DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
SADILLAH
WIDYA ASTUTI ISMAIL
NIRAWATI
MISNAH N
AISYAH ALDAMAYANTI SYAM
KELAS E
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai keperawatan gawat darurat ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan obstruksi jalan nafas” . Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Yang mana beliau telah
memberikan rahmatnya kepada kita semua, karena berkat rahmat dan hidayahnya pula kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik baiknya.
Makalah ini membahas mengenai konsep teori dan asuhan keperawatan pada kasus
obstruksi jalan napas yang memuat mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, dan
intervensi.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih banyak kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kepada Ibu/Bapak Dosen yang bersangkutan, kami mohon maaf
apabila ada kata-kata yang keliru. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah dibutuhkan demi
perbaikan dan kasempurnaan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.
TIM Penyusun
KELOMPOK I
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. KESIMPULAN ................................................................................................18
B. SARAN ............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori pada kasus obstruksi jalan napas ?
2. Apa saja yang perlu dikaji pada pasien dengan kasus gawat darurat obstruksi jalan
napas ?
3. Diagnosa apa yang bisa muncul pada kasus obstruksi jalan napas ?
4. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada masalah obstruksi jalan napas ?
5. Apa saja krieteria evaluasi yang harus dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan
gawat darurat obstruksi jalan napas ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep teori kasus obstruksi jalan napas.
2. Untuk mengetahui hal hal yang perlu dikaji pada kasus gawat darurat obstruksi jalan
napas.
3. Untuk mengetahui diagnosa yang bisa muncul pada kasus gadar obstruksi jalan
napas.
4. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat dilakukan dalam kasus obstruksi
jalan napas.
5. Untuk mengetahui evaluasi yang hendak dicapai dalam penanganan askep obstruksi
jalan napas.
1
BAB II
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Obstruksi jalan napas adalah kegagalan sistem pernafasan dalam memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas.
Obstruksi jalan napas atas adalah keadaan tersumbatnya jalan napas mulai nasal
sampai laring dan trakea bagian atas. Keadaan ini dapat menimbulkan sesak napas
dengan segala akibatnya. Sumbatan jalan napas parsial ataupun total harus diatasi
dengan segera, karena dapat mengakibatkan kaerusakan otak permanen dan bahkan
kematian. Keberhasilan managemen harus diawali dengan evaluasi jalan napas dengan
hatii hti, teliti dan cepat untuk identifikasi berbagai faktor penyebab.
2. Tanda dan gejala
Pada pasien dengan kesadaran umum kompos mentis, tanda dan gejala
obstruksi saluran napas atas, antara lain distress pernapasan, perubahan suara,
disfagia, odinofagia, tanda tersedak, stridor, pembengkakan muka, dan takikardia.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran, gejala utama dari obstruksi
saluran napas atas adalah adanya ketidakmampuan untuk ventilasi dengan bag valve
mask setelah percobaan membuka jalan napas dengan teknik jaw thrust. Setelah
obstruksi saluran napas atas berlangsung beberapa menit, asfiksia dapat
menyebabkan sianosis, bradikardia, hipotensi, kolaps kardiovaskular bersifat
ireversibel. Kadang-kadang obstruksi saluran napas atas dapat berkembang secara
perlahan. Obstruksi hidung atau stridor dipikirkan sebagai tanda spefisik dari
obstruksi saluran napas atas. Stridor terdengar pada semua siklus respirasi, namun
biasanya terdengar lebih intensif pada saat inspirasi dan lebih menonjol di atas leher.
Adanya stridor mengindikasikan obstruksi saluran napas yang berat (aliran udara <5
mm), namun hal itu tidak dapat membantu penentuan lokasi obstruksi.
3. Etiologi
Etiologi obstruksi saluran napas sangat bervariasi berdasarkan kelompok umur
dan klinis. Penyebab obstruksi saluran napas atas dapat disebabkan, antara lain
trauma, infeksi, iatrogenik, benda asing, paralisis, dan tumor. Daftar etiologi obstruksi
saluran napas dijelaskan pada Tabel 2
2
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan
– Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi,
diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis.
Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan.
Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus
nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi
hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi
lokal.
• Tumor hidung
– Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
– Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa
dapat menjadikan ganas.
• Karsinoma Nasofaring
– Radio terapi
• Dilakukan diseksi leher
• Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi,
seroterapi vaksin dan anti virus.
• Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
• Polip hidung
– Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari
– Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis
3
/ prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
– Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason
dipropionah
– Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
– Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
– Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan
kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan
memberikan astringen untuk mengerutkan
Membuat saluran napas yang aman dan paten merupakan target utama resusitasi
pasien dalam kondisi obstruksi saluran napas atas akut. Evaluasi yang cepat
mencakup kelompok umur, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang sangat membantu untuk mengetahui penyebab dan letak obstruksi, derajat
obstruksi, serta perlunya dilakukan pengamanan jalan napas secara cepat. Beberapa
terapi farmakologis dan operasi dapat dilakukan dalam manajemen obstruksi
saluran napas atas, antara lain jalan napas orofaringeal, intubasi endotrakeal,
trakeostomi, krikotiroidotomi, intubasi fibreoptic recemic epinephrine,
kortikosteroid, helium-oxygen mixtures, terapi laser, bronkoskopi dilatasi, dan
airway stenting. Pemilihan intervensi berdasarkan pada penyebab obstruksi saluran
napas atas dan derajat kegawatdaruratan penyelamatan jalan napas.3,4
4
Gambar 2. Algoritma Manajemen Obstruksi Sakuran Napas Atas3
Indikasi Airway Stenting
5
penggantian stent dengan ukuran yang lebih besar sehingga menunjang stabiltas
saluran napas lebih baik.
6
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR OBSTRUKSI JALAN NAPAS
B. PENGKAJIAN
• Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
• Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan
7
– Penampilan kemerahan, atau pucat.
• Integritas ego
– Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati,
8
– Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama
pemeliharaan rumah.
• Pemeriksaan Penunjang :
– Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
– Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
– Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
• Leukosit: 16000/mm
• Hb : 11 gr/dl
3
• Trombosit: 265.000/mm
9
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial,
dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen
sekunder terhadap obstruksi saluran napas.
10
D. Intervensi
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
O
1. Hipertermia (00146) b/d penyakit Termoregulasi (0800) Perawatan demam (3740)
a. Pantau suhu dan tanda2 vital lainya
a. Berkerigat saat panas (080010) 2/5 b. Monitor warna kulit dan suhu
b. Peningkatan suhu tubuh (080001) 2/5 c. Monitor asupan dan keluaran, sadari
c. Sakit kepala (080003) 2/5 perubahan kehilangan cairan yang tak
d. Perubahan warna kulit (080007) 2/5 dirasakan
d. Beri obat atau cairan IV (misalnya,
antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti
menggigil)
e. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan
aktivitas jika diperlukan
2. Nyeri akut (00132) b/d agen edera Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
fisik a. Panjangnya episode nyeri (210204) 2/5 a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
b. Menggosok area yang terkena dampak yang meliputi lokasi, karasteristik,
(210221) 2/5 onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
c. Ekspresi nyeri wajah (210206) 2/5 atau beratnya nyeri dan fakor pencetus
d. Ketegangan otot (210209) 2/5 b. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
c. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat nyeri
d. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
e. Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri.
3. Risiko cedera (00035) Keparahan cedera fisik (1913) Manajemen lingkungan : keselamatan
a. Lecet padakulit (191301) 2/5 (6486)
b. Gangguan imobilitas (191316) 2/5 a. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
c. Kerusakan kognisi (191319) 2/5 berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
11
d. Perdarahan (191323) 2/5 riwayat perilaku di masa lalu
b. Identifikasi hal-hal yang membahayakan
lingkungan (misalnya; bahaya fisik,
biologi, dan kimia)
c. Sediakan alat untuk beradaptasi (misalnya;
kursi untuk pijakan dan pegangan tangan)
d. Monitor lingkungan terhadap terjadinya
perubahan status keselamatan
e. Edukasi individu dan kelompok yang
beresiko tinggi terhadap bahan berbahaya
yang ada di lingkungan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obstruksi jalan napas atas adalah keadaan tersumbatnya jalan napas mulai nasal
sampai laring dan trakea bagian atas. Keadaan ini dapat menimbulkan sesak napas dengan
segala akibatnya. Sumbatan jalan napas parsial ataupun total harus diatasi dengan segera,
karena dapat mengakibatkan kaerusakan otak permanen dan bahkan kematian.
Keberhasilan managemen harus diawali dengan evaluasi jalan napas dengan hatii hti, teliti
dan cepat untuk identifikasi berbagai faktor penyebab.
B. SARAN
Sebaiknya hal utama yang perlu diperhatikan saat terjadi obstruksi jalan napas
yaitu mencegah atau mengurangi tingkat kepanikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). Oxford: Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Oxford: Elsevier.
(Jose C, Atul C. Upper Airway Obstructon in: American College of Physicians: Manual of
Critcal Care. Raoof S, editor. USA: McGraw-Hill, Inc; 2009. p 388-396.)
14