Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN BRONKOMALASIA

Tugas ini
Disusun dalam Rangka untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I
Dosen Pembimbing Ahmad Subandi, M.kes, Sp.Kep.Anak

Kelompok 1:
1. Mutiara Nur Azizah (107117007)
2. Nikmatul Khasanah (108118001)
3. Ainaya Fatikhaturrohmah (108118003)
4. Arindi Khairunisa (108118004)
5. Sita Evita Dewi (108118005)
6. Novendri Tata Cahyani (108118007)
7. Masarif Efendi Putra (107007071)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanallah Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat
manusia. Atas dasar nikmat tersebut itulah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Brokomalasia “.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan kali ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini
sehingga penulis dapat mempresentasikannya. Khususnya kepada dosen
Keperawatan Medical Bedah II Ahmad Subandi, M.Kes, Sp.Kep.Anak yang telah
memberikan berbagai arahan dan pelajaran dalam arti penting mengaktualisasikan
diri yang merupakan cikal bakal terbentuknya makalah ini.
Alhamdulihan makalah ini sudah selesai, penulis sadar bahwa dalam
makalah ini masih belum sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan mahasiswa, dan para
pembaca sekalian. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Cilacap, 2 April 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkomalasia merupakan degenerasi dari jaringan penyangga dan
jaringan elastin bronkus. Kata bronkomalasia juga digunakan untuk
kelemahan kartilago pada dinding bronkus, mengenai anak/bayi diusia
dibawah 6 tahun, dapat ditemukan ronchi dan wheezing. Bronkomalasia dapat
dideskripsikan sebagai efek kelahiran pada  bronkus ditraktus respiratorus.
Malasia congenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah satu dari
beberapa penyebab obstruksi saluran nafas ieversibel pada anak, dengan
gejala bervariasi yang dapat  berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran
nafas bawah rekuren sampai dipsneu dan insufisiensi respirasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Bronkomalasia?
2. Apa etiologi dari Bronkomalasia?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Bronkomalasia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Bronkomalasia?
5. Apa saja penatalaksanaan medisnya?
6. Apa saja Komplikasi dari Bronkomalasia?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatannya?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Bronkomalasia
2. Mengetahui Etiologi Bronkomalasia
3. Mengetahui Manifestasi Klinis Bronkomalasia
4. Mengetahui Patofisiologi Bronkomalasia
5. Mengetahui Penatalaksanaan Bronkomalasia
6. Mengetahui Komplikasi bronkomalasia
7. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan pada pasien bronkomalasia.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar
A. Pengertian Brokomalasia
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia
berhubungan dengan sindrom tertentubiasanya diakui dan didiagnosis
awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klins anak dengan malacia
primer, sering didiagnosis hanya kemudian dimasa kecil, langka
(Firdiansyah, 2017)
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah
trakea, atau tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit
lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang
pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s National Health
System,2016).
Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran
pada  bronkus ditraktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran
udara/nafas  besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab
okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi
yang dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah
rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi respirasi (Akhyar, 2010)

B. Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital)
dan hingga saat ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk
dengan  baik (Firdiansyah, 2017).
C. Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking 
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing (mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung
dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),
yang terbagi menjadi dua cabang (bronkus kanan dan bronkus kiri) yang
masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak
lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat
mendukung jalan napas. Pada bayi, cincin tulang rawan trakea terbuka
sehingga udara bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika
cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk
sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini
lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini
dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan/atau napas cepat.
Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke
waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika
masalah yang sama terjadi disaluran napas kecil disebut bronkus itu
disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau
runtuh saat menghembuskan napas karena pelunakan dinding saluran
napas.
E. Pathways

BRONKOMALASIA

Kelainan Kongenital

Defisiensi pada cincin


kartilago

Menutup saluran pernapasan kecil


(bronkus)

Sesak napas
KETIDAKEFEKTIFAN POLA
NAFAS
RESIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif

Akumulasi mukus Mudah terjadi infeksi di


tulang rawan
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DAN Pengeluaran energi
KEBUTUHAN TUBUH berlebihan RESIKO INFEKSI

Anoreksia Kelelahan INTOLERANSI


AKTIVITAS

Cemas DEFISIT PENGETAHUAN

ANSIETAS

F. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Time
Invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara
positif yang kontinyu.
2. Tekanan udara positif kontinyu
Metode menggunakan respiratory Ventilation/CPAP (Continuous
positive airway pressure
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/membuat
saluran udara langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the
windpipe).

II. Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
a. Keletihan, kelelahan, malaise.
b. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.
c. Ketidakmampuan untuk tidur.
d. Dispnea pada saat istirahat.
Tanda :
a. Keletihan,
b. Gelisah,
c. Insomnia.

2. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.


Gejala :
a. Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
a. Peningkatan tekanan darah,
b. Peningkatan frekuensi jantung/takikardia  berat.
c. Distensi vena leher.
d. Edema dependent
e. Bunyi jantung redup.
f. Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis.
g. Pucat, dapat menunjukkan anemi.

3. Integritas Ego
Gejala :
a. Peningkatan faktor resiko.
b. Perubahan pola hidup.
Tanda :
a. Ansietas,
b. Ketakutan,
c. Peka rangsang.

4. Makanan/cairan
Gejala :
a. Mual/muntah.
b. Nafsu makan buruk/anoreksia.
c. Ketidakmampuan untuk makan. Penurunan berat badan,
peningkatan berat badan.
Tanda :
a. Turgor kulit buruk,
b. Edema dependen,
c. Berkeringat,
d. Penurunan berat badan,
e. Palpitasi abdomen.

5. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
a. Kebersihan buruk,
b. Bau badan.

6. Pernafasan
Gejala :
a. Batuk brassy,
b. Episode batuk terus menerus.
Tanda :
a. Pernafasan biasa cepat,
b. Penggunaan otot bantu pernafasan,
c. Bunyi nafas ronchi/wheezing,
d. Perkusi hyperresonan pada area paru,
e. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku,
f. Abu abu keseluruhan.

7. Keamanan
Gejala :
a. Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan,
b. Adanya/berulangnya infeksi.

8. Interaksi sosial
Gejala :
a. Hubungan ketergantungan,
b. Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat.

9. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.


Tanda :
a. Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai pola napas abnormal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai kurang minat pada
makanan.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar ditandai
dengan keletihan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ditandai
dengan anoreksia.

C. Perencanaan / Intervensi
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai pola napas abnormal.
a. Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam,
diharapkan pola napas efektif, Dengan kriteria hasil :
1) Penggunaan otot bantu pernafasan berkurang
2) RR klien normal 16-20 x/menit
3) Irama Pernapasan Teratur
4) Tidak ada suara nafas tambahan.
b. Intervensi : (Status pernafasan : Ventilasi, NIC hal 560)
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan Ventilasi
2) Lakukan terapi fisik dada sesuai kebutuhan
3) Keluarkan sekret dengan melakukan batuk efektif atau
dengan sectioning
4) Monitor ritme, ferkuensi, dan kedalaman pernapasan
5) Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan asupan diet kurang ditandai kurang minat pada
makanan.
a. Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam,
diharapkan, keseimbangan nutrisi dapat teratasi
Dengan kriteria hasil :
1) Berat badan mengalami kenaikan
2) Status nutrisi terpenuhi
3) Status Hidrasi dalam batas normal
b. Intervensi : (Manajemen Nutrisi, NIC hal 197)
1) Berikan perawatan oral sebelum makan
2) Timbang berat badan sesuai indikasi
3) konsul pada ahli gizi
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering
5) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar ditandai


dengan keletihan.
a. Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam,
diharapkan pasien dapat beraktivitas kembali.
Dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas tidak terganggu
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas harian
3) Kemampuan untuk bicara dan melakukan aktivitas fisik.
b. Intervensi : (Manajemen Energi, NIC hal 177)
1) Kaji stetus fisiologis pasien
2) Gunakan Instrumen yang valid untuk mengukur kelelahan
3) Monitor intake atau status nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat
4) Tentuka jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan
5) Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ditandai
dengan anoreksia.
a. Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan kecemasan pasien dapat berkurang,
Dengan kriteria hasil :
1) Dapat beristirahat tanpa gangguan
2) Frekuensi pernapasan stabil
3) Kestabilan pola makan
b. Intervensi : (Pengurangan Kecemasan, NIC hal 319)
1) Berada di sisi pasien untuk meningkatkan rasa aman
2) Identifikasi pada saat terjadi perubahan status kecemasan
3) Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
4) Gunakan obat obatan untuk mengurangi kecemasan secara
tepa
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkomalasia adalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (dibawah trakea atau
tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun. Secara simtomatik, pasien Bronkomalasia datang dengan
gambaran yang mirip dengan trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor,
mengi,  batuk terus-menerus, infeksi pernapasan berulang, gangguan
pernapasan, dan sianosis. Mereka sering hadir pada masa bayi dengan infeksi
pernafasan pertama mereka. Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai
asma dan dengan demikian dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis
dan diferensiasi dari asma dilakukan oleh bronkoskopi dengan  pernapasan
spontan di mana karakteristik dinamis dari saluran napas dapat disaksikan.

B. SARAN
1. Pada saat bayi baru lahir kita harus meriksa cara nafas bayi, untuk
mengetahui apakah terjadi penyumbatan atau tidak.
2. Gambaran Bronkomalasia memiliki kemiripan dengan Asma, oleh karena
itu diperlukan bronkoskopi.
DAFTAR PUSTAKA

Cahaya, Nurul. 2018.  Manajemen Keperawatan Bronkomalasi, Pneunomia,


Difteri. https://www.scribd.com/document/376466621/BAB-1-2-3-fix-
docx.
Children National Health System. 2016.
 Pediatric Bronchomalacia, https://childrensnational.org/choose-
childrens/conditions-and treatments/ear-nose-throat/bronchomalacia.
Ho, A. M. H., Winthrop, A., Jones, E. F., & Flavin, M. P. 2016. Severe pediatric
bronchomalacia (Jurnal). http://anesthesiology.pubs.asahq.org/article.aspx?
articleid=2479591.  The Journal of the American Society of
Anesthesiologists, 124 (6), 1395-1395.
Kharismawati, Devi. 2017. Bronkomalasia LP
https://www.scribd.com/document/338085656/Bronkomalasia-Lp
Schwartz, Daniel. 2017. Tracheomalacia Treatment & Managemen.
https://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment.
Buku NANDA 2018-2020
NIC
NOC

Anda mungkin juga menyukai