Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
BRONKOMALASIA

DI SUSUN OLEH :
NAMA NIM
1. ADELA ROSNADIA 17111024110002
2. DWI RAHAYU 17111024110035
3. .FAJAR SATRIA GUMELAR 17111024110041
4. HANNY ANGRAINI 17111024110044
5. NUR ELVIANA DAUD 17111024110082
6. NUR HASANAH 17111024110084
7. NUR HERLINDA ALAWIYAH 17111024110085

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah ST, karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul “BRONKOMALASIA”
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan anak
Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengajar kami, dan teman- teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyaknya kekurangan baik pada teknis, penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak kami harapkan

Samarinda, 28 Maret 2019

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... iii
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... iii
C. TUJUAN .................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Difinsi Bronkomalasia ............................................................................... 4
B. Etiologi ........................................................................................................ 4
C. Klasifikasi ................................................................................................... 6
D. Patofisiologi................................................................................................. 6
D. Pathway ....................................................................................................... 8
E. Manifestasi klinis........................................................................................ 9
F. Komplikasi .................................................................................................. 9
G. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 9
H. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 10
A. PENGKAJIAN ......................................................................................... 10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................. 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 16
B. SARAN ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

1
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan
perawatan kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu
yang telah ditetapkan.

Bayi baru lahir (neonatus) merupakan suatu keadaan dimana bayi bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 38-40 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi
kepala secara spontan dan teratur.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari bronkomalasia
2. Apa etiologinya ?
3. Apa klasifikasinya ?
4. Apa patologinya ?
5. Apa manifestasi kliniknya ?
6. Apa komplikasinya ?
7. Apa pemeriksaan penunjangnya ?
8. Apa penatalaksanaan medisnya ?
9. Bagaimana asyhan Keperawatannyya

C. TUJUAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada umumnya dan
untuk menambah pengetahuan tentang bronkomalacia pada khususnya

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Difinsi Bronkomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia
berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal
masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer,
sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka (Firdiansyah, 2017)
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,
atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun (Children’s National Health System,2016).
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada
bronkus di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas
besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas
ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa
wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu
berat dan insufisiensi respirasi (Akhyar, 2010)

B. Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan
hingga saat ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan
baik (Firdiansyah, 2017)
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran
pernapasan. Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari
beberapa penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak,
dengan gejala bervariasi dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bawah

2
berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan. Ini juga dapat
diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat
infeksi atau penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018)
Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus
utama dan atau divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi
karena cacat yang melekat pada kartilago atau dari kompresi extinsik.
Bronkomalasia lebih sering muncul dengan trakeomalasia dibandingkan
dengan lesi yang terisolasi. bronchomalacia terlihat dominan di sisi kiri
(35,7%) dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering
terlihat pada bronkus batang utama kiri, bronkus lobus kiri atas, bronkus
lobus kanan tengah, dan bronkus batang utama kanan, dalam urutan
prevalensi menurun. ada juga dominasi laki-laki pada lesi ini (Laberge, 2008)
Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan
membaik ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan
berjalannya waktu. Ketika Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi
kompromi pernapasan, tracheostomy dan ventilasi tekanan positif dapat
diindikasikan. Selain itu, perawatan bedah dari sumber kompresi eksternal,
seperti dengan aortopeksi dapat membantu. Stent juga dapat digunakan,
seperti yang didiskusikan dengan Traakomalasia, tetapi mereka memiliki
komplikasi serius termasuk caut, penghilangan yang sulit, pembentukan
jaringan granulasi. Dengan demikian ini harus disediakan untuk situasi yang
muncul dan bukan untuk terapi jangka panjang saat ini (Laberge, 2008)
Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal
dari prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari
ketiadaan kongenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti
yang terlihat dengan sindrom Williams-campbell. rembesan saluran napas
distal pada sindrom William-Campbell dapat menyebabkan bronkiektasis.
bronchomalacia sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung
diperbesar atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder.
Bronchomalacia juga dapat dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang
menyebabkan hiperinflasi pada jaringan yang terkena. (Laberge, 2008)

3
Secara simtomatik, pasien datang dengan gambaran yang mirip dengan
trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk terus-menerus,
infeksi pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan sianosis. Mereka
sering hadir pada masa bayi dengan infeksi pernafasan pertama mereka.
Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai asma dan dengan demikian
dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan diferensiasi dari asma
dilakukan oleh bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana karakteristik
dinamis dari saluran napas dapat disaksikan. (Laberge, 2008)

C. Klasifikasi
Klasifikasi Bronkomalasia (Wikipedia, 2018) adalah:
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago.
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital.
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.

D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan
mulut, melalui kontak suara(Laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang
terbagi menjadi dua cabang (bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing
paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang
rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas
(Firdiansyah, 2017)
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk
aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat
menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini mungkin terjadi saat
mengembusankan nafas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi,

4
batuk, sesak napas, dan/atau napas cepat. Biasanya tulang rawan
berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalasia
tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalasia tidak
terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas
kecil disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang pelunakan
(dinding saluran kemih) (Firdiansyah, 2017)

Kerusakan saluran udara dinamis yang berlebihan (trakea, bronkus


utama) dan bronkomalasia (anastomosis kanan)
A. Foto pertama, diambil selama inspirasi, menunjukkan diameter
normal dari trakea dan anastomosis kanan permeabel.
B. Dalam foto kedua, diambil selama kadaluwarsa, dinding posterior
trakea dan tonjolan utama bronkus ke dalam menyebabkan
penyempitan berlebihan. Oklusi hampir lengkap dari anastomosis
kanan diamati selama expirium.

5
D. Pathway

BRONKOMALASIA

Kelainan Kongenital

Defisiensi pada cincin


kartilago

Menutup saluran pernafasan


kecil ( bronkus )

Sesak nafas

KETIDAKEFEKTIFAN
RISIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif POLA NAFAS

Mudah terjadi infeksi


Akumulasi mukus di tulang rawan

KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI Pengeluaran energi RISIKO INFEKSI
KEBUTUHAN TUBUH berlebihan

INTOLERANSI
Anoreksia Kelelahan
AKTIVITAS

DEFISIT
Cemas PENGETAHUAN

ANSIETAS

6
E. Manifestasi klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

F. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada

H. Penatalaksanaan Medis
1. Time, Invasisf minimal, bersamaan dengan pemebrian tekanan udara
positif yang kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu, Metode menggunakan respiratory
ventilation.
3. Trakheotomi, Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/
membuat saluran udara langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the
windpipe).

7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas

Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,anak-ke, BB/TB,


alamat.

2. Riwayat Kesehatan
1. Mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat ,keadaan umum
lemah.

2. Riwayat kesehatan keluarga

3. Riwayat Kehamilan

3. Pemeriksaan Fisik
a. KESADARAN
b. KEPALA,MATA DAN LEHER
c. HIDUNG
d. MULUT
e. TELINGA
f. THORAK
g. ABDOMEN
h. UROGENITAL
i. EKSTREMITAS
j. INTEGUMENT

8
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan pola napas b.d deformitas tulang


2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
3. Intoleran aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan oksigenisasi
4. Resiko infeksi ditandai dengan faktor risiko supresi respons inflamasi

9
K. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc nic


keperawatan
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas :
pola napas b.d keperawatan status 1.1. Buang secret dengan
deformitas tulang pernafasan selama 2x24jam memotivasi pasien untuk
diharapkan skala outcome : melakukan batuk atau

1. Suara auskultasi nafas menyedot lendir

dipertahankan pada 1.2. Gunakan teknik yang


menyenangkan untuk
skala 2, ditingkatkan
memotivasi bernafas
pada skala 4
dalam kepada anak-
2. Batuk dipertahankan
anak( missal: meniup
pada skala 3,
gelembung,meniup
dtingkatkan pada skala 5
kincir , peluit,
3. Suara nafas tambahan
harmonica, balon,
dipertahankan pada meniup layaknya pesta;
skala 2, ditingkatkan buat lomba meniup
pada skala 4 dengan bola ping pong,
4. Pernafasan cuping meniup bulu)
hidung dipertahankan 1.3. Auskultasi suara nafas,
pada skala 3, catat area ventilasinya
ditingkatkan pada skala menurun atau tidak ada

5 dan adanya suara


tambahan
1.4. Posisikan untuk
Keterangan :
meringankan sesak nafas
1. Sangat berat
1.5. Monitor status
2. Berat
pernafasan dan
3. Cukup
oksigenasi, sebagaimana
4. Ringan
mestinya
5. Tidak ada

10
2 Ketidak Setelah dilakukan Manajemen nutrisi :
seimbangan nutrisi tindakan keperawatan 1.1. tentukan status gizi
kurang dari nafsu makan selama pasien dan
kebutuhan tubuh 2x24jam diharapkan kemampuan(pasien)
b.d faktor biologis skala outcome : untuk memenuhi
1. energi untuk makan kebutuhan gizi
dipertahankan pada 1.2. Ciptakan lingkungan
skala 3, ditingkatkan yang optimal pada saat
pada skala 5 mengkonsumsi
2. ransangan untuk makan(misalnya, bersih,
makan dipertahankan berventilasi, santai, dan
pada skala 3, bebas dari bau
ditingkatkan apda menyengat)
skala 5 1.3. Anjurkan pasien untuk
3. intake nutrisi duduk pada posisi tegak
dipertahankan pada dikursi, jika
skala 3, ditingkatkan memungkinkan
pada skala 5 1.4. Monitor kecenderungan
4. intake makanan terjadinya penurunan
dipertahankan pada dan kenaikan berat
skala 3, ditingkatkan badan
pada skala 5 1.5. Tawarkan makanan
ringan yang padat gizi

keterangan :
1. sangat terganggu
2. banyak terganggu
3. cukup terganggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu

11
3 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi :
b.d ketidak keperawatan daya tahan 3.1. kaji status fisiologis
seimbangan antara selama 2x24jam diharapkan pasien yang
suplai dan skala outcome : menyebabkan keleahan
oksigenisasi 1. melakukan aktivitas sesuai dengan konteks

rutin dipertahankan usia dan perkembangan

pada skala 3, 3.2. Pilih intervensi untuk


ditingkatkan pada mengurangi kelelahan

skala 5 baik secara

2. pemulihan energy farmakologis maupun

setelah istirahat non farmakologis,

dipertahankan pada dengan tepat

skala 2, ditingkatkan 3.3. Monitor intake/asupan


pada skala 4 untuk mengetahui

3. tenaga terkuras sumber energy yang

dipertahankan pada adekuat

skala 3, ditingkatkan 3.4. Berikan kegiatan

pada skala 5 pengalihan yang

4. kelelahan menenangkan untuk

dipertahankan pada meningkatkan relaksasi

skala 2, ditingkatkan 3.5. Intruksikan


pada skala 4 pasien/orang yang
dekat dengan pasien

keterangan : mengenai teknik

1. sangat terganggu perawatan diri yang

2. banyak terganggu memungkinkan

3. cukup terganggu penggunaan energi

4. sedikit terganggu
5. tidak

12
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan Monitor pernafasan :
ditandai dengan tindakan keperawatan 4.1. monitor kecepatan,
faktor risiko keparahan infeksi irama, kedalaman dan
supresi respons selama 2x24jam kesulitan bernafas
inflamasi diharapkan skala 4.2. Monitor suara nafas
outcome : tambahan seperti
1. demam dipertahankan ngorok atau mengi
pada skala 3, 4.3. Monitor pola nafas
ditingkatkan pada (misalnya, bradipnea,
skala 5 takipneu, hiperventilasi,
2. malaise dipertahankan pernafasan kusmaul,
pada skala 2, pernafasan 1:1,
ditingkatkan pada apneustik, respirasi biot,
skala 4 dan pola ataxic
3. mengigil
dipertahankan pada
skala 3, ditingkatkan
pada skala 5
4.4. Auskultasi suara nafas,
cata area dimana terjadi
4.hilang nafsu makan penurunan atau
dipertahankan pada tidakadanya ventilasi
skala 2, ditingkatkan dan keberadaan suara
pada skala 5 nafas tambahan
4.5. Monitor pengingkatan
keterangan : kelahan, kecemasan dan
1.berat kekurangan udara pada
2.cukup berat pasien
3.sedang
4.ringan
5.tidak ada

13
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bronkomalasia adalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea atau
tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun.
Secara simtomatik, pasien Bronkomalasia datang dengan gambaran yang
mirip dengan trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk
terus-menerus, infeksi pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan
sianosis. Mereka sering hadir pada masa bayi dengan infeksi pernafasan
pertama mereka. Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai asma dan
dengan demikian dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan
diferensiasi dari asma dilakukan oleh bronkoskopi dengan pernapasan
spontan di mana karakteristik dinamis dari saluran napas dapat disaksikan..

B. SARAN
1. Pada saat bayi baru lahir kita harus meriksa cara nafas bayi, untuk
mengetahui apakah terjadi penyumbatan atau tidak.
2. Gambaran Bronkomalasia memiliki kemiripan dengan Asma, oleh karena
itu diperlukan bronkoskopi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe pediatric
bronchomalacia(Jurnal).http://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?
articleid=2479591. The Journal of the American Society of
Anesthesiologists, 124(6), 1395-1395. diakses pada 11 April 2018

Children National Health System. 2016. Pediatric Bronchomalacia,


https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-and
treatments/ear-nose- throat/bronchomalacia diakses pada 30 April 2018.

Boogarad Ruben. 2005. Tracheomalacia and Bronchomalacia in Children


(Jurnal).https://journal.chestnet.org/article/S0012-3692(15)52907-3/fulltext.Chest
JournalOfficial
Publication Of1 the American college Of Chest Physician
Volume 128, Issue 5, Pages 3391–3397. Diakses pada 30 April
2018

Schwartz, Daniel. 2017. Tracheomalacia Treatment & Managemen.


https://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment diakses tanggal 30
April 2018

Cahaya, Nurul. 2018. Manajemen Keperawatan Bronkomalasi, Pneunomia,


Difteri. https://www.scribd.com/document/376466621/BAB-1-2-3-fix-docx diakses
tanggal 11 Maret 2018

Laberge, Jean. 2008. Congenital Malformations of the Lungs and Airways (Buku
Online).https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978032304048850068
2 diakses
tanggal 30 April 2018. Pediatric Respiratory Medicine (Second Edition) ,
Pages 907–941
Bluestone, Charles. 2014. Pediatric Otolaryngology.
https://books.google.co.id/books?id=-
D0rAwAAQBAJ&pg=PA1543&dq=bronchomalacia&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwiQ3teCruLaAhWGp48KHWukBO0Q6wEIKTAA#v=onepage&q=bronchomal
acia&f=false diakses tanggal 30 April 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai