Anda di halaman 1dari 35

“ ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN ARTRITIS RHEUMATOID ”

OLEH :

NAMA-NAMA KELOMPOK V :

1. WINANDO A. NEKEN
2. SYANE NJURUHAPA
3. MARIA KLARITA MOUW
4. EMILIA ANA AWANG
5. YORDAN SANAM
6. KURNIA B.OROWALLA
7. YUREX Y. BURAEN

KELAS/SEMESTER : B/V

PRODI : S1- KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama hikma kesempatan dan  kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan medical II yang berjudul ”ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ARTRITIS RHEUMATOID”. Asuhan Keperawat
an ini ini salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan medical bedah II di program studi S1
keperawatan.Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penuliasan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran secara
konstrukif dari para pembaca demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini.

Kupang, 20 september 202


penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan .............................................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Pengertian.......................................................................................................3
B. Klasifikasi……………………………………………………………………4
C. Etiologi ..........................................................................................................3
D. Patofisiologi ...................................................................................................4
E. Patway ...........................................................................................................5
F. Manifestasi Klinis...........................................................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................7
H. Manajemen Medis ........................................................................................8
I. Peñatalaksanaan..............................................................................................8
J. Komplikasi ...................................................................................................9
BAB III KONSEP ASKEP……………………………………………………….10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................11


A.Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri
dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab
arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic,
lingkungan, hormonal, dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah factor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, et.a., 2013).
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil
positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu
kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibatnya jumlah penduduk yang berusia
lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Zakir, 2014).
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan
berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi.
Permasalahan pada lansia sebagian besar adalah masalah kesehatan akibat proses
penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak
berguna, dan tidak produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka
masalah kesehatanlah yang jadi peran pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya
penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia (BKKBN, 2012).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah
yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun
sosial yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan
dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada
lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih
buruk (Nugroho,2010).
Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan
tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan
meningkat menjadi 20,547,541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016). Penderita arthritis
1
rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari
6 lansia didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga
tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit
arthritis rheumatoid,dimana 5-10% adalah merekayang berusia 5-20 tahun dan 20%
mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2012).
Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan
bahwa tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan jumlah populasi lansia yang
mengalami penyakit reumatik juga terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik
Indonesia (2016), di Jawa Timur jumlah lansia pada tahun 2015 adalah 173.606 orang,
dengan status kesehatan baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan
kurang baik 36.083 orang.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif bagi pasien dengan
“ Gangguan Artrititis Rheumatoid”
b. Tujuan Khusus
1. Menyebutkan Definisi Artritis Reumatoid.
2. Menyebutkan klasifikasi dari penyakit Artritis Reumatoid
3. Menyebutkan Etiologi dari penyakit Artritis Reumatoid
4. Menyebutkan Patofisiologi dari penyakit Artritis Reumatoid
5. Menyebutkan Patway dari penyakit Artritis Reumatoid
6. Menyebutkan Manifestasi dari penyakit Artritis Reumatoid
7. Menyebutkan Pemeriksaan penunjang dari penyakit Artritis Reumatoid
8. Menyebutkan Penatalaksanaan dari penyakit Artritis Reumatoid
9. Menyebutkan komplikasi dari penyakit Artritis Reumatoid
10. Menjelaskan Pengkajian dari penyakit Artritis Reumatoid
11. Menjelaskan diagnose dari penyakit Artritis Reumatoid
12. Menjelaskan intervensi dari penyakit Artritis Reumatoid
13. Menjelaskan implementasi dari penyakit Artritis Reumatoid
14. Menjelaskan evaluasi dari penyakit Artritis Reumatoid

2
BAB II

TINJAU PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnyasendi pada
pasien-pasien artritis rheumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresivitasnya. Pasien dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa
kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain (Mansjoer, 1999).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehinga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Annonimous,2007).
Artritis Reumatoid adalah peradangan pada persendian, baik yang terjadi secara mendadak
(akut) atau menahun (kronis). Artritis ini dapat menyerang satu sendi atau beberapa sendi
sekaligus. Penyakit ini biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa nyeri pada sendi
yang terkena. Bila penyakitnya kronis, kadang hanya timbul rasa nyeri saja (Annonimous
2007).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid


arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

3
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.1.4 Etiology

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat hipotesis yang
dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya arthritis reumatoid, yaitu :

1. Genetic
Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis rheumatoid
memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak
dari populasi normal.
2. Kompleks imun ( aoutoimun )
Antibodi yang tidak biasa dg tipe IgM dan atau IgG terbentuk di
sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi lokal dan
sistemik.
3. Pengaruh Hormonal
Lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki – laki.
4. Perkembangan virus
Setelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang
menyebabkan terjadi autoimun.

4
2.1.5 Patofisiologi

Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti


vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, synovial
menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang
subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuler.

Kartilago menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak
mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial
bisa menyebabkan osteoporosis setempat.

5
2.1.6 Patway

6
2.1.7 Manifestasi Klinis

Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 1987,
adalah :

1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada dan
disekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang - kurangnya 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian
(softtissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hiperostosis).
Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi
seorang dokter. Terdapat 14 belas persendian yang memenuhi kriteria, yaitu
interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan
kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti tertera diatas.
4. Artritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak
mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak
(symmetrical polyarthritis simultaneously).
5. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartrikular dalam observasi
seorang dokter.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF
negatif tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya
penyakit tidak konsisten

7
2. Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis,
erosi tulang, atau subluksasi sendi.
3. Protein C-reaktif biasanya positif.
4. LED meningkat.
5. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
6.Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamsi yang kronik.
7. Trombosit meningkat.
8. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit Artritis Reumatik sampai saat ini dibagi menjadi
tiga bagian yaitu medis dan nonmedis :
a. Medis
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk rematik,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, nyeri, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidak mampuan.
2. Perlindungan sendi
Rematik mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja
sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai
yang tertekuk (pronatio).
b. Non Medis
1. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien Rematik yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan Rematik. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
2. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien Rematik oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu

8
pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain
dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Fisioterai dengan
pemakaian panas dingin, serta program latihan yang tepat.
3. Kompres dengan es
Saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri. Kompres air
hangat rebusan jahe merah menurut penelitian Ferawati (2017)
menyatakan bahwa kompres jahe merah bisa menurunkan skala nyeri
pada reumatik.

2.1.9 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamsi non steroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
2.1.10 Pembahasan
Patogenesis penyakit ini tejadi akibat rantai peristiwa imunologi yang
menyebabkan proses destruksi sendi. Berhubungan dengan factor genetik, hormonal,
infeksi, heat shock protein. Penyakit ini lebih banyak mengenai wanita daripada pria,
terutama pada usia subur. Perjalanan penyakit artritisreumaotid sangat bervariasi,
bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50-
75% pasien artritis reumatoid akan mengalami remisi dalam 2 tahun. Selebihnya akan
mengalami prognosis yang lebih buruk.
Golongan ini umumnya meninggal 10-15 tahun lebih cepat dari pada orang
tanpa artiritis reumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung,
gagal pernafasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka
memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami
peradangan, dengan manifestasi ekstraartikular, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang
luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.7 Pengkajian

a. Identitas klien
Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait dengan identitas klien
maupun keluarga yang menjadi penanggung jawab klien tersebut. Pada identitas
didapatkan nantinya nama klien, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur,
suku/ras, agama, nomor telepon dan lain-lain. Sedangkan untuk penanggung jawab,
juga akan didapatkan data-data yang sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor
telepon dan diagnosa klien.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap sendi seperti tangan dan kaki.
2. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan tidak
nyaman dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu organ tubuh waktu
dulu, adanya mengalami penyakit yang sama waktu dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus dan
penyakit yang lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.

10
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening.

d. Pola fungsi kesehatan


a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktur/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain)
d. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia,Kesulitanuntuk mengunyah (keterlibatanTM )
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
f. Neurosensori
Tanda: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan. Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/ kenyamanan

11
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetapKekeringan pada meta dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolas
2.2.8 Diagnosa
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi ) d.d.
mengeluh nyeri dan tampak gelisah
2. Resiko infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
imununosupresi.
3. Resiko cedera ditandai dengan disfungsi autoimun.
2.2.9 Intervensi
Panduan perilaku spesifik yang diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien untuk
mencapai hasil yang diharapkan ( deswani 2009 ).
2.2.10 Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
2.2.11 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta
untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan atritis
reumatoud, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang
sesuai dengan kriteria evaluasi.

12
BAB IV
KASUS

Ny. K berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
pergelangan tangan kiri dan kaki kanan dan sendi-sendi kaki. Klien memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit artritis rheumatoid, klien mengatakan sudah satu minggu ini
persendian terasa kaku dan nyeri terutama di pagi hari dan malam hari dan kadang juga
pasien tidak dapat berjalan hanya berbaring di tempat tidur atau kursi duduk. Dari hasil
Pemeriksaan factor rheumatoid menunjukkan hasil positif. Klien mulai menggunakan bidai
pada pergelangan tangan dan di kaki kanan, karena deformitas mulai terlihat. Klien
mendapat terapi inhibitor siklooksigenaase-2 ( COX-2). Klien terlihat sangat menghwatirkan
keadaannya karena tinggal sendirian di apartemen sepeninggalan suaminya. Dari
pemeriksaan : TD = 150/80mmhg,RR = 90 x/menit, S = 39, N= 70x/ menit, tinggi badan 170,
BB 63 kg .

I. Identitas Diri Klien


Nama : Ny. K
TTL : Kupang,24 Februari 1961
Umur                      : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Oepura
Status Perkawinan : menikah
Agama/Suku : Islam/Flores
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : S1
II. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : saat dikaji klien mengeluhnyeri dan bengkak pada
pergelangan tangan kiri dan sendi-sendi kaki.
2. Riwayat keluhan : P : Nyeri karena adanya artritis rheumatoid
Q :Nyeri menjalar
R : Nyeri pada pergelangan tangan kiri dan sendi-
sendi kaki
S : Skala 5

13
T : Nyeri sering muncul pada pagi hari, pasien
terlihat gelisah, pasien memegangi daerah nyeri.
3. Keluhan saat dikaji : Saat dikaji klien masih mengeluh nyeri dan bengkak
pada pergelangan tangan kiri dan sendi-sendi kaki.

III. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : artritis rheumatoid
2. Riwayat alergi :-
3. Pengobatan : klien mengatakan pernah mengkonsumsi obat
Glibenklamid 5 mg/hari selama 2 tahun terakhir
IV. Riwayat penyakit keluarga
V. Klien mengatakan bahwa ayahnya juga menderita penyakit artritis rheomotoid
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Sebelum sakit :
1) Berat Badan : 65 Kg, TB : 170 Cm
2) Makan :
a) Frekuensi : 3 x/hari
b) Jenis makanan : Nasi, sayur, daging, dan buah.
c) Yang disukai : Nasi dan daging
d) Yang tidak disukai : Buah-buahan
e) Pantangan : -
f) Alergi : -
g) Nafsu makan : baik
3) Minum :
a) Frekuensi : 2 L/hari
b) Jenis minuman : Air putih, the.
c) Yang disukai : Teh.
d) Pantangan : -
e) Alergi : -
a) Perubahan setelah sakit :BB saat sakit : 60 Kg, perubahan BB : 5 Kg.
b) Jenis diet : -
c) Nafsu makan : Menurun
14
d) Keluhan mual/muntah : Ada
e) Porsi makan : 1 porsi tidak dihabiskan (nasi + lauk)
f) Intake cairan : -

3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
1) Buang air besar :
a) Frekuensi : 2x/hari, penggunaan laktasif : -
b) Konsistensi : -
c) Karakter feses : Kuning terguling, BAB terakhir : baik
d) Riwayat perdarahan : - Hemoroid : -
e) Konstipasi : - Diare : pernah mengalami tapi tidak sering.
2) Buang air kecil :
a) Frekuensi : 3-4 x/hari
b) Produksi : 1400cc / hari
c) Warna : kuning muda jernih, Bau : khas
d) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
e) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) BAB :
a) Frekuensi : 1x/hari, penggunaan laktasif : -
b) Konsistensi : -
c) Karakter feses : Kuning terguling, BAB terakhir : baik
d) Riwayat perdarahan : - Hemoroid : -
e) Konstipasi : - Diare : sering
2) BAK :
a) Frekuensi : 4-5 x/hari
b) Produksi : 1700cc / hari
c) Warna : kuning muda jernih, Bau : khas
d) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
e) Lain-lain : -

15
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulansi/ROM 
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
tergantung total.

b. Perubahan setelah sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulansi/ROM 
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
tergantung total.

5. Pola tidur dan istirahat


a. Sebelum sakit :
1) Waktu tidur : Malam hari
2) Lama tidur : 8 jam/hari
3) Kebiasaan sebelum tidur : mendengarkan musik
4) Kesulitan dalam tidur : -
b. Perubahan setelah sakit :

16
1) Waktu tidur : Malam hari
2) Lama tidur : 5 jam/hari
3) Kebiasaan sebelum tidur : menonton
4) Kesulitan dalam tidur : sering
6. Pola persepsual
a. Sebelum sakit :
1) Penglihatan :
a) Fungsi penglihatan : tidak normal, VOD : sedang (11/23,9%), VOS :
sedang (13/28,3%).
b) Lapang pandang : katarak
c) Gangguan fungsi : presbiopi
2) Pendengaran :
a) Fungsi pendengaran : tidak normal, telinga kiri : presbikusis, telinga
kanan : presbikusis.
b) Kelainan fungsi : -
3) Penciuman :
a) Fungsi penciuman : baik
b) Kelainan fungsi : -
4) Pengecapan :
a) Fungsi pengecapan : baik
b) Kelainan fungsi : -
5) Perabaan :
a) Fungsi perabaan : baik
b) Kelainan fungsi : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Penglihatan :
a) Fungsi penglihatan : tidak normal, VOD : sedang (11/23,9%), VOS :
sedang (13/28,3%).
b) Lapang pandang : katarak
c) Gangguan fungsi : presbiopi
2) Pendengaran :
a) Fungsi pendengaran : tidak normal, telinga kiri : presbikusis, telinga
kanan : presbikusis.
b) Kelainan fungsi : -
17
3) Penciuman :
a) Fungsi penciuman : baik
b) Kelainan fungsi : -
4) Pengecapan :
a) Fungsi pengecapan : baik
b) Kelainan fungsi : -
5) Perabaan :
a) Fungsi perabaan : baik
b) Kelainan fungsi : -
7. Pola persepsi diri
a. Sebelum sakit :
1) Pandangan klien tentang penyakitnya : klien dan keluarganya yakin bahwa
dirinya akan cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul dengan
keluarganya kembali
2) Konsep diri :
a) Gambaran diri : klien mengatakan mempunyai anggota badan yang
lengkap dan bersyukur karena merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
yang sebagai kepala keluarga.
c) Peran : sebagai kepala keluarga
d) Harga diri : Pasien tidak malu dengan kondisi dirinya.
e) Ideal diri : -
3) Keadaan emosional pasien : -
4) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Pandangan klien tentang penyakitnya : klien dan keluarganya yakin bahwa
dirinya akan cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul dengan
keluarganya kembali

2) Konsep diri :

18
a) Gambaran diri : klien mengatakan mempunyai anggota badan yang
lengkap dan bersyukur karena merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
yang sebagai kepala keluarga.
c) Peran : sebagai kepala keluarga
d) Harga diri : Pasien tidak malu dengan kondisi dirinya.
e) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh supaya bias cepat
pulang ke rumah.
3) Keadaan emosional pasien : pasien mengatakan dapat menerima kondisi yang
sedang dialami.
4) Lain-lain : -
8. Pola seksualitas dan reproduksi
a. Sebelum sakit :
1) Hubungan seksual : klien mengatakan satu kali menikah, memiliki 2 orang
anak.
2) Gangguan hubungan seksual
( ) Fertilitas : normal
( ) Libido : normal
( ) Ereksi : normal
( ) Lain-lain : -
3) Menstruasi : -
4) Penggunaan kontrasepsi : -
5) Pemahaman tentang seksual : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Hubungan seksual : klien mengatakan satu kali menikah, memiliki 2 orang
anak.
2) Gangguan hubungan seksual
( ) Fertilitas : normal
( ) Libido : normal
( ) Ereksi : normal
( ) Lain-lain : -

3) Menstruasi : -
19
4) Penggunaan kontrasepsi : -
5) Pemahaman tentang seksual : -
9. Pola peran dan hubungan
a. Sebelum sakit
1) Komunikasi : Baik
2) Hubungan dengan orang lain : Baik
3) Dukungan keluarga : Baik
4) Dukungan teman / kelompok / masyarakat : Baik
5) Konflik terhadap peran / nilai : -
6) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Komunikasi : Baik
2) Hubungan dengan orang lain : Baik
3) Dukungan keluarga : Baik
4) Dukungan teman / kelompok / masyarakat : Baik
5) Konflik terhadap peran / nilai : -
6) Lain-lain :
10. Pola manajemen koping-stress
a. Sebelum sakit
1) Pengambilan keputusan : klien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan baik.
2) Yang disukai tentang diri sendiri : Klien menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah yang baik.
3) Yang ingin dirubah dari kehidupan : -
4) Yang dilakukan jika stress : -
5) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
6) Pengambilan keputusan : klien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan baik.
7) Yang disukai tentang diri sendiri : Klien menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah yang baik.
8) Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien terlihat cemas dan stress akan
penyakitnya.

20
9) Yang dilakukan jika stress : berusaha melakukan aktivitas yang dapat
menghilangkan stress
Lain-lain : -
11. Sistem nilai dan keyakinan
a. Sebelum sakit :
1) Keyakinan akan penguasaan kehidupan : -
2) Sumber kekuatan saat sakit : Keluarga
3) Ritual keagamaan yang sering dilakukan : Sholat 5 waktu
b. Perubahan setelah sakit :
1) Keyakinan akan penguasaan kehidupan : -
2) Sumber kekuatan saat sakit : Keluarga
3) Ritual keagamaan yang sering dilakukan : Sholat 5 waktu
12. Penyuluhan yang diinginkan :Pentingnya menjalani diet khusus bagi penderita
Diabetes.
VI. Pemeriksaan fisik
1.
2. Keadaan umum : Sedang
Kesadaran :
GCS : E 3, V 3, M 3, Nilai GCS : 9.
3. Tanda-tanda vital :
TD = 150/80mmhg
RR = 90 x/menit
S = 39
N= 70x/ menit
tinggi badan 170
BB 65 kg .
Sesudah sakit :60 kg

4. Kepala :
Inspeksi : beruban(putih) dan bersih
Palpasi : tidak adanya benjolan
5. Mata :
Inspeksi : kedua mata terlihat simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
21
6. Telinga :
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

7. Hidung :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret.
Palpasi :tidak ada nyeri
8. Mulut dan tenggorokan :
Inspeksi : bentuk simetris atas bawah, tidak ada lesi atau luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Dada :
Inspeksi : bentuk simetris, pengembangan dada sewaktu ekspirasi dan inspirasi
simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri saat di tekan
Perkusi : sonor seluruh lapang paruh
Auskultasi :vesikuler,bunyi tambahan:ronki-/-,wheezing-/-
10. Abdomen :
Inspeksi : perut datar dan simetris.
Auskultasi :bising usus 8x/menit.
Palpasi :tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar.
Perkusi :timpani
11. Genetalia :
Inspeksi :tidak adanya lesi,memar,pembengkakan,atau eritema pada pe

22
4.1 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
VII. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah
1. DS: Mengeluh Nyeri Nyeri Akut Agen pencedera
fisiologis (mis.
DO: Inflamasi )
P : Nyeri karena adanya
artritis rheumatoid
Q :Nyeri menjalar
R:Nyeripada
pergelangan tangan kiri dan
sendi-sendi kaki
S : Skala 5
T : Nyeri sering muncul
pada pagi hari, pasien
terlihat gelisah, pasien
memegangi daerah nyeri.
2. DS : klien merasa khawatir Ansietas Krisis Situasional

DO : Klien terlihat sangat


menghwatirkan keadaannya
karena tinggal sendirian di
apartemen sepeninggalan
suaminya

VIII. Diagnosis Medis


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi )
d.d. mengeluh nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional d.d tampak khawatir

23
IX. Rencana Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1. Neyri Akut Tingkat nyeri : Manejemen Nyeri Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan Observasi lokasi dan
dengan Agen intervensi - Identifikasi lokasi, kualitas yang
pencedera keperawatan selama karakteristik, durasi, di rasakan
fisiologis (mis. 1×24 jam tingkat frekuensi, kualitas klien
Inflamasi ) d.d. nyeri menurun intensitas nyeri
mengeluh nyeri Dengan Kriteria - Identifikasi skala nyeri Mengalihkan
dan tampak Hasil : nyeri yang di
gelisah - Keluhan nyeri Terapeutik rasakan klien
menurun (5) - Berikan teknik non
- Gelisah farmakologis untuk
menurun (5) mengurangi rasa nyeri Memberikan
(Mis. Music) kenyamanan
- Fasilitasi istrahat dan pada klien
tidur
Edukasi Klien dapat
- Jelaskan penyebab, memahami
periode, dan pemicu penyebab
nyeri nyeri yang di
- Jelaskan strategi jelaskan
meredahkan nyeri perawat
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri Memberikan
Kolaborasi penjelasan
- Kolaborasi pemberian kepada klien
analgetik, jika perlu agar kllien
dapat
memonitor
nyeri secara
mandiri
bersama
keluarga .

Mengurangi
nyeri
2. Ansietas Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan krisis intervensi - Identifikasi teknik Mengurangi
situasional d.d keperawatan selama relaksasi efektif yang tingkat

24
tampak 1×24 jam tingkat pernah digunakan kecemasan
khawatir Ansietas menurun - Monitor respon klien
Dengan Kriteria terhadap terapi
Hasil : relaksasi Memotivasi
- Verbalisasi Terapeutik dan
khawatir - Ciptakan lingkungan mengontrol
akibat kondisi yang tenang dan tanpa perasaan klien
yang dihadapi gangguan dengan
menurun (5) pencahayaan dan suhu Klien dapat
- Perilaku ruang yang nyaman mengetahui
gelisah - Berikan informasi teknik dan
menurun (5) terlulis prosedur
- Perilaku tetangpersiapan dan untuk
tegang prosedur teknik mengurangi
menurun (5) - Gunakan relaksasi kecemasan
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
Klien dapat
lainnya.
memahami
Edukasi
apa yang di
- Jelaskan tujuan,
jelaskan
manfaat, batasan, dan
perawat agar
jenis relaksasi yang
dapat
tersedia
mebngurangi
- Anjurkan rileks dan
kecemasan
meraskan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih

X. Implementasi
N Hari/tanggal Diagnosis Jam Implementasi
O
1. Senin, 20 Neyri Akut 08.00 - mengidentifikasi lokasi,
september 2021 berhubungan dengan karakteristik, durasi,
Agen pencedera frekuensi, kualitas
fisiologis (mis. intensitas nyeri

25
Inflamasi ) d.d. - mengidentifikasi skala
mengeluh nyeri dan nyeri
tampak gelisah - memberikan teknik non
08.05
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
08.10
(Mis. Music)
- memfasilitasi istrahat dan
tidur
- menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
08.15 - menjelaskan strategi
meredahkan nyeri
08.20 - mengannjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
- mengkolaborasi
08.25
pemberian analgetik, jika
perlu

08.30

08.35

XI. Evaluasi

Diagnosis Catatan
No. Hari tanggal Paraf
Keperawatan perkembangan
1. Selasa, 20 Neyri Akut S: Klien mengatakan
september berhubungan dengan masih merasakan
2021 Agen pencedera nyeri
fisiologis (mis. O: klien mengatakan
Inflamasi ) d.d. nyeri yang di
mengeluh nyeri dan rasakan masih

26
tampak gelisah menjalar, skala
nyeri 5
A: masalah belum
teratasi
P :intervensi di
lanjutkan

2 Rabu , 21 Neyri Akut S :Klien mengatakan


september berhubungan dengan nyeri yang
2021 Agen pencedera dirasakan sudah
fisiologis (mis. berkurang
Inflamasi ) d.d. O: klien mengatakan
mengeluh nyeri dan nyeri yang di
tampak gelisah rasakan masih
menjalar, skala
nyeri 4
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi di
lanjutkan
- menjelaskan
strategi
meredahkan
nyeri
- mengannjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

3. Kamis , 22 Neyri Akut S : Klien mengatakan


september berhubungan dengan sudh tidak
2021 Agen pencedera merasakan nyeri
fisiologis (mis. lagi

27
Inflamasi ) d.d. O: klien mengatakan
mengeluh nyeri dan sudah bisa
tampak gelisah memonitor nyeri
secara mandiri,
skala nyeri 1
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi di
hentikan

28
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan
sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai
reseptor nyeri. Penyebab arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya
hanya kombinasi dari genetic, lingkungan, hormonal, dan faktor system reproduksi.
Namun faktor pencetus terbesar adalah factor infeksi seperti bakteri, mikroplasma
dan virus (Yuliati, et.a., 2013)..
b. Saran
a. Bagi Pasien dan Keluarga
- Disarankan untuk menjalani pengobatan dengan teratur baik yang
- bersifat terapi maupun nonterapi sehingga mempercepat proses penyembuhan.
- Keluarga mampu mengaplikasikan cara perawatan secara baik sesuai yang telah
diajarkan agar klien dapat sembuh dan terbebas dari nyeri.
- Pasien dan keluarga mampu mengaplikasikan perencanaan diit,
- makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan yang sesuai dengan teori yang
diterapkan.
b. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
- Diharapkan pihak institusi dapat memberikan tambahan waktu untuk
- penerapan studi kasus karena waktu yang di berikan sangat singkat.
c. Bagi Perawat
- Hasil karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat menjadi pedoman untuk
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit artritis rheumatoid.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Juli Andri, Padila, Andri Sartika, putri nanang ega selviyana, J Harsismanto.2020.
Tingkat pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada
lansia. Jurnal Kesmas Asclepius.

Alena Susarti, Romadhon Muhammad. 2019. Factor –faktor yang berhubungan


dengan kejadian Rheumatoid Arthritis Pada Lansia. Jurnal Aisyiyah Medika.Program
studi Ilmu keperawatan. Universitas Kader Bangsa Palembang.

Brrnner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta:EGC

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume


.Jakarta EGC

Endy, M.Clevo & Margareth TH. 2002.Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah.Yogjakarta : Nuha Medika

Kardiyudiani & Susanti,Brigitta A.D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah.


Yogyakarta : Pustaka Baru

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

31
32

Anda mungkin juga menyukai