Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MARWAH 2 RSUD HAJI PROVINSI JAWA
TIMUR

Disusun Oleh :
WULAN RETNOWATI
NIM. P27820121047

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOMO
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MARWAH 2 RSUD HAJI PROVINSI
JAWA TIMUR

A. KONSEP MEDIS BRONKOPNEUMONIA


1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak-bercak, teratur dalam area-area atau lebih yang berlokasi di
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth dalam
Wijayaningsih, 2013).
Menurut Nursalam (2008) bronkopneumonia ini ditandai adanya bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Bronkopneumonia merupakan radang saluran pernapasan yang terjadi pada
bagian bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia merupakan salah
satu bagian dari penyakit pneumonia. Bronkopneumonia merupakan suatu
cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain
peradangan yang terjadi pada jaringan paru dengan cara penyebaran langsung
melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi
Sujono, 2009).

2. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi bronkopneumonia menurut andy Samuel (2014)
yaitu :
a. Bronkopneumonia sangat berat adalah kondisi dimana bila terjadi sianosis
sentral dan anak tidak sanggup untuk minum
b. Bronkopneumonia berat adalah bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih
sanggup untuk minum
c. Bronkopneumonia adalah bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernapasan
yang cepat yakni >60x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan;
>50x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40x/menit pada anak usia 1-5
tahun
d. Bukan bronkopneumonia yaitu hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda
seperti di atas
3. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang bronkopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernapasan yang terdiri dari reflek glottis & batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman kearah keluar dari irgan & sekresi
humoral setempat. Adapaun penyebab bronkopneumonia yang biasa ditemukan
adalah :
a. Bakteri : streptococcus, staphylococcus H, influenza, Klebsiella
b. Virus : legoionella pneumoniae
c. Jamur : aspergillus spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
Penyebab tersering bronchopneumonia pada anak adalah pneumoniakokus
sedang penyebab lainnya antara lainya antara lain: Streptococus pneumonia,
stapilokokus aureus haemophillus influenza,jamur (seperti candida albicans),
dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai
penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi
(Sujono dan Sukarmin,2013).
Selain yang sudah disebutkan diatas ada juga faktor lain yang dapat
menyebabkan bronkopneumonia menurut Wijayaningsih (2013) :
a. Faktor predisposisi
1) Usia/umur
2) Faktor pencetus
- Gizi buruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
- Tidak mendapatkan ASI yang memadai
- Imunisasi yang tidak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal

4. Patofisilogi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah
(droplet) infasi ini dapat masuk kesaluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika
terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala
demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret.
Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus,
lamakelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem
pertukaran gas di paru. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk
suatu proses peradangan yang meliputi 4 stadium yaitu :
a. Stadium I (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darh dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
b. Stadium II /hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III/hepatisasi keabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih teteap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (8-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada
bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif, dan mual (Wijayaningsih,2013).
5. Pathway
Virus, jamur, bakteri masuk
melalui saluran nafas atas

Terjadi invasi saluran nafas atas

Kuman berlebih di Terjadi invasi saluran nafas atas Infeksi saluran nafas bawah
bronkus

Infeksi saluran cerna Dilatasi pembuluh


Proses peradangan Peradangan
darah

Eksudat masuk
Peningkatan flora Peningkatan suhu tubuh
Batuk berdahak alveoli
normal di usus

Hipertermi
Gangguan difusi
Akumulasi secret di Peristaltik usus
dalam plasma
bronkus meningkat
Gangguan
Pertukaran Gas

Malabropsi
Mucus di Suplai O2 dalam darah
Bersihan Jalan bronkus menurun. Gejala : sianosis,
Nafas Tidak meningkat nafas cuping hidung, retraksi
Efektif Frekuensi dinding dada
BAB >
Ex/hari,
struktur Hipoksia Penurunan Kesadaran
Anoreksia encer

Intake menurun
Frekuensi Hiperventilasi Intoleransi
BAB >
Aktifitas
Ex/hari,
Risiko Defisit struktur Dipsnea
Nutrisi encer

Retraksi
Resiko Pola Nafas Tidak
dinding dada,
Ketidakseimbangan Efektif
nafas cuping
Cairan
hidung
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Adanya retraksi epigastric, intercostal dan suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi tractus respiratorius bagian atas selama beberapa
hari
d. Demam (39℃-40℃) kadang-kadang disertai dengan kejang karena demam
yang tinggi
e. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
f. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yan terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernapas dan batuk
g. Pernapasan cepat dan sianosis disekitar hidung dan mulut
h. Adanya bunyi tambahan ronchi dan wheezing
i. Rasa Lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius

7. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz (2013) komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan secret
akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan
sekret ini menyebabkan obstruksi bronkus instrinsik.
b. Empisema
Adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial
e. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak
8. Penatalaksanaan
a. Pemberian obat antibiotic penisilin 50.000 U/kg BB/hari atau diberikan
antibiotic yang mempumyai spectrum luas seperti ampisilin.pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan
untuk menghilang penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga
untuk menghindari resistensi antibiotic.
b. Pasien istirahat total
c. Posisi pasien semifowler
d. Bila terdapat obtruksi jalan dan lendir diberikan broncodilato
e. Terapi modalitas pernapasan (vibrasi, claping, napas dalam dan batuk efektif)
f. Banyak minum air putih hangat
g. Suction bila ada sumbatan jalan napas
h. Kompres hangat jika demam

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1) Foto Thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu
atau beberapa lobus
2) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin pada pasien bronchopneumonia menunjukkan
adanya leukositosis sebesar 48,1x 10³/L. Berdasarkan teori,pemeriksaan
penunjang laboratorium darah rutin bronkopneumonia menunjukkan
adanya infeksi.
b) Analisis Gas Darah
Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolic dengan atau
tanpa retensi CO2.
c) Kultur Darah
Leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran ke
kiri.
d) Elektrolit
Natrium dan klorida rendah
e) LED (Laju Endap Darah) : rendah
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK
BRONKOPNEUMONIA
I. PENGKAJIAN
A). DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Biodata pasien (nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, umur).
Bronkopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi
pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
a. Keluhan Utama
Pada mulanya keluhan yang dikemukakan penderita tidak banyak
berbeda antara infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, yaitu
tanda-tanda infeksi akut (panas badan yang cenderung semakin tinggi,
nyeri otot, menghilangnya nafsu makan) yang disertai batuk-batuk yang
cenderung semakin berat dengan dahak yang hanya sedikit atau bahkan
sulit sekali untuk dibatukkan ke luar.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu mengidentifikasi riwayat kesehatan yang
memiliki hubungan dengan klien atau yang memperberat keadaan
penyakit yang sedang diderita saat ini. Termasuk faktor prodiposisi
penyakit. Riwayat kesehatan dahulu pada anak dengaN
bronkopneumonia yaitu anak sering menderita penyakit saluran
pernafasan bagian atas, mempunyai riwayat penyakit campak dan
fertusis (Susilaningrum, 2013).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh susah bernapas, batuk, demam tinggi, batuk-
batuk, sehingga keluarga langsung membawanya ke Rumah Sakit untuk
ditindak lanjuti.
c. Riwayat Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada gangguan sistem pernapasan
merupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat
keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya
riwayat sesak napas, batuk dalam jangka waktu yang lama dan batuk
darah dari generasi terdahulu. Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Kedua
penyakit itu juga akan mendukung atau memperberat keluhan penderita

d. Riwayat Imunisasi
Biasanya klien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti
DPT-HB-Hib 2
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Riwayat Pre Natal Care
Mengidentifikasi riwayat kehaliman, jumlah kunjungan pemeriksaan
saat kehamilan, kesehatan selama kehamilan, pemberian imunisasi
TT, nutrisi saat hamil, peningkatan BB, konsumsi multivitamin, obat
dan zat besi, keluhan saat kehamilan (Marni, 2014).
2) Riwayat Intranatal
Mengidentifikasi riwayat kelahiran, lahir matur/premature, tempat
pertolongan persalinan, proses kelahiran dan tipe kelahiran, APGAR
score, BB dan PB saat lahir (Marni, 2014).
3) Riwayat Post Natal
Mengidentifikasi riwayat postnatal, riwayat lahir mati/aborsi, kondisi
bayi setelah lahir dan kondisi ibu setelah melahirkan, adanya
anomaly/kongenital, pemberian ASI (Marni, 2014).

3. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon
sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme)
b. Pola Eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui proses evaporasi karena demam
c. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji kebiasaan tidur siang dan malam baik mulai tidur, jumlah jam tidur,
kebiasaan anak menjelang tidur (minum susu, mendengar cerita dan
lain-lain). Pada anak dengan bronkopneumonia mengalami kesulitan
tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering
menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari
karena ketidaknyamanan tersebut (Riyadi, 2013)

d. Pola Aktivitas Latihan


Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak
kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang
tuanya atau bedrest

B). DATA OBJEKTIF


1. STATUS KESEHATAN UMUM
1). Keadaan Umum : Klien dengan bronkopneumonia tampak gelisah dan
lemah
2). Kesadaran : Pada anak dengan bronkopneumonia tingkat kesadaran
normal namun dapat juga mengalami tingkat kesadaran seperti koma,
apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit (Riyadi, 2013)
3). Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa, tekanan darah, frekuensi nadi,
frekunsi napas dan suhu tubuh, pada anak dengan bronkopneumonia
didapatkan tanda-tanda vital yaitu hipertensi, takikardi, takipnea,
dyspnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu
pernafasan dan hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme
yang direspon oleh hipotalamus (Riyadi, 2013).
2. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
a. Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, fontanel sudah tertutup atau
belum, kebersihan kepala klien, apakah ada pembesaran kepala,
apakah ada lesi pada kepala. Pada klien bronkopneumonia akan
ditemukan rambut tampak kotor karena kekurangan nutrisi, rambut
tampak kotor dan lengket akibat peningkatan suhu (Riyadi, 2013).
b. Mata
Periksa warna konjungtiva dan sklera, lihat apakah mata tampak
cekung, apakah ada peradangan atau tidak. Pada klien dengan
bronkopneumonia akan ditemukan kondisi konjungtiva tampak pucat
akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
c. Hidung
Lihat apakah ada pernapasan cuping hidung, lihat apakah jalan napas
paten, lakukan palpasi setiap sisi hidung untuk menentukan apakah
ada nyeri tekan atau tidak. Pada klien bronkopneumonia ditemukan
pernapasan cuping hidung dan produksi secret

d. Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kelembaban, periksa gigi apakah ada
pengeroposan gigi. Pada klien bronkopneumonia terdapat sputum
yang sulit dikeluarkan
e. Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, periksa kebersihan telinga.
Lakukan penarikan apakah ada nyeri atau tidak. Pada klien
bronkopneumonia terjadi otitis media bersamaan dengan pneumonia
atau setelahnya karena tidak diobati.
f. Leher
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena
jugularis
g. Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada,
amati apakah ada nyeri di sekitar dada, dengarkan suara nafas
tambahan. Pada klien bronkopneumonia akan ditemukan ronchi atau
wheezing dan kemungkinan terdapat retraksi dinding dada.
h. Abdomen
Inspeksi ada lesi atau tidak, perhatikan bentuk perut. Lakukan
palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak. Lakukan auskultasi
dengarkan bising usus pada klien normal atau tidak. Pada klien
bronkopneumonia akan ditemukan ekspansi kuman melalu pembuluh
darah yang masuk kedalam saluran pencernaan dan mengakibatkan
infeksi sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus.
i. Ekstremitas
Pada klien bronkopneumonia akan ditemukan sianosis pada ujung
jari, akral teraba dingin bahkan CRT >2 detik karena kurangnya
suplai oksigen ke perifer.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Pada pasien dengan bronkopneumonia biasanya ditemukan leukosit
>15.000 yang menandakan bahwa terdapat peradangan maupun
infeksi.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis yang diambil adalah foto thorax dimana
memberikan gambaran bervariasi yaitu bercak konsolidasi merata
pada bronkopneumonia, bercak konsolidasi satu lobus pada
pneumonia lobaris, gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate
pada pneumonia stafilokok (Riyadi, 2013).
3. Kultur darah
Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam darah, yang
mengakibatkan sistem imun menjadi rendah
4. Kultur sputum
Pemeriksaan sputum biasanya ditemukan adanya bakteri pneumonia
dan juga bakteri lain yang dapat merusak paru.

II. ANALISA KEPERAWATAN

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


DS : Virus, jamur, bakteri Bersihan jalan napas tidak efektif
- Biasanya klien dengan masuk melalui saluran
bronkopneumonia napas atas
akan mengalami batuk
berdahak dan pilek Terjadi invasi saluran
- Ibu klien mengatakan napas atas
anaknya susah
bernapas dan sesak Kuman berlebih di
napas bronkus
- Ibu klien mengatakan
lingkungan sekitarnya Proses peradangan
merokok terutama
suaminya Batuk berdahak
DO :
- Anak dengan Akumulasi secret di
bronkopneumoni bronkus
a akan terlihat
gelisah, rewel, Bersihan Jalan Napas
nangis Tidak Efektif
- Terdengar suara
ronchi pada
pernapasan
- Klien dengan
bronkopneumoni
a terdengar batuk
berdahak\
- Biasanya nadi
>40x/menit
DS : Virus, jamur, bakteri Pola Napas Tidak Efektif
- Biasanya ibu klien masuk melalui saluran
mengatakan anaknya napas atas
susah napas dan
sesak napas Terjadi invasi saluran
- Ibu klien juga napas atas
mengatakan pola
napas anaknya cepat Infeksi saluran napas
DO : bawah
- Klien
bronkopneumonia Dilatasi pembuluh
biasanya terlihat darah
napasnya cepat dan
dangkal Eksudat masuk alveoli
- Terlihat anak
bernapas Gangguan difusi dalam
melibatkan otot plasma
leher
- Nadi pada klien Suplai O2 dalam darah
dengan menurun. Gejala :
bronkopneumonia sianosis, napas cuping
>40x/menit hidung, retraksi dinding
dada

Hipoksia
Hiperventilasi

Dispnea

Retraksi dinding dada,


napas cuping hidung

Pola Napas Tidak


Efektif
DS : Virus, jamur, bakteri Hipertermia
- Ibu klien mengatakan masuk melalui saluran
saat memegang dahi napas atas
anaknya terasa panas
- Ibu klien mengatakan Terjadi invasi saluran
sudah memberikan napas atas
kompres hangat
tetapi badan anaknya Infeksi saluran napas
tetap panas bawah

DO : Peradangan
- Klien dengan
bronkopneumonia Peningkata suhu tubuh
akan terlihat puvat
- Suhu klien dengan Hipertermia
bronkopneumonia
sekitar 38-39℃

III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk
tidak efektif, sputum berlebih, mengi, wheezing dan ayau ronkhi kering,
dispnea, gelisah, sianosis, frekuensi nafas berubah dan pola napas berubah
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
takikardi, bunyi napas tambahan, gelisah, sianosis, napas cuping hidung,
pola napas abnormal dan warna kulit abnormal
3. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (mis. kelemahan otot
napas) d.d dispnea, pola napas abnormal (misal takipnea) dan pernapasan
cuping hidung
4. Hipertermia b.d proses penyakit (mis. infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal, takikardi, takipnea dan kulit terasa hangat
5. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d obstruksi intestinal
6. Risiko defisit nutrisi d.d faktor psikologis (mis. keengganan untuk makan)

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN/INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d a. Tujuan : Setelah dilakukan (1.01011)
hipersekresi jalan tindakan keperawatan 3x24  Observasi :
napas d.d batuk tidak jam diharapkan bersihan jalan - Monitor pola napas (frekuensi,
efektif, sputum napas meningkat kedalaman, usaha napas)
berlebih, mengi, b. Kriteria Hasil : - Monitor bunyi napas onitor
wheezing dan atau a) Batuk efektif meningkat bunyi napas tambahan (mis
ronkhi kering, b) Produksi sputum menurun Gurgling, mengi, wheezing,
dispnea, gelisah, c) Mengi menurun ronkhi kering)
sianosis, frekuensi d) Wheezing menurun - Monitor sputum (jumlah,
nafas berubah dan e) Dispnea menurun warna, aroma)
pola napas berubah f) Gelisah menurun  Terapeutik :
g) Sianosis menurun - Pertahankan kepatenan jalan
h) Frekuensi napas membaik napas dengan head-tilt dan
i) Pola napas membaik chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Edukasi :
- Anjurkan supan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator

2. Hipertermia b.d Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia


proses penyakit (mis. a. Tujuan : Setelah dilakukan (1.15506)
infeksi) d.d suhu tindakan keperawatan 24 jam  Observasi :
tubuh diatas nilai diharapkan termoregulasi - Monitor frekuensi, irama,
normal, takikardi, membaik kedalaman dan upaya napas
takipnea dan kulit b. Kriteria Hasil : - Monitor pola napas (seperti
teerasa hangat a) Pucat menurun takipnea)
b) Takikardi menurun - Monitor adanya produksi
c) Takipnea menurun sputum
d) Suhu tubuh membaik - Monitor adanya sumbatan jalan
e) Suhu kulit membaik napas
- Auskultasi bunyi napas
 Terapeutik :
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

3. Pola napas tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas


efektif b.d hambatan a. Tujuan : Setelah dilakukan (1.01011)
upaya napas (mis. tindakan keperawatan 3x24  Observasi :
kelemahan otot jam diharapkan pola napas - Monitor pola napas (frekuensi,
napas) d.d dispnea, membaik kedalaman, usaha napas)
pola napas abnormal b. Kriteria Hasil : - Monitor bunyi napas onitor
(misal takipnea) dan a) Dispnea menurun bunyi napas tambahan (mis
pernapasan cuping b) Pernapasan cuping hidung Gurgling, mengi, wheezing,
hidung menurun
c) Frekuensi napas membaik ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
 Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
- Identifikasi penyebab
hipertermia
- Monitor suhu tubuh
 Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
paracetamol

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialami klien untuk mencapai masalah kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil. Implementasi adalah tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana perawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Implementasi ini difocuskan pada anak bronkopneumonia dengan diagnosa
keperawatan yang sudah dijelaskan diatas yaitu bersihan jalan napas tidak
efektif, gangguan pertukaran gas dan pola napas tidak efektif

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) (Asmadi, 2008).
Evaluasi keperawatan adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evalusi menentukan apakah intervensi harus
diakhiri, dilanjutkan atau diubah. Jika semua yang ada dalam kriteria hasil
sudah normal maka intervensi keperawatan selesai.
Menurut (Dermawan, 2012) evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing). Adapun
komponen
SOAP yaitu :
a. S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan klien yang masih dirasakan
setelah diakukan tindakan keperawatan.
b. O (Objektif) adalah informasi yang didapatkan berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan
c. A (Assesment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif,
(biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan
apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga
kemungkinan simpulan :
1) Tujuan tercapai : yaitu respons klien sama dengan hasil yang
diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian : yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian
berhasil dicapai
3) Tujuan tidak tercapai : respons klien tidak sesuai dengan hasil yang
diharapkan
d. P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan
yang dilakukan berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : ECG

Bulechek, M. Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classifications (2016).


Elseiver: Singapore Pte Ltd. Graha Ilmu

Dermawan, D. 2012. Proses Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Goyen Publishing

Hudoyo A. Bronkopneumoni [internet]. [Dilihat pada 29 April 2023]. Tersedia dari:


http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/13/a0c5c46942a77a3619e1c23c169.
pdf

Nursalam, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk perawat dan bidan.
Jakarta. Salemba Medika

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:

Tarwoto & Martonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta Timur. Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI

UNICEF. The challenge: pneumonia is the leading killer of children [internet]. New
York: UNICEF; 2014 [Dilihat pada 28 April 2023]. Tersedia dari:
http://www.childinfo.org/pneumonia.html

Wijayanigsih. 2013. Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Trans Info Media.


_______________. Standar asuhan keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Bidan). Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai