PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi Bronkomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak
diketahui. Malasia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentubiasanya
diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinisanak dengan
malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil,langka (Firdiansyah,
2017).
B. Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini
tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah, 2017).
Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran pernapasan.
Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang
dan infeksi saluran udara bawah berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan.
Ini juga dapat diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat
infeksi atau penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018).
Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan membaik
ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya waktu. Ketika
Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan, tracheostomy dan
ventilasi tekanan positif dapat di indikasikan. Selain itu, perawatan bedah dari sumber
kompresi eksternal, seperti dengan aortopeksi dapat membantu. Stent juga dapat
digunakan, seperti yang di diskusikan dengan Traakomalasia, tetapi mereka memiliki
komplikasi serius termasuk caut, penghilangan yang sulit, pembentukan jaringan granulasi.
Dengan demikian ini harus disediakan untuk situasi yang muncul dan bukan untuk terapi
jangka panjang saat ini (Laberge, 2008)
Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari
prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan kongenital
cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat dengan sindrom Williams-
campbell. Rembesan saluran napas distal pada sindrom William-Campbell dapat
menyebabkan bronkiektasis.
C. Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
2. Bronkomalasia sekunder
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
c. Puncak gejala pada hari ke-5 sakit : batuk, sesak napas, takipne, mengi,minum
menurun, apne, sianosis.
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara nafas
melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat menghilang.
2. Tanda-tanda Bronkomalasia
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi interkostal dan
subkostal).
d. Hiperinflasi dada.
E. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui
kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang
(kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paruparu.Trakea dan bronkus terbuat dari
cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau
tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini
lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis.
Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat.
Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga
tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia tidak
terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut
bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh
saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan spesimen.
Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut.
f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers
atau hidung.
2. CT-Scan
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. CT scan
atau pemindaian tomografi terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambi l dari
sudut-sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk menghasilkan
gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di
dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi merupakan gejala yang dialami oleh
pasien. Di samping untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga
dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk memastikan ketepatan dan
ketelitian. Banyak tenaga medis profesional menggunakan CT scan paru-paru untuk
menentukan rencana pengobatan yang pasien, yangmeliputi peresepan, pembedahan, atau
terapi radiasi.
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau toraks.
Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai gambaran
X-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien.
Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat gambaran
akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan bidang. Tidak seperti prosedur X-ray
tradisional, CT scan menyediakan gambaran yang lebih rinci dan akurat yang menunjukkan
hingga abnormalitas atau ketidakteraturan yang bersifat minor.
Selain itu, CT scan paru- paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor paru
apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah mengapa CT scan paru-paru
digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker.
Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus
limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru-paru.
3. MRI Dada
G. Komplikasi
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah
infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli
hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu
tekanan saluran trakheabronkialis (Wilson, 2006)
2. Bronkitis
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa.
Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun
ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.Secara 10 harfiah bronkhitis adalah suatu
penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus.
Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa
bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi
bronkitis ikut memegang peran (Ngastiyah, 2006). Bronkhitis berarti infeksi bronkus.
Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain
seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi
Santoso, 2004)
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai peradangan tulang rawan
yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain seperti
Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritis dan sindrom Von
Meyenburg. Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan jaringan
sendi, telinga, hidung dan trakea. Penyebab polychondritis diyakini gangguan autoimun.
Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang rawan menyebabkan
kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun akan menghancurkan
glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau
bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus
(Smelzer Suzanne : 2001). Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabagcabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
H. Penatalaksanaan Medis
1. Time invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang
kontinu.
I. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 1 Tahun
Alamat : Banyubiru
No CM : 077687
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Banyubiru
1. Keluhan Utama : Anak sesak napas sejak 3 hari disertai batuk dan pilek.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Perawatan Sekarang
1) Penyakit waktu kecil : Riwayat sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasien
mengatakan anak panas tinggi, secara terus menerus serta panas menurun ketika diberi
obat turun panas. Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien tidak menggigil, tidak
mengalami kejang. Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup,
warna kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi
padat serta bau khas. Satu minggu yang lalu anak masih panas tinggi, naik turun. Pasien
masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum, BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Anak dibawa ke puskesmas dan diberi paracetamol sirup, namun belum ada
perbaikan. Tiga hari lalu anak masih panas tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih
cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak, kaki tampak bengkak, terkadang
muntah sekitar ¼ gelas kecil sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak
ada kelainan.
2) Pernah dirawat di rumah sakit : An. A pernah dirawat di RS Kota karena panas tinggi
7) Imunisasi : Ibu pasien mengatakan An.A pernah mendapatkan imunisasi seperti Hb-0,
Polio, BCG, dan Hepatitis B.
1) Pre Natal : Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali,
imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
2) Intra Natal : An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan, langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm, umur kehamilan 9 bulan.
3) Post Natal : Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI ekskeksklusif, mulai awal
bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga : Dari kedua keluarga tidak ada riwayat bronchomalasia
d. Riwayat Sosial
1) An.A diasuh oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua sangat
menyayanginya.
2) Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan antara anggota keluarga baik, ada
komunikasi antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga pasien
e. Riwayat Sosial
1) Pola istirahat /tidur : An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam
sering terjaga.
3) Pola eliminasi : An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB
1x sehari
3. Pemeriksaan Fisik
e. Kulit :
2) Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
f. Mata :
g. Kepala :
h. Hidung : Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung bersih,
ada cuping hidung
i. Telinga :
3) Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak ada
gangguan, bentuk simetris
j. Mulut : Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa lembab
k. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.
l. Dada :
1) Frekuensi : 48x/menit
3) Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
m. Perut :
4) Perkusi : Timpani
n. Genetalia : Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal.
Pada anus tidak terdapat hemoroid.
o. Ekstrimitas :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu, anoreksia, mual
muntah.
e. Resiko aspirasi b.d sfingter esophagus bagian bawah yang tidak kompeten.
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o Keperawatan
1 Pola nafas tidak Tujuan : a. Ajarkan pasien
efektif b.d defor perbaikan pernafasan
mitas tulang diafragmatik dan
dalam pola pernafasan bibir
rawan nafas.
Rasional:
Membantu pasien
Memperpanjang
waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini
pasien akan
bernafas lebih
efisien dan efektif.
b. Berikan
dorongan untuk
menyelingi aktivitas
dan periode
istirahat
Rasional: memung
kinkan pasien untuk
melakukan aktivitas
tanpa distres
berlebihan.
c. Berikan dorongan
penggunaan
pelatihan otot-otot
pernafasan jika
diharuskan
Rasional: menguat
kan dan
mengkondisikan
otot-otot
pernafasan.
2 Perubahan Tujuan: a. Kaji kebiasaan
nutrisi diet.
Menunjukkan
kurang dari Rasional: Pasien
peningkatan distress pernafasan
kebutuhan b.d berat akut, anoreksia
dispneu, badan. karena dispnea,
anoreksia, produksi sputum.
Rasional:
Rasa tidak enak,
bau adalah
pencegahan utama
yang dapat
membuat mual dan
muntah.
d. Timbang berat
badan sesuai
indikasi.
Rasional:
Berguna
menentukan
kebutuhan kalori
dan evaluasi
keadekuatan
rencana nutrisi.
e. Konsul ahli gizi
Rasional:
Kebutuhan kalori
yang
didasarkan pada
kebutuhan individu
memberikan nutrisi
maksimal.
3 Resiko tinggi Tujuan: a. Awasi suhu.
terhadap mengidentifikasi Rasional:
infeksi b.d
intervensi untuk Demam dapat
menetapnya terjadi karena
sekret, mencegah infeksi atau
resiko dehidrasi.
proses penyakit
tinggi b. Observasi warna,
kronis. bau sputum.
Rasional:
Sekret berbau,
kuning dan
kehijauan
menunjukkan
adanya
infeksi.
c. Tunjukkan dan
bantu pasien
tentang
pembuangan
sputum.
Rasional:
mencegah
penyebaran
patogen.
d. Diskusikan
kebutuhan
masukan nutrisi
adekuat.
Rasional:
Malnutrisi dapat
mempengaruhi
kesehatan umum
dan menurunkan
tekanan darah
terhadap
infeksi.
e. Berikan anti
mikroba sesuai
indikasi
Rasional:
Dapat diberikan
untuk
organisme khusus
yang teridentifikasi
dengan kultur.
4 Intoleran Tujuan: Dukung pasien
aktifitas dalam menegakkan
Menunjukkan
berhubungan latihan teratur
perbaikan dengan
dengan dengan menggunakan
insufisiensi
aktivitas exercise, berjalan
ventilasi dan intoleran perlahan atau
oksigenasi. latihan
yang sesuai.
Rasional:
Otot-otot yang
mengalami
kontaminasi
membutuhkan lebih
banyak O2
5 Resiko aspirasi Tujuan : a. Kaji frekuensi,
b.d kedalaman
Menunjukkan pernafasan.
sfingter
esophagus peningkatan Rasional:
bagian bawah kemampuan Berguna dalam
yang menelan. Menol evaluasi
tidak kompeten eransi asupan derajat distress
pernafasan dan
nutrisi oral dan kronisnya proses
penyakit.
secret tanpa
b. Tinggikan kepala
aspirasi. tempat tidur,
Mempunyai dorong nafas
bunyi dalam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkomalasia adalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang
dari saluran udara yang lebih kecil (dibawah trakea atau tenggorokan). Tulang rawan
melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu,
atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap.
Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun. Secara
simtomatik, pasien Bronkomalasia datang dengan gambaran yang mirip dengan
trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk terus-menerus, infeksi
pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan sianosis. Mereka sering hadir pada masa
bayi dengan infeksi pernafasan pertama mereka. Bronchomalacia sering salah didiagnosis
sebagai asma dan dengan demikian dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan
diferensiasi dari asma dilakukan oleh bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana
karakteristik dinamis dari saluran napas dapat disaksikan.
B. Saran
1. Pada saat bayi baru lahir kita harus meriksa cara nafas bayi, untuk mengetahui apakah
terjadi penyumbatan atau tidak.
2. Gambaran Bronkomalasia memiliki kemiripan dengan Asma, oleh karena itu diperlukan
bronkoskopi.
DAFTAR PUSTAKA
https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-andtreatments/ear-
nosethroat/bronchomalacia diakses pada 30 April 2018.
Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe
pediatricbronchomalacia(Jurnal)
American Society of Anesthesiologists, 124 (6), 1395-1395. diakses pada 11 April 2018.
Home
About Me
Wahyuddin
Nama : Wahyuddin Email : Wahyuddinreal@gmail.com
About
Contact
Sitemap
Disclaimer
Privacy Policy
Terms Of Service
Copyright © 2021 Mister Theme All Right Reserved
Template by wahyuu - Powered by Blogger