KISTA PARU
Disusun oleh :
Mercy Tania
406181013
Pembimbing :
dr. Rokhmad Widiatma, Sp. Rad
1.2 Tujuan
Memahami anatomi dan fisiologi paru-paru
Memahami definisi, etiologi, patogenesis, dan cara menegakkan diagnosis kista paru
Memahami gambaran radiologi kista paru
1.3 Manfaat
Dapat menerapkan cara penegakkan diagnosis kista paru
Dapat mengusulkan jenis pemeriksaan radiologi kista paru
Dapat mendeskripsikan gambaran radiologi kista parus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Kista paru adalah lusensi yang berisi udara atau area dengan atenuasi yang
rendah yang dibatasi oleh dinding tipis ( biasanya <2 mm) dan memiliki jaringan paru
yang normal. Penyakit kista paru harus dibedakan dengan emfisema, rongga, bulla,
bleb, pneumatocele, dan honeycombing yang semua menunjukkan gambaran lusensi
menyerupai kista paru. Hal tersebut dapat dibedakan berdasarkan ketebalan dinding,
ukuran ruang yang dipenuhi gas, lokasi anatomi, dan kecenderungan kista untuk
berkelompok.1
b. Etiologi
Berdasarkan heterogenitas etiologinya, penyakit kista paru dapat
diklasifikasikan berdasarkan mekanisme patofisiologi yang mendasarinya yaitu
kongenital, genetik, infeksi, inflamasi, limfoproliferatif, neoplastik dan kebiasaan
merokok.1
c. Klasifikasi
Secara radiografi, penyakit kista paru dapat disubklasifikasikan menjadi dua
kategori utama menurut distribusi kista yang pertama adalah diskrit terbagi menjadi
fokus atau multifokal, yang termasuk dalam kategori ini adalah penyakit kongenital,
infeksi, pneumonia interstitial, lymphocytic interstitial pneumonia, desquamative
interstitial pneumonia. Yang kedua yaitu difus terbagi menjadi unilobular atau
panlobular, yang termasuk kategori ini adalah Lymphangioleiomyomatosis,
Pulmonary Langerhans cell histiocytosis, Birt-Hogg-Dubé syndrome, Amyloidosis,
Light chain deposition disease, Neurofibromatosis type 1.1
Secara klinis berdasarkan tanda dan gejala kista paru dapat diklasifikasikan
menjadi 4 kategori. Kategori pertama yaitu kista paru dengan spontan pneumotoraks
dan dispnea terdiri dari Lymphangioleiomyomatosis, Birt-Hogg-Dubé syndrome,
Pulmonary Langerhans cell histiocytosis, Desquamative interstitial pneumonia dan
Lymphocytic interstitial pneumonia. Kategori kedua yaitu kista paru dengan
pneumonia rekuren atau temuan kista yang tidak disengaja terdiri dari Cystic
pulmonary adenomatoid malformations, Pulmonary sequestration dan Bronchogenic
cysts. Kategori ketiga yaitu kista paru dengan tanda dan gejala dari infeksi paru
primer terdiri dari Pneumocystis jirovecii, pneumonia Echinococcus dan
Echinococcus multilocularis. Kategori keempat yaitu kista dengan tanda dan gejala
nonpulmonal primer terdiri dari amyloidosis, light chain deposition disease dan
neurofibromatosis type 1.1,5
- Lymphangioleiomyomatosis
Disebabkan mutasi pada gen supresor tumor, termasuk TSC1 (encoding hamartin)
dan TSC2 (encoding tuberin). Mutasi pada TSC1 atau 2 mengakibatkan aktivasi
abnormal dari jalur pensinyalan rapamycin (mTOR), yang mengatur pertumbuhan
sel, proliferasi, migrasi, dan kelangsungan hidup sel. LAM dapat berkembang
secara sporadis (S-LAM) dan secara genetik pada pasien dengan tuberous
sclerosis complex (TSC-LAM). LAM terjadi pada 30% hingga 40% wanita dan
10% hingga 15% pria dengan TSC. Namun, perubahan kistik khusus untuk LAM
dengan TSC biasanya tanpa gejala pada laki-laki, S-LAM hampir selalu terjadi
pada wanita. Sering terjadi pada usia 30 – 40 tahun, sebagian besar wanita usia
subur. Tanda dan gejala berupa dyspnea progresif saat aktivitas, pneumotoraks,
hemoptisis, batuk tidak berdahak, chylous efusi pleura, dan asites. Karakteristik
kista diffuse, diameter bervariasi antara 2 - 4 mm dan bentuknya seragam.6
- Birt-Hogg-Dubé syndrome
- Pulmonary sequestration
Kelainan kongenital kedua paling umum yang sering terjadi. Ditandai dengan
sebagian paru-paru yang tidak terhubung ke cabang trakeobronkial dan memiliki
suplai arteri sistemik sendiri. Tanda dan gejala biasanya 25% asimtomatik atau
dapat disertai dengan hemoptysis dan hemothorax. Pada orang dewasa usia khas
terjadi antara 20- 25 tahun.6
- Bronchogenic cyst
Berasal dari tracheobronchial selama perkembangan paru-paru. Paling sering diisi
dengan cairan. Pada anak-anak merupakan penyakit yang mengancam nyawa
sedangkan pada dewasa menyebabkan batuk dan nyeri dada, hemoptisis, disfagia,
suara serak, dan paralisis diafragma. Usia rata-rata saat diagnosis pada orang
dewasa adalah 35 – 40 tahun. Pada hasil pemeriksaan CT scan temuan berupa
gambaran kista dengan batas yang jelas dan terdapat redaman air dan jaringan
lunak. Isi kista secara umum air, atau protein atau mukoid, endapan kalsium. Kista
mediastinum biasanya homogen, soliter, dan terletak di tengah mediastinum.
Ukuran kista bervariasi mulai dari 20 hingga 90 mm, dengan diameter rata-rata 40
mm. 1,6
- P jirovecii pneumonia
Merupakan infeksi paru yang disebabkan oleh jamur. Umumnya terjadi pada
pasien HIV, CD4 rendah, penerima transplantasi darah atau organ, dan yang
sedang menjalani terapi imunosupresif (misalnya, glukokortikoid atau
kemoterapi). Ukuran kista bervariasi mulai dari 15 hingga 85 mm dan cenderung
di lobus atas.6
- Echinococcal infections
Merupakan infeksi dari spesies Echinococcus granulosus atau multilocularis.Lebih
sering terjadi di negara seperti di Amerika Selatan atau Tengah, Timur, China,
atau pada pasien yang bepergian kedaerah endemik tersebut. Kista paru biasanya
tunggal dan lebih sering di lobus bawah. Kista dapat disertai dengan air-fluid
levels, hydropneumothorax, pneumothorax, atau lesi kavitas.6
- Amyloidosis
Merupakan kondisi adanya penumpukan protein amiloid pada organ dan atau
jaringan. Memiliki berbagai manifestasi, termasuk penyakit tracheobronchial,
penyakit nodular parenchymal, diffuse atau alveolar septal pattern, penyakit
pleural, lymphadenopathy dan kista paru. Pembentukan kista jarang terjadi. Jika
ada berupa kista yang difuse dan tersebar, ukuran bervariasi biasanya < 30 mm
dan mempunyai bentuk irreguler.6
- Light chain deposition disease
Gambaran klinis mirip seperti amyloidosis dan ginjal merupakan organ yang
paling sering terlibat. Ditandai dengan gambaran linier opacities dan nodul kecil.6
- Neurofibromatosis tipe 1
Ditandai dengan neurofibromas, café-au-lait spots, dan Lisch nodules. Ditandai
dengan gambaran basilar reticular opacities (50%), bullae (50%), dan ground glass
opacities. Kista difuse dan kecil (2 - 18 mm) dan sering pada lobus atas paru.6
d. Diagnosis
Riwayat Klinis :
-Pulmonary Langerhans cell histiocytosis sering pada dewasa muda dan wanita
lebih dominan, usia 20-40 tahun
-Birt-Hogg-Dubé syndrome terjadi pada usia 30-40 tahun, perbandingan pria dan
wanita sama
Perokok :
Sering terjadi pada tuberous sclerosis complex (TSC) LAM dan Birt-Hogg-Dubé
syndrome
Manifestasi Pulmoner :
Paling sering batuk dan dispnea tetapi dapat juga disertai dengan pneumotoraks
dan efusi pleura. Pneumotoraks sering pada lymphangioleiomyomatosis (50-60%),
Birt-Hogg-Dubé syndrome, Pulmonary Langerhans cell histiocytosis, dan jarang
pada Lymphoid interstitial pneumonia. Sedangkan efusi pleura sering pada
lymphangioleiomyomatosis (10%).7
Manifestasi ekstrapulmoner :
- Lymphangioleiomyomatosis
Ditandai dengan adanya lesi kistik tulang, diabetes insipidus dan lesi kulit berupa
papula berwarna cokelat dan eczema dan generalized lymphadeno.
- Birt-Hogg-Dubé syndrome :
- Pemeriksaan Radiologi7,8
a. X Foto thoraks
\
Gambar 1.22 Amyloidosis
f. Tatalaksana
Kista paru adalah lusensi yang berisi udara atau area dengan atenuasi yang rendah
yang dibatasi oleh dinding tipis ( biasanya < 2 mm) dan memiliki jaringan paru yang
normal. Penyakit kista paru harus dibedakan dengan emfisema, rongga, bulla, bleb,
pneumatocele, dan honeycombing yang semua menunjukkan gambaran lusensi
menyerupai kista paru.
Empat penyakit kista paru yang paling sering adalah lymphangioleiomyomatosis,
histiositosis sel Langerhans paru, sindrom Birt-Hogg-Dubé dan pneumonia interstisial
limfoid. Manifestasi klinis penyakit paru kistik biasanya tidak spesifik. Pasien dengan
kista biasanya ditemukan secara kebetulan pada computed tomography (CT) yang
diperoleh karena alasan lain. Namun tanda dan gejala yang biasa ditemukan yaitu batuk,
dyspnea, pneumotoraks atau dengan efusi pleura.
Untuk diagnosis kista paru dapat dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat
merokok, dan riwayat keluarga, penyakit ekstrapulmoner, termasuk manifestasi kulit,
pleura, dan intra-abdomen. Radiografi toraks bukan merupakan modalitas pencitraan
yang sensitif untuk pasien dengan kista paru. High-resolution computed tomography
(HRCT) merupakan modalitas pencitraan pilihan untuk mendeteksi dan membedakan di
antara berbagai penyebab penyakit kista paru.
Terapi untuk kista paru sebagian besar menggunakan immunosupresan. Pada
lymphangioleiomyomatosis terapi dengan inhibitor mTOR sirolimus yaitu rapamycin
menjadi obat yang paling efektif. Untuk terapi kuratif transplantasi paru-paru adalah
pilihan untuk pasien dengan gangguan berat karena penyakit yang progresif, kegagalan
pernafasan yang sangat berat atau hipertensi pulmonal berat.
Penyakit kista paru seperti lymphangioleiomyomatosis memiliki prognosis jangka
panjang yang buruk. Kematian dapat terjadi akibat insufisiensi pernapasan dan atau
hipertensi pulmonal. Birt-Hogg-Dubé syndrome prognosis didasarkan pada komorbiditas
sedangkan pada Lymphoid interstitial pneumonia 33%–50% pasien meninggal dalam 5
tahun sejak diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA