Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Konsep Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I

ATELETAKSIS

Dosen Pembimbing : Ns. Ganda Ardiansyah, M.Kep.

Disusun oleh

1. Deppi Nurmalita (202014201003)


2. Pradita Ayu Rahma (202014201014)

S1 KEPERAWATAN
STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena
atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan


medikal bedah I Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa
dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.................................................................................................
B. Etiologi ................................................................................................
C. Manifestasi klinis..................................................................................
D. Penatalaksanaan....................................................................................
E. Patofisiologi..........................................................................................
F. Klasifikasi ............................................................................................
G. Komplikasi............................................................................................
H. WOC.....................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 29
B. Saran..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru.Kolaps ini dapat
meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada
wanita atau pria dan dapatterjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi
pada anak yang lebih muda daripadaanak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar
mengakibatkan atelektasis(atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan
menunjukkan suatu bayangan yanghomogen dengan tanda pengempisan lobus.
Secara patologik, hampir selalu ada pulakelainan-kelainan lain di samping tidak
adanya udara daripada lobus dan posisi yangdisebabkannya daripada dinding-
dinding alveolar dan bronkhiolar.
B. Tujuan
- Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien atelektasis
- Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi atelektasis.
2. Mengetahui macam-macam atelektasis.
3. Mengetahui etiologi atelektasis.
4. Mengetahui patofisiologi atelektasis.
5. Mengetahui gejala atelektasis.
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis

1
BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus ataupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal. Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari
bagian paru, kolap ini dapat meliputi subsegmen paru atau keseluruhan paru.
(jiib.wordpress.com).
Atelektasis dapat terjadi pada semua usia, baik wanita maupun pria.
Namun pasien yang lebih muda yaitu bayi lebih beresiko terkena atelaktasis
dibandingkan dengan dewasa ataupun orang tua.Atekektasis yang terjadi pada
dewasa bisa diakibatkan oleh obstruksi jalan nafas (bronkus), jika terjadi
penyumbatan dalam saluran nafas maka udara di dalam alveoli akan terserap ke
dalam aliran darah sehingga alveoli menciut dan memadat.
B. Etiologi
Penyebab dari atelektasis adalah :
1. Obstruktif
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus.
Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.
Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau
benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat
oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran
kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam
alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut
dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel
darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
2. Non-obstruktif :
- Pasif → pneumothorax, operasi
- Cicatrix → perlekatan-perlekatan
- Adhesive → RDS (Respiratory Distress Syndrome)

2
Pneumonitis radiasi, pneumonia, uremia
- Kompresi → Pneumothorax, pleural effusion, tumor
C. Manifestasi Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak
napas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak
mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk
pendek. Gejalanya bisa berupa gangguan pernafasan, nyeri dada dan batuk. Jika
disertai infeksi bias terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang bias
terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala tergantung pada berapa banyak dari paru-paru yang terlibat.
Seseorang mungkin tidak menyadari atelektasis jika hanya sebagian kecil dari
paru-paru yang terlibat. Tetapi jika sebagian besar paru-paru yang terlibat,
seseorang mungkin memiliki gejala-gejala berikut :
- Sesak nafas
- Kelelahan
- Demam
- Nyeri dada pada sisi yang terkena
- Sianosis, warna biru di kulit menunjukan bahwa jaringan kekurangan
oksigen.
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi.
Hasil pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering
ditemukan adalah :
1. Inspeksi → berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit
2. Palpasi → fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser ke arah sisi
yang sakit
3. Perkusi → pekak atau datar
4. Auskustasi → suara pernapasan tidak terdengar
b. Pemeriksaan Diagnostik

3
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis pada atelektasis dengan penyebab TB paru sering
ditemukan adanya infiltrat khas TB paru dan gambaran adanya atelektasis
paru.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Bronkoskopi
2. Dapat ditemukan obstruksi
3. Masa
4. Corpus alienum
D. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan yaitu untuk mengeluarkan dahak atau benda
asing dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-
paru yang terkena mungkin perlu diangkat
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru
yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan
jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
E. Patofisiologi
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat
kental yang mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke

4
zona alveolus dapat menyebabkan atelektasis. Udara yang berada dalam
alveolus menjadi sulit untuk keluar dari alveolus dan akan terabsorpsi sedikit
demi sedikit ke aliran darah yang menyebabkan alveolus kolaps (untuk
mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang
lebih besar seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu
mulai mengembangkan balon). Mekanisme ini dikenal dengan atelektasis
absorpsi dan dapat disebabkan oleh obstruksi bronkhus intrinsik atau ekstrinsik.
Obstruksi bronkhus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau
eksudat yang tertahan, sedangkan obstruksi ekstrinsik pada bronkhus biasanya
disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma, atau
jaringan parut paru akibat dari hiperakvitas dari proses tuberkulosis paru.
Risiko atelektasis meningkat pada klien dengan penurunan mekanis
ketika melakukan ventilasi seperti saat klien yang harus melakukan posisi
supinasi, membebat dada karena nyeri, depresi pernapasan akibat opioid,
sedatif, retakan otot, dan distensi abdomen. Penderita atelektasis biasanya
banyak dijumpai pada balita yang lahir prematur dimana paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna sehingga paru tampak padat dan kempis.
Namun atelektasis juga bisa terjadi pada dewasa yang mengalami obstruksi
jalan nafas (bronkus) jika terjadi penyumbatan dalam saluran nafas maka udara
di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan
terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang
menghambat ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut
dengan atelektasis tekanan. Proses tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh
adanya penumpukan cairan di dalam thoraks (efusi pleura), udara di dalam
rongga pleura (pneumothoraks), pembesaran jantung, distensi perikardium oleh
cairan (efttsi perikardial), pertumbuhan tumor di dalam thoraks, atau kenaikan
diafragma ke arah atas akibat adanya tekanan abdominal yang dialami klien.
Penderita dengan atelektasis jika tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kematian.

5
F. Klasifikasi Atelektasis
Berdasarkan factor yang menimbulkan atelektasis dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
1. Atelektasis Bawaan (Neonatorum)
Atelektasis bawaan adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir, dimana
paru-paru tidak mengembang sempurna. Terjadi pada bayi (aterm?
prematur) yang dilahirkan dalam kondisi telah meninggal (still born) atau
lahir dalam keadaan hidup lalu bertahan hanya beberapa hari dengan
pernafadan buruk.
Atelektasis resorbsi yaitu kondisi bayi yang mampu bernafas dengan
baik, tetapi terjadi hambatan pada jalan nafas yang mengakibatkan udara
dalam alveolus diserap sehinggga alveolus mengempis kembali.
2. Atelektasis didapat
Atelektasis didapat dibagi menjadi:
a. Atelektasis Obstruksi
Terjadi akibat adanya obstruksi total pada jalan nafas, mulai darri
laring sampai dengan bronkiolus. Udara dalam alveolus diserap sampai
rongga alveolikolaps. Actor lain penyebab atelektasis adalah
melemahnya gerakan nafas (otot parasternal/diafragma).
Atelektasis obstruksi dapat terjadi pada pasien dengan:
1) Asma Bronkial
2) Bronchitis kronis
3) Bronkhiektasis
4) Aspirasi benda asing
5) Pasca bedah
6) Aspirasi darah beku
7) Neoplasma bronkus
Kondisi lain yang dapat menyebabkan atelektasis obstruksi antara lain
usia dan kondisi tubuh dengan kesadaran menurun yang

6
mengakibatkan kelemahan otot-otot napas sehingga tidak dapat
mengeluarkan sumbatan pada jalan nafas.
Gejala klinis: dispnea, sianosis dan kolaps, bagian dada yang
atelektasis tidak bergerak, dan pernapasan terdorong kearah yang sakit.
Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan bayangan padat serta
diagfragma menonjol ke atas.
b. Atelektasis Kompresi
Tejadi akibat tekanan dari luar. Tekanan dapat bersifat:
1) Menyeluruh (complete)
a) Terjadi bila tekanan besar dan merata.
b) Terjadi pada: hidrotoraks, hemotoraks, empiema, dan
pneumotoaks.
2) Sebagian (partial)
a) Terjadi bila tekanan hanya terlokalisasi 9 setempat).
b) Terjadi misalnya pada: tumor dan kardiomegali.
Menurut luasnya atelektasis dibagi :
1) Massive atelectase, mengenai satu paru
2) Satu lobus, percabangan main bronchus
3) Satu segmen → segmental atelectase
4) Platelike atelectase,berbentuk garis. Misal:Fleischner line→oleh tumor
paru
G. Komplikasi
Pada pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali dapat
menimbulkan beberapa penyakit, diantaranya:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana
masukan udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi
pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk ke dalam rongga
pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang
disebabkan oleh trauma.

7
b. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat
menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan
bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia
H. WOC Atelektasis

8
Obstruktif : Non Obstruktif :
Gumpalan lendir Pneumothorax, Operasi
Tumor Perlekatan
Benda asing RDS (Respiratory Distress
Pembesaran kelenjar syndrome) Pneumonitis radiasi,
getah bening Pneumonia, Uremia.
Pneumothorax, Pleural efusion

Bayi Prematur Penyumbatan Reaksi tubuh


Bronkus berusaha
mengeluarkan
Jaringan paru-
obstruksi dengan
paru mengkerut
Gerak Pernafasan cara batuk
terhambat
Terisi dengan :
Sel darah Produksi Sekret ↑
Udara di dalam alveoli Serum
terserap ke dalam Lendir
aliran darah

Alveoli menciut Infeksi


dan memadat

ATELEKTASIS

B1 (Breathing) B2 (Blood) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Inflamasi pada Takikardi Anorexia Kelemahan


bronkus

Nafsu makan ↓ MK :
MK : Intoleransi
Produksi Penyempitan pola nafas aktivitas
secret ↑ bronkus tidak MK :
efektif Nutrisi < kebutuhan
tubuh
Dyspnea
MK : Suplay
Bersihan O2 dalam
jalan napas tubuh ↓
Ekspansi paru ↓
tidak efektif
MK :
Alveoli memadat Gangguan pertukaran
9 gas
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anderson, Silvia. 1996. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Anna Pujiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC
Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC
Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Betz, C.L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen ed.2.
Jakarta: EGC
Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology.
Orlando
Florida : Harcourt Bruce College Publisher
Caplan, L.R. 2000. Neurovascular Disorders : Text Book of Clinical Neurology.
Chicago : Saudes
Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed.
Ke 5.
Philadelphia : Lippincott William-Wilkins
Churry, Edward. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta : EGC
Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC
Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Dorland. 1994. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Elaine, Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology. San Fransisco: Wesley
Longman
Evelen, C. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

10
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hedman, T.H. 2012. NANDA 2012-2014. Oxford : Willey Blackwell
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC
John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Kazier, B. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC
Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia
Lynda juall, 2007. Diagnosis keperawatan ed.10. Jakarta : EGC
Mardjono. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat
Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Neal, Michael J. 2006. Farmakoligi Medis. Jakarta: Erlangga
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Gramedia
Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogyakarta:
Aulia Publishing.
Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC
Samantri, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta : EGC
Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.
Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suyono, Slamet. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : EGC

11
Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC
https://123dok.com/document/qm81no7z-laporan-pendahuluan-atelektasis.html.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 22.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai