Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya.(Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di
lobuli yang berdkatan. Penyakit ni sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernapasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tubuh.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi
klinis panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, serta btuk kering dan produktif (Hidayat, 2008)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah bronkus dan sekitar
alveoli.

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan 
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3.  Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Penyebab paling sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza,
Proteus sp dan pseudomonas aeruginosa (Putri, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai
39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian
menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan
fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia.
Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

D. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah
yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri
2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia
yang meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya
diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan
perjalanan penyakit maka hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.
E. Pathway
Jamur, virus, bakteri,
protozoa
- Penderita yang dirawat di RS
- Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS

Saluran pernapasan atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
(bakteri/virus/jamur) pirogen stat
Pelepasan histamin endogen
Kuman terbawa di saluran cerna
HIPERTERMIA
Proses peradangan Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus  Malabsorbsi

Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus


Peningkatan metabolisme

Diare
Akumulasi secret di bronkus

Mucus bronkus meningkat


Kehilangan cairan aktif
KETIDAKEFEKTIFAN
Bau mulut tidak sedap
BERSIHAN JALAN Infeksi saluran
NAPAS RESIKO KEKURANGAN pernapasan bawah
VOLUME CAIRAN
Anoreksia
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


alveoli
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI GANGGUAN
KEBUTUHAN TUBUH Gangguan difusi dalam plasma PERTUKARAN GAS

Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah


Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

KETIDAKEFEKTIFAN POLA Fatique


NAPAS

INTOLERANSI
(Nurarif dan Hardhi, 2013)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak, konsolidasi,
infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan organisme
penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien bronkopneumonia
adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu antibiotic.
Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat inap. Makah
al yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic berdasarkan usia,
keadaan umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic yang mungkin
diberikan adalah penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin
dan kloksasilin atau eritromisin dan kloramfenikol dan sejenisnya.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah:
- Empiema
- Otitis media akut
- Meningitis
- Atelektasis
- Emphisema
- Cor Pulmonum
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat
memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3
bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya
terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda :Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat)
edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan
diameter AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan
untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada
saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.
Adanya infeksi berulang.

3. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d mucus Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
dalam jumlah Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
berlebihan patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara napas 3. Informasikan kepada klien
yang bersih, tidak ada dan keluarga tentang
sianosis dan dispneu suctioning
(mampu mengeluarkan 4. Minta klien napas dalam
sputum, mampu bernapas sebelum melakukan
dengan mudah, tidak ada suctioning
pursed lip) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan napas menggunakan nasal
yang paten (Klien tidak 6. Anjurkan pasien untuk
merasa tercekik, irama istirahat dan napas dalam
napas, frekuensi setelah kateter dikeluarkan
pernapasan dalam rentang dari nasotrakeal
normal, tidak ada suara 7. Monitor status oksigen
napas abnormal) pasien
3. Mampu mengidentifikasi 8. Anjurkan keluarga
dan mencegah factor yang bagaimana melakukan
dapat menghambat jalan suction
napas. 9. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila psien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll
Airway Management (3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift atau
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu.
5. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
2. Gangguan NOC NIC
pertukaran gas b.d Respiratory status : Gas Airway Management (3140)
ventilasi-perfusi. Exchange (0402) 1. Buka jalan napas
Respiratory status : menggunakan teknik lift atau
ventilation(0403) jaw thrust bila perlu.
Vital sign status (0802) 2. Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Klien mampu 3. Identifikasi pasien perlunya
mendemonstrasikan pemasangan alat jalan napas
peningkatan ventilasi dan buatan.
oksigenasi yang adekuat 4. Lakukan fisioterapi dada bila
2. Memelihara kebersihan perlu.
paru-paru dan bebas dari 5. Keluarkan secret dengan
tanda-tanda distress batuk atau suction
pernapasan 6. Auskultasi suara napas, catat
3. Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan.
efektif dan suara napas 7. Berikan bronkodilator bila
yang bersih, tidak ada perlu
sianosis dan dispneu 8. Atur intake cairan untuk
(mampu mengeluarkan mengoptimalkan
sputum, mampu bernapas keseimbangan.
dengan mudah, tidak ada 9. Monitor respirasi dan status
pursed lip) O2
4. Tanda-tanda vital dalam Respiratory Monitoring (3350)
rentang normal 1. Monitor rata-rata kedalaman,
irama dan usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunana
otot tambahan, retraksi otot
subklavikular dan
interkostal.
3. Monitor suara napas seperti
dengkur
4. Monitor pula pola napas
bradipneu, takipneu,
hiperventilasi,cheyne stoke
5. Monitor otot diafragma
(gerakan paradoksis)
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
7. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crackels dan ronkhi pada
jalan napas.
8. Auskultasi suara paru untuk
mengetashui hasil tindakan

3. Intoleransi NOC NIC


aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
ketidakseimbanga Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan tenaga
n antara suplai Self care: ADLs (0300) rehabilitasi medik dengan
dan kebutuhan Kriteria hasil : merencanakan program yang
oksigen 1. Berpartisipasi dalam tepat.
aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan.
RR 3. Bantu memilih aktivitas yang
2. Mampu melakukan konsisten sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi
(ADLs) secara mandiri. dan social
3. Tanda-tanda vital normal 4. Bantu untuk mengidentifikasi
4. Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
5. Level kelemahan yang diperlukan untuk
6. Mampu berpindah: dengan aktivitas yang diinginkan.
atau tanpa bantuan alat 5. Bantu klien membuat jadwal
7. Status kardiopulmonari latihan di waktu luang.
adekuat 6. Bantu keluarga untuk
8. Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan
9. Status respirasi: pertukaran dalam beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management (1100)
dari kebutuhan fluid intake (1008) 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh b.d Nutritional status: nutrient 2. Kolaborasi dengan hali gizi
ketidakmampuan intake (1009) untuk menentukan jumlah
menelan makanan Weight control (1006) kalori dan nutrisi yang
Kriteria hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan protein dan
tujuan vitamin C
2. Berat badan ideal sesuai 4. Berikan subtansi gula.
dengan tinggi badan 5. Yakinkan diit yang dimakan
3. Mengidentifikasi mengandung tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda-tanda mal 6. Ajarkan pasien/keluarga
nutrisi untuk membue=at catatan
5. Menunjukan peningkatan makanan harian
fungsi pengecapan dari 7. Berikan informasi tentang
menelan. kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan 8. Kaji kemampuan pasien untuk
BB yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah.
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
11. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Catat adanya edema,
hipereremik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral.
13. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
5. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas b.d - Respiratory Status :
- Airway Management (3140)
hiperventilasi Airway Pattency(0410)
1. Buka jalan napas
- Vital Sign Status (0802)
menggunakan teknik lift atau
Setelah dilakukan intervensi
jaw thrust bila perlu.
selama 3 x 24 jam klien akan
2. Posisikan pasien untuk
menunjukkan pola napas yang
memaksimalkan ventilasi
efektif, dengan KH :
3. Identifikasi pasien perlunya
1. TTV dalam batas normal
pemasangan alat jalan napas
2. Irama dan frekuensi napas
buatan.
dalam rentang normal
4. Lakukan fisioterapi dada bila
3. Tidak suara napas
perlu.
tambahan
5. Keluarkan secret dengan
4. Tidak ada pernapasan bibir
batuk atau suction
dan cuping hidung
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilusi
5. Monitor adanya kecemasan
klien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR klien
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan
abnormal.

4. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanann terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon pasien.

5. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Bentuk evaluasinya antara lain terjadi
peningkatan mobilitas fisik, peningkatan koping individu, serta mampu melakukan
aktivitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.

Ghofarina, Ruffaedah. 2011. Asuhan Keperawatan Anak pada An.Z dengan


Bronkopneumonia di R.Lukman RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Digilib
Unimus: Semarang. .

Nanda, 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:
EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi, 2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta: EGC..

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai