Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ASUHAN KEPERAWATAN OBSTRUKSI JALAN NASAF“

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

SADILLAH
WIDYA ASTUTI ISMAIL
NIRAWATI
MISNAH N
AISYAH ALDAMAYANTI SYAM

KELAS E

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai keperawatan gawat darurat ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan obstruksi jalan nafas” . Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Yang mana beliau telah
memberikan rahmatnya kepada kita semua, karena berkat rahmat dan hidayahnya pula kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik baiknya.

Makalah ini membahas mengenai konsep teori dan asuhan keperawatan pada kasus
obstruksi jalan napas yang memuat mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, dan
intervensi.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih banyak kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kepada Ibu/Bapak Dosen yang bersangkutan, kami mohon maaf
apabila ada kata-kata yang keliru. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah dibutuhkan demi
perbaikan dan kasempurnaan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, 29 Oktober 2020

TIM Penyusun

KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .....................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................2

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN GADAR OBSTRUKSI JALAN NAPAS ............3

A. KONSEP TEORI .............................................................................................3


B. PENGKAJIAN ................................................................................................12
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .....................................................................15
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................16

BAB III : PENUTUP.............................................................................................................18

A. KESIMPULAN ................................................................................................18
B. SARAN ............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obstruksi saluran napas atas merupakan salah satu keadaan kegawatdaruratan.


Diagnosis awal yang diikuti dengan pembebasan jalan napas segera dapat mencegah
terjadinya henti jantung atau kerusakan otak bersifat ireversibel yang terjadi dalam
waktu hitungan menit. Meskipun terdapat banyak penyebab obstruksi jalan napas,
manajemen harus dimulai ketika kita mengetahui adanya suatu obstruksi. Waktu
pemberian intervensi, medikasi, atau pembedahan ditentukan berdasarkan kondisi pasien.
Meskipun obstruksi saluran napas atas dapat terjadi di bagian saluran napas atas manapun,
obstruksi laring membutuhkan perhatian khusus karena laring merupakan daerah yang
cukup sempit pada saluran napas atas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori pada kasus obstruksi jalan napas ?
2. Apa saja yang perlu dikaji pada pasien dengan kasus gawat darurat obstruksi jalan
napas ?
3. Diagnosa apa yang bisa muncul pada kasus obstruksi jalan napas ?
4. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada masalah obstruksi jalan napas ?
5. Apa saja krieteria evaluasi yang harus dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan
gawat darurat obstruksi jalan napas ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep teori kasus obstruksi jalan napas.
2. Untuk mengetahui hal hal yang perlu dikaji pada kasus gawat darurat obstruksi jalan
napas.
3. Untuk mengetahui diagnosa yang bisa muncul pada kasus gadar obstruksi jalan
napas.
4. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus obstruksi
jalan napas.
5. Untuk mengetahui evaluasi yang hendak dicapai dalam penanganan askep obstruksi
jalan napas.

1
BAB II

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Obstruksi jalan napas adalah kegagalan sistem pernafasan dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas.
Obstruksi jalan napas atas adalah keadaan tersumbatnya jalan napas mulai
nasal sampai laring dan trakea bagian atas. Keadaan ini dapat menimbulkan sesak
napas dengan segala akibatnya.
Sumbatan jalan napas parsial ataupun total harus diatasi dengan segera, karena
dapat mengakibatkan kaerusakan otak permanen dan bahkan kematian. Keberhasilan
managemen harus diawali dengan evaluasi jalan napas dengan hatii hti, teliti dan
cepat untuk identifikasi berbagai faktor penyebab.
2. Tanda dan gejala
Pada pasien dengan kesadaran umum kompos mentis, tanda dan gejala
obstruksi saluran napas atas, antara lain distress pernapasan, perubahan suara,
disfagia, odinofagia, tanda tersedak, stridor, pembengkakan muka, dan takikardia.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran, gejala utama dari obstruksi
saluran napas atas adalah adanya ketidakmampuan untuk ventilasi dengan bag valve
mask setelah percobaan membuka jalan napas dengan teknik jaw thrust. Setelah
obstruksi saluran napas atas berlangsung beberapa menit, asfiksia dapat
menyebabkan sianosis, bradikardia, hipotensi, kolaps kardiovaskular bersifat
ireversibel. Kadang-kadang obstruksi saluran napas atas dapat berkembang secara
perlahan. Obstruksi hidung atau stridor dipikirkan sebagai tanda spefisik dari
obstruksi saluran napas atas. Stridor terdengar pada semua siklus respirasi, namun
biasanya terdengar lebih intensif pada saat inspirasi dan lebih menonjol di atas leher.
Adanya stridor mengindikasikan obstruksi saluran napas yang berat (aliran udara <5
mm), namun hal itu tidak dapat membantu penentuan lokasi obstruksi.
3. Etiologi
Etiologi obstruksi saluran napas sangat bervariasi berdasarkan kelompok umur
dan klinis. Penyebab obstruksi saluran napas atas dapat disebabkan, antara lain
trauma, infeksi, iatrogenik, benda asing, paralisis, dan tumor. Daftar etiologi obstruksi
saluran napas dijelaskan pada Tabel 2

2
4. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas atas cukup bervariasi. Salah satu yang paling umum adalah
infeksi. Infeksi dapat menyebabkan peradangan, mulai dari laring yang merupakan
tempat pita suara berada sampai trakea yang membagi antara paru kanan dan kiri.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan saluran napas bagian atas dan
menimbulkan sumbatan. Benda asing juga dapat masuk ke dalam trakea dan
mengakibatkan penyumbatan pada jalan napas.
5. Penatalaksanaan

– Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi,
diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis.
Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan.
Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus
nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi
hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi
lokal.
• Tumor hidung
– Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
– Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa
dapat menjadikan ganas.
• Karsinoma Nasofaring

– Radio terapi
• Dilakukan diseksi leher
• Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi,
seroterapi vaksin dan anti virus.

3
• Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
• Polip hidung
– Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari
– Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis
/ prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
– Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason
dipropionah
– Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
– Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
– Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan
kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan
memberikan astringen untuk mengerutkan

hipertrofi ini mendekati sisi hidung.

Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :


• 1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
• 2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
• 3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
• 4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
• 5. Berikan dukungan pada pasien.
• 6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.

Membuat saluran napas yang aman dan paten merupakan target utama resusitasi
pasien dalam kondisi obstruksi saluran napas atas akut. Evaluasi yang cepat
mencakup kelompok umur, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang sangat membantu untuk mengetahui penyebab dan letak obstruksi, derajat
obstruksi, serta perlunya dilakukan pengamanan jalan napas secara cepat. Beberapa
terapi farmakologis dan operasi dapat dilakukan dalam manajemen obstruksi
saluran napas atas, antara lain jalan napas orofaringeal, intubasi endotrakeal,
trakeostomi, krikotiroidotomi, intubasi fibreoptic recemic epinephrine,
kortikosteroid, helium-oxygen mixtures, terapi laser, bronkoskopi dilatasi, dan
airway stenting. Pemilihan intervensi berdasarkan pada penyebab obstruksi saluran
napas atas dan derajat kegawatdaruratan penyelamatan jalan napas.3,4

4
Gambar 2. Algoritma Manajemen Obstruksi Sakuran Napas Atas3
Indikasi Airway Stenting

Sebuah stent merupakan silinder buatan yang mempertahankan potensi lumen.


Alat itu dinamakan oleh Charles Stent, seorang dokter gigi dari Inggris yang
menciptakan dental splints pada abad ke-19. Stenting jaluran napas sudah
dipraktekkan lebih dari satu abad. Stent digunakan untuk melindungi lumen saluran
napas dari tumor atau jaringan granulasi yang bertumbuh ke dalam,
menyeimbangkan tekanan dari luar yang digunakan dalam saluran napas dengan efek
splinting, atau keduanya. Pelapis stent memberikan efek penghambat sehingga sifat
dinamik dan statis suatu bahan menentukan efek splinting dari stent.5
Kandidat pasien yang baik untuk dilakukan airway stent adalah kasus
dispnea yang tidak berespon dengan terapi lainnya, stenosis 50% atau lebih, ingin
memperbaiki fungsi paru dan vaskularisasi di area perifer dari stenosis, dan pasien
dengan prognosis hidup 3 bulan atau lebih. Indikasi untuk penyakit maligna
termasuk pemeliharaan lumen bronkus setelah dilakukan dilatasi, keganasan
trakeobronkial akibat pemakaian laser berulang, stenosis ekstrinsik yang
mendorong trakea dan bronkus akibat metastasis kelenjar getah bening mediastinum,
dan penutupan fistel esofagotrakea atau fistel bronkus.6
Pemilihan Stent
Penyebab utama patologi saluran napas merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Selain karakteristik stenosis, ada tidaknya keganasan atau fistula
menentukan pemilihan stent. Ukuran stent yang tepat (panjang dan diameter)
berhubungan dengan dimensi trakea dan bronkus, serta penting untuk menghindari
komplikasi yang berhubungan dengan stent, misalnya pergeseran, sumbatan mukus,
granulasi, dan tumor yang tumbuh dari dalam.
Dumon Stent
Stent Dumon menjadi stent yang lebih sering digunakan di seluruh dunia dan
dianggap sebagai “gold standard” oleh banyak ahli. Stent dengan diameter dan
panjang berbeda tersedia untuk kasus stenosis trakea struktural, bronkus utama, serta
bronkus intermedius dewasa dan anak. Saat ini, model bifurkasio dikenal sebagai
Dumon Y stent yang bisa diaplikasikan untuk trakea bawah dan stenosis karina
utama. Namun, hal itu tidak ideal bagi kasus trakeobronkomalasia atau

5
trakeoesofageal fistula karena dibutuhkan tekanan ikatan yang baik untuk mencegah
pergerakan stent.4
Stent Dumon sangat efektif dalam mempertahankan integritas struktur ketika
dilakukan pemasangan secara endobronkial. Dinding stent yang kokoh mencegah
pertumbuhan tumor dari saluran yang terobstruksi. Ketika telah dilakukan
terapi definitif (radiasi atau kemoterapi), evaluasi ulang saluran napas dapat
dilakukan dan dipertimbangkan untuk dilakukan pelepasan stent atau
penggantian stent dengan ukuran yang lebih besar sehingga menunjang stabiltas
saluran napas lebih baik.

6
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR OBSTRUKSI JALAN NAPAS

B. PENGKAJIAN

Pengkajian Teoritis Lengkap


• Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan
isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal
lahir, alamat,
agama dan tanggal pengkajian.

• Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
• Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan

gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai

sesak napas dan adanya edema pada laring.


• Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti:
adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
• Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang
lain seperti: penyakit Asma.
Data Dasar Pengkajian Pasien
• Aktivitas/istirahat
– Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
– Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
– Perubahan irama pernapasan. Takipnea.
• Sirkulasi
– Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
– Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.

7
– Penampilan kemerahan, atau pucat.
• Integritas ego
– Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati,

terjadinya / berulangnya kanker.


– Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan
kerja dan keuangan.
– Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak
– Menyangkal.
• Eliminasi
– Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi

riwayat penyakit paru


• Makanan/cairan
– Gejala : Kesulitan menelan.
– Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
– Bengkak, luka.(malnutrisi)
• Neurosensori
– Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
– Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
– Kesulitan menelan.
– Ketulian konduksi.
– Kerusakan membranmukosa.
• Nyeri/kenyamanan
– Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
– Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
• Pernafasan
– Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
; Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk,
logam berat. ; Riwayat penggunaan berlebihan suara ; Riwayat penyakit
paru kronis. ; Batuk dengan/tanpa
sputum. ; Drainase darah pada nasal.
– Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis. ; Dispnea
• Keamanan

8
– Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama

periode bertahun-tahun atau radiasi.


– Perubahan penglihatan/pendengaran.
– Tanda : Massa/pembesaran nodul.
• Penyuluhan/pembelajaran
– Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat
penyalahgunaan alkohol.
– Tanda : menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

• Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan,


pengiriman :
transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan /

pemeliharaan rumah.
• Pemeriksaan Penunjang :
– Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
– Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
– Pemeriksaan darah rutin didapatkan:

• Leukosit: 16000/mm
• Hb : 11 gr/dl
3
• Trombosit: 265.000/mm

• protein total : 5,85 gr/dl


• Pemeriksaan Penunjang :
– Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
– Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi
adanya simetrif
– Biopsi → penampakan makroskopi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya
benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
2. hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring
dan terhadap edema.

9
D. Intervensi
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
O
1. Bersihan jalan napas tidak Status pernapasan : Kepatenan Jalan Manajemen jalan napas (3140)
a. Buka jalan napas dengan tekhnik chin lift
efektif berhubungan dengan Napas (0410)
atau jaw thrust, sebagaimana mestinya.
terdapatnya benda asing a. Frekuensi pernapasan (041004) 2/5 b. Ambil benda asing dengan forcep McGill,
b. Irama pernapasan (041005) 2/5 sebagaimana mestinya
dalam saluran pernapasan
c. Dispnea saat istirahat (041015) 2/5 Stabilisasi dan membuka jalan napas
yang nenyebabkan sumbatan (3120)
a. Posisikan kepala dan pasien sesuai
.
kebutuhan
b. Suksion mulut dan orofaring
c. Masukkan tube oro/nasofaring , pastikan
mencapai dasar lidah, dan tahan lidah agar
tidak jatuh kebelakang
d. Masukkan EOA sesuai kebutuhan
e. Beri oksigen 100% selama 3-5 menit,
sesuai dengan kebutuhan
f. Auskultasi dada setelah intubasi.

2. Hambatan komunikasi verbal Komunikasi : mengekspresikan (0903) Mendengar aktif (4920)


a. Menggunakan bahasa tertulis (090301) a. Gunakan pertanyaan maupun pernyataan
berhubungan dengan
2/5 yang mendorong klien untuk
pengangkatan laring dan b. Menggunakan bahasa isyarat (090306) mengekspresikan perasaan, pikiran dan
2/5 kekhawatiran.
terhadap edema.
b. Gunakan prilaku non verbal untuk
memfasilitasi komunikasi

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Obstruksi jalan napas atas adalah keadaan tersumbatnya jalan napas mulai nasal
sampai laring dan trakea bagian atas. Keadaan ini dapat menimbulkan sesak napas dengan
segala akibatnya. Sumbatan jalan napas parsial ataupun total harus diatasi dengan segera,
karena dapat mengakibatkan kaerusakan otak permanen dan bahkan kematian.
Keberhasilan managemen harus diawali dengan evaluasi jalan napas dengan hatii hti, teliti
dan cepat untuk identifikasi berbagai faktor penyebab.

B. SARAN
Sebaiknya hal utama yang perlu diperhatikan saat terjadi obstruksi jalan napas
yaitu mencegah atau mengurangi tingkat kepanikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). Oxford: Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Oxford: Elsevier.
(Jose C, Atul C. Upper Airway Obstructon in: American College of Physicians: Manual of
Critcal Care. Raoof S, editor. USA: McGraw-Hill, Inc; 2009. p 388-396.)

12

Anda mungkin juga menyukai