Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : PPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik

Dosen Pengampu: Siti Robeatul Adawiyah,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 14:


Dwi Ros Santi (23020285)
Sonia Aprilia (23020321)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam pengerjaan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : PPOK”.
Shalawat dan salam tak lupa selalu kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi penugasan yang telah
diamanatkan kepada kelompok kami, di mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna
perbaikan penulisan atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya. Akhir kata
kami hanya bisa berdoa semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 26 November 2023

Penyusun
Kelompok 14

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar PPOK

1. Definisi

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinik

5. Pemeriksaan diagnostik

6. Komplikasi

7. Penatalaksanaan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................9


A. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................9
1. Pengkajian..................................................................................................9
2. Diagnosa keperawatan.............................................................................. 17
3. Intervensi keperawatan......................................................................... ....18
4. Implementasi keperawatan....................................................................... 21
5. Evaluasi .................................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
Kesimpulan ...........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-
penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat
karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial
ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut ilmu
demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan pola penduduk penduduk
berusia berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru
menduduki menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat. Belum banyak
dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOK orang tua usia lanjut.

Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai
dengan sebutan PPOK adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan
PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau
batuk pagi disertai pembentukan sedikit sedikit sputum mucoid. Mungkin terdapat terdapat
penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering
timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada
waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas.

Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama perawatan
yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih
penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gerontic dengan PPOK

2. Bagaimana asuhan keperawatan PPOK

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gerontic dengan PPOK

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan PPOK

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar PPOK
1. Defenisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic
Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya proses inflamasi
kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya (Ikawati, 2016).
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan napas.
Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru- paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-
paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian
tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan menyebabkan proses
inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-
paru, sehingga aliran udara terhambat secara permanen (itulah sebabnya disebut “obstruktif
kronis”)
2. Etiologi
a. Kebiasaan merokok merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan yang salah.
Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan kebiasaan ini. Resiko
mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi perokok berat yang merokok 20
batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5 kali
lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang
dapat berhenti merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak
merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin Nikotin
yang terserap dalam setiap hisapan hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap
membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan irama
jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa bakteri,
virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat,

3
dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan
dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal untuk
mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan pencegahan penularan kepada
orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang.
Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat korban
banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermotor selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari
pencemaran udara kota berasal dari industry. Jarang di sadari, bahwa justru yang
mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan )
oleh kendaraan bermotor. Padahal kendaraan bermotor jumlahnya semakin bertambah
besar. Di kota-kota besar, konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
pencemaran udara mencapai 60 – 70%.
3. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi
adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa
pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi
darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara
di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah
kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama
terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen - komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul

4
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang
di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps. Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol.
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat dan
keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang yang menunjukkan
kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks

5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pengukuran fungsi paru
1) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
2) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
3) FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun : untuk menentukan
derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L

5
4) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian menurun dengan nilai normal 4
L
5) TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang dengan nilai normal
6000 ml

b. Analisa gas darah


PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat dengan nilai normal
35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai normal 7,35-7,45
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita 12-14 gr/dl dan laki-laki
14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43 % dan
pada laki-laki 40-48 %
2) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada wanita 4,2-5,4 jt/mm3 dan
pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
3) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE serum meningkat
dengan nilai normal < 100 IU/ml d) Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat
dengan nilai normal > 95 %.
4) Elektrolit menurun
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran . kuman pathogen yang biasa
ditemukan adalah streptococcus pneumonia, hemophylus influenzae.
e. Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru
(Muttaqin, 2012)
6. Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg dengan nilai saturasi
oksigen < 85 %. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis.
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain
nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness dan takipnea.
c. Infeksi respiratori

6
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan rangsangan
otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan
peningkatan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.

d. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru) harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan
bronchitis kronis tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan sering kali tidak berespons terhadap
terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
sering kali terlihat pada klien dengan asma
g. Ansietas dan depresi
Pasien PPOK umumnya mengeluhkan gejala sesak napas yang cenderung bertambah berat
sehingga menimbulkan ansietas dan depresi yang meningkat pada pasien PPOK yang
disebabkan oleh faktor psikologis atau psikopatologis yang mempengaruhi kemampuan
pasien dalam mengatasi penyakitnya.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berhenti Merokok
b. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Aminophilin dan adrenalin)
c. Pengobatan simtomatik
d. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
e. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-3
liter / menit
f. Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap
g. Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan energy
h. Tindakan rehabilitasi
1) Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus

7
2) Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan yang
paling efektif baginya
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmaninya
4) Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar Kembali dapat
mengerjakan pekerjaan seperti semula.
5) Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang diseritanya (Padila, 2012).
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien.
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara tepat dan
waspadai kemungkinan efek sampingnya.
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan kecepatan
aliran ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu untuk ekhalasi dan
jumlah udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji adanya dyspnea dan
memastikan bahwa dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru, terutama
merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif
intermiten, peningkatan asupan cairan.
2. Meningkatkan pola nafas
a. Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat membantu meningkatkan
pola pernafasan
b. Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan respirasi
3. Memantau dan menangani komplikasi
a. Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b. Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan takikardia
c. Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi atau komplikasi
lain dan laporkan perubahan pada status fisik atau kognitif (Susan, 2012)

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai
sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan
fisik, batuk yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok,
polusi udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penyakit seperti asma (Ikawati
2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi (asma) karna
asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok

9
karena merokok meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati,
2016)
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan keatas setinggi toraks dapat
menyebabkan keletihan atau distress pernafasan
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal
maupun interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga menyebabkan
pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
mempengaruhi pola ibadah pasien
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK mengalami
penurunan toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
b) Mata Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran
normal

10
d) Hidung Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
1) Inspeksi biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest
penggunaan otot bantu pernafasan
2) Palpasi biasanya premitus kanan dan kiri melemah (
3) Perkusi bisanya hipersonor
4) Auskultasi biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan
obstruktif
g) Jantung
1) Inspeksi bisanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi biasanya ictus cordis teraba
3) Auskultasi biasanya irama jantung teratur
h) Abdomen
1) inspeksi biasanya tidak ada asites
2) Palpasi biasanya hepar tidak teraba
3) Perkusi biasanya timphany
4) Auskultasi biasanya bising usus normal
i) Ekstremitas biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai
dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
h. Pengkajian Khusus

1. Masalah Kesehatan Kronis

Keluhan kesehatan / gejala yang dirasakan Tidak


NO Selalu Sering Jarang
klien dalam waktu 3 bulan terakhir Pernah
(3) (2) (1)
berkaitan dengan fungsi: (0)
A Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B Fungsi Pendengaran
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga bordering
C Fungsi Paru (Pernafasan)

11
6. Batuk lama disertai keringat malam
7. Sesak napas
8. Berdahak / Sputum
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada
E Fungsi Pencernaan
12. Mual / muntah
13. Nyeri ulu hati
14. Makan dan minum banyak (berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air besar
(mencret / sembelit)
G Fungsi Pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan
17. Nyeri pinggang atau tulang belakang
18. Nyeri persendian
H Fungsi Persyarafan
19. Lumpuh / kelemahan pada kaki / tangan
20. Kehilangan rasa
21. Gemetar / tremor
22. Nyeri / pegal pada daerah tengkuk
I Fungsi Saluran Perkemihan
23. Buang air kecil banyak
24. Sering buang air kecil pada malam hari
25. Tidak mampu mengontrol pengeluaran
air kemih (ngompol)
JUMLAH
*Analisa Hasil
- Skore : ≤ 25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan.
- Skore : 26 – 50 : Masalah kesehatan kronis sedang
- Skore : ≥ 51 : Masalah kesehatan kronis berat

12
2. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai respon klien!

NO ITEM PERTANYAAN BENAR SALAH


Jam berapa sekarang ?
1.
Jawab :
Tahun berapa sekarang ?
2.
Jawab :
Kapan bapak / ibu lahir ?
3.
Jawab :
Berapa umur bapak / ibu sekarang ?
4.
Jawab :
Dimana alamat rumah bapak / ibu sekarang ?
5.
Jawab :
Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
6.
bapak / ibu ?
Jawab :
Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama bapak /
7.
ibu ?
Jawab :

8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?


Jawab :
Siapa nama presiden Republik Indonesia sekarang ?
9.
Jawab :

10. Coba hitung terbalik dari 20 ke 1 !


Jawab :
*Analisa Hasil
13
Skore :
0 – 2 fungsi intelektual utuh
3 – 4 kerusakan intektual ringan
5 – 7 kerusakan intektual sedang
8-10 kerusakan intektual bera

3. Format Pengkajian MMSE

BENAR SALAH
NO ITEM PENILAIAN
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? Tahun 2023
2. Musim apa sekarang? Musim panas
3. Tanggal berapa sekarang? Bapak lupa
4. Hari apa sekarang? senin
5. Bulan apa sekarang? gatau
6. Di Negara mana anda tinggal? indonesia
7. Di Provinsi mana anda tinggal? tangerang
8. Di Kabupaten mana anda tinggal? tangerang
9. Di Kecamatan mana anda tinggal? Bapak lupa
10. Di Desa mana anda tinggal? gatau
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga objek
11. Tv
12. Kursi
13. Meja
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, missal
“BAPAK”
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT

14
Minta klien untuk mengulang 3 obyek di atas
19. Tv
20. Kursi
21. Meja
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan :
22.gelas
23. piring
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi 3 kalimat berikut :
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi”
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas !
26. Lipat dua !
27. Taruh di lantai !
d. Turuti hal berikut :
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar
JUMLAH
*Analisa hasil :
Nilai ≤ 21 : Kerusakan Kognitif

15
4. Status Fungsional
Modifikasi Indeks Kemandirian Katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam menjalankan aktifitas
kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan
orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan,
artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
MANDIRI TERGANTUNG
NO AKTIFITAS
(Nilai 1) (Nilai 0)
Mandi di kamar mandi.
1.
(Menggosok gigi, membersihkan dan
mengeringkan badan)
Menyiapkan pakaian, membuka, dan
2.
mengenakan pakaian.
3. Memakan makanan yang telah disediakan.
Memelihara kebersihan diri untuk penampilan
4.
diri (Menyisir rambut, mencuci rambut,
menggosok gigi dan mencukur kumis)
Buang air besar di WC (membersihkan dan
5.
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses.
BAK di kamar mandi (membersihkan dan
7.
mengeringkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.
Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke
9.
luar ruangan tanpa alat bantu.
Menjalankan ibadah sesuai agama dan
10.
kepercayaan yang dianut.
Melakukan pekerjaan rumah, seperti :
11.
merapihkan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak dan membersihkan ruangan.
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
12.
kebutuhan keluarga.

16
Mengelola keuangan (menyimpan dan
13.
menggunakan uang sendiri)
Menggunakan sarana transportasi umum
14.
untuk bepergian.

Menyiapkan obat dan minum obat sesuai


15.
dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat)
Merencanakan dan mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam hal
16. penggunaan uang, aktifitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
Melakukan aktifitas di waktu luang (kegiatan
17.
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga, dan
menyalurkan hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI
*Analisa hasil :
Poin : 13 – 17 : Mandiri
Poin : 0 – 12 : Ketergantung

2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
dan perubahan membran alveolus-kapiler
b. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya nafas.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.

17
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah panduan untuk
perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan


keperawatan
(D.0003) L.01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan intervensi Observasi
pertukaran gas
keperawatan selama 3x 24 jam, 1. Monitor frekuensi, irama,
berhubungan maka status kenyamanan kedalaman dan upaya napas.
meningkat dengan kriteria hasil 2. Monitor pola napas (seperti
dengan ketidak
: bradipnea, takipnea,
seimbangan 1. Tingkat kesadaran hiperventilasi, Kussmaul,
meningkat 2. Dyspnea CheyneStokes, Biot, ataksik)
ventilasi-perfusi
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
dan perubahan 3.Bunyi napas tambahan efektif
menurun 4. Monitor adanya sumbatan jalan
membran alveolus-
4. Pusing menurun napas
kapiler 5. Penglihatan kabur menurun 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
6. Diaphoresis menurun paru
7. Gelisah menurun 6. Auskultasi bunyi napas
8. Napas cuping hidung 7. Monitor saturasi oksigen -
menurun Monitor nilai A G D
9. PCO2 membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
10. PO2 membaik Terapeutik
11. Takikardia membaik 1. Atur interval pemantauan
12. pH arteri membaik respirasi sesuai kondisi pasien
13. Sianosis membaik 2. Dokumtasikan hasil pemantaua
14. Pola napas membaik Edukasi
15. Warna kulit membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

( D.0001 ) L.01001 1.01006


Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Bersihan jalan
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
napas berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam,
Observasi
maka status kenyamanan
dengan mukus
meningkat dengan kriteria - Identifikasi kemampuan batuk
dalam jumlah hasil :
- Monitor adanya retensi sputum
1. Batuk efektif meningkat
berlebihan,
2. Produksi sputum menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi
peningkatan 3. Mengi menurun
saluran napas
4. Wheezing menurun
produksi mukus,
5. Mekonium (pada neonates) - Monitor input dan output cairan (mis.
eksudat dalam menurun
18
alveoli dan 6. Dyspnea menurun jumlah dan karakteristik)
7. Ortopnea menurun
bronkospasme Terapeutik
8. Sulit bicara menurun
9. Sianosis menurun - Atur posisi semi Flower atau flower
10. Gelisah menurun
- Pasang perlak dan bengkok di
11. Frekuensi napas membaik
12. Pola napas membaik pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif - Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali - Anjurkan
batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
D.0005 L.01004 1.01011
Pola Napas Tidak Pola Napas Manajemen Jalan Napas
Setelah dilakukan intervensi Tindakan :
Efektif
keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi
berhubungan maka status pernapasan - Monitor pola napas (frekuensi,
membaik dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
dengan hambatan
1. Ventilasi semenit meningkat - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Upaya nafas. 2. Kapasitas vital meningkat gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
3. Diameter thoraks anterior kering)
posteilor meningkat - Monitor sputum (jumlah, warna,
4. Tekanan ekspirasi aroma)
meningkat Terapeutik
5. Tekanan inspirasi meningkat - Pertahankan kepatenan jalan napas
6. Dyspnea menurun dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
7. Penggunaan otot bantu thrust
napas menurun jika curiga trauma servikal)
8. Pemanjangan fase ekspirasi - Posisikan semi Flower atau Flower
menurun - Berikan minum hangat
9. Ortopnea menurun - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
10. Pernapasan pursed-tip - lakukan penghisapan lendir kurang
menurun dari 15 detik
19
11. Pernapasan cuping hidung - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Menurun penghisapan endotrakeal
12. Frekuensi napas membaik - Keluarkan sumbatan benda padat
13. Kedalaman napas membaik dengan forsep McGill
14. Ekskursi dada membaik - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

D.0056 L.05047 1.05178


Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen energi
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Observasi
dengan ketidak keperawatan diharapkan pasien 1. Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan antara bisa beraktivitas, dengan tubuh yang mengakibatkan
suplai dan kriteria hasil: kelelahan
kebutuhan 1. Kemudahan pasien 2. Monitor kelelahan fisik dan
oksigena meningkat emosional
(hipoksia). 2. Dipsneu saat/setelah 3. monitor pola dan jam tidur
(D.0056) beraktivitas menurun 4. monitor lokasi dan
3. Perasaan lemah ketidaknyamanan selama
menurun melakukan aktivitas
4. Tekanan darah Terapeutik
membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
5. frekuensi napas dan rendah stimulus
membaik 2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

20
4. Implementasi keperawatan
Implementasi Keperawatan
a. Edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok
b. Farmakoterapi : Bronkodilator, steroid, mukolitik, antioksi
c. Terapi Non Farmakologis : Latihan fisik, Latihan
d. Terapi oksigen
f. Nutrisi
g. Pembedahan pada PPOK berat.
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan yang diharapkan dari kondisi ini adalah frekuensi napas dalam batas
normal dan tidak adanya suara napas abnormal (wheezing,cracles, ronchi)

21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang umum
terjadi pada pasien usia lanjut. Dengan penyebab utama dari lingkungan polusi
udara, merokok, paparan debu, dan gas-gas kimiawi. Faktor Usia dan jenis
kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru bahkan pada
saat gejala penyakit tidak dirasakan.
Meskipun PPOK merupakan penyebab utama gagal napas dan dispnea
pada lansia, beberapa penyakit lain, termasuk gagal jantung, emboli paru, dan
kecemasan; efek pengobatan; dan kondisi lainnya, termasuk dekondisi dan
malnutrisi dapat memperburuk gejala PPOK.
Tujuan penatalaksaan PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan
meningkatkan kualitas hidup penderi

22
DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Wanda. 2019. Asuhan Keperawatan Gerontik Repiratori : PPOK. Diakses


3 November 2021. http://id.scribd.com/document/427379494/ASKEP-
GERONTIK_PPOK
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan .
Yogyakarta : Bursa Ilmu
Mengko, Corenelis Yohni. 2018. Asuhan Keperawatan T.T diruang Bougenvil
Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang. Diakses 3 November 2020.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2128/1/KTI%20CORNELIS%20YOHNI
%20MENGKO.pdf
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan . Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha
Medika
Susan, C. Smeltzer. 20012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai