Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

COR PULMONALE

DOSEN PENGAMPU : Ns. Asnah, S.Kep.,M.Pd

Disusun Oleh :

KRIS WAHYUDI

MIFTAHURRAHMAH

NELVIA IVANKA

NOVIA KARTIKA SARI

NUR LAELLY AZIZAH

RANTAU GIGIH DWI ARSA

REISCHA DELFI OCTAVIA

SAMUDRA NUR KHALID

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

PRODI D III KEPERAWATAN BALIKPAPAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

0
KATA PENGANTAR

puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.

Balikpapan, 1 September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. Definisi Cor Pulmonale ................................................................................ 6

B. Anatomi Fisiologi Cor Pulmonale ............................................................. 7

C. Etiologi Cor Pulmonale ................................................................................ 9

D. Patofisiologi Cor Pulmonale ...................................................................... 10

E. Patoflowdiagram Cor Pulmonale ............................................................... 11

F. Tanda dan Gejala Cor Pulmonale .............................................................. 12

G. Pemeriksaan Penunjang Cor Pulmonale .................................................... 13

H. Penatalaksanaan Medis Cor Pulmonale ..................................................... 14

I. Komplikasi Cor Pulmonale ........................................................................ 16

J. Konsep Dasar Keperawatan Cor Pulmonale .............................................. 16

1. Pengkajian .............................................................................................. 16

2. Diagnosa ................................................................................................. 18

3. Intervensi ................................................................................................ 18

2
BAB III ................................................................................................................. 26

PENUTUP ............................................................................................................. 26

A. Kesimpulan ................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulmonary Heart Disease atau Cor pulmonal didefinisikan sebagai
suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan. Hipertensi paru
adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung di cor
pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer
dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi
kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor,
tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses
penyakit cardiopulmonary. Meskipun pulmonale cor umumnya memiliki
progresif dan perlahan-lahan saja kronis, onset akut atau pulmonale cor
diperburuk dengan komplikasi yang mengancam kehidupan dapat terjadi.
Data kematian yang dikumpulkan sejak tahun 1991 dari bagian
Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI Unit paru RSU Persahabatan penyebab
kematian akibat cor pulmonal sebanyak 7 kasus dari 175 jumlah total
kematian pasien penderita penyakit paru atau sebesar 4,10%. Cor
pulmonal menduduki ranking kelima setalah TB paru, tumor paru,
pneumonia, dan bronkhiektasis.
Jika cor pulmonal terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak
memadai pada cor pulmonal dapat menimbulkan gangguan fungsi paru,
maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu
membahas dan menelaah lebih dalam mengenai penyakit cor pulmonal
untuk dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien cor pulmonal
dengan pendekatan proses keperawatan yang benar.

4
B. Rumusan Masalah
1. Definisi cor pulmonale?
2. Anatomi fisiologi cor pulmonale?
3. Etiologi cor pulmonale?
4. Patofisiologi cor pulmonale?
5. Patoflowdiagram cor pulmonale?
6. Tanda dan gejala cor pulmonale?
7. Pemeriksaan penunjang cor pulmonale?
8. Penatalaksanaan medis cor pulmonale?
9. Komplikasi cor pulmonale?
10. Konsep dasar keperawatan cor pulmonale?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi cor pulmonale
2. Mengetahui anatomi fisiologi cor pulmonale
3. Mengetahui etiologi cor pulmonale
4. Mengetahui patofisiologi cor pulmonale
5. Mengetahui patoflowdiagram cor pulmonale
6. Mengetahui tanda dan gejala cor pulmonale
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang cor pulmonale
8. Mengetahui penatalaksanaan medis cor pulmonale
9. Mengetahui komplikasi cor pulmonale
10. Mengetahui konsep dasar keperawatan cor pulmonale

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Cor Pulmonale
Cor pulmonale mengacu pada gagal jantung bagian kanan. Hal
ini biasa terjadi pada orang dengan penyakit paru-paru kronis.
Penyakit semacam itu bisa meningkatkan tekanan darah di
pembuluh darah paru-paru. Akibatnya, ventrikel kanan dipaksa
bekerja lebih keras agar bisa memompa darah. Jika tidak diobati,
ventrikel kanan akan membesar dan lama kelamaan tidak bisa
memompa darah ke paru-paru secara normal.
Cor pulmonale didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan
utama dari sistem pernapasan. Keadaan patoogis dengan ditemukannya
hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional
dan struktural paru. (WHO, 1993). Korpulmonal adalah suatu keadaan
patologis akibat hipertropi/dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan
oleh hipertensi pulmonal, dengan penyebabnya adalah kelaianan
penyakit parenkim paru, kelainan vascular paru dan gangguan fungsi
paru. (Braunwahl, 1980).
Cor Pulmonale (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat
hipertrofi atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari
hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik
dari parenkim paru, didinding toraks maupun vaskuler paru. Cor
Pulmonal dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif,
dan dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B: 2003).
Cor Pulmonale adalah penyakit jantung karena tekanan darah
dalam pembuluh-pembuluh nadi paru. Penyakit jantung Pulmonal
terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru-paru seperti
emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat
paru-paru dengan sulit (F. Knight,Jhon: 1995).

6
B. Anatomi Fisiologi Cor Pulmonale
Anatomi Dan Fisiologi Jantung. Jantung adalah sutau organ
berotot, didalam vertebra bertanggung jawab untuk memompa darah
melalui pembuluh darah, kontraksi berirama, atau suatu strutur yang
serupa di annelida, mollusca dan arthrapoda. Istilah jantung (seperti
cardiology) bermakna “berhubungan dengan jantung” dan berasal dari
bahasa Yunani, kardia untuk jantung.
Fungsi utama jantung adalah untuk mengepam darah yang
beroksigen ke seluruh bahagian tubuh. Tugas ini dilakukan dengan
menguncup sebanyak 60 hingga 90 kali bagi setiap minit. dengan
setiap penguncupan ruang jantung akan mengepam darah samada ke
venrikel atau salur darah arteri. dalam masa 24 jam jantung anda
berdenyut lebih daripada 100,000 kali, 7,000 liter darah dipam melalui
jarak beribu batu di dalam sistem saluran darah.
Jantung sendiri mempunyai tiga lapisan, yang terdiri dari :
1. Lapisan terluar / Epikardium
2. Lapisan tengah / lapisan otot / miokardium
3. Lapisan terdalam / lapisan endotel / endocardium

Berikut penjelasannya :

Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian


jantung luar dilapisi oleh selaput jantung (perikardium ). Perikardium
terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis dan lapisan
dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina
viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangankavum
perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk
menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.

1. PERICARDIUM ( lapisan luar)


Memiliki ciri-ciri :
a. pembungkus jantung

7
b. dari jaringan ikat

Terdiri dari 2 lapisan :

1.) Pericardium Parietalis (luar)


2.) Pericardium Viseralis (dalam)

2. MYOCARDIUM (lapisan otot jantung).


Memiliki ciri-ciri :
a. lapisan tengah jantung
b. Terdiri dari 3 macam otot

Terdiri dari 2 lapisan :

a. otot atrium (tipis)


b. otot ventrikel. ventrikel kiri >> tebal dari ventrikel kanan
c. otot serat khusus.

3. ENDOKARDIUM
a. lapisan dalam jantung
b. terdiri dari jaringan epitel (endotel)
c. berhubungan langsung dengan ruang jantung

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas


proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh.
Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan
sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari
jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.

Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2


atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu
mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia
berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan,
terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu

8
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung
berkontraksi secara periodic

Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.


Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis,
atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung
kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit
lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak
100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000
galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm
diatas processus xiphoideus.

Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis
costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal
berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal
pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal
berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea
medioclavicularis.

C. Etiologi Cor Pulmonale


Penyebab penyakit cor pulmonale antara lain :
1. Penyakit baru menahun dengan hipoksia
a. Penyakit baru obstruktif
b. Fibrosis paru
c. Penyakit fibrokistik

9
d. Cyrptogenik fibrosing alveolitis
e. Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
2. Kelainan dinding dada
a. Kifoskoliosis,torakoplasti,fibrosis pleura
b. Penyakit neuro muskuler
3. Gangguan mekanisme kontrol pernafasan
a. Obesitas,hipoventilasi idiopatik
b. Penyakit serebrovaskular
4. Obstruksi saluran nafas atas pada anak
a. Hipetrofi tonsil dan adeniod
b. Kelainan primer pembuluh darah
c. Hipertensi pulmonal primer , emboli paru berulang,vaskulitis
pembuluh darah paru

D. Patofisiologi Cor Pulmonale


Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi
pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika
resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti
pada penyakit vaskuler atau parenkim paru-paru, peningkatan curah
jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronis
meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit
COPD yang dikarenakan adanya pernaniangan pernbuluh paru-paru
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang
pada suatu waktu akan memengaruhi jantung, menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal
jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi
paru-paru,dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkapnia (pen ingkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia
dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan

10
memungkinkan penurunan vaskularisasi pull-part’ seperti pada
emfisema dan emboli paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan
tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan
hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45
mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel
kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan.

E. Patoflowdiagram Cor Pulmonale

11
F. Tanda dan Gejala Cor Pulmonale
Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan penyakit cor
pulmonal adalah:
1. Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, contohnya COPD
akan menimbulkan gejala napas pendek dan batuk.
2. Gagal ventrikel kanan: edema, distensi vena leper, organ hati
teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur jantung
3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari
peningkatan PCO.

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu penderita


yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang
menyebabkan pulmonary heart disease.

1. Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat


istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
2. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang
produktif (banyak sputum).
3. Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas
dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
4. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak
pada perut dan kaki serta cepat lelah.

Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi


berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik,
dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan.
Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala -
gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas
dapat juga muncul.

Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing,


vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau

12
keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati
membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.

Gejala- gejala tambahan ialah:

1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol

G. Pemeriksaan Penunjang Cor Pulmonale


1. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus
dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan
percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi
dengan diameter transversal toraks. Perbandingan > 0,36
menunjukkan hipertensi pulmonal.

2. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan
dinding ventrikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat
diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas
ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel
kiri. Septum interventrikel dapat tergeser ke kiri.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan
dinding, volume kavitas, dan jumlah darah yang dipompa.

4. Biopsi Paru-paru

13
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada
beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler
kolagen, artritis rhematoid, dan granulomatosis wagener.

H. Penatalaksanaan Medis Cor Pulmonale


Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan
ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta
manilestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan medis secara umum:
Terapi medis untuk pulmonary heart disease kronis di fokuskan
pada penatalaksanaan untuk penyakit paru dan peningkatan oksigenasi
serta peningkatan fungsi ventrikel kanan dengan menaikkan
kontraktilitas dari ventrikel kanan dan menurunkan vasokonstriksi
pada pembuluh darah di paru. Pada pulmonary heart disease akut akan
dilakukan pendekatan yang berbeda yaitu di fokuskan pada kestabilan
klien.
Untuk mendukung system kardiopulmonal pada klien dengan
pulmonary heart disease harus diperhatikan mengenai kegagalan
jantung kanan yang meliputi masalah pengisian cairan di ventrikel dan
pemberian vasokonstriktor (epinephrine) untuk memelihara tekanan
darah yang adekuat. Tetapi pada dasarnya penatalaksanaan akan lebih
baik jika di fokuskan pada masalah utama, misalnya pada emboli paru
harus dipertimbangkan untuk pemberian antikoagulan, agen trombilisis
atau tindakan pembedaham embolektomi. Khususnya jika sirkulasi
terhambat akan dipertimbangkan pula pemberian broncodilator dan
penatalaksanaan infeksi untuk klien dengan PPOK; pemberian steroid
dan imunosupresif pada penyakit fibrosis paru.
Terapi oksigen, pemberian diuretic, vasodilator, digitalis,
theophyline, dan terapi antikoagulan di gunakan untuk terapi jangka
panjang pada cor pulmonal kronis.
1. Terapi Oksigen.

14
Terapi oksigen sangat penting diberikan pada klien. Klien
dengan pulmonary heart disease memiliki tekanan oksigen (PO2) di
bawah 55 mm Hg dan menurun dengan cepat ketika beraktivitas
atau tidur. Terapi oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi
hipoksemia pulmonar, kemudian dapat menaikkan cardiac output,
mengurangi vasokonstriksi, meringankan hipoksemia jaringan, dan
meningkatkan perfusi ginjal. Secara umum, terapi oksigen di
berikan jika PaO2 kurang dari 55 mm Hg atau saturasi O2 kurang
dari 88%.
Manfaat dari terapi oksigen adalah untuk menurunkan
tingkat gejala dan meningkatkan status fungsional. Oleh karena itu,
terapi oksigen penting di berikan untuk managemen jangka
panjang khususnya untuk klien dengan hipoksia atau penyakit paru
obstruktif (PPOK).

2. Diuretik.
Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart
disease kronis, terutama ketika pengisian ventrikel kiri terlihat
meninggi dan pada edema perifer. Diuretic berperan dalam
peningkatan fungsi dari ventrikel kanan maupun kiri. Diuretik
memproduksi efek hemodinamik yang berlawanan jika tidak di
perhatikan penggunaannya. Volume pengosongan yang berlebihan
dapat menimbulkan penuruna cardiac output. Komplikasi lain dari
diuretic adalah produksi hypokalemic metabolic alkalosis, yang
akan mengurangi efektivitas stimulasi karbondioksida pada pusat
pernafasan dan menurunkan ventilasi. Produksi elektrolit dan asam
yang merugikan sebagai akibat dari penggunaaan diuretic juga
dapat menimbulkan aritmia, yang berakibat menurunnya cardiac
output. Oleh karena itu diuretik di rekomendasikan pada
managemen pulmonary heart disease kronis, dengan
memperhatikan pemakaian.

15
I. Komplikasi Cor Pulmonale
Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:
1. Sinkope
2. Gagal jantung kanan
3. Edema perifer
4. Kematian

J. Konsep Dasar Keperawatan Cor Pulmonale


1. Pengkajian
Anamnesa,meliputi:
a. Identitas pasien
 Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada
anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering
ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan
kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan
pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi
penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal
merupakan dampak dari beberepa penyakit yang
menyerang paru-paru.

Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal


akibat obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan
adenoid.

 Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor


pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi
udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
 Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko
terjadinya kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat
daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang
memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya
ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin

16
memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat
terjadinya kor pulmonal.

b. Riwayat sakit dan Kesehatan


1.) Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri
dada
2.) Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan
tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas
ringan sampai berat.
 Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang
dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
 Apakah kelemahan fisik bersifat local atau
keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
 Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
 Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas,
seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah
setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas.

3.) Riwayat penyakit dahulu


Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat
penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah
klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.

17
c. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap
penyakit.

2. Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara
reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
b. Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi
dan penekanan toraks.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk
usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
d. Intoleransi aktifitas yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
e. Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria

3. Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara
reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
 Tujuan :
Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat
untuk keperluan tubuh.
 Kriteria hasil :
Klien tidak mengalami sesak napas.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
PaO2 dan PaC02 dalam batas normal

18
Saturasi O2 dalam rentang normal
 Intervensi dan Rasional :

Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, Berguna dalam evaluasi derajat distress
kedalaman pernapasan. Catat pernapasan dan/atau kronisnya proses
penggunaan otot aksesori, nafas penyakit.
bibir, tidakmampuan bicara/
berbincang.
Tinggikan kepala tempat Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
tidur, bantu pasien untuk dengan posisi duduk tinggi dan latihan
memilih posisi yang mudah nafas untuk menurunkan kolaps jalan
untuk bernapas. Dorong nafas nafas, dispnea dan kerja nafas.
perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan atau toleransi
individu.
Awasi secara rutin kulit Sianosis mungkin perifer (terlihat pada
dan warna membrane mukosa. kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan
dan diagnosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan Kental, tebal, dan banyaknya sekresi
sputum; penghisapan bila adalah sumber utama gangguan
diindikasikan. pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
Auskultasi bunyi nafas, Bunyi nafas mugkin redup karena aliran
catat area penurunan aliran udara udara atau area konsolidasi. Adanya
dan/atau bunyi tambahan. mengi mengindikasikan secret. Krekel
basah menyebar menunjukkan cairan
pada intertisial/dekompensasi jantung.

19
Palpasi fremitus. Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
status mental. Selidiki adanya umum pada hypoxia, GDA memburuk
perubahan. disertai bingung/ somnolen menunjukkan
disfungsi sersbral yang berhubungan
dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi Selama distress pernapasan
aktifitas. Berikan lingkungan berat/akut/refraktori pasien secara total
yang tenang dan kalem. Batasi tak mampu melakukan aktifitas sehari-
aktifitas pasien atau dorong hari karena hipoksemia dan dispnea.
untuk tidur/ istirahat dikursi Istirahat diselingi aktifitas perawatan
selama fase akut. Mungkinkan masih penting dari program pengobatan.
pasien melakukan aktifitas Namun, program latihan ditujukan untuk
secara bertahap dan tingkatkan meningkatkan ketahanan dan kekuatan
sesuai toleransi individu. tanpa menyebabkan dispnea berat, dan
dapat meningkatkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan Tachycardia, disritmia, dan perubahan
irama jantung tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
Awasi/gambarkan seri Paco2 biasanya meningkat (bronchitis,
GDA dan nadi oksimetri. enfisema) dan pao2 secara umum
menurun, sehingga hipoksia terjadi
dengan derajat lebih kecil atau lebih
besar. Catatan: paco2 “normal” atau
meningkat menandakan kegagalan
pernapasan yang akan datang selama
asmatik.
Berikan oksigen tambahan Dapat memperbaiki/mencegah

20
yang sesuai dengan indikasi hasil memburuknya hypoxia. Catatan:
GDA dan toleransi pasien. emfisema kronis, mengatur pernapasan
pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan
mungkin dieluarkan dengan peningkatan
pao2 berlebihan.

Berikan penekanan SSP Digunakan untuk mengontrol


(misal: ansietas, sedative, atau ansietas/gelisah yang meningkatkan
narkotik) dengan hati-hati. konsumsi oksigen/kebutuhan,
eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat
karena dapat terjadi gagal nafas.
Bantu instubasi, Terjadinya/kegagalan nafas yang akan
berikan/pertahankan ventilasi datang memerlukan penyelamatan hidup.
mekanik,dan pindahkan UPI
sesuai instruksi pasien.

b. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia.


Tujuan :
Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal
Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain
distress pernapasan
Intervensi dan Rasional :

Tindakan/intervensi Rasional
Berikan posisi fowler atau Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
semi fowler pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Ajarkan teknik napas Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi
dalam dan atau pernapasan jalan napas kecil, memberika pasien beberapa kontrol

21
bibir atau pernapasan terhadap pernapasan, membantu menurunkan
diafragmatik abdomen bila ansietas.
diindikasikan
Obserfasi TTV (RR atau Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan dan
frekuensi permenit) keefektifan jalan napas

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.


Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk
usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
Tujuan :
Nafsu makan membaik.
Kriteria hasil :
Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Beri motivasi pada klien untuk Agar pasien mau memenuhi diet
mengubah kebiasaan makan. yang disarankan untuk kebutuhan
nutrisi dalam metabolisme.
Sajikan makanan untuk klien Mengurangi anorexia pada pasien.
semenarik mungkin.
Pantau nilai laboratorium, Untuk mengetahui perkembangan
khususnya transferin, albumin, dan asupan gizi klien melalui sampel
elektrolit. darah.
Timbang berat badan pasien Untuk mengetahui perkembangan
pada interval yang tepat. klien dalam mempertahankan berat
badan normal.
Diskusikan dengan ahli gizi Untuk bisa lebih tepat memberikan
dalam menentukan kebutuhan protein diet kepada pasien sesuai zat gizi
untuk klien. dan kalori yang dibutuhkan.

22
Pertahankan kebersihan mulut Menambah nafsu makan dan
yang baik. membersihkan kuman-kuman yang
ada dalam mulut, sehingga makanan
yang klien makan akan terasa lebih
nikmat.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara


suplai dan demand oksigen
Tujuan :
keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
Kriteria hasil :
mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan
dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
Intervensi dan Rasional :
Tindakan/ Intervensi Rasional
Beri bantuan untuk Ajarkan klien bagaimana meningkatkan rasa
melaksanakan aktifitas sehari- kontrol dan mandiri dengan kondisi yang ada
hari
Ajarkan klien bagaimana Istirahat memungkinkan tubuh memperbaiki
menghadapi aktifitas energy yang digunakan selama aktifitas
menghindari kelelahan dan
berikan periode istirahat tanpa
gangguan di antara aktifitaa
Kolaborasi dengan ahli Dengan ahli gizi, perawat dapat menentukan
gizi mengenai menu makanan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi
pasien untuk memaksimalkan pembentukan energy
dalam tubuh pasien.

e. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.


Tujuan :

23
mengembalikan pola eliminasi urin normal.
Kriteria hasil :
klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien
menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.
Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Pantau pengeluaran urine, catat Pengeluaran urine mungkin sedikit
jumlah dan warna saat dimana dan pekat karena penurunan perfusi
diuresis terjadi. ginjal. Posisi terlentang membantu
diuresis sehingga pengeluaran urine
dapat ditingkatkan selama tirah
baring.
Pantau/hitung keseimbangan Terapi diuretic dapat disebabkan
intake dan output selama 24 jam oleh kehilangan cairan tiba-
tiba/berlebihan (hipovolemia)
meskipun edema/asites masih ada.
Pertahakan duduk atau tirah Posisi tersebut meningkatkan
baring dengan posisi semifowler filtrasi ginjal dan menurunkan
selama fase akut. produksi ADH sehingga
meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada) Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan Kongesti visceral (terjadi pada GJK
anoreksia, mual, distensi abdomen lanjut) dapat mengganggu fungsi
dan konstipasi. gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet. Perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang memenuhi

24
kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.

25
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Cor pulmonale mengacu pada gagal jantung bagian kanan. Hal
ini biasa terjadi pada orang dengan penyakit paru-paru kronis.
Penyakit semacam itu bisa meningkatkan tekanan darah di
pembuluh darah paru-paru. Akibatnya, ventrikel kanan dipaksa
bekerja lebih keras agar bisa memompa darah. Jika tidak diobati,
ventrikel kanan akan membesar dan lama kelamaan tidak bisa
memompa darah ke paru-paru secara normal.
Jantung adalah sutau organ berotot, didalam vertebra bertanggung
jawab untuk memompa darah melalui pembuluh darah, kontraksi
berirama, atau suatu strutur yang serupa di annelida, mollusca dan
arthrapoda. Istilah jantung (seperti cardiology) bermakna
“berhubungan dengan jantung” dan berasal dari bahasa Yunani, kardia
untuk jantung.
Fungsi utama jantung adalah untuk mengepam darah yang
beroksigen ke seluruh bahagian tubuh. Tugas ini dilakukan dengan
menguncup sebanyak 60 hingga 90 kali bagi setiap minit. dengan
setiap penguncupan ruang jantung akan mengepam darah samada ke
venrikel atau salur darah arteri. dalam masa 24 jam jantung anda
berdenyut lebih daripada 100,000 kali, 7,000 liter darah dipam melalui
jarak beribu batu di dalam sistem saluran darah.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.healthline.com/health/cor-pulmonale

http://dwitasari37.blogspot.com/2014/02/askep-cor-pulmunal.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35530-Kep%20Respirasi-
Askep%20Cor%20Pulmonal.html#popup

http://aangcoy13.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-askep-cor-
pulmonal.html

http://arlyantis3veight78.blogspot.com/2011/05/blog-post_20.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35530-Kep%20Respirasi-
Askep%20Cor%20Pulmonal.html#popup

http://asuhankeperawatanrahmat.blogspot.com/2015/05/asuhan-keperawatan-cor-
pulmonal.html

27

Anda mungkin juga menyukai