Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BRONKAMALASIA

OLEH :

NAMA KELOMPOK :

1. MARIA KLARITA MOUW


2. WINDA BAHAS
3. LILIS TANGPEN
4. KURNIA B OROWALLA
5. FERDERYCO KAKE
6. UYO UMBU BURA JENGGA

KELAS/SEMESTER : B/IV

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas
ASKEP dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
BRONKAMALASIA ” bisa selesai pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kamis,15 april 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
II. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
a. Tujuan umum......................................................................................................................4
b. Tujuan umum......................................................................................................................4
1.2 Manfaat................................................................................................................................5
a. Bagi Mahasiswa.......................................................................................................................5
b. Bagi Institut..............................................................................................................................5
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT.............................................................................................6
2.1.1 Definisi..............................................................................................................................6
2.1.2 Anatomi fisiologi..............................................................................................................6
2.1.3 Etiologi............................................................................................................................10
2.1.4 klasifikasi........................................................................................................................11
2.1.5 patofisologi.....................................................................................................................11
2.1.6 Patway............................................................................................................................12
2.1.7 Manifestasi klinis...........................................................................................................13
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................13
2.1.8 Komplikasi.....................................................................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................17
BAB III...............................................................................................................................................18
KONSEP ASKEP..............................................................................................................................18
I. Pengkajian..............................................................................................................................18
II. Diagnosa keperawatan.......................................................................................................19
III. Implementasi......................................................................................................................20
IV. Evaluasi..............................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................21
a. Kesimpulan............................................................................................................................21
b. Saran.......................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil ( di bawah trakea, atau tenggorokan ).
Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memperpanjang waktu , matau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap.
Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun ( children’s National
Health System,2016). Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir ( congenital )
dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini tidak diketahui mengapa tulang
rawan tidak terbentuk dengan baik.

Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara geografi. Di


Indonesia, prevelensi bronkomalasia belum di ketahui secara pasti. Bronkomalasia
sendiri dapat di tangani dengan tindakan pembedahan atau trakheotomi. Dengan dengan
pertimbangan kejadian yang cukup tinggi maka sangat perlu di lakukan pencegahan
yang lebih optimal tindakan asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan kelainan
congenital bronkomalasia penting dilakukan dan lurus dan harus diperhatikan oleh
perawat untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga akan membnatu dampak
yang di lakukan.
II. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada umumnya dan
untuk menambah pengetahuan tentang bronkomalasia pada khususnya.
b. Tujuan umum
Di harapkan mahasiswa :
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan bronkomalasia.
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan
bronkomalasia.
3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan dan mampu melaksanakan
tindakan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia.
4. Mampu melakukan evaluasi pada anak bronkomalasia.
5. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan
prakti
6. Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung,penghambat serta
mencari solusi dan alternative pemecahan masalah pada anak
bronkomalasia.
7. Mampu mendokumentasi asuhan keperawatan pada anak
bronkomalasia.

I.2 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan berkaitan dengan pasien dengan bronkomalasia dan menambah
wawasan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan
penelitian lanjutan terhadap pasien yang menderita dengan penyakit
bronkomalasia.
b. Bagi Institut
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam melaksanakan 5 tahap proses keperawatan dan
meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan pada pasien, khususnya
pasien dengan penyakit obesitas.

2. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan pelaksanaan 5 tahap proses keperawatan
pada pasien, khususnya pasien dengan penyakit bronkomalasia.
/BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Definisi
Malasia napas congenital adalah salah satu dari beberapa penyebab abstruksi saluran
udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui.
Malacia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya
diakui dan didiagnosis awal saat masih bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak
dengan malacia primer,sering hanya kemudian di masa kecil langka.

Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil ( di bawah trakea, atau tenggorokan ).
Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terpengrangkap,
biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun ( children’s National
Health System,2016).
2.1.2 Anatomi fisiologi
1. Hidung
Hidung ( nasal ) merupakan oragan tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan ( respirasi ) dan indra penciuman ( pembau ). Fungsi hidung dalam
proses pernafasan meliputi :
a. Udara di hangatkan, oleh permukaan konka dan dahak nasalis stelah
melewati faring, suhu lebih kuarang 36 c 0.
b. Di lembabkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai
kelembapan yang lebih kurang 75 %
c. Kotoran disaring oleh bulu – bulu hidung.partikel organ di saring oleh
rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim ( protein dalam air mata
). Fungsi ini dinamakan fungsi AC jaln pernafasan atas.
d. Penciuman
2. Faring
Faring ( tekak ) adalah suatu saluran otot yang berdiri tegak anatar basis kranii
dan vertebra servikalis VI. Tarifdi bagi 3 bagian :
a. Nasofaring bagian faring hidung terletak di belakang dab di atas palatum
molle.
b. Orofaring
Bagian oral faring terletak di bagian di belakang mulut, memanjang dari
bagian bawah palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3.
c. Laringofaring
Bagian laryngeal faring memanjang dari atas orofaring dab berlanjut ke
bawah esophagus,yakni dari vertebra servikalis ke – 3 hingga 6.
Mengellingi mulut esophagus dan laring,yang merupakan gerbang untuk
sistem respiratorik selanjutnya. Fungsi terdiri dari :
a. Saluran nafas dan makanan
Faring adalah organ yang terlibat dalam sistem pencernaan dan
pernafasan : udara masuk melalui bagian nasal dan oral, sedangkan
makanan melalui bagian oral dan laring.
b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung,
udara dihangatkan dan dilembabkan saat masuk ke faring.
c. Fungsi perlindungan , jaringan limfatik faring dan tonsil laring
menghasilkan antibody dalam berespon terhadap antigen, missal
mikroba. Tonsil berukuran lebih besar pada anak dan cenderung
mengalami atrofi pada orang dewasa.
3. Laring
Laring or pangkal tengggorokan meupakan jalinan tulang rawan yang di
lengkapi dengan otot, membrane,jaringan ikat, dan ligamentum.
Fungsi laring :
a. Produksi suara, suara memiliki nada suarapada panjang dan kerapatan pita
suara. Pada saat pubertas, pita suara pria mulai bertambah panjang
sehingga nada suara pria semakin rendah. Volume suara pada besarnya
tekanan pada pita suara yang digetarkan. Semakin besar tekan udara
ekspirasi, semkain besar getaran pita suara dan semakin kerasa suara yang
dihasilkan. Resonansi tepian pada bentuk mulut , posisi lidah dan bibir,
otot wajah, dan udara di paranasal.
b. Berbicara
c. Perlindungan saluran napas bawah, saat berlari laring bergerak keatas,
menyumbat sakuran faring sehingga engsel epiglottis menutup faring. Hal
ini menyebabkan makanan tidak melalui kerongkongan dan saluran napas
bawah.
d. Jalan masuk udara, bahwa laring berfungsi sebgai penghubung jalan nafas
antara faring dan trakea.
e. Pelembab, penyaring dan penghangat, di mana proses ini berlangsung saat
udara yang diinspirasi berjalan melalui laring.
4. Trakea
Trakea ( batang tenggorokan ) adalah tabung berbentung pipa seperti hurf C
yang dibentuk oleh tulang – tulang rawan yang disempurnakan oleh
selaput,terletak di antara vertebrae servikalis VI sampai di tepi bawah
kartilago krikkodea vertebra torakalis V.
Fungsi trakea anatar lain :
a. Reflex batuk, ujung saraf laring,trakea,dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang di hantarkan oleh
saraf vagus ke pusat pernafasan di batang otak.
b. Penghangat, pelembap, dan penyaring, fungsi ini merupakan
kelanjuatan dari hidung, walaupun normalnya,udara sudah jernih saat
mencapi trakea.
5. Paru paru
Paru- paru berada di rongga torak, yang terkandung dalam susunantulang –
tulang iga dan keselahan di sisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktruk
blok padat yang berdada di belakang tulang dada. Paru- paru menutupi
jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea. Paru-paru berbentuk
spon dan berisi udara dengan pembagian ruang sebagai berikut :
a. Paru-paru kanan, memiliki 3 lobus yaitu superiormedius dan inferior.
b. Paru- paru kiri berukuran lebih kecil dari paru – paru kanan yang terdiri
dari 2 lobus superior dan inferior.

Fungsi paru – paru :


1. Sebagai pertukaran oksigen dan kerbondioksida yang tidak di butuh
oleh tubuh.
2. Sebgai penjaga kesimbangan asam basa tubuh.
c. Sebagai oksigen dan karbondioksida dalam darah.
6. Bronkus
Bronkus ( cabang batang tenggorokan ) merupakan lanjutan dari trakea,yang
dioperasikan yang satu menuju paru – paru kanan dan satunya ke paru- paru
kiri. Bronkus utama lebih pendek dan lebar serta hampir vertical dengan
trakea. Sedangkan bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Hal ini yang
mengakibatkan paru – paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Strultur
bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya didinding trakea lebih
tebal dari dinding bronkus.

7. Bronkiolus
Bronkiolus mengandung lender yang berbentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan nafas.
Bronkiolus terdiri dari :
a. Bronkiolus terminalis membentuk cabang menjadi bronkiolus terminakis
( yang tidak mempunyai lender dan silia ).
b. Bronkiolus respitatori, bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respitatori. Bronkiolus respitatori sebgai alur transisional antara jalan nafas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Duktus alveolar dan sakus alveolar brokiolus respitatori
Mengarah kedalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian
menjadi alveoli.
8. Alveolus
Merupakan ujung dari bronkiolus yang sekitar 600 juta pada paru – paru
manusia dewasa. Pada alveoli ini oksigen akan difusi menjadi karbondioksida
yang di ambil dari dalam darah. Alveoli terdiri dari lapisan epithelium pipih
dan disilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara yang berperan
penting dalam pertukaran O2 dari udara bebas sel – sel darah dan CO2 dari sei
–sei darah ke udara. (syaiuddin .2011)
2.1.3 Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini
tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah,
2017). Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran
pernapasan. Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa
penyebab obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan gejala bervariasi
dari mengi berulang dan infeksi saluran udara bawah berulang untuk dispnea berat
dan insufisiensi pernapasan. Ini juga dapat diperoleh di kemudian hari karena
peradangan kronis atau berulang akibat infeksi atau penyakit saluran napas lainnya.

Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus


utama dan atau divisilobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena
cacat yang melekat pada kartilago atau dari kompresiextinsik. Bronkomalasia lebih
sering muncul dengan trakeomalasia dibandingkan dengan lesi yang terisolasi.
Bronchomalacia terlihat dominan di sisi kiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan
(22%). Bronkomalasia paling sering terlihat pada bronkus batang utama kiri,
bronkuslobus kiri atas, bronkuslobus kanan tengah, dan bronkus batang utama kanan,
dalam urutan prevalensi menurun. Ada juga dominasi laki-laki pada lesi ini (Laberge,
2008).

Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan membaik
ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya waktu. Ketika
Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan, tracheostomy
dan ventilasi tekanan positif dapat di indikasikan. Selain itu, perawatan bedah dari
sumber kompresi eksternal, seperti dengan aortopeksi dapat membantu. Stent juga
dapat digunakan, seperti yang di diskusikan dengan Traakomalasia, tetapi mereka
memiliki komplikasi serius termasuk caut, penghilangan yang sulit, pembentukan
jaringan granulasi. Dengan demikian ini harus disediakan untuk situasi yang muncul
dan bukan untuk terapi jangka panjang saat ini (Laberge, 2008)

Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari
prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan
kongenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat dengan
sindrom Williams-campbell. Rembesan saluran napas distal pada sindrom William-
Campbell dapat menyebabkan bronkiektasis.

Bronchomalacia sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung


diperbesar atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder.
Bronchomalacia juga dapat dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang
menyebabkan hiperinflasi pada jaringan yang terkena. (Laberge, 2008).

2.1.4 klasifikasi
1. Bronkomalasia Primer
a. Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b. Diklasifikasikan sebagai congenital
2. Bronkomalasia sekunder
a. merupakan kelainan didapat ( bukan bukan congenital )
b. Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik ( luar ), dapat dari pelebarn
pembuluh _ pembuluh darah , cincin vascular, atau kista
bronkogenetik.
2.1.5 patofisologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui
kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang
(bronkus kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru - paru.Trakea dan
bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini
lemah tidak dapat mendukung jalan napas.

Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup,
atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya
sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis.
Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat.
Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga
tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia
tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas
kecil disebut bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang
sempit atau runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran
napas.

2.1.6 Patway

Bronkomalasia

Kelainan kongenital

Defisiensi pada cincin


kartilago

Menutup saluran pernafasan

Sesak nafas infeksi

2.1.7 Manifestasi klinis


1. Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
b. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
c. Puncak gejala pada hari ke-5 sakit : batuk, sesak napas, takipne, mengi,minum
menurun, apne, sianosis.
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara
nafas melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat menghilang.

2. Tanda-tanda Bronkomalasia
a. Nafas cuping hidung
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi interkostal dan
subkostal)
c.  Sesak napas, takipne, apneu.
d. Hiperinflasi dada.
e.  Retraksi, expiratory effort.
f. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g. Ekspirasi memanjang, mengi.
h. Hepar atau limpa dapat teraba.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan
bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optik
fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop. Melalui bronkoskop sebuah sikat
kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan
untuk pemeriksaan sitologi.

Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan


spesimen. Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
b. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
c. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
d. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
e. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.

Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut :


a. Persetujuan tindakan.
b. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
c. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
d. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers
dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok disemprot
dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
h. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
i. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
2. CT-Scan
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. CT
scan atau pemindaian tomografi terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang
diambi l dari sudut-sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk
menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal
paru-paru.

Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di dalam
paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi merupakan gejala yang dialami oleh
pasien. Di samping untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan
juga dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk memastikan
ketepatan dan ketelitian. Banyak tenaga medis profesional menggunakan CT scan
paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan yang pasien, yangmeliputi
peresepan, pembedahan, atau terapi radiasi.

CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau toraks.
Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai
gambaranX-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen
bagian atas pasien. Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer
untuk melihat gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan bidang.
Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT scan menyediakan gambaran yang lebih
rinci dan akurat yang menunjukkan hingga abnormalitas atau ketidakteraturan yang
bersifat minor.
Selain itu, CT scan paru- paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor paru apabila
dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah mengapa CT scan paru-paru
digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker.
Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran
nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru-paru.

3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah
pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan
gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti
Rontgen,USG, atau CT scan.

2.1.8 Komplikasi
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia
adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan
didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya
kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis (Wilson, 2006).
2. Bronkhitis
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa.
Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,
namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.Secara 10 harfiah bronkhitis
adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus.

Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti
bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit
lain tetapi bronkitis ikut memegang peran ( Ngastiyah, 2006). Bronkhitis berarti
infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya
merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 2004)

3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai peradangan tulang rawan
yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain
seperti Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritis dan
sindrom Von Meyenburg. Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap
jenis dan jaringan sendi, telinga, hidung dan trakea. Penyebab polychondritis diyakini
gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang
rawan menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun
akan menghancurkan glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam
jaringan ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus
atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di
mukosa bronchus (Smelzer Suzanne : 2001). Asma adalah suatu penyakit yang
dicirikan oleh hipersensitivitas cabagcabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis
rangsangan (Pierce, 2007).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

1. Time
Invasisf minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara, positif yang
kontinu
2. Tekanan Udara Bersifat Kontinu
Metode menggunakan Respirator ventilation.
3. Trakheatomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka / membuat saluran udara
langsung melalui sebuah insisi di trakea.
BAB III
KONSEP ASKEP

I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
2. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang
pernah menderita obesitas
3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
4. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening
4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :


hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar
insulin).

5. Pola fungsi kesehatan


a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan
untuk beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat 
menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam
menopang berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan
amenouria

II. Diagnosa keperawatan yang sering muncul :


Bagian dari proses keperawatan dan merupakan penilaian klinis tentang pengalaman
atau tanggapan individu, keluarga,atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
actual/potensial/proses kehidupan.
III. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
IV. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post
Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan
asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil
yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB IV

PENGKAJIAN

a.    Identitas Klien

Nama                          : An. A

Umur                          : 1 Tahun

Alamat                                    : Banyubiru

Diagnosa Medis                   : Bronkomalasia

No CM                                    : 077687

b.    Identitas Penanggung Jawab

Nama                          : Tn. M / Ny. K

Umur                          : 30 Tahun / 28 Tahun

Pendidikan                            : S-1 / SLTA

Pekerjaan                              : Swasta

Alamat                                    : Banyubiru

Hub Dg Klien                        : Orang Tua Kandung

1. Keluhan Utama : Anak sesak napas sejak 3 hari disertai batuk dan pilek.

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Perawatan Sekarang

1) Penyakit waktu kecil : Riwayat sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasien mengatakan
anak panas tinggi, secara terus menerus serta panas menurun ketika diberi obat turun panas.
Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien tidak menggigil, tidak mengalami kejang. Pasien
tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning serta bau
khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi padat serta bau khas. Satu
minggu yang lalu anak masih panas tinggi, naik turun. Pasien masih batuk dan pilek. Anak
masih bersedia makan dan minum, BAB dan BAK tidak ada kelainan. Anak dibawa ke
puskesmas dan diberi paracetamol sirup, namun belum ada perbaikan. Tiga hari lalu anak
masih panas tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak
mata tampak bengkak, kaki tampak bengkak, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil sesuai
yang dimakan. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak ada kelainan.

2) Pernah dirawat di rumah sakit : An. A pernah dirawat di RS Kota karena panas tinggi

3) Obat-obatan yang digunakan : Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol


sirup dari puskesmas.

4) Tindakan operasi : An. A belum pernah dilakukan tindakan operasi.

5) Alergi : An.A tidak mempunyai riwayat alergi

6) Kecelakaan : An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS

7) Imunisasi : Ibu pasien mengatakan An.A pernah mendapatkan imunisasi seperti Hb-0,
Polio, BCG, dan Hepatitis B.

b. Riwayat Keperawatan Kelahiran

1) Pre Natal : Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali,
imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.

2) Intra Natal : An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan, langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm, umur kehamilan 9 bulan.

3) Post Natal : Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI ekskeksklusif, mulai awal
bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.

c. Riwayat Keperawatan Keluarga : Dari kedua keluarga tidak ada riwayat bronchomalasia

d. Riwayat Sosial

1) An.A diasuh oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua sangat

menyayanginya.
2) Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan antara anggota keluarga baik, ada
komunikasi antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga pasien

3) Pembawaan secara umum : An.A terlihat kurang aktif

4) Lingkungan rumah :Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada


jendela.

e. Riwayat Sosial

1) Pola istirahat /tidur : An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam

sering terjaga.

2) Pola kebersihan : An.A mandi masih dibantu oleh ibunya

3) Pola eliminasi : An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB
1x sehari

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran : GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis

b. Nadi : 124x/ menit dengan kekuatan lemah

c. Pernafasan : 48x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat

d. Suhu tubuh : 37,8 ⁰C

e. Kulit :

1) Berkeringat, lembab, turgor baik.

2) Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.

f. Mata :

1) Konjungtiva : tidak anemis

2) Sclera : tidak ikteric

3) Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan reflek cahaya ( + ) langsung

g. Kepala :

1) Rambut : warna hitam, lurus


2) Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.

h. Hidung : Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung bersih,
ada cuping hidung

i. Telinga :

1) Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih

2) Liang telinga : tidak terdapat serumen

3) Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak ada
gangguan, bentuk simetris

j. Mulut : Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa lembab

k. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.

l. Dada :

1) Frekuensi : 48x/menit

2) Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan kiri=2:1,


terdapat retraksi dinding dada

3) Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.

4) Perkusi : sonor seluruh lapang paru

5) Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah

6) Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai

m. Perut :

1) Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas.

2) Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.

3) Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar

4) Perkusi : Timpani

n. Genetalia : Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal.
Pada anus tidak terdapat hemoroid.
o. Ekstrimitas :

1) Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis

2) Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif

Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Penyebab :

1. Deformitas dinding dada.

Gejalan dan Tanda Mayor :

Subjektif :
1. Dispnea

Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).

2. D.0019 Defisit Nutrisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab

1. Ketidakmampuan menelan makanan

2. Ketidakmampuan mencerna makanan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif                                                            Objektif

(tidak tersedia)                                                 1. Berat badan menurun

                                                                                 minimal 10% di bawah

                                                                                 rentang ideal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif                                                             Objektif

1.   Cepat kenyang setelah makan                 1. Bising usus hiperaktif

2.  Kram/nyeri abdomen                                2. Otot pengunyah lemah

3.  Nafsu makan menurun                             3. Otot menelan lemah

                                                                       4. Membran mukosa pucat

                                                                       5. Sariawan

                                                                       6. Serum albumin turun

                                                                       7. Rambut rontok berlebihan

                                                                       8. Diare

3. .0056 Intoleransi Aktivitas.

Definisi :…

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari

 
Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukan iskemia

4. Sianosis

 
 

PENUTUP
a. Kesimpulan
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil ( di bawah trakea, atau tenggorokan ).
Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memeperpanjang waktu atau mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap,
biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.( children’s National
Health System, 2016 )bronkomalasia paling terjadi pada saat lahir ( congenital ) dan
mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini tidak diketahui mengapa tulang
rawan tidak terbentuk dengan baik.

Bronkomalasia terdapat 2 jenis yaitu bronkomalasia primer dan bronkomalasia


sekunder. Bronkomalasia primer di sebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
diklasifikasikan sebagai congenital sedangkan bronkomalasia sekunder merupakan
kelainan didapat ( bukan congenital ) di sebabkan oleh kompresi ekstrinsik ( luar ),
dapat dari pelebaran pembuluh – pembuluh darah, cincin vascular, atau kista
bronkogenetik. Pemeriksaan penunjang dapat di lakukan dengan bronkoskopi, CT-
Scan dada dan MRI dada.
b. Saran
Bagi petugas kesehatan
Sebaiknya memeriksa bayi secara lengkap di karenakan masalah bronkomalasia
sering terjadi pada saat lahir, sehingga saat terdekteksi secara dini maka lebih cepat
untuk penangananya
DAFTAR PUSTAKA

Cahaya, Nurul. 2018. Manajemen Keperawatan Bronkomalasi, Pneunomia, Difteri.

https://www.scribd.com/document/376466621/BAB-1-2-3-fix-docx diakses tanggal 11 Maret 2018.

Children National Health System. 2016. Pediatric Bronchomalacia

https://childrensnational.org/choose-childrens/conditions-andtreatments/ear-
nosethroat/bronchomalacia diakses pada 30 April 2018.

Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe

pediatricbronchomalacia(Jurnal)

http://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?articleid=2479591 The Journal of the

American Society of Anesthesiologists, 124 (6), 1395-1395. diakses pada 11 April 2018.

Kharismawati, Devi. 2017 Bronkomalasia LP

https://www.scribd.com/document/338085656/Bronkomalasia-Lp diakses tanggal 1 mei 2018.

Schwartz, Daniel. 2017. Tracheomalacia Treatment & Managemen

https://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment diakses tanggal 30 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai