Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKOMALASIA PADA ANAK


Dosen : Septian Mugi Rahayu.,Ns.,M.Kep

Nama Kelompok 1 :
Aditya Dwi Saputra (2018.C.10a.0923)
Feiry Kurniawan (2018.C.10a.09 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan “Makalah dan Askep
Bronkhomalasia pada Anak” Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan banyak pihak, sehingga dapat memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu,


saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.Akhir kata kami berharap
semoga makalah penyakit ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Palangka Raya, Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi
terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.
(Children’s National Health System,2016). Bronkhomalasia paling sering
terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi
lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan
baik.
Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara
geografis. Di Indonesia, prevalensi bronkomalasia belum diketahui secara
pasti. Bronkomalasia sendiri dapat ditangani dengan tindakan pembedahan atau
trakheotomi.Dengan pertimbangan angka kejadian yang cukup tinggi, maka
sangat perlu dilakukan pencegahan yang lebih optimal. Tindakan asuhan
keperawatan yang te pat pada anak dengan kelainan kongenital bronkomalasia
penting dilakukan dan harus diperhatikan oleh perawat untuk memberikan
pelayanan yang optimal sehingga akan membantu mengurangi dampak yang
diakibatkan.
Bronkomalasia dapat dideskripsikan sebagai efek kelahiran pada
bronkus ditraktus respiratorus. Malasia congenital pada saluran udara/nafas
besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran nafas
ieversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapatberupa wheezing
rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dipsneu dan
insufisiensi respirasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Bronkomalasia?
2. Apa etiologi dari Bronkomalasia?
3. Apa saja klasifikasi dari Bronkomalasia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Bronkomalasia?
5. Apa saja penatalaksanaan medisnya?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatannya?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah disusunnya Makalah dan Asuhan Keperawatan Bronkomalasia
pada Anak, diharapkan pembaca dapat memahami dan menerapkannya dalam
asuhan keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar Chronic Kidney Disease
(CKD) on HD.
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Chronic Kidney
Disease (CKD) on HD.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Sebagai bahan acuan untuk menambah pengetahuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak bronkomalasia.
1.4.2 Untuk Institusi
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literature atau referensi
untuk kelengkapan perkuliahan.
1.4.3 Untuk IPTEK
Untuk menambah atau memperkaya pengetahuan di penyakit dalam, dan
memperoleh informasi tentang Bronkomalasia.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia
berhubungan dengan sindrom tertentubiasanya diakui dan didiagnosis awal
masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinisanak dengan malacia primer,
sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil,langka (Firdiansyah, 2017)
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,
atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi
mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari
6 tahun (Children’s National Health System,2016).
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran
padabronkus di traktus respiratorius.Malasia kongenital pada saluran
udara/nafas besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi
saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa
wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu
berat dan insufisiensi respirasi (Akhyar, 2010).

2.2 Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan
hingga saat ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk
denganbaik (Firdiansyah, 2017)
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di
saluranpernapasan.Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu
dari beberapa penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak,
dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara
bawahberulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan.Ini juga dapat
diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat
infeksi atau penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018).
Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus
utama dan atau divisilobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi
karena cacat yang melekat pada kartilago atau dari
kompresiextinsik.Bronkomalasia lebih sering muncul dengan trakeomalasia
dibandingkan dengan lesi yang terisolasi. Bronchomalacia terlihat dominan di
sisikiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling
sering terlihat pada bronkus batang utama kiri, bronkuslobus kiri atas,
bronkuslobus kanan tengah, dan bronkus batang utama kanan, dalam urutan
prevalensi menurun.Ada juga dominasi laki-laki pada lesi ini (Laberge, 2008).

2.3 Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a. Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital).
b. Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.

2.4 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan
mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi
menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-
paru.Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan
dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk
aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat
menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat
mengembuskan napas dan menangis.Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk,
sesak napas, atau napas cepat.Biasanya tulang rawanberkembang dengan
sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi
masalah.Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada
orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut
bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit
atau runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas.

2.5 Pathway

Bronkomalasia
Kelainan kongestial

Defisiensi pada cincin kartilago

Menutup saluran pernapasan kecil (bronko)

Sesak napas Pola napas tidak efektif

Risiko aspirasi Batuk tidak efektif

Mudah terjadi infeksi


Akumulasi mukus di tulang rawan

Defisit nutrisi Pengeluaran energi berlebihan Risiko infeksi

Intoleransi
Anoreksia kelelahan
aktivitas

Cemas Defisit pengetahuan

Ansietas
2.6 Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking.
2. Sesak nafas.
3. Ditemukan suara wheezing(mengi).
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang.
5. Kelelahan.
6. Apnea

2.7 Komplikasi
1. Pneumonia.
2. Bronkitis.
3. Polychondritis.
4. Asma

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Bronkoskopi.
2. CT Scan dada.
3. MRI dada.

2.9 Penatalaksaan Medis


1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
Metode menggunakan respiratory ventilation.
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara
langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 30 Maret 2020 Pukul 09.30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. B
TTL : Palangka Raya, 14 April 2015
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Jamrut
Diagnosa medis : bronkomalasia
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ibu. M
TTL : Palangka Raya, 29 Oktiber 1990
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Jamrut
Hubungan keluarga : Ibu Kandung Pasien
3. Keluhan utama
Batuk & pilek serta nafas tampak lebih cepat dari biasanya Riwayat
kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Batuk & pilek serta nafas tampak lebih cepat dari biasanya Pasien tidak
menggigil, tidak mengalami kejang. BAK dengan jumlah cukup, warna
kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau,
konsistensi padat serta bau khas dan kemudian dibawa ke UGD
puskesmas menteng sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit dr. doris
syilvanus palangka raya

b. Riwayat kesehatan lalu


1) Riwayat prenatal : ibu mengatakan ia hamil selama 9
bulan tidak ada keluhan apapun selama masa kehamilan dan sering
memeriksakan kehamilannya ke bidan dengan rutin.
2) Riwayat natal : Ibu mengatakan anak A lahir di
puskesmas dengan normal, persalinan didampingi oleh suami dan
ditolong oleh bidan, menangis kuat, dengan BBL 3000 gr, PB 50 cm,
Apgar Score 8/9 dan tidak ada kelainan kongenital.
3) Riwayat postnatal : Ibu mengatakan An. B minum ASI
hari pertama sampai dengan usia ± 2 tahun dan telah diimunisasi
lengkap yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.
4) Penyakit sebelumnya : Demam, Kejang, Batuk pilek
Mimisan.
5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatiti TT


s
Usia 0-3 - 4 Bln 9 bulan 6 Bln -
Bln

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada penyakit
keturunan ataupun riwayat penyakit keluarga.

d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi


II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
pasien nampak lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, turgor
kulit kering, test rumple leed (+),
2. Tanda vital
tekanan darah : 100/60 mmmHg nadi : 122x per menit suhu : 38,20C
pernafasan : 32x per menit
3. Kepala dan wajah
Ubun-ubun menutup, keadaan cembung, tidak ada kelainan.Warna rambut
hitam keadaan rambut tidak rontok, tidak mudah dicabut, dan tidak
kusam.Keadaan kulit kepala baik tidak ada peradangan dan luka.Bentuk
mata simetris, conjongtiva normal tidak anemis, skelera normal dan putih,
refklek pupil normal, tidak ada oedem palpebra, ketajaman penglihatan
baik. Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada peradangan ,
ketajaman pendengaran baik. Bentuk hidung simetris tidak ada secret, tidak
terpasang pasase udara, fungsi penciuman baik.Keadaan mulut bibi tidak
intak, tidak ada stenosis, keadaan bibir kering palatum lunak. Tidak ada
carries gigi jumlah gigi 9 buah.
4. Leher dan tengorokan
Bentuk simetris, reflek menelan ada, tidak ada pembesaran tonsil,tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan, tidak ada peradangan.
5. Dada
Dada bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler
(normal), tyfe pernafasan dada dan perut bunyi jantung S1 dan S2 (Lub
Dub).Ictus cordis tidak ada, tidak ada bunyi tambahan, tidak ada nyeri
dada.
6. Punggung
Bentuk punggung simetris,tidak ada peradangan,tidak ada benjolan.
7. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, ada bising usus, tidak ada asites, tidak ada
massa, tidak ada hepatomegali, tidak ada spenomegali, tidak ada nyeri.
8. Ekstremitas
Pergerakan tonus otot bebas ekstremitas atas 5,5 dan ekstremitas bawah
5,5. Tidak terdapat oedema, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat clubbing
finger, turgor kulit baik.
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Keadaan gizi baik dan seimbang.
2. Kemandirian dalam bergaul baik
3. Motorik halus dapat memegang benda yang ada disekitarnya
4. Motorik kasar bergerak dengan bebas
5. Kognitif dan Bahasa normal
6. Psikososial tinggan Bersama orangtua

IV. Pola aktifitas sehari-hati


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi a. 4x Sehari a. 2 kali sehari
a. Frekuensi b. Normal b. Nafsu makan
b. Nafsu c. Asi dan Bubur menurun
makan/selera c. Asi dan
c. Jenis makanan bubur
2 Eliminasi a. Belum BAB a. 3x lebih
a. BAB selama 3 hari dalam sehari,
Frekuensi b. 1-3 kali sehari cair
Konsistensi b. 1.3 kali
b. BAK sehari
Frekuensi
Konsistensi

3 Istirahat/tidur a. 3 jam a. 3 jam


a. Siang/ jam b. 8-9 jam b. 5-6 jam
b. Malam/ jam
4 Personal hygiene a. 2x sehari a. 2x sehari
a. Mandi b. 2x sehari b. 2x sehari
b. Oral hygiene

V. Data Penunjang
NO Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
1. Trombosit 37.000 (40-150)
2. Leukosit 4.30 g/dl (14.5-45.0)
3. Hemoglobin 10.3 g/dl (11.5-15.5)
4. Hematokrit 3 2.1 % (35-45)

VI. Terapi Medis


N Terapi Medis Dosis Rute Indikasi
O
1. Paracetamol 3x120 mg IV Meredakan
sakit kepala
dan
menurunkan
demam
2. L-Bio 2x10 mg IV Melindungi
system
pencernaan
agar normal
3. Infus RL 30 Tpm IV Untuk
menganti
cairan yang
hilang

Palangka Raya, 9 Maret 2020

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: adanya sekret Bersihan jalan napas tidak
Ibu klien mengatakan efektif
anaknya kesulitan bernapas
Kuman berkelainan di
bronkus
DO:
- pasien nampak lemah
batuk dan mengeluarkan proses peradangan bronkus
sekret,
- TD: 100/60 mmmHg
bersihan jalan napas tidak
nadi : 122x per menit
efektif
suhu : 38,20 C
pernafasan : 32x per
menit

DS : orang tua pasien Penyempitan pola napas Pola napas tidak efektif
mengatakan bahwa pasien
sesak napas ekspirasi lebih panjang dari
inspirasi
DO:

- pasien nampak lemas posisi tubuh yang


- pasien nampak pucat menghambat ekspansi paru
- suara tambahan
whezzing
pola napas tidak efektif
- TD: 100/60 mmmHg
nadi : 122x per menit
suhu : 38,20 C
pernafasan : 32x per
menit

Ds: Mekanisme tubuh untuk Gangguan pemenuhan


melawan virus kebutuhan nutrisi,
-orang tua pasien kurang dari kebutuhan
mengatakan bahwa pasien b.d nafsu makan
Peningkatan asam lambung menurun
tidak nafsu makan

Do:
Anorreksia, mual muntah
- -pasien nampak lemas
- TD: 100/60 mmmHg
Nafsu makan menurun
nadi : 122x per menit
suhu : 38,20 C
pernafasan : 32x per Gangguan pemenuhan
menit kebutuhan nutrisi,
- Bb 11 kg kurang dari kebutuhan
- Trombosit 37 ribu (nilai b.d nafsu makan
menurun
normal 40-150
PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan


2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d nafsu
makan menurun
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. B


Ruang Rawat : Flamboyant

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji keluhan yang dialami 1) Untuk mengetahui keluhan yang
napas tidak efektif keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien dialami pasien
b.d sekresi yang 2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui TTV pasien
₋ bersihan jalan napas kembali
tertahan 3) Observasi jalan napas pasien 3) Untuk mengetahui jalan napas pasien
efektif
4) Berikan penkes kepada 4) Agar keluarga dapat mengetahui dan
₋ bunyi napas bersihan tidak ada
keluarga tentang penyakitnya memahami/mengerti tentang
secret, tidak adanya wheezing
5) Kolaborasi dalam pemberian penyakitnya
obat dengan resep doker dan 5) Untuk mempercepat penyembuhan
farmasi. pasien
E 1.
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor pola napas 1) Observasi frekuensi napas
efektif b.d hambatan keperawatan 3x24 jam pola napas 2) Posisikan semi fowler 2) Klien merasa nyaman
upaya napas membaik dengan kriteria hasil : 3) Ajarkan batuk efektif 3) Memperbaiki fungsi pernapasan
4) Auskultasi bunyi napas 4) Agar pasien merasa nyaman
- Pasien ridak sesak napas lagi
tambahan 5) Mengurangi sesak napas
- Tidak ada penumpukan secret
5) Membatasi untuk aktivitas
- Pasien tampak tenang
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. observsasi ttv 1. Melihat apakah ttv dalam keadaan
pemenuhan keperawtan salaam 1x 7 2. kaji mengenai nafsu makan normal

kebutuhan nutrisi, jamdiharapkan perubahan status pasien 2. Untuk mengetahui nafsu makan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. memonitor intake makanan pasien
kurang dari
dapat teratasi.: dan cairan 3. Memonitor adanya bb
kebutuhan b.d
4. berikan nutrisi yang sesuai 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
nafsu makan 1. Nafsu makan pasien kembali
dengan kebutuhan tubuh
menurun normal
2. Bb kembali normal

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
20 April 2020 1) Memonitor indikasi kelebihan cairan, TTV, Hasil S:pasien mengatakan badan lemas
Laboratorium, dan menjaga intake dan catat
O:
output pasien
2) Memantau tanda-tanda vital k/u. pasien lemah
- Tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi pasien kes composmentis
kembali normal TD = 160/100 mmhg
Melakukan kolaborasi pemberian terapi Asam folat N = 88x / mnt

S= 36,5 oC

RR = 32 x/ mnt

A : masalah teratasi

P : observasi k/u dan TTV

monitoring intake dan output


kolaborasi dalam pemberian terapy : lanjutkan
intervensi

16 april 2020 1. )Memonitor pola nafas S :Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
₋ Pasien mulai menunjukkan pola nafas
O: Pasien terlihat lebih nyaman dengan
membaik setelah dilakukan tindakan
pemasangan oksigen RR : 28x/m
2. Memposisikan semi – fowler
A: Masalah teratasi
₋ Pasien merasa nyaman dan sesak nafas
berkurang P: Intervensi dihentikan
3. Mengajarkan batuk efektif
₋ Pasien dapat dengan mudah untuk
mengeluarkan secret atau dahak
4. Mengalkutasi bunyi nafas
₋ Catat adanya bunyi nafas tambahan/whezing
5. Membatasi untuk aktivitas
1. Pasien sudah merasa sesak nafas yang
dirasakan berkurang
16 april 2020 1. Mengobservsasi ttv S : orang tua pasien mengatakan bahwa pasien
masih pasien masih mengalami penurunan nafsu
2. Mengkaji mengenai nafsu makan pasien makan.
3. Memonitor intake makanan dan cairan
O : -pasien masih terlihat lemas
4. Memberikan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bronkomalasia adalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (dibawah trakea atau
tenggorokan).Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun.
Secara simtomatik, pasien Bronkomalasia datang dengan gambaran yang
mirip dengan trakeomalasia.Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk
terus-menerus, infeksi pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan
sianosis.Mereka sering hadir pada masa bayi dengan infeksipernafasan
pertama mereka.Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai asma dan
dengan demikian dapat terjadi keterlambatan diagnosis.Diagnosis dan
diferensiasi dari asma dilakukan oleh bronkoskopi denganpernapasan
spontan di mana karakteristik dinamis dari saluran napas dapat disaksikan.

4.2 Saran
1. Pada saat bayi baru lahir kita harus meriksa cara nafas bayi, untuk
mengetahui apakah terjadi penyumbatan atau tidak.
2. Gambaran Bronkomalasia memiliki kemiripan dengan Asma, oleh karena
itu diperlukan bronkoskopi.
DAFTAR PUSTAKA

Cahaya, Nurul. 2018. Manajemen Keperawatan Bronkomalasi,


Pneunomia, Difteri.

Children National Health System.2016.Pediatric Bronchomalacia.

Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe pediatric
bronchomalacia (Jurnal).The Journal of the American Society of
Anesthesiologists.

Schwartz, Daniel. 2017. Tracheomalacia Treatment & Managemen.

Anda mungkin juga menyukai