Respiratory Failure
Disusun Oleh :
Bella Febrianti
NIM.2211102412170
1
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Kegagalan pernapasan (respiratory failure) adalah suatu
kondisi dimana oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke dalam
darah. Organ tubuh, seperti jantung dan otak, membutuhkan darah
yang kaya oksigen untuk bekerja dengan baik. Kegagalan
pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru tidak dapat membuang
karbon dioksida dari darah. Terlalu banyak karbon dioksida dalam
darah dapat membahayakan organ tubuh (National Heart, lung,
2016).
Keadaan ini disebabkan oleh pertukaran gas antara paru dan
darah yang tidak adekuat sehingga tidak dapat mempertahankan pH,
pO2, dan pCO2, darah arteri dalam batas normal dan menyebabkan
hipoksia tanpa atau disertai hiperkapnia (Arifputera, 2017).
2. Etologi
a. Faktor Predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
1) Struktur anatomi
a) Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai
insersi tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih
horisontal dan pertumbahan otot interkostal yang belum
sempurna, menyebabkan pergerakan dinding dada
terbatas.
b) Saluran pernafasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan
dewasa. Besar trakea neonatus 1/3 dewasa dan diameter
bronkiolus ½ dewasa, sedangkan ukuran tubuh dewasa 20
kali neonatus. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau
pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan
luas saluran pernafasan 75 %.
2
c) Alveoli Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘
elastic recoil ’ untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka.
Pada neonatus alveoli relatif lebih besar dan mudah kolaps.
Dengan makin besarnya bayi, jumlah alveoli akan
bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
2) Kerentangan terhadap infeksi
Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, pada
anak kerentangan terhadap infeksi traktus respiratorius
merupakan faktor predisposisi gagal nafas.
3) Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan
atau organ lain yang berhubungan dengan alat pernafasan.
4) Faktor fisiologis dan metabolik
Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi lebih
besar daripada dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan
meningkat mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat.
Kebutuhan oksigen tersebut di capai dengan menaikkan usaha
pernafasan, dengan akibat pertama adalah kehilangan kalori
dan air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang
sempurna. Karena pada bayi dan anak kadar glikogen rendah,
maka dengan cepat akan terjadi penimbunan asam organik
sebagai hasil metabolisme anaerib akibatnya terjadi asidosis.
b. Sebab Gagal Nafas
Jenis penyakit penyebab gagal nafas pada bayi/anak:
1) Jalan nafas bagian atas :
a) Faring : Makrolosis, Hipertropi tonsil
b) Laring : Laringotrakeobronkitis, Epiglotis akut, Laringitis
difterika, Edema/stenosis pasca intubasi
c) Trakea : Benda asing
2) Jalan nafas bagian bawah
a) Bronkus/bronkiolus : Bronkiolitis, Status asmatikus
b) Alveoli : Pneumonia, Kelainan jantung bawaan, Trauma,
Luka bakar
c) Kompresi Pulmonal : Pneumonia, Trauma dada
3
3) Susunan Saraf : Trauma, Ensefalitis, Takaran obat berlebihan,
Status epileptikus, Sindrom Guillain-Barre
3. Manifestasi Klinis
a. Umum : Kelelahan, berkeringat
b. Respirasi : Whezzing merintih, menurun/menghilangnya suara
nafas, cuping hidung, takipnea, bradipnea atau apnea, sianosis.
c. Kardiovaskuler: Bradikardia atau takikardia hebat,
hipotensi/hipertensi, henti jantung
d. Serebral : Gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,
kesadaran menurun, kejang, koma.
4. Patofisiologi
Terdapat 2 mekanisme dasar yang mengakibatkan kegagalan
pernafasan yaitu obstruksi saluran nafas dan konsolidasi atau kolaps
alveolus. Apabila seorang anak menderita infeksi saluran nafas maka
akan terjadi :
a. Sekresi trakeobronkial bertambah
b. Proses peradangan dan sumbatan jalan nafas
c. Aliran darah pulmonal bertambah
d. ‘metabolic rate’ bertambah
Akibat edema mukosa, lendir yang tebal dan spasme otot polos maka
lumen saluran nafas berkurang dengan hebat. Hal ini mengakibatkan
terperangkapnya udara dibagian distal sumbatan yang akan
menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi. Gangguan difusi
dan retensi CO2 menimbulkan hipoksemia dan hipercapnea, kedua
hal ini disertai kerja pernafasan yang bertambah sehingga
menimbulkan kelelahan dan timbulnya asidosis. Hipoksia dan
hipercapnea akan menyebabkan ventilasi alveolus terganggu
sehingga terjadi depresi pernafasan, bila berlanjut akan menyebabkan
kegagalan pernafasan dan akirnya kematian.
Hipoksemia akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
pulmonal yang menyebabkan tahanan alveolus bertambah, akibatnya
jantung akan bekerja lebih berat, beban jantung bertambah dan
4
akirnya menyebabkan gagal jantung. Akibat bertambahnya aliran
darah paru, hipoksemia yang mengakibatkan permiabilitas kapiler
bertambah, retensi CO2 yang mengakibatkan bronkokontriksi dan
‘metabolic rate’ yang bertambah, terjadinya edema paru. Dengan
terjadinya edema paru juga terjadinya gangguan ventilasi dan
oksigenisasi yang akhirnya dapat menimbulkan gagal nafas
5. Patway
(terlampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara klinis,
pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk membantu diagnosa
gagal nafas ialah pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui
keadaan oksigenasi, ventilasi dan keseimbangan asam basa, saturasi
O2 dan pH darah. Pada pemeriksaan BGA pada gagal nafas akan
didapat Hipoksemia, hiperkapnia, asidosis (respiratorik atau
metabolik).
5
c. Observasi pernafasan
Frekuensi
Kaji adanya takipnue, normal, bradipnue
Kedalaman
Normal, terlalu lambat (hypopnea), terlalu dalam
(hyperpnea)
Kelancaran
Kurang usaha, dypnea, ortopnea berhubungan dengan
adanya retraksi interkostal / substernal, adanya wheezing,
pulsus paradoxus (tekanan darah turun saat inspirasi dan
tekanan darah naik dengan ekspirasi)
Labored breating
Terus menerus, intermitten, secara tiba – tiba, kelelahan
dalam usaha pernafasan.
Tanda-tanda infeksi
Peningkatan suhu tubuh, pembesaran nodus limfa,
inflamasi membran mukus, keluarnya cairan purulen dari
hidung dan kuping, adanya sputum yang purulen.
Batuk
Kaji karakteristik batuk (produktif/kering) kapan waktu
terjadinya batuk (hanya malam hari/setiap waktu),
frekuensi batuk yang berkaitan dengan aktivitas dan suhu.
Wheezing
Kapan terjadinya wheezing; saat inspirasi / ekspirasi,
apakah memanjang, terjadi secara tiba-tiba/berlahan-
lahan.
Sianosis
Catat distribusi sianosis (periperal, daerah bibir, wajah),
derajat, durasi, keterkaitan dengan aktivitas.
Nyeri dada
Terjadi pada anak-anak catat lokasi, penyebaran ke
leher/abdomen, dalam/dangkal.
Sputum
6
Pasien anak-anak dapat mengeluarkan sputum pada bayi
diperlukan section untuk mendapatka sempel, catat
volume, warna, bau, viskositas.
Adanya pernafasan yang buruk
Berhubungan dengan infeksi pernafasan.
d. Kaji tanda terjadinya hypoxia
Hypotensi/hypertensi
Dyspnea
Bradikardi
Sianosis : perifer / sentral
Somnolen
Stupor
Coma
7
4. Gelisah
12345
Keterangan :
1= meningkat
2= cukup meningkat
3= sedang
4= cukup menurun
5= menurun
5. Takikardi
12345
Keterangan :
1= memburuk
2= cukup memburuk
3= sedang
4= cukup membaik
5= membaik
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan tidakan Manajemen jalan nafas
nafas tidak asuhan keperawatan 2.1 monitor pola nafas
efektif b/d selama 3x24 jam 2.2 posisikan semi fowler
proses infeksi diharapkan bersihan jalan atau fowler
nafas meningkat dengan 2.3 Berikan minum hangat
kriteria hasil : 2.4 berika fisioterapi dada,
Bersihan jalan nafas : jika perlu
1. Batuk efektif 2.5 ajarkan teknik batuk
12345 efektif
Keterangan : 2.6 Kolaborasi pemberian
1= menurun bronkodilator, ekspektoran,
2= cukup menurun mukolitik, jika perlu
3= sedang
4= cukup meningkat
5= meningkat
2. Produksi sputum
12345
3. Sianosis
12345
Keterangan :
1= meningkat
2= cukup meningkat
3= sedang
4= cukup menurun
5= menurun
4. Frekuensi nafas
12345
8
5. Pola nafas
12345
Keterangan :
1= memburuk
2= cukup memburuk
3= sedang
4= cukup membaik
5= membaik
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada
komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda
gejala yang spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016).