Disusun oleh:
Preseptor:
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan rahmat Allah SWT penulis
Jackson” dengan baik dan lancar. Tujuan penulisan ini sebagai salah satu tugas
khususnya kepada dr. Ade Ariadi, Sp.An yang telah memberikan bimbingan
sempurna, baik mengenai isi, pemaparan, dan susunan bahasa yang digunakan. Hal
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Bella Febriani
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
2.1.6 Tatalaksana..............................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas yang
disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor sehingga ventilasi
terganggu. Saluran napas atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Obstruksi
saluran napas atas dapat berupa sumbatan bersifat sebagian dan sumbatan total.
Pada sumbatan yang ringan dapat menyebabkan sesak napas, sedangkan sumbatan
yang lebih berat namun masih terdapat celah kecil dapat menyebabkan sianosis,
gelisah bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran. Pada penyumbatan total dapat
Tanda-tanda obstruksi jalan napas adanya bunyi napas yang tidak normal
seperti snoring, gurgling, stridor dan tarikan otot leher, ada cekungan di daerah iga
dan dibawah diafragma, tidak adanya udara ekspirasi. Obstruksi saluran napas atas
kematian. Diperlukan penanganan yang tepat yang sesuai dengan indikasi dan
membutuhkan tindakan segera dengan tidak menggunakan alat yaitu, head tilt, chin
lift dan jaw trust, Heimlich manueuver, dengan menggunakan alat, yaitu intubasi
1
.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obstruksi Saluran Napas Atas
2.1.1 Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah suatu kondisi dimana terjadi sumbatan
pada jalan nafas bagian atas baik secara komplit atau parsial yang menyebabkan
gangguan ventilasi. Obstruksi saluran napas atas dapat disebabkan oleh adanya
radang, benda asing, trauma, tumor dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral
2.1.2 Epidemiologi
` Insiden obstruksi saluran napas atas bervariasi sesuai etiologi gangguan ini.
Kunjungan ke Unit Gawat Darurat untuk insiden tersedak pada anak-anak yang
diteliti oleh CDC ( Centers for Disease Control and Prevention) pada tahun 2000.
Di laporkan bahwa 160 anak berusia 14 tahun meninggal karena insiden tersedak.
jumlah kunjungan untuk insiden tersedak yang tidak fatal adalah sekitar 17.537
pada tahun itu. Telah diketahui secara luas bahwa pembedahan untuk hipertrofi
adenotonsillar adalah prosedur yang umum, untuk prosedur ini bervariasi dari satu
negara ke negara lain dan telah didokumentasikan antara 19 per 10.000 anak dan
118 per 10.000 anak.6 Pada orang dewasa, obstructive sleep apnea telah dilaporkan
26% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat. Kanker kepala dan leher
menyumbang lebih dari 650.000 kasus dan 330.000 kematian setiap tahun di
seluruh dunia.5 Kanker kepala dan leher menyumbang 3% dari semua keganasan
yang tercatat di Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada Wanita.
3
2.1.3 Etiologi
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab
muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring
atau trakea. Obtruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi
kental atau pembesaran jaringan pada dinding saluran napas, seperti : epiglotitis,
edema laring, karsinoma laring atau peritonsilar abses. Aspirasi benda asing di
Pasien kondisi sumbatan saluran napas, pada evaluasi awal yang harus
ditentukan adalah level sumbatan. Berdasarkan gejala klinik bisa ditentukan level
sumbatan. Wheezing adalah tanda sumbatan saluran napas bawah. Stridor inspirasi
level sumbatan pada daerah glottis ke atas, ekspirasi level trakea ke bawah,
dan dinding faring, sedangkan parau level glotik atau subglotik. Pada pasien dengan
kesadaran umum kompos mentis, tanda dan gejala obstruksi saluran napas atas,
napas atas adalah adanya ketidakmampuan untuk ventilasi dengan bag valve mask
setelah percobaan membuka jalan napas dengan teknik jaw thrust. Setelah obstruksi
4
saluran napas atas berlangsung beberapa menit, asfiksia dapat menyebabkan
kadang obstruksi saluran napas atas dapat berkembang secara perlahan. Obstruksi
hidung atau stridor dipikirkan sebagai tanda spefisik dari obstruksi saluran napas
atas. Stridor terdengar pada semua siklus respirasi, namun biasanya terdengar lebih
intensif pada saat inspirasi dan lebih menonjol di atas leher. Adanya stridor
2.1.5 Diagnosis
kriteria bisa dipakai untuk acuan, namun yang lazim digunakan adalah kriteria
Stadium I : Retraksi tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu
Infrakalvikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. Stridor saat
Stadium IV : Retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah dan tampak sangat
ketakutan serta sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus, maka pasien akan
kehabisan tenaga, pusat pernafasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan
5
2.1.6 Tatalaksana
jalan napas lancar kembali. Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamasi,
resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukkan
pipa endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi
stadium 4. Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasar analisis gas
darah ( pemeriksaan Astrup). Bila fasilitas tersedia, maka intubasi endo- trakea
beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak untuk dewasa,
antara lain:
blow):
6
d. Setelah itu, berikan 5 pukulan dengan tumit tangan di antara kedua tulang
belikat.
hentakan pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat
c. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban
7
Gambar 2.2.2 Chest thrust.
dilakukan dengan cara menekan area ulu hati secara kuat untuk mengeluarkan
b. Selanjutnya, kepalkan satu tangan tepat di atas ulu hati dan tarik kencang
ulu hati.
c. Lakukan sebanyak 5 kali atau ulangi hingga benda asing yang menyumbat
8
Gambar 2.2.3 Heimlich Manuver
9
Manajemen Jalan Napas dengan Alat
posterior faring sehingga udara dapat mengalir dan penghisapan dapat dilakukan
10
2. Nasopharyngeal airway (NPA)
terompet tanpa cuff yang dapat dimasukan melalui lubang hidung masuk ke dalam
faring digunakan pada pasienintoksikasi atau kesadaran menurun yang tidak dapat
menggunakan OPA. Efektif pada keadaan trauma,trismus atau penghalang lain yang
menyulitkan masuknya OPA. NPA yang sesuai dengan pasien harus diukur mulai
dari ujung hidung hingga telinga dan kira-kira 2-4 cm lebih Panjang dari OPA. NPA
epistaksis. Juga tidak digunakan pada patah tulang basis cranii. Setiap pipa yang
medis berupa memasukan tabung endotrakeal melalui mulut atau hidung untuk
11
terganggu biasanya dilakukan tindakan ini untuk mengatasi jalan napas yang
nafas pada pasien yang memiliki resiko terjadinya aspirasi, ataupun pada pasien
yang sulit menjaga saluran nafasnya dengan menggunakan sungkup, ataupun juga
bagi pasien yang memerlukan kontrol ventilasi dalam waktu yang lama.
4. Trakeostomi
lubang (stoma) yang selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul sehingga udara
12
Gambar 2.II.8 Trakeostomi.
5. Krikotirotomi
gawat napas. Dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus
Teknik krikotirotomi:
difiksasi dengan jari tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan
terletak di antara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum
dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat,
tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan kanul bila tersedia.
Jika tidak, dapat dipakai pipa plastik untuk sementara. Krikotirotomi merupakan
kontraindikasi pacla anak di bawah 12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang
sudah meluas ke sub bglotik dan terdapat laringitis. Stenosis subglotik akan timbul
bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi
13
jaringan-jaringan di sekitar subglotis, sehingga terbentuk jaringan granulasi dan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bagian atas yang menyebabkan gangguan ventilasi yang dapat menyerang seluruh
yang harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Obstruksi saluran napas atas
dapat disebabkan oleh radang akut dan radang kronis, benda asing, trauma akibat
kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan senjata tajam dan trauma
akibat tindakan medik yang dilakukan dengan gerakan tangan kasar, tumor pada
laring berupa tumor jinak maupun tumor ganas, serta kelumpuhan nervus rekuren
15
DAFTAR PUSTAKA
28
12. AHA. 2020. Highlight of the AHA Guideline Update for CPR and ECC.
AHA: Dallas Texas.
13. Bakta M, dkk. 2016. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXIV
Emergency in Internal Medicine : Innovation For Future. Denpasar.
PT.Percetakan Bali. p 37- 38.
14. Dhingra PL. Anatomy of Nose. In: Dhingra PL, Dhingra D, Dhingra S,
editors. Diseases of Ear, Nose and Throat, and Head & Neck Surgery. 7th
ed. Kundli: Replica Press; 2016. p. 134–5.
15. Bailey, Byron J. HEAD & NECK SURGERY – OTOLARYNGOLOGY.
Secondedition. Volume 1. Lippincot – Raven. New York. 1998. p. 731-738,
885 – 887.
16. Andersen LW, Holmberg MJ, Berg KM, Donnino MW, Granfeldt A. In-
Hospital Cardiac Arrest: A Review. JAMA. 2019 Mar 26;321(12):1200-
1210.
17. Botros N, Concato J, Mohsenin V, Selim B, Doctor K, Yaggi HK.
Obstructive sleep apnea as a risk factor for type 2 diabetes. Am J Med. 2009
Dec;122(12):1122-7
29