Disusun oleh :
- Aulia Erica Lutfiyanti 151510383003
- Fresta Yuanita K. D. 151510383025
- Septian Bayu Aji 151510383026
- Safira Faradila 151510383034
- Ainun Nucha Aprilita 151510383035
- Aditya Wahyu Aji Nugroho 151510383048
Pembimbing :
Risalatul Latifah, S.Si, M.Si
penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Diagnosa efusi pleura.......................................................................3
2.2 SOP pemeriksaan fisik.....................................................................4
2.3 SOP pemeriksaan USG thorax............................................................7
2.4 SOP pemeriksaan x-ray thorax............................................................9
2.5 SOP pemeriksaan pleurography/medical thoracoscopy............................13
BAB III................................................................................................... 15
PENUTUP.............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan................................................................................. 15
Daftar Pustaka...................................................................................... 16
LAMPIRAN............................................................................................. 17
A. Profil The Joint Commision................................................................17
B. Profil Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)........................................24
C. Job description................................................................................ 27
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cavum thorax merupakan rongga tubuh yang dibatasi oleh cervical di bagian
superior dan abdomen di bagian inferior. Rangka thorax tersusun dari vertebra,
sternum, costae, dan cartilage costae. Di dalam cavum thorax terdapat organ-
organ penting bagi tubuh diantaranya jantung, paru-paru, esofagus, trakea, dan
pembuluh darah. Dalam cavum thorax terdapat pula cavum pleura yang
mengandung sedikit cairan sebagai pelumas. Namun apabila cairan menumpuk
dan melebihi batas, maka terjadilah efusi pleura.
Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
(Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura bukanlah penyakit yang dapat diabaikan. Justru merupakan gejala
penyakit serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Sehingga dibutuhkan
penatalaksanaan diagnostik imejing yang tepat dalam diagnosa penyakit ini.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui modalitas yang dapat digunakan untuk diagnosa efusi pleura.
2. Memahami Standart Operasional Procedures pemeriksaan efusi pleura
pada tiap-tiap modalitas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosa efusi pleura
Gejala klinis efusi pleura bervariasi dan seringkali bergantung pada penyakit
yang mendasari. Gejala yang paling sering ditemui adalah sesak napas, batuk,
dan nyeri dada. Batuk pada penderita efusi pleura umumnya ringan dan tidak
berdahak. Nyeri dada disebabkan oleh iritasi pleura, dapat bersifat ringan sampai
berat, dirasakan sebagai nyeri yang tajam, dan memburuk dengan tarikan napas
dalam (nyeri dada pleuritik). Nyeri dapat menyebar ke bahu di sisi yang sama
atau perut bagian atas.
3
keluar. Proses ini dapat berlangsung lebih dari satu hari. Jika cairan terakumulasi
terus menerus, kemudian mengulang efusi cairan yang dilakukan melalui
pleurodesis kimia atau bedah. Terlepas dari proses apa pun yang dilakukan untuk
mengeluarkan cairan, antibiotik wajib diberikan.
Tujuan :
1. Mempersiapkan alat
2. Memberikan salam, senyum, dan perkenalkan diri sebagai bentuk
komunikasi therapeutic
4
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien/keluarga
dengan bahasa yang universal
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan
5. Menyiapkan ruangan
6. Mengambil dan menempatkan alat di dekat pasien
7. Mencuci tangan
8. Memasang masker dan sarung tangan
9. Melakukan pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
5
11. Catat hasil palpasi ekspansi paru
Auskultasi paru-paru :
1. Gunakan stetoskop
2. Letakkan stetoskop pada area intercostalis
3. Instruksikan pasien inspirasi dalam dan pelan
4. Mulai auskultasi
5. Dengarkan irama inspirasi-ekspirasi pada tiap tempat
6. Catat hasilnya
6
3. Pasien menyerahkan surat pengantar pada administrasi unit radiologi
4. Pasien menyelesaikan administrasi
5. Radiografer mencuci tangan
6. Radiografer memasang masker dan sarung tangan
7. Radiografer mempersiapkan alat
8. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan
9. Radiografer memberikan salam, senyum, dan perkenalkan diri sebagai
bentuk komunikasi therapeutic
10. Radiografer menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien
dengan bahasa yang universal
11. Memastikan persetujuan pasien untuk dilakukan pemeriksaan
12. Pasien mengikuti prosedur pemeriksaan yang dilakukan radiografer
Prosedur pemeriksaan :
7
2.4 SOP pemeriksaan x-ray thorax
1. Thorax PA erect
2. Thorax AP erect
3. Latera decubitus
8
Atur FFD : 180 cm
Atur center point : thoracal 5-6 (18 cm di bawah cervical 7)
Atur center ray : kaset
Atur kolimasi sinar : superior setinggi cervical 7, inferior di bawah
sinus costrophrenicus
Posisikan marker R/L
Berikan instruksi dari ruang operator untuk menahan napas pada
inspirasi kedua
Expose
2. Prosedur thorax AP erect
Posisikan pasien : membelakangi bucky stand, kedua bahu bagian
belakang sejajar menempel bucky stand, kedua tangan diangkat ke
atas
Atur FFD : 180 cm
Atur center point : thoracal 5-6 (18 cm di bawah cervical 7)
Atur center ray : kaset
Atur kolimasi sinar : superior setinggi cervical 7, inferior di bawah
sinus costrophrenicus
Posisikan marker R/L
Berikan instruksi dari ruang operator untuk menahan napas pada
inspirasi kedua
Expose
3. Prosedur lateral decubitus
Posisikan pasien : lateral recumbent dextra atau sinistra, pasien
tidur miring dengan ganjalan bantal atau busa di bagian bawah,
kaset di posisikan di depan pasien secara vertikal, kedua lutut
fleksi
Atur FFD : 180 cm
Atur center point : thoracal 5-6 (18 cm di bawah cervical 7)
Atur center ray : kaset
Atur kolimasi sinar : superior setinggi cervical 7, inferior di bawah
sinus costrophrenicus
Posisikan marker R/L
Berikan instruksi dari ruang operator untuk menahan napas pada
inspirasi kedua
Expose
9
Prosedur tetap pasca pemeriksaan :
10
Untuk memperkecil penerimaan dosis radiasi oleh pasien dalam pemeriksaan
dengan sinar-x, pada jendela tempat keluarnya sinar-x (focal spot) biasanya
diberi filter Al dengan ketebalan tertentu sebagai filter bawaan pesawat
(inherent filter).
Pengoperasian pesawat sinar-X diagnostik dengan kVp tinggi dan mAs rendah
dapat memperkecil penerimaan dosis radiasi oleh pasien yang menjalani
pemeriksaan foto thorax. Pengaturan kondisi operasi pesawat secara tepat
dapat mengurangi penerimaan dosis radiasi oleh pasien sekitar 20%.
1 Persiapan Peralatan
Sistem listrik harus benar-benar terisolasi
11
Ruangannya harus bersih
Instrumen sterilisasi harus disediakan
Trocar,
Thoracoscope / pleuroscope, Diameter biasa dari thoracoscope kaku
adalah 9 mm, yang semi-kaku pleuroscope 7 mm.
Tang biopsi,
Forsep koagulasi unipolar,
Sumber cahaya,
Sistem video,
Sistem aspirasi,
Tabung thorax dan sistem drainase.
2 Persiapan Pasien
Pasien harus berpuasa selama 6-8 jam sebelum prosedur dilakukan untuk
mengurangi risiko aspirasi
Pasien diposisikan dalam posisi decubitus lateral pada bagian yang sehat
Pasien dilakukan anestesi lokal. Untuk pasien yang memiliki kepekaan
yang istimewa, atau pasien cemas, kurang kooperatif termasuk anak-anak
dan pasien yang alergi terhadap anestasi lokal lebih baik menggunakan
anastesi umum.
Memasukkan pleuroscope kedalam rongga pleura pasien yang telah
ditentukan oleh landmark permukaan anatomi
Kulit pasien harus steril
Hemithorax yang dimasukkan dengan penjepit melewati tulang rusuk dan
melalui pleura
Setelah ruang akses dibuat, rongga pleura yang terletak dibawah diperiksa
untuk memastikan ruang pleura tersedia sehingga dapat memasukkan
pleuroscope dengan aman
Pleuroscope dimasukkan kedalam rongga pleura dengan penglihatan
langsung
Cairan dievakuasi menggunakan kateter suction melewati saluran
Biopsi pleura parietal dilakukan dengan tang biopsi melewati saluran
Setelah pemeriksaan dan prosedur selesai, pleuroscope ditarik, dan
pneumotoraks tersebut dievakuasi
Dilakukan oleh dokter thoracoscopy, asisten endoskopi dan perawat
12
Dampak dari prosedur pemeriksaan diatas, yaitu menyebabkan pasien
mengalami hipoksia karena depresi saat anestesi, saturasi oksigen biasanya
menurun dan dengan penghapusan efusi pleura besar, salah satu harus
waspada terhadap perkembangan hipotensi karena hilangnya volume yang
cukup besar. Prosedur pemeriksaan juga dapat ditunda jika pasien mengalami
batuk terus-menerus, demam, dan untuk pasien yang telah melakukan infark
miokard atau dalam menghadapi aritmia serius.
2.5
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Efusi pleura merupakan suatu kelainan yang terjadi akibat banyaknya jumlah
cairan yang terdapat dirongga pleura melebihi jumlah normal karena disebabkan
oleh beberapa faktor pemicu produksi jumlah cairan pada rongga pleura berlebih
misal: tuberculosis, pneumonia, dsb.
Dapat disimpulkan bahwa, agar terjaganya kualitas maka haruslah dibuat suatu
standar atau parameter, sehingga dapat diketahui layak tidaknya sesuatu untuk
dipergunakan. Hal itulah yang mengendalikan kualitas/mutu segala sesuatu.
14
Daftar Pustaka
Hooper CE, Lee YCG, Maskell NA. Setting up a specialist pleural disease
service. Respirology 2010
www.pelkesi.or.id
www.rsibnusina.or.id
www.jointcommision.org
https://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/11/konsep-pasien-safety/
http://nugraasriani.blogspot.co.id/2013/05/proteksi-radiasi-pada-radiologi.html
15
LAMPIRAN
Misi :
Visi :
Semua orang selalu mengalami pelayanan kesehatan yang paling aman, kualitas
tertinggi, dan nilai terbaik di segala keadaan
16
1910-1913 Ernest Codman, M. D. mengajukan end result system of
hospital standardization
Dibentuk American College of Surgeons dan sistem
penilaian dilakukan ACS secara objektif
17
JCAH mendirikan 4 dewan akreditasi untuk membentuk
standar dan survei prosedur akreditasi
18
1992 Dikeluarkannya kebijakan larangan merokok di seluruh
rumah sakit
19
2000 Penetapan standar dan proses survei untuk organisasi
yang menyediakan jasa asuh
Joint Commision International menerbitkan standar
kualitas internasional pertama dan memberikan
penghargaan akreditasi pertama
20
Program sertifikasi rawat inap pelayanan diabetes
diumumkan
Peluncuran standar peningkatan inisiatip
21
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen pelaksana
akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan bertanggung
jawab kepada Menteri Kesehatan. KARS dibentuk pertama kali pada tahun 1995
dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang terakhir diperbarui melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan fungsi melaksanakan akreditasi di
Indonesia
Visi :
Menjadi badan akreditasi yang memiliki kredibilitas tinggi ditingkat nasional dan
internasional.
Misi :
Tujuan :
22
Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit,
yaitu: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan Gawat Darurat dan Rekam Medik.
23
Menjaga penampilan di rumah sakit dalam hal berpakaian.
Bekerja sesuai pedoman dan kode etik yang ditetapkan oleh KARS.
24
C. Job description
25