Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

AM
DENGAN DIAGNOSA BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG MELATI
RSI JEMURSARI SURABAYA

RIZQY INFITACHUL MAWADDAH

1120021069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti
bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Profesi Ners :
Nama Mahasiswa : Rizqy Infitachul Mawaddah
NPM : 1120021069
Kompetensi : Keperawatan Anak
Waktu Pelaksanaan :11 Oktober – 24 Oktober 2021
Tempat : RSI Jemursari Surabaya
Ruang : Melati
Surabaya,13 Oktober 2021

Rizqy Infitachul Mawaddah


NPM. 1120021069

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Wesiana Heris Santi, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia


1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah masalah kesehatan di seluruh dunia karena angka
kematiannya sangat tinggi pada anak dan balita. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2016 terdapat 6,3 juta atau (15%) kematian anak-anak
di bawah umur 5 tahun dan sebesar 922.000 atau (15%) kematian anak disebabkan oleh
bronkopneumonia (Kaunang, Runtunawa & Wahani, 2016).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi,
gelisah, dispnea, nafas cepat, dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2011). Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk
menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di
sekitarnya. Bronkopneumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena
peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus beserta
alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017).
2. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Organ normal dan sehat memiliki mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan antara lain: reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, pergerakan silia (mengeluarkan bakteri dari organ) dan sekresi humoral
setempat. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara
lain (Nurarif dan Kusuma, 2015) :
a. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenza, Klebsiella 6
b. Virus: Legionella Pneumoniae
c. Jamur: Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lana
3. Patofisiologi
Menurut Ridha, H, (2014) kuman penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam
jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan atas ke bronchiolus, lalu masuk ke
alveolus ke alveolus lainnya dengan melalui poros kohn, yang kemudian menyebabkan
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan elveoli. Menurut S.
Wijayaningsih, (2013) bronkopneumonia adalah infeksi yang disebabkan oleh virus
penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan broncus, alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai
dengan penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif serta
mual. Setelahnya, mikroorganisme tiba di alveoli dan membentuk proses peradangan
yang meliputi empat stadium diantaranya:
a. Stadium 1 Kongesti (4-12 jam)
Stadium ini terjadi hiperemia yang mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah yang baru terinfeksi. Ditandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler pada tempat infeksi. Hiperemia terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator ini mencangkup histamin dan
prostaglandin. Degraulasi sel mast juga mengakibatkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan
eksudat plasmake dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan alveolus. Terjadi penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus menyebabkan meningkatnya jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglibin.
b. Stadium II Hepatisasi (48 Jam)
Stadium ini disebut juga hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena akan memadat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah. Pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau minim sehingga anak akan bertambah sesak.
c. Stadium III Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Terjadi disaat sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada
tahap ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cidera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Eritrosit di alveoli mulai diresorpsi, lobus tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu kapiler tidak lagi
mengalami kongesti.
d. Stadium IV Resolusi (7-12 hari)
Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa dari sel fibrin dan eksudat
lisis serta resorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus ditandai dengan adanya penumpukan sekret, demam, batuk
profuktif, ronkhi positif dan mual.
4. Pathway
Virus, Jamur, Bakteri masuk
melalui saluran pernafasan atas

Terjadi invasi saluran pernafasan atas

Kuman berlebih Bakteri masuk ke saluran Infeksi saluran


di bronkus pencernaan melalui sistem pernafasan
pernafasan bagian bawah
Proses peradangan
Infeksi Saluran
pencernaan Dilatasi Peradangan
Batuk berdahak pembuluh darah

Akumulasi sekret Peningkatan Peningkatan


di bronkus bising usus Eksudat masuk suhu tubuh
ke alveoli
Peristaltik usus Hipertermi
Bersihan Mucus di meningkat Ggn difusi
Jalan Nafas bronkus dalam plasma
Tidak meningkat
Efektif malabsorpsi
Suplai O2 dlm darah
anoreksia menurun. Gejala: sianosis,
Frekuensi BAB
>3x/hari, konsistensi nafas cuping hidung, retraksi
Intake menurun encer dinding dada

Penurunan
Defisit Risiko Hipoksia
kesadaran
Nutrisi Ketidakseimbangan
Cairan
Hiperventilasi Intoleransi
Aktivitas
Dispnea

Pola Napas Retraksi dinding


Tidak Efektif dada, nafas
cuping hidung

Sumber: Wijayaningsih, 2013


5. Manifestasi Klinis
Menurut Ringel (2012), dan Wijayaningsih (2013), manifestasi klinis yang muncul
pada penderita bronkopneumonia adalah :
1) Infeksi traktus respiratori
2) Demam (39-400C), kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
3) Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk pada saat bernapas
dan batuk
4) Pernapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut
5) Adanya bunyi pernapasan seperti ronkhi dan wheezing
6) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika infeksi serius
7) Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mukus yang menyebabkan atelektasis
absorbsi
8) Batuk disertai sputum yang kental
9) Nafsu makan menurun
6. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri, 2013 komplikasi yang terjadi pada kasus bronkopneumonia
adalah:
a) Atelektasis
Merupakan pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilitas atau reflek batuk hilang
b) Emfisema
c) Merupakan keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu
tempat atau terdapat pada seluruh rongga pleura
d) Meningitis
e) Merupakan infeksi yang menyerang pada selaput meningen (selaput yang menutupi
otak dan medula spinalis)
f) Abses paru
Merupakan pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
g) Otitis media akut
Merupakan suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjad
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
2) Pemeriksaan sputum bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi
agen infeksius
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasu dan status asam basa
4) Kultur darag untuk mendeteksi bakteremia
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Ronthenogram thoraks. Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai
pada infeksi pneumokokal atau klebsoella. Infiltrat muliple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. Pemeriksaan foto thoraks akan terlihat
infiltrat lobar atau interstisial di parenkim WBC (white Blood Cell) biasanya akan
didapatkan kurang dari 20.000 cells mm3.x (Marni, 2014).
2) Laringoskopi/bronkopi untuk menuntukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia
(Riyadi dan Sukarman, 2012) :
1) Pemberian obat antibiotik penisilin, ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kg BB/Hari, atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi
yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi
antibiotik.
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl 0,95 dalam perbandingan
3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500 ml/botol infus. Karena sebagian besar
pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia,
maka dapat diberikan koreksi yang sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
3) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastric tube pada
penderita yang sudag mengalami perbaikan sesak nafasnya.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan norma salin dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexoid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat melebarkan lumen bronkus.
5) Memberikan posisi kepala elevasi sudut 30-40 derajat, atau memberikan posisi
semi fowler/fowler.
6) Pemberian nutrisi yang adekuat dengan pemberian diit tinggi kalori tinggi
protein.
7) Pemberian tindakan fisioterapi dada untuk memudahkan pengeluaran sekret.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan. Pengkajian pada anak antara lain:
a. Usia
Penyakit ini umumnya menyerang anak usia dibawah lima tahun (balita), terutama
anak usia <2 tahun.
b. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama pada klien dengan bronkopneumonia adalah sesak
napas. Sesak napas muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan
pada lumen bronkus selain itu juga akan muncul keluhan batuk yang tidak efektif
(tidak dapat mengeluarkan dahak secara maksimal) dab terdapatnya suara napas
tambahan (Riyadi & Sukarmin, 2009). Menurut Riyadi (2012) dan Padila (2013),
keluhan utama: klien gelisah, sesak napas, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
disertai cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut.
c. Riwayat penyakit sekarang
Anak biasanya mengalami sesak, batuk berdahak, pilek, sianosis dan lemah, mual
muntah, penurunan nafsu makan dan kurangnya pengetahuan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas dan
mengalami peradangan pernafasan yang menunjukkan gejala secara bertahap dan
panjang dan disertai suara nafas tambahan seperti wheezing atau ronkhi.
e. Status imunisasi anak
Status imunisasi anak adalah dimana anak pernah mengalami imunisasi seperti BCG,
difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak dan tambahan imunisasi lainnya yang
dianjurkan.
f. Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan fisik pada anak perlu dilakukan pengukuran antropometri dan
pemeriksaan fisik. Pengukuran antropomentri ini sering digunakan di lapangan
utuk mengukur pertumbuhan anak adalah TB, BB dan lingkar kepala. Pengukuran
lingkar lengan dan lingkar dada digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada
anak.
2) Perkembangan anak. Pengkajian perkembangan pada anak usia 1 bulan – 72
bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan Kuisioner Pra Skrinning
Perkembangan (KPSP). Dalam menilai 4 sektor perkembangan anak meliputi:
motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi/kemandirian
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Interpretasi hasil KPSP dapat dihitung dengan
cara menghitung jumlah “ya” yaitu:
a) jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, menyatakan perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.
b) Jumlah jawaban “ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan.
c) Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan untuk
jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menunjukkan jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
g. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam rumah atau anggota keluarga yang menderita penyakit bronkopneumonia
maupun penyakit saluran pernafasan dapat mencemari dan menulari anggota keluarga
yang lain, terutama anak-anak yang sangat rentan terhadap sebuah penyakit yang
ditularkan melalui bakteri ataupun virus.
h. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan yang kurang bersih dan kotor dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan
dapat membuat sarang penyakit karena penularan bakteri, virus maupun jamur.
Begitupun sebaliknya, jika lingkungan bersih akan meminimalisir terjadinya suatu
penyakit.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan dari pertanyaan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga yaitu:
1) Penyakit infeksi tertentu: seperti TBC yang ditularkan melalui satu orang ke orang
lainnya, jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat
diketahui seumber penularannya.
2) Kelelahan alergis, seperti ashma bronkial, menunjukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu selain itu serangan ashma mungkin dicetuskan oleh konflik
keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronkitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi.
Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronkitis kronik, hanya membentuk
penyakit tersebut.
j. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman, dan upaya bernafas
2) Palpasi : pemeriksaan palpasi ditemukan adanya nyeri tekan, massa, peningkatan
vocal fremitus pada daerah yang terkena
3) Perkusi : paru yang berisi cairan akan mengalami pekak, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi
4) Aukultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya
k. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN
2) Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi:
a) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
b) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penelaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons individu, keluarga atau komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2016). Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) diagnosa keperawatan mengenai bronkopneumonia pada anak dengan bersihan
jalan napas tidak efektif yaitu:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d.d batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering.
2) Hipertermi b/d proses penyakit (infeksi saluran pernafasan) d.d suhu tubuh
meningkat, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea.
3) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
keliru terhadap masalah.
3. Intervensi
Perencanaan atau intervensi merupakan fungsi pemilihan berbagi alternatif tujuan,
kebijakan, prosedur dan program. Perencanaan adalah suatu proses di dalam
pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Intervensi keperawatan meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosis keperawatan (Nursalam,
2011).
Intervensi Keperawatan 1
Diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
sekresi yang tertahan d.d batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebihan, mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering.
Tujuan dan Kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas dengan kriteria hasil :
1) Batuk efektif meningkat (dari skala 1
menjadi skala 5)
2) Produksi sputum menurun (dari skala
1 menjadi skala 5)
3) Mengi menurun. Wheezing menurun
(dari skala 1 menjadi skala 5)
4) Dispnea menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
5) Ortopnea menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
6) Gelisah menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
7) Frekuensi napas membaik (dari skala
1 menjadi skala 5)
8) Pola napas membaik (dari skala 1
menjadi skala 5)
Intervensi (SIKI) Manajemen Jalan Napas
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler atau fowler
2. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
mukolitik, ekspektoran, jika perlu
Intervensi Keperawatan 2
Diagnosa Hipertermi b/d proses penyakit (infeksi
saluran pernafasan) d.d suhu tubuh
meningkat, kulit merah, kejang,
takikardi, takipnea.
Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan
Termoregulasi membaik dengan kriteria
hasil :
1. Menggigil menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
2. Kejang menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
3. Pucat menurun (dari skala 1 menjadi
skala 5)
4. Takikardi menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
5. Takipnea menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
6. Hipoksia menurun (dari skala 1
menjadi skala 5)
Intervensi (SIKI) Manajemen Hipertermia
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
(dehidrasi, penggunaan inkubator,
terpapar lingkungan panas)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Longgarakan atau lepaskan baju
2. Berikan cairan oral
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Intervensi Keperawatan 3
Diagnosa Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar
informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi, menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
keliru terhadap masalah.
Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat dengan kriteria
hasil :
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
(dari skala 2 menjadi skala 5)
2. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang topik meningkat
(dari skala 2 menjadi skala 5)
3. Verbalisasi minat dalam belajar
meningkat (dari skala 2 menjadi skala
5)
4. Pertanyaan tentang masalah yang
dihadapi menutun dari skala 2
menjadi skala 5
5. Perilaku membaik dari skala 1
menjadi skala 5
Intervensi (SIKI) Edukasi kesehatan
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan kesehatan anak
bronkopneumonia
Terapeutik
1. Sedia materi dan media pendek
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Beri kesempatan bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan anak
bronkopneumonia
2. Ajarkan strategi meningkatkan
kualitas hidup anak
bronkopneumonia
(Sumber : SLKI & SIKI, 2018)
4. Implementasi
Implementasi merupakan fase dimana perawat mengimplementasilan intervensi
keperawatan. Fase implementasi memberikan tindakan keperawatan aktual dan respon
klien yang dikaji pada fase akhir, fase evaluasi. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan yaitu intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan yaitu intervensi
latihan batuk efektifm manajemen jalan napas dan pemantauan respirasi, kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas
yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah. Evaluasi merupakan aspek penting proses
keperawatan karena dari evaluasi dapat ditentukan apakah intervensi yang dilakukan
harus diakhiri, dilanjutkan ataupun dirubah (Kozier et al, 2010).
Dilakukan dengan membandingkan antara perkembangan kondisi yang terjadi pada
klien dengan kriteria hasil yang ada dalam intervensi keperawatan.
S: data subjektif. Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dikemukakan klien
O: data objektif. Adalah perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lainnya
A: analisis. Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif atau objektif) apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran
P: planning / perencanaan. Rencana penanganan klien yang berdasarkan pada analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah
belum teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hidayat. 2011. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kartika Sari Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: TIM.

Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. 2015 aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC NOC. Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. 2011. Proses dan dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ringel, E. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: PT. Indeks.

Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2: Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Rizqy Infitachul M RS : RSI Jemursari Sby


NIM : 1120021069 Ruangan : Melati
Tanggal Pengkajian : 13 Oktober 2021 Jam : 12.00 wib

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MA
Umur : 1 tahun 3 bulan
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 8,8 kg
Panjang Badan :

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. N Nama Ayah : Tn. M
Umur : Umur :
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rungkut Surabaya

C. KELUHAN UTAMA
Ny. N mengatakan panas sejak 3 hari dengan suhu 38,60C

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ny. N mengatakan An. MA sudah panas badannya sejak 3 hari dengan suhu 38,6 0C,
dirumah sudah melakukan kompres tetapi belum turun, dan sudah dibawa ke faskes dekat
rumah. Akhirnya dibawa ke RS dan dokter menyarankan untuk rawat inap dan akhirnya
An. MA masuk ruang melati. An. MA mengalami batuk-pilek, sariawan dan
makan&minum menurun.

E. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Pranatal
Ny. N mengatakan bahwa selama kehamilan An. MA kelilit tali pusar
2. Natal
Ny. N mengatakan bahwa mengandung anaknya selama 9 bulan dan dilahirkan secara
sesar / SC
3. Postnatal
Ny. N mengatakan bahwa setelah mengandung An. MA tidak mengalami perdarahan
setelah kehamilan dan anaknya tidak mengalami ikterus
F. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Penyakit masa kecil
Ny. N mengatakan bahwa An. MA pernah memiliki riwayat penyakit panas, batuk dan
pilek

2. Riwayat MRS
Ny. N mengatakan bahwa anaknya tidak pernah MRS
3. Riwayat pemakaian obat
Ny. N mengatakan bahwa sebelum anaknya dibawa ke RS, dibawa terlebih dahulu ke
faskes terdekat/puskesmas. Dan diberikan obat penurun panas (paracetamol)
4. Tindakan operasi
Ny. N mengatakan tidak pernah/tidak ada tindakan operasi. Tetapi Ny. N pernah
operasi SC saat melahirkan anaknya
5. Alergi
Ny. N mengatakan bahwa anaknya memiliki alergi pada makanan seperti (telur,
seafood dan susu)
6. Kecelakaan
Ny. N mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki riwayat kecelakaan
7. Imunisasi
Ny. N mengatakan bahwa imunisasi anaknya kurang “campak”
- Polio diberikan umur 0,2,4,6 / 2,4,6,8 (oral)
- Campak umur 9 bulan, 18 bulan dan 6 tahun (SC, tangan kiri)
- BCG umur 0-1 tahun (IC, kanan atas)
- Hepatitis B umur 0,1,6 bulan (IM, paha 900)
- Pentabio umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan (IM, 1/3 paha atas bagian luar 900)

G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ny. N mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun, dan menahun

H. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh anak
Ny. N mengatakan selalu sigap dalam hal mengasuh anak

2. Hubungan dengan anggota keluarga


Ny. N mengatakan bahwa anaknya memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga

3. Hubungan dengan teman sebaya


Ny. N mengatakan bahwa anaknya selalu aktif bermain dengan teman sebaya

4. Pembawaan umum
Tidak ada

I. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


1. Pola makan
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3x/sehari 3x/sehari
Menu Nasi tim & sayur
Porsi 5 sendok
Yang disukai Semua suka kecuali (seafood, Semua suka kecuali (seafood,
telur) telur)
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan/Alergi Seafood, telur Seafood, telur
Gangguan Tidak ada Tidak ada

2. Pola minum
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 2 botol kecil 1 gelas kecil
Jenis Air putih, soya Air putih, soya
Jumlah (cc/botol) 1 botol kecil (150 ml-200 ml) 1 botol kecil (150 ml-200 ml)
Yang disukai Air putih dan soya Air putih dan soya
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan/Alergi Susu sapi Susu sapi
Gangguan Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat tidur
Sebelum sakit Saat sakit
Tidur siang 4 jam 3-5 jam
Tidur malam 8 jam 5-6 jam
Gangguan Tidak ada Tidak ada

4. Eliminasi
Sebelum sakit Saat sakit
BAK 3-5x/hari 3-5x/hari
BAB 2x/sehari 2x/sehari
Gangguan Tidak ada Tidak ada

5. Personal hygiene
Sebelum sakit Saat sakit
Mandi 3x/sehari 2x/sehari (air seka)
Sikat gigi 2x/sehari Tidak sama sekali
Ganti pakaian 2x/sehari 2x/sehari
Memotong kuku 2x/sehari Tidak sama sekali
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

J. KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis
Bronkopneumonia

2. Tindakan operasi
Tidak ada

3. Status nutrisi
Sebelum MRS BB 8,9 kg
Waktu MRS BB 8,9 kg

4. Status hidrasi
Infus D5 ¼ ns 600cc / 6 jam lanjutkan 850cc/24 jam
BAK 3-5x/hari
BAB 2x/sehari

5. Aktivitas saat MRS


Tidur/berbaring diatas kasur, jalan jalan keluar ruangan

K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran compos mentis (GCS: 456)
2. Tanda vital
Nadi : 120 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 38,6 °C
3. Antopometri
BB : 8,8 kg TB : _____________ cm
4. Kepala dan leher
Kulit : normal Mata : cowong bibir : kering,
sariawan
Rambut : kering/kusam Hidung : normal telinga : simetris/asimetris
Muka : normal Tenggorokan : normal
mulut : normal leher : normal
Integumen
Turgor kulit normal ≤2 detik, akral hangat
5. Thoraks (Pulmo & Cor)
Bentuk dada : normal
Gerak napas : simetris (napas normal)
Pulmo COR
Inspeksi : normal inspeksi : normal (iktus cordis tak tampak)
Palpasi : normal palpasi : normal (teraba bergetas saat bicara )
Perkusi Resonan / sonor perkusi : norma (tidak ada suara pekak)
Auskultasi : terdapat suara tambahan Auskultasi : normal (S1 lub, S2 dub)
(wheezing)
6. Abdomen
Inspeksi : normal (bentuk simetris)
Palpasi : normal (tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan di hepar)
Perkusi : normal (timpany)
Auskultasi : normal (5-12x/menit)
7. Genitalia
Normal (genitalia bersih )
8. Neuro – Muskuloskeletal
Tidak ada gangguan pada sistem syaraf, otot tulang, persendian, dan nyeri otot
Kesadaran compos mentis (GCS: 456)

L. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


1. Adaptasi sosial
Didapatkan hasil dari denver II yaitu : px bisa memakai baju tapi harus pelan-pelan
dan menyebut nama teman
2. Bahasa
Menyebut 1 warna, bicara semua dimengerti
3. Motorik kasar
Berdiri 1 kaki 1 detik dan loncat jauh
4. Motorik halus
mendirikan menara 8 kubus dan meniru garis vertikal

M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terlampir
2. Rontgen
Thorax AP/PA
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : bercak infiltrat di perihiller kiri, paracardial kanan
Kedua sinus phrenicocostalis tajam
Tulang-tulang dan soft tissue normal
Kesimpulan : Bronkopneumonia
3. USG
Tidak ada
N. TERAPI MEDIS
- Santagesik 5s / Inj
- Ondansentron 8mg / Inj
- Jkn vicillin sx 1500 Inj / 10
- Infus D5 ¼ ns 600 cc / 6 jam dilanjutkan 850 cc / 24 jam
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tgl sampel : 12 Oktober 2021 No. RM :


No Lab :- Tgl Lahir :
Nama : Muhammad Aryan Ruang : Melati
Alamat : Rungkut, Surabaya Diagnosa : Bronkopneuomonia

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Darah Lengkap
Lekosit *19.24 Ribu/uL 4.7 – 17.0
Hitung Jenis Leukosit
Basofil *1.10 % 0-1
Neutrofil 47.50 % 39.3 – 73.7
Limfosit 37.11 % 25 – 41
Easinofil 0.36 % 2–4
Monosit *13.92 % 2–8
Eritrosit 3.92 Juta/uL 3.0 – 5.3
Hemaglobin 11.12 g/dL 10.5 - 15.0
Hematokrit 31.3 % 29 – 43
RDW-CV 11.5 % 11.5 – 14.5
Trombosit 190 Ribu/uL 200 – 600
MPV 7,775 fL 7.2 – 11.1
Index Eritrosit
MCV 79.7 fL 70 – 110
MCH 28.4 Pg 24 – 38
MCHC 35.6 % 32 – 36
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tgl sampel : 14 Oktober 2021 No. RM :


No Lab :- Tgl Lahir :
Nama : Muhammad Aryan Ruang : Melati
Alamat : Rungkut, Surabaya Diagnosa : Bronkopneuomonia

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Darah Lengkap
Lekosit 12.86 Ribu/uL 4.7 – 17.0
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0.85 % 0-1
Neutrofil 33.46 % 39.3 – 73.7
Limfosit *54.08 % 25 – 41
Easinofil 0.52 % 2–4
Monosit *11.10 % 2–8
Eritrosit 4.61 Juta/uL 3.0 – 5.3
Hemaglobin 11.74 g/dL 10.5 - 15.0
Hematokrit 37.2 % 29 – 43
RDW-CV 11.5 % 11.5 – 14.5
Trombosit 431 Ribu/uL 200 – 600
MPV 6.141 fL 7.2 – 11.1
Index Eritrosit
MCV 80.7 fL 70 – 110
MCH 25.5 Pg 24 – 38
MCHC 31.6 % 32 – 36
ANALISA DATA

Nama klien : An. MA No. Register :123 xxx

Umur : 1 Tahun 3 Bulan Diagnosa Medis : Bronkopneumonia & stomatitis

Ruang Rawat : Melati Alamat : Rungkut, Surabaya

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

13 - 10 - 2021 / Data Subjektif : Proses penyakit Kategori : lingkungan

12.00 Ibu px mengatakan An. MA demam Subkategori:

sejak 3 hari dengan suhu 38,60C dan keamanan dan

naik turun proteksi

Data Objektif : Risiko Termoregulasi

- k/u px tampak lemas, menggigil, Tidak Efektif

akral panas dan terlihat merah karena (D. 0148 )

suhu badan yang terlalu tinggi

- Mata cowong

- Di dapatkan hasil :

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 38,60C

RR : 24

BB : 8,8 Kg
13 - 10 - 2021 / Data Subjektif : Mucus di bronkus Kategori: fisiologis

12.00 Ibu px mengatakan nafsu makan An. meningkat Subkategori: nutrisi

MA menurun, makan hanya 5 sendok dan cairan

saja Anoreksia Defisit Nutrisi

(D. 0019)

Data Objektif : Intake menurun

k/u px tampak lemas, pucat dan

terdapat sariawan Defisit nutrisi

Didapatkan hasil :

Mata cowong

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 38,60C

RR : 24

BB : 8,8 Kg

13 - 10 - 2021 / Data Subjektif : Proses infeksi Kategori : fisiologis

12.00 Ibu px mengatakan anaknya pilek dan Subkategori: respirasi

batuk (tapi tidak grok grok) Bersihan Jalan Napas

Data objektif : Tidak Efektif

- k/u px tampak lemas, dan pucat (D.0001)

- Terdapat suara wheezing

- Tidak mampu batuk


PRIORITAS DIAGNOSA

Risiko Termoregulasi Tidak efektif b/d proses infeksi d/d kegagalan dalam mempertahankan
suhu tubuh dalam rentang normal, k/u px tampak lemas, menggigil, akral panas dan terlihat
merah karena suhu badan yang terlalu tinggi , Di dapatkan hasil : Nadi : 120 x/menit, Suhu :
38,60C, RR : 24 , BB : 8,8Kg
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : An. MA No. Register : 123xxx


Umur : 1 Tahun 3 Bulan Diagnosa Medis : Bronkopneumonia & stomatitis
Ruang Rawat : Melati Alamat : Rungkut, surabaya

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD


1 Kategori : lingkungan Setelah dilakukan tindakan I.12457 (Edukasi Termoregulasi) 1. Agar pada saat
Subkategori: keamanan keperawatan selama 3x24 jam di memberikan edukasi
Observasi :
dan proteksi harapkan masalah keperawatan risiko keluarga px siap menerima
Risiko Termoregulasi termoregulasi tidak efektif bisa Identifikasi kesiapan dan kemampuan informasi
Tidak Efektif (D. 0148 ) berkurang dgn kriteri hasil : menerima pasien 2. Menyediakan materi dan
Terapeutik media untuk edukasi ke
1. Menggigil dari skala 4 (cukup
keluarga px
meningkat) menjadi skala 2 (cukup 1. Sediakan materi dan media 3. Membuat jadwal rizqy
menurun) pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
2. Takikardi dari skala 3 sedang menjadi 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
skala 2 (cukup menurun) sesuai kesepakatan 4. Mengajarkan cara
3. Takipnea dari skala 3 (sedang)
kompres hangat jika
menjadi skala 2 (cukup menurun)
Edukasi demam
4. Suhu tubuh dari skala 1 (memburuk)
5. Menganjurkan keluarga
menjadi skala 3 (sedang) 1. Ajarkan kompres hangat jika dalam penggunaan pakaian
demam yang dapat menyerap
2. Anjurkan penggunaan pakaian yang keringat
dapat menyerap keringat 6. Kolaborasi dengan tim
3. Anjurkan pemberian antipiretik, dokter dalam pemberian
sesuai edukasi antipiretik
4. Anjurkan memperbanyak minum 7. Menganjurkan keluarga
5. Anjurkan penggunaan pakaian dalam penggunaan pakaian
longgar yang longgar untuk px
6. Anjurkan melakukan pemeriksaan 8. Kolaborasi dengan tim
darah jika demam >3 hari dokter, untuk melakukan
pemeriksaan darah (jika
demam >3 hari)
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. MA No. Register : 123xxx

Umur : 1 Tahun 3 Bulan Diagnosa Medis : Bronkopneumonia + stomatitis

Ruang Rawat : Melati Alamat : Rungkut, Surabaya

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD


1 13 - 10 – 2021 12.00 1. Memberikan edukasi untuk kompres S : ibu px mengatakan anaknya demam sejak
bila suhu 38,60C 3 hari yang lalu dan naik turun
R/ keluarga px kooperatif O:
12.10 2. Memberikan dan mengedukasi - Menggigil menjadi skala 3 (sedang)
penggunaan pakaian yang dapat - Takikardi menjadi skala 3 (sedang)
menyerap keringat - Takipnea menjadi skala 3 (sedang) Rizqy
R/ keluarga px kooperatif - Suhu tubuh menjadi skala 1
12.15 3. Menganjurkan untuk memperbanyak (memburuk)
minum Observasi TTV :
R/ keluarga px kooperatif Nadi : 120 x/menit
12.15 4. Menganjurkan penggunaan pakaian Suhu : 38,60C , RR : 24x/menit
longgar A : masalah belum teratasi
R/ keluarga px kooperatif P : intervensi dipertahankan
13.00 5. Injeksi viccilin sx 150 mg - Memberikan kompres, bila suhu
--- 6. Injeksi santagesik badan diatas normal
13.00 7. Injeksi ondansentron - Menganjurkan perbanyak minum
R/ px menangis - Kolaborasi dengan tim medis dalam
--- 8. Pemberian cairan infus D5 ¼ ns pemberian terapi
12.00 9. Didapatkan hasil observasi : - Kolaborasi dengan tim ahli gizi
Nadi : 120 x/menit dalam pemberian diit
Suhu : 38,60C
RR : 24x/menit
10. Kolaborasi dengan tim medis & ahli
gizi

14 – 10 – 2021 08.30 1. Memberikan edukasi untuk kompres S : ibu px mengatakan anaknya demam
bila suhu diatas normal menurun Rizqy
R/ keluarga px kooperatif O:
08.30 2. Memberikan dan mengedukasi - Menggigil menjadi skala 2 (cukup
penggunaan pakaian yang dapat menurun)
menyerap keringat - Takikardi menjadi skala 2 (cukup
R/ keluarga px kooperatif menurun)
08.30 3. Menganjurkan untuk memperbanyak - Takipnea menjadi skala 2 (cukup
minum menurun)
R/ keluarga px kooperatif - Suhu tubuh menjadi skala 3 (sedang)
08.45 4. Menganjurkan penggunaan pakaian Observasi TTV :
longgar Nadi : 120 x/menit
R/ keluarga px kooperatif Suhu : 36,20C , RR : 24x/menit
12.00 5. Injeksi viccilin sx 150 mg A : masalah belum teratasi
---- 6. Injeksi santagesik P : intervensi dipertahankan
----- 7. Injeksi ondansentron - Memberikan kompres, bila suhu
R/ px menangis badan diatas normal
----- 8. Pemberian cairan infus D5 ¼ ns - Menganjurkan perbanyak minum
08.00 9. Didapatkan hasil observasi : - Kolaborasi dengan tim medis dalam
Nadi : 120 x/menit pemberian terapi
Suhu : 36,20C ,, RR : 24x/menit - Kolaborasi dengan tim ahli gizi
10. Kolaborasi dengan tim medis & ahli dalam pemberian diit
gizi

S : ibu px mengatakan anaknya demam


menurun
15 – 10 - 2021 08.30 O: Rizqy
1. Memberikan edukasi untuk kompres - Menggigil menjadi skala 2 (cukup
bila suhu diatas normal menurun)
08.30 R/ keluarga px kooperatif - Takikardi menjadi skala 2 (cukup
2. Memberikan dan mengedukasi menurun)
penggunaan pakaian yang dapat - Takipnea menjadi skala 2 (cukup
menyerap keringat menurun)
08.30 R/ keluarga px kooperatif - Suhu tubuh menjadi skala 3 (sedang)
3. Menganjurkan untuk memperbanyak Observasi TTV :
minum Nadi : 120 x/menit
08.45 R/ keluarga px kooperatif Suhu : 36,10C , RR : 24x/menit
4. Menganjurkan penggunaan pakaian A : masalah teratasi sebagian
longgar P : intervensi dipertahankan
12.00 R/ keluarga px kooperatif - Memberikan kompres, bila suhu
---- 5. Injeksi viccilin sx 150 mg badan diatas normal
----- 6. Injeksi santagesik - Menganjurkan perbanyak minum
7. Injeksi ondansentron - Kolaborasi dengan tim medis dalam
----- R/ px menangis pemberian terapi
08.00 8. Pemberian cairan infus D5 ¼ ns - Kolaborasi dengan tim ahli gizi
9. Didapatkan hasil observasi : dalam pemberian diit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 36,10C ,, RR : 24x/menit
10. Kolaborasi dengan tim medis & ahli
gizi
Lembar Konsultasi

NO Tanggal Keterangan TTD

Mahasiswa Dosen/CI

Anda mungkin juga menyukai