NIM : 142202719 SEMESTER/ KELAS : III/B MATA KULIAH : KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PRODI : S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG 2020 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48). Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Komunikasi Terapeutik Mengatasi Klien yang Marah-marah dan Rewel
Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien. Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat terkadang perlu mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut beberapa tips bagaimana Anda bisa menangani pasien atau anggota keluarga pasien yang marah: 1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam Ketika menghadapi orang sakit, Anda mungkin akan menemukan berbagai reaksi emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul. Anda juga perlu mengidentifikasi kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh pasien. 2. Tunjukkan empati Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah mendengarkan dan menunjukkan empati daripada ikut berdebat dan berargumen. Sulit mengetahui akar penyebab kemarahan, bisa jadi karena mereka sedang kesakitan, ketakutan, atau hal lain. Dokter perlu tetap sabar dan mendengarkan keluhan pasien mereka, meskipun kadang tidak masuk akal. Agar bisa melakukannya, cobalah posisikan diri Anda di posisi mereka dan rasakan sakit yang mereka rasakan. Anda mungkin tidak perlu menghiraukan ketika mereka mengeluarkan kata-kata kasar ke diri Anda. 3. Hati-hati dalam berbicara Kata-kata dokter bisa dijadikan alat oleh pasien. Dalam situasi marah, dokter perlu berhati- hati saat berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata memiliki kekuatan, jadi daripada memperpanas kemarahan, Anda mungkin bisa membiarkan pasien Anda mencurahkan dan menyampaikan perasaan mereka. Dengan cara bicara 4. Jangan menghiraukan perasaan mereka Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan oleh dokter atau perawat. Tenaga kesehatan justru perlu memberi perhatian khusus ke pasien ini. Cara Anda menunjukan respek akan menunjukkan kepedulian Anda terhadap situasi yang sedang mereka hadapi. Ini juga bisa dianggap sebagai perlindungan diri, untuk mencegah keluhan atau komentar negatif di media sosial. 5. Hiburlah mereka Jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil, biarkan saja pasien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien ingin marah, biarkan mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah memberi yang terbaik dan Anda tahu tidak Ada lagi yang bisa Anda lakukan. Ingatlah untuk tetap tenang dan berusaha menghibur mereka, dan sampaikan bahwa Anda memahami perasaan mereka. Biarkan keberuntungan, pelampiasan, dan waktu - akan menyelesaikannya.
2.5 Komunikasi Terapeutik Mengatasi Klien Yang Komplain
Ø Definisi Keluhan atau Komplain Berdasarkan kamus bahasa Indonesia “keluhan” berasal dari kata keluh yang berarti “terlahirnya perasaan susah”. Keluhan (complain) adalah sebuah kata yang berkonotasi negatif bagi kedua pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen.Complain pada umumnya dipersepsikan sebagai kesalahan, masalah, stres, frustasi,kemarahan, konflik, hukuman, tuntutan, ganti rugi, dan sejenisnya. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional). Menurut Rusadi (2004), keluhan merupakan ungkapan dari ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen. Keluhan pelanggan adalah hal yang tidak dapat diabaikan karena dengan mengabaikan hal tersebut akan membuat konsumen merasa tidak diperhatikan. Ø Penyebab Terjadinya Komplain Pada dasarnya pelanggan yang mengeluh karena merasa tidak puas ada beberapa penyebabnya. Menurut Soeharto A. Majid (2009:149) banyak hal yang menimbulkan terjadi keluhan dari klien, seperti : a. Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka harapkan b. Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan c. Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak ada yang mau mendengarkan d. Tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap suatu kesalahan e. Adanya kegagalan dalam komunikasi, dll. Ø Sistem Manajemen Komplain Manajemen penanganan komplain yang efektif membutuhkan prosedure yang jelas dan terstruktur dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah serta didukung oleh sumber daya dan infrastruktur yang memadai agar dapat kinerja kerja yang memuaskan. Karakteristik penilaian manajemen komplain yang efektif menurut Tjiptono dan Anastasia (2003) adalah sebagai berikut : 1. Komitmen Pihak manajemen dan semua anggota memiliki komitmen yang tinggi untuk mendengarkan dan menyelesaikan masalah komplain dalam rangka peningkatan produk dan jasa. 2. Vesible Manajemen dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada pelanggan tentang prosedure penyampaian komplain dan pihk-pihak yang dapat dihubungi. 3. Acessible Menjamin bahwa pelanggan dapat menyampaikan komplain secara bebas, mudah, dan murah. 4. Kesederhanaan Prosedure komplain sederhana dan mudah dipahami pelanggan 5. Kecepatan Komplain ditangani secepat mungkin. Rentang waktu penyelesaian yang realistis. 6. Fairness Setiap komplain mendapatkan perlakuan yang sama, adil, tanpa membeda- bedakan. 7. Confidential Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan. 8. Records Data mengenai komplain disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan setiap upaya perbaikan yang berkesinambungan. 9. Sumber daya Mengalokasikan sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk pengembangan dan penyempurnaan sisitem penanganan komplain termasuk pelatihan tenaga kerja. 10. Remedy Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan maaf, hadiah, ganti rugi)untuk setiap komplain ditetapkan dan diimplementasikan secara konsekuen. Menurut Edvardsson dari Universitas Karlstad, Swedia (dikutip ari Kawan Lama News, 2008) Cara menangani keluhan dari pelanggan adalah sebagai berikut : a. Jangan membuat bertambah rumit dengan segala macam formulir; b. Jangan pernah mengirim surat tanpa berkomunikasi verbal terlebih dahulu; c. Segera mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan yang komplain; d. Untuk komplain yang tidak terlalu serius, minta maaf akan jauh lebih baik daripada mengirim berlembar-lembar surat permohonan maaf e. Berikan tanggapan pribadi dan spesifik f. Ketikan menghadapi pelanggan yang menyampaiakan keluhan, ikutilah empati g. Jika memang komplain itu tidak ditujukan kepada anda, dan anda harus membuat referensi kepada siapa pelanggan harus melapor, jelaskan secara rinci alasannya h. Perjelas alternatif apa yang ada untuk menyelesaikan persoalan pelanggan komplain i. Jangan lupa beritahu pelanggan langkah perbaikan apa yang telah dibuat sehubungan dengan penyampaian komplain itu. Banyak keluhan menjai kabar baik. Itu tandanya pemberi komplain percaya. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga dan Kelompok Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Di lain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut ini : 1. Citra diri dan citra orang lain Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. 2. Suasana Psikologis Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. 3. Lingkungan Fisik Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yangberbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi disekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, makakomunikasi yang berlangsungpun harus taat norma. 4. Kepemimpinan Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. 1. Bahasa Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alatuntuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secaratepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatuobjek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi. 2. Perbedaan Usia Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik