Keluhan Utama

Adanya demam, kejang, sesak napas, batuk produktif, tidak mau makan

anak rewel dan gelisah, sakit kepala.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan

lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk, pilek dan

sakit tenggorokan.

b. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini

c. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan infeksi saluran napas

lainnya. Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami

sakit seperti penyakit klien tersebut.

d. Riwayat sosial

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu

dan padat penduduknya.

4. Kebutuhan Dasar

a. Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB dan muntah.

b. Aktivitas dan istirahat


Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring.

c. BAK

Tidak begitu sering.

d. Kenyamanan

Mialgia, sakit kepala.

e. Hygine

Penampilan kusut, kurang tenaga.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.

b. Tanda vital :

Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien. TD

menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, sianosis

c. TB/BB

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

d. Kuku

Bagaimana kondisi kuku, apakah sianosis atau tidak, apakah ada

kelainan.

e. Kepala

Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,

apakah ada kelainan atau lesi pada kepala

f. Wajah

Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak


g. Mata

Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera

ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam

penglihatan

h. Hidung

Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung

serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan

dalam penciuman

i. Mulut

Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah

kotor/tidak, apakah ada kemerahan/tidak pada lidah, apakah ada

gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.

j. Leher

Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan

distensi vena jugularis.

k. Telinga

Apakah ada kotoran atau cairan dalam telinga, bagaimanakan bentuk

tulang rawanya, apakah ada respon nyeri pada daun telinga.

l. Thoraks

Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah

ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.

Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

1) Inspeksi
a) Membran mukosa- faring tampak kemerahan

b) Tonsil tampak kemerahan dan edema

c) Tampak batuk tidak produktif

d) Tidak ada jaringan parut dan leher

e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,

pernafasan cuping hidung

2) Palpasi

a) Adanya demam

b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah

leher/nyeri tekan pada nodus limfeservikalis

c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

Jika terdengar adanya stridor atau wheezing menunjukkan tanda

bahaya. (Suriani, 2018).

m. Abdomen

Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah

terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung,

lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising

usus/tidak.

n. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna

rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada

kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labiaminora, biasanya labia

minora tertutup oleh labiamayora.

o. Integumen

Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/

tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.

p. Ekstremitas

Inspeksi : adakah oedem, tanda sianosis, dan kesulitan bergerak

Palpasi

: adanya nyeri tekan dan benjolan

Perkusi : periksa refekpatelki dengan reflekhummar

Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta

kelainan bentuk.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis

yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu.

Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan

penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.

Pemeriksaan penunjang untuk penyakit ISPA diantaranya

ada: Pemeriksaan laboratorium, Rontgen thorax, Pemeriksaan lain sesuai

dengan kondisi klien.

7. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan lalu

dianalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan

dapat dirumuskan diagnosa masalah.

8. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang didalamnya baik berlangsung aktual maupun potensial yang

bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien baik individu, keluarga

ataupun komunitas, terhadap situasi yang berkaitan mengenai kesehatan.

Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien ISPA menurut SDKI (2016)

adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

b. Hipertermiab.d proses penyakit (infeksi bakteri stertococcus)

c. Intoleransi aktivitas b.dketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

d. Ansietasb.d kurang terpaparnya informasi.

9. Intervensi Keperawatan Keperawatan

Intervensi Keperawatan yang digunakan pada pasien ISPA

menggunakan perencanaan keperawatan menurut (SIKI) standar intervensi

keperawatan Indonesia serta untuk tujuan dan kriteria hasil menggunakan

standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SLKI, 2018).

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam bersihan


jalan napas meningkat.

Kriteria hasil :

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Gelisah menurun

4) Frekuensi napas membaik

5) Pola napas membaik

Intervensi :

1) Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

2) Terapeutik

a) Atur posisi semi-Fowler atau Fowler

b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

c) Buang sekret pada tempat sputum.

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,

ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan

bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam

yang ke-3
4) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

b. Hipertermiab.d proses penyakit (infeksi bakteri stertococcus)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pengaturan

suhu tubuh pasien membaik

Kriteria hasil :

1) Takikardia menurun

2) Hipoksia menurun

3) Suhu tubuh membaik

4) Suhu kulit membaik

Intervensi :

1) Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan inkubator dll)

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor keluaran urine

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Berikan kompres hangat pada dahi atau leher

3) Edukasi

Anjurkan tirah baring

4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

c. Intoleransi aktivitas b.dketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam toleransi

aktivitas meningkat

Kriteria hasil :

1) Kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

2) Keluhan lelah menurun

Intervensi :

1) Observasi

a) Monitor pola dan jam tidur

b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas.

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,

suara, kunjungan)

b) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

3) Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

4) Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan
d. Ansietasb.d kurang terpaparnya informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tingkat

ansietas menurun

Kriteria hasil :

1) Verbalisasi kebingungan menurun

2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

3) Perilaku gelisah menurun

Intervensi :

1) Observasi

a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.kondisi, waktu,

stresor)

b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

2) Terapeutik

a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

b) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

3) Edukasi

a) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

b) Latih teknik relaksasi

4) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

10. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah


perawat menyusun rencana keperawatan. Sebelum mengimplementasikan

intervensi keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan

ketepatan intervensi terhadap situasi klinis. Persiapan proses implementasi

akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif.

Lima kegiatan persiapan tersebut adalah pengkajian ulang, meninjau dan

merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada, mengorganisasikan

sumber daya dan pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah

komplikasi, serta mengimplementasikan intervensi keperawatan. (Potter&

Perry, 2010)

11. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk

menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan

kondisi klien. Selama evaluasi, lakukan berfikir kritis dalam membuat

keputusan dan mengarahkan asuhan keperawatan dalam upaya memenuhi

kebutuhan klien. Pencapaian tujuan keperawatan dilakukan dengan

membandingkan antara respon klien dengan hasil yang diharapkan. (Potter

& Perry,2010)

2.3 Pneumoni Pada Anak

A. Definisi
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006)
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan demam,
batuk dan sesak napas. Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali
berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen,
Laboratorium). (Masmoki. 2007)

B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), etiologi pneumonia adalah

a. Bakteri
Bakteri adalah penyebab paling sering pneumonia di masyarakat dan nosokomial. Berikut ini
adalah bakteri-bakteri yang menjadi etiologi pneumonia di masyarakat dan nosokomial:
 Lokasi sumber masyarakat
Bakterinya adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Legionella
pneumoniae, Chlamydida pneumoniae, Anaerob oral (aspirasi), dan Influenza tipe A
dan B.
 Lokasi sumber nosokomial
Bakterinya adalah Basil usus gram negatif (Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae), Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, dan Anaerob oral
(aspirasi).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun
virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia.
Berikut ini adalah virus yang dapat menyebakan terjadinya pneumonia:
 Influenza virus
 Adenovirus
 Virus respiratory
 Syncytial repiratory virus
 Pneumonia virus
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.
Mikoplasma merupakan organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga
tanpa diding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dengan
virus. Pneumonia mikoplasma sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewas
muda.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Berikut ini
adalah protozoa yang dapat menyebabkan pnuemonia:
 Pneumositis karini
 Pneumonia pneumosistis
 Pneumonia plasma sel
e. Penyebab Lain
Penyebab lain yang dapat menyebabkan pnuemonia adalah terapi radiasi, bahan kimia,
dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapt menyertai terapi radiasi untuk kanker payudara atau
paru, biasanya 6 minbbu atau lebih setelah pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi
terjadi setelah mencerna kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi.

C. Pemeriksaan Diagnostik
a) Sinar X dada : mengidentifikyanasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrasi baik menyebar ataupun terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul. Selain itu juga dapat menunjukkan efusi pleura, kista udara-cairan, sampai
konsolidasi.
b) Analisis gas darah : untuk mendiagnosis gagal napas,serta menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
c) LED meningkat
d) Hitung jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai
30.000/µl
e) Pemeriksaan fungsi paru : volume turun, tekanan jalan napas meningkat, dan komplain
menurun.
f) Pemeriksaan elektrolit : Na dan Cl meningkat.
g) Pemeriksaan bilirubin : terjadi peningkatan bilirubin.
h) Aspirasi/biopsi jaringan paru
i) Kultur sputum : penting untuk koreksi terapi antibiotik. (Misnadiarly, 2008)

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
• Oksigen 1-2 L/menit
• IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan
• Jumlah cairan sesuai berat badan,kenaikan suhu, status hidrasi
• Jika sesak tidak selalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
• Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
• Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community
base:
• Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 41 kali pemberian
• Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
• Sefatoksim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian
• Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
E. Komplikasi
a. Shock dan gagal napas
Komplikasi parah pneumonia meliputi hipotensi dan syok dan kegagalan
pernafasan (terutama dengan penyakit bakteri gram negatif pada pasien usia lanjut).
Komplikasi ini ditemui terutama pada pasien yang tidak menerima pengobatan khusus
atau pengobatan yang tidak memadai atau tertunda. Komplikasi ini juga ditemui ketika
organisme penyebab infeksi yang resisten terhadap terapi dan ketika penyakit penyerta
mempersulit pneumonia.
Jika pasien sakit parah, terapi agresif termasuk dukungan hemodinamik dan
ventilasi untuk mencegah pecahnya kapiler perifer, menjaga tekanan darah arteri, dan
memberikan oksigenasi yang memadai. Agen vasopressor dapat diberikan secara
intravena dengan infus dan pada tingkat disesuaikan sesuai dengan respon tekanan.
Kortikosteroid dapat diberikan parenteral untuk memerangi shock dan toksisitas pada
pasien yang sangat sakit dengan pneumonia dan bahaya nyata kematian dari infeksi.
Pasien mungkin memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Gagal jantung
kongestif, disritmia jantung, perikarditis, miokarditis dan juga komplikasi dari
pneumonia yang dapat menyebabkan shock.
b. Atelektasis dan Efusi pleura
Atelektasis (dari obstruksi bronkus oleh akumulasi sekresi) dapat terjadi pada
setiap tahap pneumonia akut. Efusi pleura parapneumonik terjadi pada setidaknya 40%
dari pneumonia bakteri. Sebuah efusi parapneumonik adalah setiap efusi pleura yang
berhubungan dengan pneumonia bakteri, abses paru, bronkiektasis atau. Setelah efusi
pleura terdeteksi pada dada x-ray, thoracentesis yang dapat dilakukan untuk
mengeluarkan cairan tersebut. Cairan ini dikirim ke laboratorium untuk analisis. Ada tiga
tahap efusi pleura parapneumonik berdasarkan patogenesis: tidak rumit, rumit, dan
empiema toraks. Sebuah empiema terjadi ketika tebal, cairan purulen terakumulasi dalam
ruang pleura, sering dengan perkembangan fibrin dan loculated (berdinding-off) daerah
di mana infeksi berada. Sebuah tabung dada dapat dimasukkan untuk mengobati infeksi
pleura dengan mendirikan drainase yang tepat dari empiema tersebut. Sterilisasi rongga
empiema membutuhkan 4 sampai 6 minggu antibiotik. Kadang-kadang manajemen
bedah diperlukan.
c. Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis yang sangat besar antibiotik,
seperti penisilin, atau dengan kombinasi antibiotik. Superinfeksi juga dapat terjadi pada
pasien yang telah menerima berbagai kursus dan jenis antibiotik. Dalam kasus tersebut,
bakteri dapat menjadi resisten terhadap terapi antibiotik. Jika pasien membaik dan
demam berkurang setelah terapi antibiotik awal, tetapi kemudian ada kenaikan suhu
dengan meningkatnya batuk dan bukti bahwa pneumonia telah menyebar,
superinfeksi mungkin terjadi. Antibiotik dapat diubah atau dihentikan sama sekali dalam
beberapa kasus.

Pengkajian
Menurut Brunner & suddarth (2012) Proses keperawatan adalah
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan
secara sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
a. Pengumpulan data

Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi


identitasnya, yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa,
tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian, keluhan utama ;
keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan
nafas sesak, Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia
yang sering dijumpai pada waktu anamnese ada klien mengeluh
mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai menggigil, kadang-
kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu
(takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti
karat dan purulen. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering
diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit
PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat mendasari
timbulnya pneumonia, Riwayat penyakit keluarhga : Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
b. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Klien tampak lemah,

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia


biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 400C,
frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi

biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi


pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah
biasanya tidak ada masalah.

B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisaik pada klien dengan pneumonia
merupakan pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri
atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan
pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering
ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping
hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak. Batuk
dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan
pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang
purulen. Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi
pernapasan. Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada
saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal. Perkusi : Klien dengan
pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens). Auskultasi ; Pada klien dengan
pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat


meliputi :

Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.


Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.

Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung


tambahan biasanya tidak didapatkan.
B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi
penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak
meringis. Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan


intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu


makan, dan penurunan berat badan.

B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering


menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Diagnosa Keperawatan

Menurut Arif Muttaqim (2012) Diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret

2. Hipertermi b.d Proses peradangan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat,

4. Nyeri (Akut) b.d Inflamasi parenkim paru, batuk menetap

5. Intoleransi aktifitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai oksigen.

6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan


cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

Intervensi Keperawatan

Menurut Arif Mutaqin (2012) :

c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret


Goal : Selama dalam masa perawatan kebersihan jalan napas pasien
dapat kembali efektif.

Objektif : Selama dalam masa perawatan 3x24 jam diharapkan


kebersihan jalan napas kembali efektif.

Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif, Pernapasan


pasien kembali normal, pasien dapat mengeluarkan sekret.

Intervensi : 1. Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau


menurut standar yang ditetapkan R/ Untuk mendeteksi tanda awal
bahaya. 2. Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien. R/
Untuk mmembantu bernapas dan ekspansi dada serta ventilasi
lapangan paru basilar. 3. Bantu Pasien untuk mengubah posisi.
Batuk, dan pernapasan dalam setiap 2 sampai 4 jam. R/ Untuk
membantu pengeluaran sekresi dan mempertahankan potensi jalan
napas. 4. Berikan Cairan (Sekurang-kurangnya 3 liter setiap hari) R/
Untuk memastikan hidrasi yang adekuat dan mencairkan sekresi,
Kecuali dikontraindikasi.
d. Hipertermi b.d Proses peradangan

Goal : Selama dalam proses perawatan suhu tubuh pasien kembali


dalam batas normal

Objektif : Selama dalam tindakan keperawatan 15-25 menit suhu


tubuh pasien kembali dalam batas normal.

Kriteria Hasil: suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C - 37,5


0
C). Nadi dan RR dalam rentang normal (16-20x/ menit) dan tidak
ada pusing.
Intervensi : 1. Pantau suhu tubuh tiap 4 jam atau lebih sering bilah
diindikasikan. R/ mengefaluasi keektifan intervensi. 2. Turunkan
panas yang berlebihan dengan melepaskan kain sebatas pinggang
pada pasien, dan berikan kompres hangat pada aksila dan lipatan
paha R/ Tindakan tersebut meningkatkan kenyamanan dan
penurunan temperatur tubuh.3. Berikan posisi yang nyaman R/
Memberi kenyamanan pada pasien. 4. Anjurkan pasien untuk sering
minum R/ Agar pasien tidak lemas, dan panas cepat turun. 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Obat antipiretik R/
Mempercepat penyembuhan.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat

Goal : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi pasien dapat


terpenuhi

Objektif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam


diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil: Intake makan meningkat, tidak ada penurunan berat
badab lebih lanjut. Menyatakan perasaan sejahtra

Intervensi: 1. Pantau presentase jumlah makan yang yang di


konsumsi setiap kali makan. Timbang BB setiap hari, R/
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari kemajuan. 2.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum berbau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan R/ bau yang tidak menyenangkan
dapat mempengaruhi napsu makan. 3. Dukung klien untuk
mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
R/peningkatan suhu tubuh meningkat metabolisme, intake protein,
vitamin, mineral dan kalori yang adekuat penting untuk aktivitas
anabolik dan sintesis antibodi.
f. Nyeri (Akut) b.d inflamsi parenkim paru, batuk menetap.

Goal: Klien mengatakan nyeri berkurang selama masa perawatan


Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24
jam diharapkan nyeri akut teratasi.

Kriteria Hasil : Dispnea dan takipnea tidak ada, kesulitan bernapas


tidak ada, akral hangat sianosis, kapiler refil kembali dalam 2-3
detik, gelisah tidak ada, pucat dan sianosis tidak ada TTV : TD

:120/80 mmHg N:60- 100x/menit. RR:16-24x/menit. S:36,50C-


37,50C.

Intervensi: 1. Tentukan karakteristik Nyeri, misalnya tajam,


konstan, selidiki perubahan karakter/lokasi nyeri dan ditusuk.
R/ nyeri dada biasanya ada dalambeberapa derajat pada
pneumonia, 2. Pantau tanda vital R/ perubaha frekuensi
jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda-tanda vital
telah terlihat, 3. Berikan tindakan nyaman, misalnya. Latihan
napas dalam R/ Tindakan non- analgitik diberikan dengan
sentuhan lembut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesik. 4. Tawarkan pembersihan
mulut dengan sering. R/ pernapasan mulut dan terapi oksigen
dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,
potensial ketidaknyamanan umum. 5. Ajarkan dan bantu teknik
menekan dada selama episode batuk R/ Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan
upaya bentuk 6. Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non
produktif/ peroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan istirahat umum.
g. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
oksigen. Goal : pasian akan melaporkan peningkatan toleransi
terhadap aktifitas

Objektif : Selama tindakan 1x24 jam diharapkan peningkatan


toleransi terhadap aktivitas

Kriteria Hasil : Terjadi peningkatan tonus otot, peningkatan


toleransi aktivitas, tidak ada dispnea dan tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Intervensi : 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas R/
Menetapkan bantuan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi, 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung selama fase akut R/menurunkan stres dan
rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat. 3. Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk istirahat R/pasien mungkin
nyaman dengan kepala tinggi. 4 Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan R/ meminimalkan kekalahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
h. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d
kehilangan cairab berlebihan, penurunan masukan oral.

Goal : Klien akan mengatakan kebutuhan cairan kembali


terpenuhi selama masa perawatan

Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama


1x24 jam diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil : membran mukosa lembab,turgor kulit baik,


pengisian kapiler cepat, TTV normal.
Intervensi ;1. Kaji perubahan TTV R/ peningkatan suhu. 2.Kji
turgor kulit R/ indikator langsung keadekuatan volume cairan,
meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena
napas mulut dan oksigen tambahan.3. Catat laporan mual
muntah R/ adanya gejala ini menurunkan masalah oral. 4.
Pantau pemasukan dan haluran R/ Memberikan informasi
tentang keadekuatan volume cairan tambahan IV sesuai
indikasi. R/ adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,
penggunaan parentral dapat memperbaik kekerangan
Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan intervensi.

Evaluasi
a. Pernapasan kembali normal. Pasien dapat mengeluarkan sekret.
Hipertermi berkurang atau teratasi

b. Nutrisi terpenuhi ditandai asupan makan meningkat

c. Nyeri berkurang atau tertasi

d. Peningkatan aktivitas

e. Cairan kembali terpenuhi ditandai dengan membran mukosa


lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, TTV
normal.

2.4 Tubercolosis Pada Anak

pengertian TB

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansjoer, 2000).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

 parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,


terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2001).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

 parenkim paru (Smeltzer, 2001).


Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis (id.wikipedia.org).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat


dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang

 parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain,
terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

Etiologi

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik


tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3  – 0,6/um.
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:

Mycobakterium tuberculosis

Varian asian

Varian african I

Varian asfrican II

Manifestasi Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
diungkapkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

 b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat

 penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan

suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai


dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi

 pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas


bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna)
atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan

 jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,


tulang, persendian, dan ginjal.

Pemeriksaan penunjang

1) Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap


akhir penyakit.

2) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas


kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk
basil asam cepat.
3) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ;
reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48  –  72
jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti
body tetapi tidak secara

 berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi


bermakna pada pasien yang secara klinik sakit
berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang
berbeda.
4) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.

5) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal


pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga
area fibrosa.
6) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk
pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk
mycobakterium tubrerkulosis.
7) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk
granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan
nekrosis.
8) Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya
infeksi ; ex

;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada


TB paru luas.

I. Identifikasi Klien

i. Identifikasi klien

 Nama : An.EP

Umur : 7 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Alamat : Batu benawa simpang
empat

Tanggal
MRS : 20-09-2012 Tanggal pengkajian
: 21-09-2012 Diagnosa medis
: Tuberculosis Paru
ii. Identitas Orang Tua

 Nama Ayah : Tn.p

Usia : 45 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar 

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Batu benawa simpang

 Nama Ibu : Ny. S

Usia : 35

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Batu benawa simpang


empat.
II. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Saat MRS : Ibu klien


mengatakan anaknya

 batuk terus menerus.

2. Keluhan Saat Pengkajian : Klien


mengalami, batuk, sesak dan anoreksia.
Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu klien
mengtakan anaknya batuk 1 minggu. Batuk
terjadi secara terus menerus disertai
sekret, sehingga anaknya kelelahan. Batuk
pasien akan bertambah

 parah pada malam hari. Karena khawatir


dengan keadaan anaknya, ibu pasien
membawa pasien ke RSUD Tanah
Bumbu.
III. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Penyakit yang pernah dialami :

a. Kecelakaan termasuk kecelakaan


lahir/persalinan, bila pernah (jenis
dan waktu) : Tidak ada
 b. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada

c. Penyakit kronis/akut:Klien sering


menderita batuk-batuk sejak usia 6
tahun kemudian di beri obat dan
sembuh.
d. Terakhir kali MRS : Tidak ada

2. Imunisasi

Klien telah mendapat imunisasi yang tidak lengkap

a. BCG :-

 b Campak : 1 kali
.

c. DPT : 3 kali

d. Polio : 4 kali
e. Hepatitis : 3 kali

IV. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit yang di derita kelurga : Ibu


mengungkapakan bahwa sepupu klien
menderita TBC sudah 2 bulan dan sudah
mulai di obati  b. Lingkungan rumah dan
komunitas : Ibu klien mengatakan bahwa
klien dan kelurganya tinggal yang tidak
padat penduduknya. Rumah klien tepat
didalam gang kecil.
c. Prilaku yang mempengaruhi kesehatan :
ibu klien mengatakan anaknya hanya mau
makan telur dan ayam tapi tidak mau
makan sayur.
d. Presepsi kelurga terhadap penyakit :
Kelurga klien sangat kawatir degan
kondisi yang di derita anaknya.
V. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Klien lahir dengan berat badan dan lahir


3000 gram, lahir langsung dan menangis,
menurut ibu klien selama hamil ibu sering
periksa ke dokter maupun bidan praktek. Klien
juga di beri ASI selam 1 tahun dan din berikan
susu formula samapai sekarang.
VI. Pola Akitivitas dan Istrahat

 Subjektif : Rasa lemah cepat lelah,


aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
 Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea
saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah
paru), demam subfebris (40 -410C)
hilang timbul.
VII. Pola Nutri-Metabolik 

 Subjektif : Anoreksia, mual, tidak


enak diperu

c. RR : 37 x/menit

d. Suhu tubuh : 37,8°C

1. Integumen

 Inspeksi :Kulit sianosis, lesi (-),


edema (-), diaphoresis (-),
inflamasi (-), kuku sianosis.
 Palpasi :Akral kering, tekstur
kasar, turgor > 2 detik,
nyeritekan (-), tekstur kuku
halus, capillary refill time > 2
detik.
2. Kepala

 Inspeksi :Posisi kepala tegak,


proporsional, bentuk kepala
sesuai, rambut lurus, tersebar
merata dan terpotong pendek.

 Palpasi :tidak ada benjolan,


tidak ada krepitasi dan
deformitas, nyeri tekan tidak
ada, kulit kepala lembab.
3. Mata

 Inspeksi : Posisi simetris, alis


sejajar, daerah orbita normal,
kelopak mata normal, bulu mata
normal, konjungtiva anemis -/-,
ikterik -/-, perdarahan -/-, iris
simetris, warna hitam, reflex
pupil (+), akomodasi normal
ki/ka.
 Palpasi : edema (-), nyeri (-).

4. Telinga

 Inspeksi :posisi sejajar,


proporsional, simetris, otorea
(-), kemerahan (-), battle sign
(-), serumen (-), tidakkotor.
 Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-),
pembengkakan (-).

5. Hidung

 Inspeksi :ukuran proporsional,


secret (+), bulu hidung normal,
rhinorea (-), perdarahan (-), lesi
(-), pernapasan cuping hidung
(-).
 Palpasi :nyeri tekan (-), krepitasi (-).

6. Bibir, mulut dan faring


 Inspeksi :warna sianosis, lesi
(-), mukosa bibir kering, gigi
utuh bersih, pendarahan gusi (-),
lidah bersih, tidak bau mulut,
faring kemerahan.
7. Leher 

 Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus
simetris, kontraksi (-

), deviasi trakea (-), pembesaran


tiroid (-), pembesaran limfe (-),
pembesaran vena jugularis (-),
eritema (-).
 Palpasi :posisi trakea pada garis
tengah, pembesaran tiroid (-),
nyeri tekan (-), pembesaran
limfe (-).
8. Thoraks

 Inspeksi :bentuk normal,


simetris, lesi (-), ekspansi
dinding dada tidak simetris,
retraksi otot bantu pernafasan
berat,
 bentuk mamae simetris, ukuran
sama, putting menonjol, kulit
halus, RR 37 x/menit, rasio
inspirasi ekspirasi 1:2.
 Palpasi :massa (-), krepitasi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
ictus cordis teraba di
midclavikula sinistra 4-5 ICS,
 pembengkakan (-), emfisema sub
kutis (-), fremitus lemah dekstra
sinistra.
 Perkusi :Pekak, batas jantung
kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri,
batas kanan ICS 2 SL kanan
dan ICS 5 MCL kanan,

 pembesaran jantung (-), pekak.

 Auskultasi : Bunyi
ronki kasar pada apek
paru ki/ka. a.Ronki (+)

+ +
- -
- -
 b.Vokal fremitus lemah ki/ka.

9. Abdomen

 Inspeksi :Bentuk rata,


penegangan abdomen (-), caput
medusa (-), kulit pruritus,
massa (-).

 Palpasi : Massa (-), hepar tidak


teraba, lien tidak teraba, feses
tidak teraba, VU tidak teraba,
nyeritekan (-)
 padasemuaregio.

- - -

- - -

- - -

 Perkusi : Timpani.

 Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.

10. Inguinal-Genitalia-Anus

 Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia,


pembengkakan pembuluh limfe tidak ada,
tidak ada hemoroid, warna feses kuning
lembek, urine kuning bening.
11. Ekstremitas

 Inspeksi :garis anatomi lurus,


persendian normal, eritema (-

).

 Palpasi :kekuatan tendon (+),


nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deformitas (-).
 Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.

5 5

5 5

12. Persyarafan

Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).

13. ReflekS

Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +


2.5 ASMA
A. Pengertian

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh

spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara

dan penurunan ventilasi alveolus.

( Huddak & Gallo, 1997 )

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika

bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif

B. PENYEBAB

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi

- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

- Iritan : kimia

- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

- Emosional : takut, cemas dan tegang

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.


.

C. TANDA DAN GEJALA

1 Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c. Whezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus


g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan

kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

D. TANDA DAN GEJALA


1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Spirometri
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Uji kulit
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto dada
8. Analisis gas darah

PENGKAJIAN

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

- Perpanjangan ekspirasi mengi

- Penggunaan otot-otot aksesori

- Perpendekan periode inpirasi

- Sesak nafas

- Restraksi interkostral dan esternal


- Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h. Perubahan tingkat kesadaran

i. Hipokria

j. Hipotensi

k. Pulsus paradoksus > 10 mm

l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL


 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme :
 peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental :
 penurunan energi/kelemahan
 Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan
 alveoli
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
 masukan oral
 Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber
 informasi

.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

DP : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

KH : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas

bersih/jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

a) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels,
b) ronki
c) Kaji/pantau frekuensi pernafasan
d) Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres
e) pernafasan, penggunaan otot bantu
f) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat
g) tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
h) Pertahankan polusi lingkungan minimum
i) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
j) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah
k) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan
l) memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti
m) makanan
n) Berikan obat sesuai indikasi

Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

DP : Kerusakan pertukaran gas

Tujuan : Pertukaran gas efektie dan adekuat

KH : -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat


dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan

-Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat

kemampuan /situasi

Intervensi

a) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,


b) nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
c) Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang
d) mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir
e) sesuai kebutuhan / toleransi individu.
f) Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.
g) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi
h) tambaha
i) Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
j) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
k) Awasi tanda vital dan irama jantung.
l) Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
m) Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

C. DP : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kh : - Menunjukan peningkatan BB

- Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk

meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.

Intervensi :

a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan,


b) evaluasi BB.
c) Avskultasi bunyi usus.
d) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
e) Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan
f) makan porsi kecil tapi sering.
g) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
h) Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
i) Timbang BB sesuai induikasi.
j) Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

D. DP : Kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan miningkat

KH : - Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan

tindakan.

- Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari

proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.

- Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam

program pengobatan.

Intervensi:

a) Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga


b) Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
c) Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang
d) tidak diinginkan
e) Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval
f) semprotan, cara membersihkan.
g) Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
h) Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada
i) klien atau orang terdekat
j) Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah kelainan penyakit pada sistem respirasi pada anak sudah sangat banyak dan
menjadi masalah kesehatan yanga serius oleh karena itu pentingnya para tenaga kesehatan
terutama perawat untuk berperan penting dalam memberikan perawatan serta edukasi yang
baik kepada pasien sehingga dapat diterapkan dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh
anak mereka dan kerjasama yang baik antara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media


Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai