Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN SUMBATAN JALAN NAFAS

OLEH KELOMPOK 5 :
1. Rabiatun Adawiah
2. Irhasy
3. Zulpia Saputri
4. Tifa Desyana Saputri
5. Rina Puji Lestari
6. Lala Hanum Salsabila

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya kepada
tim penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN SUMBATAN JALAN
NAFAS”

Kami menyadari dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran pembaca guna penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 26 September 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

1 Latar Belakang.........................................................................................................4
2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Pengertian................................................................................................................6
B. Etiologi.....................................................................................................................6
C. Patofisiologi.............................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis....................................................................................................8
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis....................................9
1. Pengkajian..........................................................................................................9
2. Diagnose Keperawatan....................................................................................11
3. Intervensi Keperawatan...................................................................................12
4. Tindakan Keperawatan....................................................................................17
5. Evaluasi............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengenal gangguan airway adalah kemampuan dasar bagi tenaga keperawatan


dan ahli kesehatan lainya sebagai lini terdepan yang menangani pasien dengan
gangguan tersebut. Dengan mengetahui penyebab obstruksi jalan nafas, terapi oksigen
dan jumlah simpel manuver, patensi jalan nafas dan aliran oksigen terhadap proses
ventilasi bisa ditentukan. Ventilasi adalah perpindahan mekanik udara masuk dan
keluar dari sistem respiratori yang menyebabkan keluarnya karbondioksida

Obstruksi airway menyebabkan hipoventilasi, sehingga meningkatkan kerja


pernafasan dan gangguan pertukaran gas sehingga dapat menyebabkan hiperkarbia
yang berkomplikasi menjadi hipoksemia. Terapi oksigen tidak akan menangani
hiperkapnia yang berhubungan hipoventilasi dan gangguan alveolar. Obstruksi dapat
terjadi secara parsial dan total, tergantung mekanisme dan penyebabnya. Obstruksi
jalan nafas komplit dapat menyebabkan hipoksia dan cardiac arrest secara cepat,
sedangkan obstruksi jalan nafas partial lebih membahayakan. Penurunan ventilasi
alveolar dan obstruksi jalan nafas menyebabkan hiperkapnia, asidosis respiratorik, dan
hipoksemia. Nafas yang berbunyi merupakan tanda dari obstruksi jalan nafas parsial
dan tidak adanya suara nafas merupakan tanda obstruksi jalan nafas total.

B. Rumusan Masalah
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Apa itu definisi Sumbatan jalan nafas?
2. Apa etiologi Sumbatan Jalan nafas?
3. Apa manifestasi klinis Sumbatan Jalan nafas?
4. Apa patofisiologi Sumbatan Jalan nafas?
5. Bagaimana cara penatalaksanaan Sumbatan jalan nafas ?
6. Bagaimana cara asuhan keperawatan pada pasien dengan Sumbatan Jalan nafas?
C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat
1. Mengetahui definisi Sumbatan jalan nafas
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Sumbatan Jalan nafas
3. Mengetahui komplikasi Sumbatan jalan nafas
4. Mengetahui tentang penatalaksanaan Sumbatan jalan nafas
5. Mengetahui tentang patofisiologi dari sumbatan jalan nafas
6. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Sumbatan Jalan nafas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut Bachtiar, et al. (2015) gangguan jalan napas adalah kondisi yang
menyebabkan terganggunya aliran udara masuk ke dalam saluran napas melalui mulut
dan hidung. Gangguan jalan napas dapat terjadi secara tiba - tiba dan lengkap atau
perlahan. Bentuk gangguan napas adalah sumbatan jalan napas dimana terbagi atas
sumbatan jalan napas total dan sebagian (parsial). Sumbatan jalan napas total terjadi pada
seseorang yang mengalami tersedak oleh benda asing sedangkan sumbatan sebagian
disebabkan oleh cairan seperti sisa muntah, darah atau sekret dalam rongga mulut,
kondisi pangkal lidah yang jatuh ke belakang, sumbatan benda padat, odema laring,
spasme laring dan odema faring.

Bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu suatu hal yang terjadi pada seseorang yang
sedang mengalami ancaman nyawa ataupun potensial yang terdapat di saluran nafas,
dikarenakan penderita tidak mampu untuk melakukan batuk efektif. Diagnosa ini muncul
apabila munculnya tanda-tanda mayor seperti tidak mampuan melakukan batuk atau
batuk tidak efektif, serta tidak mampunya mengeluarkan mucus pada saluran pernafasan.
Dan untuk menegakkan diagnosi ini biasanya akan muncul tanda minor berpa suara nafas
yang tidak normal, perubahan pada frekuensi nafas, pada irama pernafasan, dan
kedalaman nafas (Carpenito & Moyet, 2013).

Bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dimana saat seorang individu mengalami
suatu anacama yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk melakukan batuk secara efektif.

B. Etiologi

Saluran nafas dibagi menjadi saluran nafas atas dan saluran nafas bawah. Level
obstruksi berhubungan dengan penyebab atau patogenesis dari proses penyakit. Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan obstruksi jalan nafas dan ini sangat penting untuk
meninjau risiko yang terjadi pada kelompok yang bermasalah dengan jalan nafas. Pasien
dengan penurunan kesadaran tidak dapat membersihkan sekresi mukus di jalan nafas dan
tidak dapat melindungi jalan nafas mereka. Pasien dengan GCS 8 dari 15 atau dibawah 8
harus dipertimbangkan untuk dilakukan intubasi. Pasien dengan penurunan kesadaran
memiliki risiko tinggi terhadap aspirasi dan dan hipoventilasi alveolar dengan komplikasi
hiperkarbia dan asidosis respiratorik. Pasien dengan tindakan operasi, trauma, luka bakar
adalah pasien yang memiliki gangguan jalan nafas. Pada kasus luka bakar atau riwayat
trauma inhalasi, pasien tersebut memiliki risiko besar terhadap gangguan jalan nafas.

Menurut seomantri (2008) Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh
beberapa sebab obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan,
muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau
trakhea. Obtruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau
pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti : epiglotitis, edema laring,
karsinoma laring atau peritonsilar abses. Aspirasi benda asing di bronkus sering
menyebabkan gangguan pernapasan dan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
karena dapat mengakibatkan gangguan napas akut, penyakit paru kronis dan bahkan
kematian (Zuleika & Ghanie, 2016).

Faktor yang dapat mempengaruhi bersihan jalan nafas tidak efektif menurut Tim
Pokja SDKI SDPP PPNI (2018) yaitu:
1. Terdapat benda asing pada saluran nafas
2. Adanya jalan nafas buatan
3. Alergi pada saluran nafas
4. Peningkatan produksi sputum
5. Batuk tidak efektif
6. Faktor fisiologis
7. Proses infeksi
8. Menurunnya kemampuan mengikat O2
9. Menurunnya konsentrasi O2
10. Meningkatnnya metabolisme
11. Kondisi yang mempengarusi pergerakan dinding dada

C. Patofisiologi
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis
terletak di belakang tenggorokan (jalan napas). Kedua saluran ini sama – sama
berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka
diantara kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup epiglotis yang bergerak
secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu.
Saat bernapas, katup menutup kerongkongan agar udara menutup tenggorokan agar
makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya
menuju kerongkongan , malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab (Romdzati,
2016).

D. Manifestasi klinis
Tanda sumbatan jalan nafas total :
a. Klien tidak dapat bicara
b. Tidak dapat bernafas
c. Tidak dapat batuk
d. Dapat terjadi Sianosis
e. Klien sering memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya
f. Dapat terjadi penurunan kesadaran

Tanda sumbatan jalan nafas parsial :


a. Penggunaan otot nafas bantuan
b. Gerakan dada yang paradoks
c. Gerakan abdomen (see-saw-ing)
d. Retraksi supraklavikular serta intercostal.

Pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran sampai dengan koma, memiliki
tanda dan gejala dapat dilihat seperti: lidah terjatuh ke belakang; pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran dan bila pasien mengalami muntah, memiliki
kemungkinan bahan muntahan akan menyumbat saluran pernafasan; makan yang masuk
ke saluran pernafasan juga menyebabkan penyumbatan saluran nafas dan pada pasien
yang menggunakan gigi palsu non permanen apabila terlepas akan menyebabkan
penyumbatan jalan nafas.
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Sumbatan Jalan Napas
1. Pengkajian Primer
Sangat penting untuk mempertahankan patensi jalan nafas pada apsien yang
memiliki risiko tinggi terhadapat obstruksi jalan nafas. Pada tulisan ini digunakan
metode ABC yang terdiri dari airway, breathing dan circulation yang dijelaskan oleh
Nolan dkk pada tahun 2010 pada algoritme bantuan hidup.
a. Airway
Tanda obyektif dapat diketahui dengan tiga pengamatan look, listen and feel.
Look : Berarti melihat adanya gerakan pengembangan dada.
Listen : Mendengarkan suara pernafasan. Seringkali suara mengorok dan bunyi
gurgling (bunyi cairan) menandakan adanya hambatan jalan nafas, snoring,
crowing, wheezing.
Feel : Merasakan adanya hembusan udara saat klien melakukan ekspirasi yang
bisa kita rasakan pasa pipi maupun punggung tangan penolong.
b. Breathing
Look : Tanda-tanda umum distres pernapasan : takipnea, berkeringat, sianosis,
penggunaan otot bantu napas, ventilasi tidak adekuat. Hitung RR/menit,
kedalaman pernapasan, ritme pernapasan (cheyne-stokes). Deformitas dada Jika
memiliki drain dada, pastikan drain paten dan efektif.
Listen : Dengarkan suara napas apakah ada ronchi, mengi, crakels.
Feel : Lakukan perkusi dada : suara redup (kolaps paru); pekak (efusi pleura);
hipersonor (pneumothoraks,emfisema); timpani (berisi gas ), palpasi mendeteksi
krepitasi
c. Circulation
Look : Warna tangan dan jari, pucat,CRT, periksa perdarahan eksternal.
Listen : Ukur tekanan darah, lakukan auskultasi jantung.
Feel : Palpasi suhu, denyut nadi perifer dan sentral,akral dingin.
d. Disability
Menggunakan GCS, Periksa pupil, Penyebab perubahan tingkat kesadaran,
Perfusi serebral buruk.

e. Exposure
Membuka baju pasien dengan tujuan untuk memeriksa secara detail
dipusatkan pada bagian tubuh yang mengalami gangguan seperti pada pasien
dengan kecurigaan syok anafilaksis ditemukan urtikaria pada seluruh tubuh.

2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder (secondary survey) merupakan pengkajian yang terstruktur
dan sistematis, ditujukan untuk mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail yang
berfokus pada:
a. Riwayat Kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat penting untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan saat ini atau kondisi saat
ini. Dalam hal ini, keluarga dan orang terdekat pasien dapat dilibatkan dalam
menggali riwayat kesehatan pasien. Akronim yang dapat digunakan untuk
membantu menggali riwayat kesehatan pasien diantaranya adalah SAMPLE.
b. Vital signs
Pengkajian vital signs termasuk pols/denyut nadi. Pernapasan, tekanan darah,
suhu tubuh dan saturasi oksigen.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada secondary survey dilakukan dengan secara Head
toToe. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan fisik mulai dari area kepala, leher,
dada, perut, panggul, ekstremitas anterior dan extremitas eksterior.

Pengkajian Sekunder menurut Queensland Ambulance Service (2016) dilakukan


sebagai berikut:
a. History, dilakukan meliputi poin penting mencakup SAMPLE, sebagai berikut:
S : Signs/symptoms (tanda dan gejala)
A : Allergies (alergi)
M : Medications (pengobatan)
P : Past medical history (riwayat penyakit)
L: Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum sakit)
E : Events prior to the illness or injury (kejadian sebelum sakit)

b. Vital signs: dilakukan pengkajian vital signs lebih detail dan lebih lengkap,
meliputi:
1) Pulse
2) Respiration rate
3) Blood pressure
4) Temperature
Pertimbangkan:
1) Oxygen saturation signs (saturasi oksigen)
2) Glasgow coma scale/GCS
3) Cardiac monitor/ECG 12 lead
4) Blood glucose level (kadar gula darah)

c. Physical examination: lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap Head to Toe.


Dalam hal ini pendekatan pengkajian yang terstruktur seperti pada pengkajian
primer dan pengkajian sekunder, memungkinkan untuk dapat mengidentifikasi
dan mengenali masalah klinis yang mengancam kehidupan pasien sedini
mungkin, dan menginisiasi intervensi sesegera mungkin (Kurniati et al., 2018).

3. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnose keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan masalah
pernafasan adalah :
a. Risiko/actual perubahan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveoli-paru
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret,
bronkospasme.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supply dan
kebutuhan oksigen.
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan kesehatan.
4. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan menurut SDKI, SLKI, SIKI
Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi
Risiko/actual Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
perubahan pertukaran selama ..x24 jam maka Observasi
gas status pernapasan a. Monitor frekuensi, irama,
meningkat, dengan kriteria kedalaman dan upaya napas
hasil : b. Monitor pola napas
a. Dispnea menurun (seperti bradipnea, takipnea,
b. Bunyi napas tambahan hiperventilasi, kussmaul,
menurun Cheyne-stokes, biot,
c. PCO2 membaik ataksik)
d. PO2 membaik c. Auskultasi bunyi napas
e. pH arteri membaik d. Palpasi kesimetrisan
f. Takikardia membaik ekspansi paru
g. Pola napas membaik e. Monitor nilai AGD
h. Kesadaran membaik f. Monitor hasil x-ray
i. Rasa nyaman thoraks
meningkat Terapeutik
j. Warna kulit membaik 1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien 2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif


tidak efektif keperawatan selama … x 24 Observasi
jam diharapkan bersihan 1. Identifikasi kemampuan
jalan napas meningkat batuk
dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi
1. Batuk efektif meningkat sputum
2. Produksi sputum 3. Monitor tanda dan
menurun gejala infeksi saluran
3. Mengi menurun pernapasan
4. Wheezing menurun 4. Monitor input dan
5. Gelisah menurun output cairan (mis.
6. Frekuensi napas Jumlah dan
membaik karakteristik)
7. Pola napas membaik Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3. Buang secret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tekhnik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspetoran, jika perlu
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi
selama ...x24 jam, maka Observasi
toleransi terhadap aktivitas 1. Identifikasi gangguan
meningkat, dengan fungsi tubuh
hasil : 2. Monitor kelelahan fisik
1. Keluhan lelah menurun 2. dan emosional
Dispnea saat aktivitas 3. Monitor pola jam tidur
menurun 4. Monitor lokasi dan
3. Dispnea setelah aktivitas ketidaknyamanan saat
4. Perasaan lemah menurun melakukan aktivitas
5. Frekuensi nadi menurun Terapeutik
6. Aritmia saat aktivitas 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah stimulus
7. Aritmia setelah aktivitas 2. Lakukan latihan rentang
menurun gerak pasif atau aktif
8. Tekanan darah membaik 3. Berikan aktivitas distraksi
9. EKG iskemia membaik yang menenangkan
10. Sianosis menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Ansietas Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi
keperawatan selama ….. x Observasi
24 jam maka ansietas 1. Identifikasi penurunan
menurun dengan kriteria tingkat energy,
hasil : ketidakmampuan
1. Verbalisasi kebingungan berkonsentrasi, atau gejala
menurun lain mengganggu
2. Verbalisasi khawatir kemampuan kognitif
akibat kondisi yang 2. Identifikasi teknik
dihadapi menurun relaksasi yang pernah
3. Perilaku gelisah menurun efektif digunakan 3.
4. Perilaku tegang menurun Identifikasi kesediaan,
5. Keluhan pusing menurun kemampuan, dan
6. Anoreksia menurun penggunaan teknik
7. Palpitasi menurun sebelumnya
8. Diaforesis menurun 4. Periksa ketegangan otot,
9. Tremor menurun frekkuensi nadi, tekanan
10. Pucat menurun darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama lambat
dan berirama
5. Gunakan relaksasi
sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis, music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis, napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
4. Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncakan dalam rencna tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui beberapa hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, tiknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan psaien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis
mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan.
1) Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
2) Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan)
3) Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, A., Trisyani, Y., & Siwi Ikaristi Maria Theresia. (2018). Keperawatan Gawat
Darurat dan Bencana Sheehy.
Magfiroh, Magfiroh (2021). Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Bronkitis Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif. Tugas Akhir (D3) Thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
(Edisi 1) Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
Sukma, Ade Bela (2017) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bantuan Hidup Dasar
terhadap Kemampuan Menolong Korban Obstruksi Jalan Napas pada Anggota
KSR di Universitas Muhammadiyah Jember. Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Jember.

Anda mungkin juga menyukai