PLEURA
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas: Keperawatan 2 A
PRODI D3 KEPERAWATAN
TP 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami buat,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Pekanbaru, 04 November 2020
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBHASAN......................................................................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................................................4
2.1.1 Definisi.................................................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.................................................................................................................................4
2.1.3 Tanda dan gejala...................................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................................................6
2.1.5 Klasifikasi.............................................................................................................................7
2.1.6 Komplikasi...........................................................................................................................7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................................................7
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................................7
2.2.2 Diagnosa keperawatan........................................................................................................11
2.2.3 Intervensi............................................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari sutau penyakit, melainkan hanya merupakan gejala
atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura juga suatu keadaan dimana terdapat
cairan berlebihan dirongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya.
Cairan yang masuk akan membuat tekanan pleura meningkat yang nantinya akan
Efusi pleura sutau keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura yang
berupa transudat dan eksudat yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
Tujuan Umum
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit pada pasien effuse pleura
dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Melakukan pengkajian ashuan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Melakukan diagnosa ashuan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Melakukanintervensi pada pasien dengan effusi pleura dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
BAB II
PEMBHASAN
2.1.1 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan ( terjadi
penumpukan cairan dalam rongga pleura ). (Somantri, 2012: 106)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 212)
Kesimpulan dari efusi pleura adalah ketika keadaan rongga pleura dipenuhi oleh cairan
yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal.
2.1.2 Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini dise babkan oleh satu
dari lima mekanisme berikut:
Infeksi
Tuberculosis
Pneumonitis
Abses paru
Perforasi esophagus
Abses subfrenik
Noninfeksi
Karsinoma paru
Karsinoma pleura: primer , sekunder
Karsinoma mediastinum
Tumor ovarium
Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
Gagal hati
Gagal ginjal
Hipotirodisme
Kilotoraks
Emboli paru
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi Karena
perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat
melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat),
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder (akibat samping) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.
Klien dengan pleura normal dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah/gagal
jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke
seluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang
selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada dalam pembuluh
darah pada area tersebut menjadi bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah dengan
adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan
pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan. Hipoalbuminemia (missal pada klien
sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema anarsaka) akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorbsi yang
berkurang. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk ke dalam rongga
pleura.
2.1.5 Klasifikasi
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu:
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis (mis,
kanker paru, payudara, lambung,atau ovarium), hemotorak, infark paru, keganasan,
repture aneurismaaorta.
2.1.6 Komplikasi
Pasien dapat dipulangkan pada efusi yang kecil dengan penyebab yang telah
diketahui, gejala yang minimal, dan tanpa tanda gangguan respirasi.
Pasien perlu dirawat di rumah sakit pada kasus dengan etiologi yang belum
diketahui, etiologi atau komorbiditas yang mendasarinya memerlukan perawatan di
rumah sakit, adanya hipoksia atau gangguan fungsi respirasi, atau empiema.
Pasien dengan gangguan hemodinamik atau respirasi yang berat perlu dirawat di
ICU.
2.2.1 Pengkajian
Identitas
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada seluruh usia.
Status ekonomi (tempat tinggal) sangat berperan terhadap timbulnya penyakit ini
terutama yang didahului oleh tuberkulosis paru. Klien dengan tuberkulosis paru
sering ditemukan di daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.
Riwayat Pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
seperti,Pengobatan untuk effusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretik.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami keluhan batuk, sesak
napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.
Tanda-tanda vital
RR cenderung meningkat dan klien biasanya dispneu, vokal premitus
menurun, suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah
cairannya, auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, egofoni.
Body System
Sistem pernapasan
Gejala: kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/trauma
Observasi dan palpasi: gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan (area sakit).
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi pada efusi pleura letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5
pada linea medioclaviculaus kiri selebar 1 cm, palpasi frekuensi jantung dan
teratur tidaknya denyut jantung, perkusi terdengar suara pekak adanya
pergeseran jantung Karena pendorongan cairan efusi pleura dan auskultasi
bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan bunyi jantung III gejala payah
jantung serta adanya murmur.
Sistem persarafan
Inspeksi tingkat kesadaran pada pemeriksaan GCS dalam keadaan
composmentis, somnolen atau koma.
Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena itu
merupakan tanda awal syok.
Sistem pencernaan
Pada klien efusi pleura didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
Sistem integumen
Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
Sistem musculoskeletal
Pada pasien efusi pleura diperhatikan adanya edema peritibial, feel pada kedua
ekstremitas dan kekuatan otot antara bagian kiri dan kanan.
Sistem endokrin
Pada pasien efusi pleura tidak terdapat gangguan pada system endokrin
Sistem reproduksi
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukan adanya gangguan pada system
genetalia
Sistem penginderaan
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukannya kerusakan pada penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan.
Sistem imun
Pada pasien efusi pleura terjadinya peningkatan tekanan pada kapiler
subpleura atau limfatik.
Pemeriksaan Penunjang
Torakosentesis
Aspiran cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik.
Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah pada
bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior dengan memakai jarum
abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-
1500cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekaligus dalam jumlah
banyak, maka akan menimbulkan syok pleural (hipotensi) atau edema paru. Edema
paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan PH.
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. Pemeriksaan histologis satu atau beberapa
contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis
tuberculosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat
dilakukan biopsy ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
Penatalaksanaan
Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,
dipsneu, dan lain-lain.Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak
maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotik
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin,Kalk,
dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura
dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
Penyebab:
Fisiologis
Spasme jalan napas
Hipersekresi jalan napas
Disfungsi neuromuskuler
Benda asing dalam jalan napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan
Hiperplasia dinding jalan napas
Proses infeksi
Respon alergi
Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
Situasional
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan
c. Intoleransi aktivitas
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini:
Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Keefektifan obat resep
Kecenderungan pada gasdarah arteri, jika tersedia
Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan
keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Pengisapan jalan napas (NIC)
Tentukan kebeutuhan pengisapan oral atau trakea
Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP[mean arterial pressure] dan irama jantung)segera sebelum, selama,
dan setelah pengisapan
Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Pantau adanya pucat sianosis
Pantau efek obat pada status pernapasan
Tentukan lokasi dan luasnya repitasi di sangkar iga
Kaji kebutuhan insersi jalan napas
Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator
Aktivitas kolaboratif
Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi
ventilator mekanis
Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, nilai GDA, sputum dan sebagainya, jika
perlu atau sesuai protokol
Berikan obat (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol
Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program atau protokol sesuai institusi
Berikan obat nyeri untuk mempertimbangkan pola pernapasan
Intoleransi aktivitas
Tujuan : Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibutuhkan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan
perawatan-diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal
denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam
batas normal
Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas
Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya,
eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
Menampilkan manajemen pemeliharan rumah dengan beberapa bantuan (misalnya,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
dan melakukan AKS dan AKSI
Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Manajemen energy (NIC):
Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawatan, nyeri, dan pengobatan)
Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia lain,
dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernapasan)
Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi
pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
Aktivitas kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
faktor penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya, untuk kelatihan
ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika
perlu
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa dirumah
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan
yang kaya energy
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari sutau penyakit, melainkan hanya merupakan gejala
atau komplikasi dari suatu penyakit.
Intoleransi Aktivitas
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey, & Scot. (2012). Kedaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara.