PERILAKU KEKERASAN
CI Institusi
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Defenisi
Menurut Berkowitz, 2000 dalam Azizah Lilik, 2016. Perilaku
kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang,yang ditunjukan dengan prilaku aktualmelakukan kekerasa,baik
pada diri sendiri maupun orang lain, secara verbal maupun non verbal,
bertujuan untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis.
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Prilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (pani). (Azizah Lilik, 2016).
2. Fungsi Marah
a. energizing function/anger energizer behaviour
menambah atau meningkatkan tenaga seseorang, misalnya orang yang
mengamuk pada umumnya tenanya kuat
b. expressive function
emosi kemarahan yan terbuat menandakan hubungan yang sehat, misalnya
ekspresi keadaan kecewa/tidak puas akan diperlihatkan dengan kemarahan
c. self promation function
kemarahan dapat dipakai untuk memproyeksikan konsep diri yang positif
untuk meningkatkan harga diri, misalnya orang akan marah saat merasa di
hina
d. defensive function
kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan
yang meninggi, keran konflik eksternal, misalnya; seseorang
melampiaskan kemarahannya, kemudian setelah terlampiaskan orang
tersebut akan merasa lega
e. Potentiating function
Kemarahan dapat meningkatkan kemampuan, misalnya; orang merasa
dihina kemuudian bias meningkatkan kemampuannya dalam berbagai
segi, misalnya;orang yang bersaing tidak sehat.
f. Distriminative function
Membedakan seseorang dalam berbagai keadaan alam perasaan, misalnya;
gembira,sedih,jengkel dan sebagainya. ( Azizah Lilik, 2016)
3. Tanda dan Gejala
Perawat dapat menidentifiksi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Pandangan tajam
7) Mengantupkan rahang dengan kuat
8) Mengepalkan tangan
9) Jalan mondar mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketur
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkah, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar
g. Social
Menarik diri , pengasingan, melarikan diri, menyimpang seksual. (Azizah
Lilik, 2016)
4. Rentang respon Neurobiologi
Respon Respon
Adaptif Maladaptive
Asertf frustasi pasif agresif prilaku kekerasan
Keterangan :
2) Factor psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang
b) Imitation, modelling, and information processing theory
Prilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang
monolelir kekerasan
c) Learning theory
Prilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnta
d) Eksistensi theory
Bertindak sesuai prilaku adalah kebutuhan dasar manusia aabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui prilaku
konstruksi maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui
prilaku destruktif
3) Factor social cultural
a) Social environment theory
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.
b) Social learning theory
Prilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung mampu
melalui proses sosialisasi
b. Factor Presipitasi
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak mempengaruhi kebutuhan dasar dan kondisi
social ekonomi.
3) Kesuliatan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak kekerasan dalam menyelesaikan konflik
4) Ketidak siapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidak mampuan menempatkan diri sebagai seorang dewasa
5) Adanya riwayat prilaku social meliputi penyalah guanaan obat,
alohol dan sebagainya.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga
c. Penilaian terhadap stressor
1) Prilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan
individu untuk melarikan diri dari itu
2) Prilaku yang memungkin kan individu untuk mengubah keadaan
eksternal dan setelah mereka
3) Prilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan
rangsangan emosional yang tidak menyenangkan
d. Sumber koping
Sumber koping termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual,
keyakinan positif, keterampilan meyelesaikan masalah dan social, sumber
daya social dan mental, kesejahteraan fisik
e. Mekanisme Koping
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginan yang tidak baik
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang
berlawanan
5) Displancement, yaitu melepaskan perasaan yang terekan biasanya
bermusushan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. (Azizah Lilik, 2016)
Patofisiologi
Cemas
Legal
Masalah tidak selesai Mengingkari marah
Ketegangan menurun
Marah berkepanjangan Marah tidak terungkap
Depresi
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama
mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan, tujuan,waktu,
tempat pertemuan, topic yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapatkan.
(Azizah Lilik, 2016)
b. Alasan masuk
Penyebab klien atau keluarga dating, apa yang menyebabkan klien
melakukan kekersan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudsh
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah. (Azizah Lilik, 2016)
c. Factor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah mengalami kekerasan
seksua, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan criminal. (Azizah Lilik, 2016)
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa TTV, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan adakah
keluhan fisik klien.
e. Psikososisal
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identas diri
c) Fungsi peran
d) Ideal diri
e) Harga diri
3) Hubungan social
Hubungan social pada prilaku kekerasan terganggu karena adany a
resiko menciderai diri sendiri dan orang lain, lingkungan, serta
memiliki amarah yang tidak dapat dikontrol.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalani keyakinan,
kepuasan dalam menjalani keyakinan
f. Status mental
1) Penampilan
Pada pasien prilaku kekerasan klien tidak mampu merawat
penampilannya, biasanya penanmpilan tidak rapi, penggunaan
pakaian tidak sesuai, cara berpakian tidak sperti biasanya, rambut
seperti tidak pernah disisir, gigi kotor dna kuning, kuku panjang dan
hitam.
2) Pembicaraan
Anti pembicara klien aka cepat, keras, terburu-buru, gagap , sering
berhenti, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan
3) Aktifitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri dan orang lain maupun meyerang
objek yang ada disekitarnya
4) Afek dan emosi
Untuk pasien prilaku kekerasan efek dan emosi labil, emosi klien
cepat berubah-ubah, cenderung mudah mengamuk, membanting
barang-barang, melukai diri sendiri dan orang lain
2. Pohon masalah
Resiko mencederai (efek)
Prilaku kekerasan ( core Problem)
1. Strategi Pelaksanaan
a. SP 1 P
1) Menyebutkan penyebab prilaku kekerasan
2) Menyebutkan tanda dan gejala prilaku kekerasn
3) Menyebutkan prilaku kekerasan yang dilakukan
4) Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
b. SP 2 P
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2) Mempraktekan latihan cara mengontrol fisik 2 latihan verbal (3
macam)
3) Masukan jadwal kegiatan pasien
c. SP 3 P
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2) Mempraktekan latihan cara verbal/social (3macam)
3) Masukan dalam jadwal kegiatan klien
d. SP 4 P
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2) dan verbal
2) Latih cara spiritual
3) Masukan jadwal kegiatan pasien
e. SP 5 P
1) Evaluasi kegiatan yang laky (SP 1,2), verbal (SP 3), spiritual
2) Latihan patuh obat
3) Masukan jadwal kegiatan pasien
f. SP 1 K
1) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan PK, penyebab, tanda dan gejala
3) Menjelaskan tentang cara merawat PK
4) Latihan cara merawat
5) RTI, keluarga/jadwal untuk merawat pasien
g. SP 2 K
1) Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1K)
2) Latih 2 cara lain untum merawat
3) Latih langsung kepasien
4) Menyusun RTI, keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
h. SP 3 K
1) Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2K)
2) Evaluasi kemampuan klien
2. Implementasi
a. SP 1 P : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasikan
penyebab perasaan mrah, tanda dan gejala yang dirasakann, prilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
b. SP 2 P : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
1) Evaluasi latihan nafas dalam
2) Latihan cara fisik ke-2 :pukul kasur dan bantal
3) Susun jadwal kegiatan harian kedua
c. SP 3 P : latihan mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal
1) Evaluasi jadwal haian untuk dua cara fisik
2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
3) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
d. SP 4 P : latih mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual
1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dan social/verbal
2) Latihan sholat/berdoa
e. SP 5 P: latihan mengontrol prilaku kekerasan dengan obat
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk mencegah marah
yang sudah dilatih
2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar
(benar nama pasien, benar dosis, benar nama obat, benar cara
minum, benar wakt minum obat )
3) Susun jadwal minum obat secara teratur
4) SP 1 K : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang merawat
klien perilaku kekersan di rumah
5) SP 2 K: melatih keluarga cara mengontrol kemarahan
6) SP 3 K: membuat perencanaan pulang bersama keluarga
DAFTAR PUSTAKA