Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN PADA BY. Z DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI
RUANG ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILILIN

Disusun Oleh:
Anggia Nur Amalia
213118102

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD
YANI
CIMAHI
2021
Rumah Tanggal Nilai Tanggal Nilai Rata-rata
Sakit

Paraf CI Paraf Dosen

A. Pengertian
Penyebab pada kasus bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan protozoa (Padila, 2013) kuman masuk ke jaringan paru-paru melalui
saluran pernafasan atas untuk mencapai bronkiolus dan alveolus sekitarnya
(Riyadi dan Sukarmin, 2009). Bronkopneumonia adalah inflamasi yang terjadi
di parenkim paru, penyakit ini sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-
kanak awal. Secara klinis Bronkopneumonia dapat terjadi karena penyakit
primer atau karena komplikasi dari penyakit lain. Bronkopneumonia
merupakan infiltrate yang tersebar pada kedua belahan paru dimulai dari
bronkiolus terminalis, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen yang disebut
juga “ Lobural Pneumonia”. Istilah bronkopneumonia digunakan untuk
menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola peneybaran berbercak,
teratur dalam satu atau bahkan lebih area yang terlokalisasi di dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru berdekatan di sekitarnya. (Menurut Smeltzer,
Suzanne C, 2013 dalam penelitian Ridha 2017)
B. Etiologi
Faktor lingkungan juga dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap
bronkopneumonia seperti tinggal di tempat yang terjadi penecemaran udara,
lingkungan yang padat penduduk, lingkungan udara yang dingin dan orang tua
yang merokok. Menurut WHO ( Oktiawati dan Julianti 2019)
Menurut Nurarif dan Kusuma 2017, timbulnya Bronkopneumonia
disebabkan adanya:
a. Bakteri : Streptococcus, staphylococcus, H Influenza, Klebsiella
b. Virus : Legionella pneumonia
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, isi lambung masuk ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
C. Patofisiologi (PATHWAY)
Mikroorganisme Virus, Bakteri, Jamur, benda asing dan aspirasi makanan
Masuk ke dalam saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan atas

Kuman berlebih di bronkus

Akumulasi sekret di bronkus

Produksi sekresi Infeksi saluran napas bawah


bronkus meningkat

Batuk produktif Vasodilatasi Edema antara Tidak mengetahui tanda


pembuluh darah kapiler dan alveoli dan gejala penyakit

Bersihan
jalan napas Eksudat masuk Compliance paru menurun Defisit pengetahuan
tidak efektif ke dalam alveoli kurang terpaparnya
informasi
Gangguan difusi Suplai O2 menurun

Gangguan pertukaran gas


Hipoksia Hiperventilasi

Metabolisme Dipsnea
anaerob

Retraksi
Akumulasi asam laktat, fatique
dinding dada,
PCH
Intoleransi aktivitas
Pola napas tidak
efektif
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang terjadi adalah pada anak biasanya disertai badan
menggigil dan pada bayi biasanya disertai kejang, suhu meningkat, nafas
menjadi sesak dengan nilai respirasi > 60 x/menit, terdapat pernapasan cuping
hidung, sianosis atau kebiruan sekitar mulut dan hidung, nyeri dada, batuk,
suara nafas melemah, retraksi dinding dada ( Ngastiyah 2015)
E. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2015)
a. Epiema
b. Ateleksis
c. Meningitis
d. Abses paru
e. Infeksi sistemik
f. Endokarditis
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada kasus bronkopneumonia akibat bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil) 15.000-40.000/mm dengan jumlah normal
tidak melebihi 20.000/mm.
2) Pemeriksaan sputum yang diperoleh dari batuk spontan. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitivitas untuk
mendeteksi agen penyebab infeksi.
3) Laringoskop/bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan napas tersumbat
oleh benda padat.
G. Pemeriksaan Klinik
a. Pemeriksaan laboratorium dengan nilai leukosit > 40.000/mm3 dengan
hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
b. LED (Laju Endapan Darah) meningkat (normal < 10 mm/jam pertama)
c. Sinar X dada dengan hasil terdapat bercak-bercak infiltrate tersebar pada
satu atau beberapa bolus
d. AGD (Analisa Gas Darah Arteri) dengan hasil tdak normal mungkin terjadi,
tergantung luas paru yang terlihat dan penyakit paru yang ada
e. Analisa gas darah bias menunjukan asidosis metabolic
f. WBC (White Blood Cell) biasanya kurang dari 20.00 cells mm3
g. Elektrolit dengan nilai natrium ,135-145 mEq/liter dan klorida ,96-106
mmol/L
h. Bilirubin mungkin meningkat
i. Aspirasi perkuatan atau bopsy jaringan paru terbuka: menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplamik
H. Pengkajian Sesuai Data Fokus
1. Identitas atau biodata klien meliputi Nama, Umur, Agama, Jenis Kelamin,
Alamat, Suku Bangsa, Status Perkawinan, Pekerjaan, Pendidikan, Tanggal
masuk Rumah Sakit, Nomor Regster, dan Diagnosa Keperawatan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung,hipertensi, DM, TBC, hepatitis, abortus
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat kehamilan
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola aktifitas
d. Pola eliminasi
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola penanggulangan dan stress
h. Pola sensori dan kognitif
i. Pola persepsi dan konsepdiri
j. Pola reproduksi dan sosial
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Dikaji bentuk kepala, kesimetrisan, warna rambut, distribusi rambut,
tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
b. Wajah
Kesimetrisan wajah bayi (bentuk hidung, lipatan dibawah mata, lubang
hidung), bila terjadi asimetris maka adanya indikasi kerusakan pada
nervus facialis saat menangis terlihat jelas. Pada pasien
bronkopneumonia akan terlihat adanya pernapasan cuping hidung,
sianosis pada area mulut dan hidung, serta kemerahan pada wajah saat
bayi mengalami peningkatan suhu tubuh.
c. Mata
Pada pasien dengan bronkopneumonia biasanya sklera berwarna putih
bersih tetapi ada beberapa kasus tertentu ditemukan sklera berwarna
merah karena adanya peningkatan suhu tubuh akibat infeksi, infeksi ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, termasuk pada mata.
d. Telinga
Dikaji bentuk telinga, kesimetrisan telinga, kebersihan dan tes
pendengaran.
e. Hidung
Biasanya pada pasien dengan bronkopneumonia akan ada pernapasan
cuping hidung, sianosis, kaji apakah adanya polip, kebersihan hidung.
f. Mulut
Kaji warna bibir, mukosa bibir lembab atau kering,biasanya pada pasien
dengan bronkopneumonia mukosa bibir akan mengering karena
peningkatan suhu tubun dan kaji reflek menghisap karena pada umunya
bayi dengan bronkopneumonia reflek menghisap tidak adekuat, dan kaji
reflek menelan.
g. Dada
Pada pemeriksan paru, pasien dengan bronkopneumonia biasanya
terdapat retraksi dinding dada pada saat inspirasi, pernapasan dangkal,
irama napas tidak teratur, pernapasan cepat dengan nilai > 60 x/menit
(Normal 30-60 x/menit), adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
nadi cepat dan sesak napas.
Pada pemeriksaan jantung saat inspeksi tidak ada pembesaran pada dada
sebelah kiri, saat diperkusi suaraa jantung redup, saat auskultasi S1 dan
S2 lup dup normal, tidak ada suara tambahan.
h. Abdomen
Inspeksi bentuk abdomen apakah ada distensi atau tidak, saat dipalpasi
mungkin hati lebih besar karena pergeseran dari diafragma kebawah,
komplikasi lebih lanjut terjadi splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan,
turgor kulit menurun < 3 detik. bising usus meningkat saat di auskultasi
(normal 4-9 x/menit)
i. Ektremitas
Biasanya akan didapatkan akral hangat karena peningkatan suhu tubuh,
kelelahan, kelemahan, malaise, CRT < 2 detik
j. Genetalia dan Anus
Kaji kelengkapan organ genetalia pada laki-laki,adanya penis dan
skrotum. Pada perempuan adanya labia minora, labia mayora, dan
klitoris. Serta kaji fungsi buang air kecil dan buang air besar. Pada
pasien dengan bronkopneumonia biasanya tidak terdapat masalah pada
genetalia dan anus.
I. Analisa Data
Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengelolaan data analisa
data dengan menggabungkan data satu dengan data yang lainnya sehingga
lembar fakta (Sulistiawati,2009)

J. Masalah/Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI DPP PPNI,2017:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas.
(D.0001)
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
(D.0005)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler. (D.0003)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen. (D.0056)
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
(D.0111)
K. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan dengan spasme jalan keperawatan selama 1x 24 jam 1.Identifikasi dilakukannya
napas.(D.0001 diharapkan jalan napas fisioterapi
meningkat dengan kriteria hasil: dada (mis. hipersekresi sputum,
1.Batuk efektif meningkat sputum kental dan tertahan, tirah
2.Produksi sputum menurun baring lama)
3.Wheezing menurun 2.Identifikasi kontraindikasi
4.Dispnea menurun fisioterapi dada
5.frekuensi nafas membaik 3.Monitor status pernapasan
6.pola nafas membaik 4.Periksa segmen paru yang
mengandung sekresi berlebihan
Terapeutik :
1.Posisikan pasien sesuai dengan
area paru yang mengalami
penumpukan sputum
2.Gunakan bantal untuk membantu
pengaturan posisi
3.Lakukan perkusi dengan posisi
telapak tangan ditangkupkan
selama 3-5 menit
4.Lakukan vibrasi dengan posisi
telapak tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian mukolitik
atau espektoran, jika perlu
2. Pola napas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
hambatan (D.0005) keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi,
tidak upaya efektif dengan napas pola napas (L.01004) membaik kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Dispnea menurun (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan otot bantu napas ronkhi kering)
menurun 3. Monitor sputum (jumlah,warna,
3. pernapasan cuping hidung aroma)
menurun Terapeutik :
4. pemanjangan fase ekspirasi 1. Pertahankan kepatenan jalan
menurun napas
5. frekuensi napas membaik dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
6. kedalaman napas membaik thrust jika curiga trauma servikal)
7. ekskursi dada membaik 2. Posisikan kepala ekstensi dengan
ganjalan bahu
3. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
Ajarkan teknik fisioterapi dada
pada keluarga
Kolaborasi :
Kolaborasi pamberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan pemberian Observasi:
berhubungan dengan perubahan asuhan keperawatan selama 1 x 1. Monitor frekuensi, irama,
membran alveolus-kapiler. 24 jam pertukaran gas kedalaman
(D.0003) meningkat (L.01003) dengan dan upaya napas
kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti
1. Dispnea menurun bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
2. Bunyi napas tambahan kussmaul, cheyne-stokes, biot,
menurun ataksis)
3. Pusing menurun 3. Monitor adanya produksi sputum
4. Napas cuping hidung 4. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
5. PCO2 membaik 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
6. PO2 membaik paru 6. Auskultasi bunyi napas
7. Takikardia membaik 7. Monitor saturasi oksigen
8. PH arteri membaik 8. Monitor nilai AGD
9. Pola napas membaik 9. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan
respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
dengan ketidakseimbangan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan kebutuhan toleransi aktivitas meningkat tubuh yang mengakibatkan
oksigen. (D.0056) (L.05047) dengan kriteria hasil: kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
2. Keluhan lelah menurun emosional
3. Dispnea saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
menurun 4. Monitor lokasi dan
4. Dispnea setelah aktivitas ketidaknyamanan
menurun selama melakukan aktivitas
5. Tekanan darah menurun Terapeutik :
6. Frekuensi napas menurun 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
5. Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan kurang terpapar informasi. asuhan keperawatan selama 1 x 1. Identifikasi kesiapan dan
(D.0111) 24 jam Tingkat Pengetahuan kemampuan menerima informasi
(L.12111) meningkat, dengan 2. Identifikasi faktor-faktor yang
kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
1. Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu topik 1. Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
3. Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
pengetahuan meningkat sesuai kesepakatan
4. Pertanyaan tentang masalah 3. Berikan kesempatan untuk
yang dihadapi menurun bertanya Edukasi
5. Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun
6. Perilaku membaik
L. DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. (2015). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nurarif, A & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid I. Jakarta: EGC.
Oktiawati, et al. (2017). Teori dan Konsep Keperawatan Pediatrik. Jakarta Timur:
Trans Info Media.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
danTindakanKeperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai