Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Gawat Darurat non
Trauma “Obstruksi Jalan Napas”, dengan tepat pada waktunya. Salawat dan salam senantiasa
tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang…………………………………………………………….. 3
b. Tujuan penulisan………………………………………………………….. 4
c. Sistematika penulisan……………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian obstruksi jalan nafas…………………………………………... 6
b. Klasifikasi obstruksi jalan nafas…………………………………………... 6
c. Penyebab obstruksi jalan nafas…………………………………………..... 6
d. Diagnosis obstruksi jalan nafas……………………………………….…… 7
e. Perawatan obstruksi jalan nafas…………………………………………… 8
f. Metode Umum Penanganan Darurat Obstruksi Jalan Nafas……………… 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
10% AFB adalah logam. Orang dewasa yang ompong atau terganggu secara
neurologis atau mental dapat lebih mudah mengalami aspirasi benda asing.
AFB paling sering terletak di bronkus utama kanan pada anak-anak berusia
lebih dari 3 tahun. Pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, distribusi
antara kanan dan kiri hampir sama.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan kerya tulis ini, dibedakan menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
e. Untuk mengetahui cara perawatan pada pasien dengan obstruksi jalan
nafas
2) Intubasi endotrakea
l
4) Krikotiroidotomi
C. Sistematika Penulisan
BAB III : Terdiri dari bahasan tentang Penutup yang berisi tentang
kesimpulan dari isi makalah ini dan saran-saran dari penyusun.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Obstruksi Nasal
2. Obstruksi Laring
1. Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung
b. Faktor rass
c. Karsinoma Nasofaring
6
d. Virus Epstein Barr
e. Letak geografis
h. Faktor genetik
i. Polip hidung
2. Obstruksi Laring
D. Diagnosis
7
pada membrane mukosa ( sering merupakan tanda yang sulit untuk
dideteksi ), keringat dan hipertensi ( disebabkan oleh retensi karbondioksida ),
denyutan yang cepat ( kemudian menjadi lambat ketika terjadi gagal
miokardium ), pergerakan yang kuat pada dinding dada, dan interkostal serta
subcostal yang tertarik kedalam.
2. Jika terdapat bising pada pernafasan, gelisah dan berusah untuk bernafas,
maka perlu dilakukan intubasi saat pasien masih sadar atau setengah sadar.
3. Jika pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan intubasi seolah-olah pasien
dianastesi.
4. Jika perawat atau tenaga medis menduga bahwa pasien mendapat sedera
kolumna vertebrata, maka dengan mengekstensikan leher untuk
memasukkan pipa trakea mungkin akan mengakibatkan cedera pada
medulla spinalis. Untung, kebanyakan cedera pada kolumna vertebrata
8
adalah bentuk fleksi, sehingga ekstensi sedikit atau posisi netral yang
diperlukan untuk intubasi tidak membahayakan asal perlu hindari ekstensi
berlebihan.
5. Jika intubasi gagal atau tidak praktis, lakukan laringotomi dengan jarum,
atau pisau, atau tindakan trakeostomi. Sayangnya, penatalaksanaan
laringotomi temporer sulit dilakukan.
2. Breathing (pernafasan)
9
jalan nafas. Prioritas utama anda adalah memastikan apakah ia dapat bernafas.
Akan berbahaya apabila terdapat :
a. Tidak sadar akibat cedera kepala yang mengakibatkan depresi reflex batuk
dan menyebabkan tidak terkontrolnya lidah dan rahang
a. Tujuan
10
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang
disebabkan oleh benda asing.
b. Indikasi
5) Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk
batuk.
c. Kontra indikasi
11
2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg
mengalami cedera dada, seperti flail chest, cardiac contusion,
atau fraktur sternal
d. Peralatan
e. Persiapan Klien
f. Prosedur Tindakan
1) Abdominal Thrust
12
II. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan
terkepal, kemudian pegang lengan kanan tsb dg lengan kiri.
Posisi lengan anda pd abdomen klien yakni dibawah
prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
13
mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly
atau Megil forcep.
2) Chest Thrust
14
IV. Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
g. Komplikasi
2) Mual, muntah
3) Fraktur iga
15
2. INTUBASI ENDOTRAKEAL
a. Pengertian
b. Tujuan
16
7) Untuk menegakkan patensi jalan nafas
c. Indikasi
17
d) Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction
dilakukan dengan mudah, memudahkan respiration control
dan mempermudah pengontrolan tekanan intra pulmonal.
g) Tracheostomni.
18
IV. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam
paru-paru.
d. Kontra indikasi
e. Peralatan
19
5) Jelli anastesi
6) Kasa busa 4 x 4
7) Spuit 10 cc
13) Plester 1 cm
15) Restrain
f. Prosedur Tindakan
1) Tindakan
20
d) Tempatkan peralatan henti jantung disis tempat tidur
21
n) Pegang ET tube dengan bagian probe dan stylet pada
tempatnya, laringoskop dengan mata pisau terpasang, dan
jalan nafas orofaringeal kea rah dokter
22
s) Untuk memeriksa posisi ET tube, ventilasi dengan bag dan
lakukan auskultasi bunyi nafas. Observasi penyimpangan
bilateral dada.
g. Tindak Lanjut
h. Dokumentasi
i. Komplikasi
5) Rupture trakea
23
6) Fistula trakeoesofageal
8) Distrimia jantung
a. Tujuan
b. Indikasi
a) Epiglolitis
24
d) Trauma fasial
c. Kontra indikasi
2) Cedera pada trakea bila daerah yang sakit tidak mudah untuk
dikenali
d. Peralatan
1) Betadine
3) Kemasan kasa
5) Peralatan Jetinsuflasi :
6) Spuit 5 atau 10 cc
7) Hemostats
25
10) Lidokain ( tanpa epinefrin ) 10 ml
11) Perban
14) Elektrokauter
e. Prosedur tindakan
1) Needle Krikotiroidotomi
26
k) Bantu dokter dalam membatasi daerah steril
2) Bedah Krikotiroidotomi
27
g) Baringkan pasien dalam posisi dengan leher sejajar
f. Tindak lanjut
28
3) Lanjutkan pemeriksaan ulang analisa gas darah
7) Dokumentasi
g. Komplikasi
1) Stenosis trakea
3) Asfiksia
4) Aspirasi
5) Selulitis
6) Perforsasi esophagus
9) Perforasi tiroid
29
10) Ventilasi yang tidak adekuat yanh mengarah pada hipoksia atau
kematian
14) Serak
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan obstruksi jalan nafas
yaitu segera setelah mengetahui bahwa pasien mengalami obstruksi jalan nafas untuk
dilakukan tindakan yakni dengan mengekstensikan leher pasien dan tarik rahang kea
rah depan. Keluarkan sisa muntahan dan benda asing dari faring dengan jari tangan.
Lalu masukkan oropharingeal airway.
2. Breathing (pernafasan)
31
Tindakan-tindakan darurat yang umum dilakukan pada penderita dengan
gangguan obstruksi jalan nafas : abdominal thrust, chest thrust, back blow, intubasi
endotrakeal, krikotoroidotomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan tindakan yang
dapat dilakukan tanpa alat smpai menggunakan alat dan melalui proses pembedahan.
B. Saran
Suatu peristiwa yang mengancam jiwa tidaklah dapat diketahui dan dapat
terjadi secara tiba-tiba. Hal ini dapat terjadi diman saja, kapan saja, dan dapat
tertimpa siapa saja. Jadi keselamatan diri sangat perlu diterapkan pada diri kita.
Seperti halnya pada perawat atau tenaga medis lainnya, bila menemukan suatu
keadaan drurat terjadi pada pasien, hendknya tenaga kesehatan terlebih dahulu
memperhatikan pelindung diri. Umtuk menolong pasien dengan cedera yang dalam
keadaan darurat maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni Basic Life
Support asien yakni berupa tindakan ABC yakni Airway, Breathing dan Circulation.
Namun dalam setiap mealkukan tindakan hendaknya tenaga medis terlebih dahulu
mengamankan kondisi lingkungan serta meminta bantuan dengan orang lain baru
bertindak melakukan pertolomgam pada pasien, setelah itu lakukan rujukan ke
tepmpat pelayanan kesehatan terdekat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, Michael I, dkk. 2008. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan jilid 1. Jakarta : Erlangga
Mancini, E Mary. 1994. Pedoman Praktis Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : EGC
Ilhamsyah. Kamis, 10 Juli 2008. Obstruksi Jalan Nafas. www. Health Reference-
ilham.blogspot.com. Diakses pada 2 Maret 2009, 11.47 WITE.
Rohman Azzam. Jumat, 15 Februari 2008, 03.13 pm. Mengatasi Sumbatan Jalan Napas Oleh
Benda Asing. http//:www.kegawatdaruratan.blogspot.com. Diakses pada 24 Februari 2009,
10.00 WITE
33