Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI 

PLEURA

DOSEN PENGAMPU : Ns. Trisiwi Kusumaningrum.,S.Kep.M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Andini Pobrianti (190201051)

Frisca Rehandani (190201038)

Rahmi Masrika P. (190201008)

Regeeta Dwi V.N. (190201082)

Sepia Yulanda P. (190201070)

Kelas: Keperawatan 2 A

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS MIPA &KESEHATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN

TP 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami buat,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Pekanbaru, 04 November 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBHASAN......................................................................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit..........................................................................................................................4
2.1.1 Definisi.................................................................................................................................4
2.1.2 Etiologi.................................................................................................................................4
2.1.3 Tanda dan gejala...................................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................................................6
2.1.5 Klasifikasi.............................................................................................................................7
2.1.6 Komplikasi...........................................................................................................................7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................................................7
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................................7
2.2.2 Diagnosa keperawatan........................................................................................................11
2.2.3 Intervensi............................................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari sutau penyakit, melainkan hanya merupakan gejala
atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura juga suatu keadaan dimana terdapat
cairan berlebihan dirongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya.

Cairan yang masuk akan membuat tekanan pleura meningkat yang nantinya akan
Efusi pleura sutau keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura yang
berupa transudat dan eksudat yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.

1.2 Rumusan masalah

 Bagaimana konsep penyakit pada pasien dengan efusi pleura ?


 Bagaimana pengkajian pada pasien efusi pleura ?
 Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien efusi pleura ?
 Bagaimana intervensi pada pasien efusi pleura ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas 

Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit pada pasien effuse pleura
dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Melakukan pengkajian ashuan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Melakukan diagnosa ashuan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Melakukanintervensi pada pasien dengan effusi pleura dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
BAB II

PEMBHASAN

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan ( terjadi
penumpukan cairan dalam rongga pleura ). (Somantri, 2012: 106)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 212)

Kesimpulan dari efusi pleura adalah ketika keadaan rongga pleura dipenuhi oleh cairan
yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal. 

2.1.2 Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini dise babkan oleh satu
dari lima mekanisme berikut:

 Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik


 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negative intrapleura
 Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab efusi pleura

Infeksi

 Tuberculosis
 Pneumonitis
 Abses paru
 Perforasi esophagus
 Abses subfrenik

Noninfeksi

 Karsinoma paru
 Karsinoma pleura: primer , sekunder
 Karsinoma mediastinum
 Tumor ovarium
 Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditis konstriktiva
 Gagal hati
 Gagal ginjal
 Hipotirodisme
 Kilotoraks
 Emboli paru

2.1.3 Tanda dan gejala


 Efusi yang berukuran kecil umumnya asimtomatik; gejala klinis dari kelainan
penyebab dapat ditemukan.
 Efusi yang berukuran besar dapat menyebabkan gangguan fungsi paru, yang
mengakibatkan dispnea, pada saat aktivitas fisik atau saat istirahat.
 Nyeri dada (pleuritik atau rasa nyeri tumpul/sakit).
 Batuk non-produktif pada beberapa kasus.
 Efusi yang berukuran besar dapat menyebabkan pergeseran mediastinum (deviasi
trakea, pergeseran titik impuls maksimum/PMI, hipotensi).
 Hasil pemeriksaan paru dapat menunjukkan penurunan suara napas di dasar paru,
egofoni, suara redup dengan perkusi, dan penurunan fermitus raba.

2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi Karena
perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat
melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat),
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).
Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder (akibat samping) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.

Klien dengan pleura normal dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah/gagal
jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke
seluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang
selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada dalam pembuluh
darah pada area tersebut menjadi bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah dengan
adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan
pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan. Hipoalbuminemia (missal pada klien
sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema anarsaka) akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorbsi yang
berkurang. Hal  tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik
intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk ke dalam rongga
pleura.

2.1.5 Klasifikasi
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu:

 Efusi pleura transudat


Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh factor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorb cairan pleura seperti (gagal jantung kongestif,
atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum).

 Efusi pleura eksudat


Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat.kriteria
efusi pleura eksudat:
 Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
 Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6
 LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum

Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema, penyakit metastasis (mis,
kanker paru, payudara, lambung,atau ovarium), hemotorak, infark paru, keganasan,
repture aneurismaaorta. 

2.1.6 Komplikasi
 Pasien dapat dipulangkan pada efusi yang kecil dengan penyebab yang telah
diketahui, gejala yang minimal, dan tanpa tanda gangguan respirasi.

 Pasien perlu dirawat di rumah sakit pada kasus dengan etiologi yang belum
diketahui, etiologi atau komorbiditas yang mendasarinya memerlukan perawatan di
rumah sakit, adanya hipoksia atau gangguan fungsi respirasi, atau empiema.

 Pasien dengan gangguan hemodinamik atau respirasi yang berat perlu dirawat di
ICU.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
 Identitas
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada seluruh usia.
Status ekonomi (tempat tinggal) sangat berperan terhadap timbulnya penyakit ini
terutama yang didahului oleh tuberkulosis paru. Klien dengan tuberkulosis paru
sering ditemukan di daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.

 Status kesehatan saat ini


 Keluhan Utama
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, gejala yang timbul sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya.Pneumonia akan menyebabkan demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritik, ketika efusi sudah membesar dan
menyebar kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar
akan mengakibatkan napas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi,dan penurunan bunyi
pernapasan pada sisi yang terkena.

 Alasan Masuk Rumah Sakit


Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung),
Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma (misalnya hipoprotinnemia),
meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri), berkurangnya
absorbsi limfatik.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Klien dengan efusi pleura akan diawali dengan adanya keluhan seperti batuk,
sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.

 Riwayat Kesehatan Terdahulu


 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi non-pleura biasanya
mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari anggota
keluarganya yang lain, terkecuali penularan infeksi tuberkulosis yang menjadi
faktor penyebab timbulnya efusi pleura.

 Riwayat Pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
seperti,Pengobatan untuk effusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretik.

 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Kesadaran
Klien dengan efusi pleura biasanya akan mengalami keluhan batuk, sesak
napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.
 Tanda-tanda vital
RR cenderung meningkat dan klien biasanya dispneu, vokal premitus
menurun, suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah
cairannya, auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, egofoni.

 Body System
 Sistem pernapasan
Gejala: kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/trauma

Tanda: takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi


interkostal, bunyi napas menurun dan fermitus menurun (pada sisi terlibat),
perkusi dada: hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi
cairan.

Observasi dan palpasi: gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan (area sakit).

 Sistem kardiovaskuler
Inspeksi pada efusi pleura letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5
pada linea medioclaviculaus kiri selebar 1 cm, palpasi frekuensi jantung dan
teratur tidaknya denyut jantung, perkusi terdengar suara pekak adanya
pergeseran jantung Karena pendorongan cairan efusi pleura dan auskultasi
bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan bunyi jantung III gejala payah
jantung serta adanya murmur.

 Sistem persarafan
Inspeksi tingkat kesadaran pada pemeriksaan GCS dalam keadaan
composmentis, somnolen atau koma.

 Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena itu
merupakan tanda awal syok.

 Sistem pencernaan
Pada klien efusi pleura didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.

 Sistem integumen
Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.

 Sistem musculoskeletal
Pada pasien efusi pleura diperhatikan adanya edema peritibial, feel pada kedua
ekstremitas dan kekuatan otot antara bagian kiri dan kanan.

 Sistem endokrin
Pada pasien efusi pleura tidak terdapat gangguan pada system endokrin

 Sistem reproduksi
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukan adanya gangguan pada system
genetalia

 Sistem penginderaan
Pada pasien efusi pleura tidak ditemukannya kerusakan pada penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan.

 Sistem imun
Pada pasien efusi pleura terjadinya peningkatan tekanan pada kapiler
subpleura atau limfatik.

 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada)


Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostrofenik. Bila cairan lebih
300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat
pergeseran di mediatinum.

 Torakosentesis
Aspiran cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik.
Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah pada
bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior dengan memakai jarum
abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-
1500cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekaligus dalam jumlah
banyak, maka akan menimbulkan syok pleural (hipotensi) atau edema paru. Edema
paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.

 Torakosentesis / pungsi pleura


untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, stiologi, berat jenis. Fungsi
pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8.didapati
cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks)
atau kilus (kilotoraks). Bila dicairan serosa mungkin berupa transudat (hasil
bendungan)atau eksudat (hasil radang).

Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan PH.

Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. Pemeriksaan histologis satu atau beberapa
contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis
tuberculosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat
dilakukan biopsy ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotorak, hemotorak,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

 Penatalaksanaan
 Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
 Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,
dipsneu, dan lain-lain.Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak
maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
 Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotik
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
 Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin,Kalk,
dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura
dan mencegah cairan terakumulasi kembali.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

Penyebab:
Fisiologis
 Spasme jalan napas
 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskuler
 Benda asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia dinding jalan napas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
Situasional
 Merokok aktif
 Merokok pasif
 Terpajan polutan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebihan
 Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
 Mekonium dijalan napas (pada neonatus)

Gejala dan tanda minor


Subjektif
 Dispnea
 Sulit bicara
 Ortopnea
Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah

Kondisi klinis terkait:


 Gullian barre syndrome
 Sklerosis multipel
 Myasthenia gravis
 Prosedur dignostik (mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiography)
 Depresi sistem saraf pusat
 Cedera kepala
 Stroke
 Kuadriplegia
 Sindrom aspirasi mekonium
 Infeksi saluran napas

b. Pola Nafas Tidak Efektif


Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab
 Depresi pusat pernapasan
 Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
 Deformitas dinding dada
 Deformitas tulang dada
 Gangguan neuromuscular
 Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG] positif, cidera kepala,
gangguan kejang)
 Imaturitas neurologis
 Penurunan energy
 Obesitas
 Posisi tubuh yang menghambat ekstansi paru
 Sindrom hipoventilasi
 Kerusakan inervasi diagrama (kerusakan saraf C5 keatas)
 Cidera pada medulla spinalis
 Efek agen farmakologis
 Kecemasan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
 Dispnea
Objektif
 Penggunaan otot bantu pernapasan
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes

Gejala dan tanda minor


Subjektif
 Ortopnea
Objektif
 Pernapasan pursed-lip
 Pernapasan cuping hidung
 Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan insprasi menurun
 Ekskrusi dada berubah

Kondisi klinis terkait


 Depresi system saraf pusat
 Cedera kepala
 Trauma thoraks
 Gullian barre syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuardiplegia
 Intoksikasi alkohol

c. Intoleransi aktivitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.


Penyebab:
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Tirah baring
 Kelemahan
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton

Gejala dan tanda mayor:


Subyektif
 Mengeluh lelah
Objektif
 Frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor


Subjektif
 Dispnea saat/ setelah aktivitas
 Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Merasa lemah
Objektif
 Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
 Gambaran EKG menunjukkan aritmia
 Gambaran EKG menunjukkan iskemia
 Sianosis

Kondisi klinis terkait:


 Anemia
 Gagal jantung kongestif
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit katup jantung
 Aritmia
 Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
 Gangguan metabolik
 Gannguan muskuloskeletal.
2.2.3 Intervensi
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan : Pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan
Aspirasi; Status pernapasan: Kepatenan Jalan Napas; dan Status Pernapasan: Ventilasi
tidak terganggu.
kriteria hasil :
 Batuk efektif
 Mengeluarkan sekret secara efektif
 Mempunyai jalan napas yang paten
 Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
 Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
 Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah

Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
 Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini:
 Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
 Keefektifan obat resep
 Kecenderungan pada gasdarah arteri, jika tersedia
 Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
 Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan
keletihan
 Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
 Pengisapan jalan napas (NIC)
 Tentukan kebeutuhan pengisapan oral atau trakea
 Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP[mean arterial pressure] dan irama jantung)segera sebelum, selama,
dan setelah pengisapan
 Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin
pengisap, spirometer,inhaler, dan intermittent positive pressure breathing [IPPB])
 Informasikan kepda pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruang
perawatan; beri penyuuhan tentang pentingnya berhenti merokok
 Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk
memudahkan pengeluaran sekret
 Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat batuk.
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna,
karakter, jumlah, dan bau
 Pengisapan jalan napas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang
cara pengisapan jalan napas, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
 Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
 Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan
pendukung
 Berikan udara atau oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan) sesuai dengan
kebijakan institusi
 Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonic, dan peralatan paru
lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi
 Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal.

 Pola napas tidak efektif


Tujuan : Pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh Status Pernapasan: Status
Ventilasi dan Pernapasan yang tidak terganggu: kepatenan jalan napas; dan tidak ada
penyimpangan tanda vital dari rentang normal.
Kriteria hasil
 Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
 Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
 Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
 Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
 Mengidentifikasi faktor (mis, alergen) yang memicu ketidakefektifan pola napas, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.

Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
 Pantau adanya pucat sianosis
 Pantau efek obat pada status pernapasan
 Tentukan lokasi dan luasnya repitasi di sangkar iga
 Kaji kebutuhan insersi jalan napas
 Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki
pola pernapasan.
 Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan
pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber
komunitas.
 Diskusikan cara menghindari allergen, sebagai contoh: memeriksa rumah untuk
adanya jamur di dinding rumah, tidak menggunakan karpet di lantai, menggunakan
filter elektronik alat perapian dan AC
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok di dalam
ruangan
 Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat
pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapsan

Aktivitas kolaboratif
 Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi
ventilator mekanis
 Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, nilai GDA, sputum dan sebagainya, jika
perlu atau sesuai protokol
 Berikan obat (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol
 Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program atau protokol sesuai institusi
 Berikan obat nyeri untuk mempertimbangkan pola pernapasan

 Intoleransi aktivitas
Tujuan : Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibutuhkan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan
perawatan-diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal
denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam
batas normal
 Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas
 Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
 Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya,
eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
 Menampilkan manajemen pemeliharan rumah dengan beberapa bantuan (misalnya,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)

Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
dan melakukan AKS dan AKSI
 Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
 Manajemen energy (NIC):
 Tentukan penyebab keletihan (misalnya, perawatan, nyeri, dan pengobatan)
 Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia lain,
dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernapasan)
 Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi
pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan
 Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
 Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
 Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang perlu
dilaporkan kepada dokter
 Pentingnya nutrisi yang baik
 Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas
 Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, visualisasi) selama aktivitas
 Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan
tempat
 Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh: menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
 Manajemen energi (NIC):
 Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan-diriyang akan
meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, pemantauan mandiri dan teknik langkah
untuk melakukan AKS)
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan

Aktivitas kolaboratif
 Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
faktor penyebab
 Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya, untuk kelatihan
ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika
perlu
 Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa dirumah
 Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
 Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan
yang kaya energy
 Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung.
 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari sutau penyakit, melainkan hanya merupakan gejala
atau komplikasi dari suatu penyakit.

Diagnosa Yang dapat Ditegakkan yaitu :

 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

 Pola Nafas Tidak Efektif

 Intoleransi Aktivitas

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
 
Jeffrey, & Scot. (2012). Kedaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular


dan Hematologi. jakarta: salemba medika.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
 
Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
 
Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.
 
Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
 
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
 
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
 
Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan EDISI 9. Jakarta: EGC.
 

Anda mungkin juga menyukai