Oleh:
Preseptor:
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul “persarafan pada saluran
nafas dan reflex jalan nafas ” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik dari bagian
anestesi.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Ade Ariadi, Sp. An
selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini tepat waktu demi
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan referat ini. Akhir
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pernapasan merupakan komponen vital dalam fungsi fisiologis tubuh manusia.
Persarafan jalan nafas dan refleks jalan nafas menjadi dua aspek utama yang memainkan
peran krusial dalam menjaga homeostasis oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
Persarafan jalan nafas melibatkan kerja sama kompleks antara otot-otot pernapasan dan
sistem saraf otonom untuk mengontrol ritme dan kedalaman pernapasan. Sementara itu,
refleks jalan nafas mencakup respons cepat terhadap perubahan lingkungan, seperti
Pemahaman mendalam tentang persarafan jalan nafas dan refleks jalan nafas penting
atau kondisi patologis lainnya. Sistem pernapasan manusia adalah suatu keajaiban biologis
pasokan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh dan pembuangan karbon dioksida. Dalam
kerangka ini, persarafan jalan nafas dan refleks jalan nafas menjadi elemen-esensial yang
mengatur dan mengawasi proses pernapasan ini. Persarafan jalan nafas melibatkan
keterlibatan sistem saraf otonom dan somatik, yang berkolaborasi untuk mengontrol pola,
ritme, dan kedalaman pernapasan. Di sisi lain, refleks jalan nafas berperan sebagai respons
instan terhadap perubahan kondisi lingkungan, seperti penurunan kadar oksigen atau
3
Refleks jalan nafas bertindak sebagai garda terdepan dalam menjaga keseimbangan gas
dalam darah. Refleks ini, yang mencakup refleks Hering-Breuer untuk menghindari
hiperinflasi paru-paru dan refleks kemoreseptor untuk mengatur kadar gas darah,
anestesi RSUD M. Natsir dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis
serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnya kalangan medis tentang
1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai persarafan pada saluran nafas
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persarafan jalan nafas bagian atas berasal dari saraf kranium Selaput mukosa dari
hidung di inervasi bagian optalmikus (V1) dari nervus trigeminus anterior (anterior
nervus etmoidal) dan oleh bagian maksilaris (V2) posterior (nervus spenopalatinus).
nervus trigeminus (V) ke superior dan inferior dari palatum mole dan durum. Nervus
lingual (suatu cabang dari bagian mandibula (V3) dari nervus trigeminus) dan nervus
glosofaring (saraf kranium yang kesembilan) mempersarafi dua pertiga anterior dan
sepertiga posterior dari lidah, berturut-turut. Cabang dari nervus fasial (VII) dan saraf
glosofaring juga memberi persarafan pada atap dari faring, tonsil, dan bagian bawah
dari palatum mole. Saraf vagus (saraf kranium yang kesepuluh) mempersarafi jalan
nafas di bawah epiglotis. Cabang superior laringeal dari vagus membagi dalam satu
yang nervus eksternal (motor) dan satu yang nervus internal (sensorik) laringeal yang
mempersarafi sensoris pada laring antara epiglottis dan pita suara. Cabang lain dari
vagus, nervus rekuren laringeal, memberi persarafan laring di bawah pita suara dan
trakea.1
5
Gambar 2.1 Persyarafan Jalan Nafas
Suplai darah ke laring berasal dari cabang dari arteri tiroid. Arteri krikotiroid
berasal dari arteri tiroid superior itu sendiri, cabang yang pertama keluar dari arteri karotid
luar, dan menyilang selaput krikotiroid yang bagian atas, yang meluas dari tulang rawan
krikoid ke tulang rawan tiroid. Arteri tiroid superior ditemukan sepanjang sisi lateral dari
dan arteri tiroid harus dipertimbangkan tetapi jarang perlu mempengaruhi praktek. Cara
yangterbaik adalah tetap di dalam midline, di pertengahan antara krikoid dan tulang rawan
tiroid.
6
2.2 Refleks Jalan Nafas
untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh,
masuk kedalam tubuh melalui faring, laring atau trakea. Sumber refleks muntah secara fisiologis
dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu (1) somatic (stimulasi saraf sensoris berasal
darikontak langsung pada area sensitive yang disebut trigger zone, misalnya : sikat gigi,
makanan,meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2) psikogenik (distimulasi di pusat otak
yanglebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, misalnya : penglihatan, suara, bau, perawatan
kedokteran gigi). Refleks Muntah ( Gagging Refleks ) Refleks muntah ( gagging refleks )
dianggap suatu mekanisme fisiologis tubuh untukmelindungi tubuh terhadap benda asing atau
bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh, masuk kedalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.
Sumber refleks muntah secara fisiologis dapatdiklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu (1)
somatic (stimulasi saraf sensoris berasal darikontak langsung pada area sensitive yang disebut
trigger zone, missal nya : sikat gigi, makanan,meletakkan benda di dalam rongga mulut), dan (2)
psikogenik (distimulasi di pusat otak yanglebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, mis :
Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama/sangat spesifik. Pada
beberapa orang Trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding
posterior faring, dan lain-lain. Impuls rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui
N.Glosso-faringeus, dan motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut,
(gagging refleks) dapat juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan,
perokok berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yangsangat
cepat atau pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Mekanisme refleks muntah dapat
7
(1) Pada tahap awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan, akan terjadi
(2) Anti peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik menuju duodenum dan
(3) Kemudian pada bagian saat traktus gastro intestinal, terutama duodenum, menjadi
sangat meregang, peregangan ini yang menjadi faktor pencetus yang menimbulkan
tindakan muntah.
(4) Pada saat muntah, kontraksi instrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun pada
lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus bagian bawah,
(5) Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu rangsangan
khususnyakuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke
mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk bukanlah merupakan suatu
penyakit, namun merupakan gejala adanya gangguan di saluran pernafasan. Namun bila
batuk itu berlebihan, maka batuk akan sangat mengganggu aktivitas. Refleks batuk dapat
8
3. Asma
Mekanisme batuk :
1) Fase Iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus d laring, trakea,
bronkus besar, atau serat aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat
menimbulkan batuk.Batuk juga timbul bila reseptor batuk dilapisan faring dan
2) Fase Inspirasi Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga dengan cepat dan
3) Fase Kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis dan batuk dapat terjadi
4) Fase Ekspirasi Pada fase ini glottis terbuka secara tiba-tiba akibat konst\raksi aktif
otot-otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluarana udara dalam jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda – benda asing dan bahan –
bahan lain.
Bersin merupakan ekspirasi penuh dan tiba- tiba melewati rongga hidung
dan terkadang sedikit melewati mulut. Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan
9
oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya irritan, bakteri dan kelebihan
tersebut. Refleks bersin Refleks bersin dapat dipicu oleh rangsangan yang ringan
mengirimkan impuls melalui saraf kranial kelima (CN V / saraf trigeminal) ke pusat
bersin di medula. Hal ini memicu refleks bersin yang mirip dengan refleks batuk,
dengan perbedaan adalah bahwa udara dipaksa keluar terutama melalui hidung
Inspirasi cepat mengisi paru-paru dengan udara ekstra. Epiglotis dan pita
pita suara relaksasi , epiglotis terbuka dan udara bergegas keluar dengan cepat
Karena kecepatan udara yang bergerak, bagian terminal dari pernapas sehingga
dalam refleks bersin mendorong udara keluar melalui hidung. Seluruh proses ini
terjadi dalam hitungan detik. Sama seperti dengan batuk, kecepatan udara bergegas
keluar melalui hidung bisa dekat dengan 100mph. Stimulasi umum dan erat
mata sedikit berair dengan bersin. Iritasi pada saluran hidung memicu respon
inflamasi yang menyebabkan lendir hipersekresi. Lendir berlebih ini juga terpaksa
10
Gambar 2.1 mekanisme reflex bersin
yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara
yang baik dari 6 syaraf kranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasangotot
menelan. Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga
sampai ke lambung.2
11
(3) Kerja sama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong
laring.
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang
dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk
menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk
ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari. Pada fase oral ini perpindahan bolus
dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi
meletakkan bolus di atas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah
terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan
palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian arkus
faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks
faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X
dan n.XII). Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan
nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai
2. Fase Faringeal
12
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi:
a. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dann.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik ke atas dan
c. Laring dan tulang hioid terangkat ke atas ke arah dasar lidah karena kontraksi
inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X,n.XI) menyebabkan
faring tertekan ke bawah yang diikuti oleh relaksasim. Kriko faring (n.X).
e. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan
otototot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke
dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan
cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat. Pada fase faringeal ini saraf yang
bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX,
n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan
bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum
mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu
13
faringeal transit juga bertambah sesuai dengan umur. Kecepatan gelombang peristaltik
3. Fase Esofageal Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus
makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Fase ini terdiri dari
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang
mienterikus yang terletak di antara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal
esofagus
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pernapasan merupakan komponen vital dalam fungsi fisiologis tubuh manusia.
Persarafan jalan nafas dan refleks jalan nafas menjadi dua aspek utama yang memainkan
peran krusial dalam menjaga homeostasis oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
Persarafan jalan nafas melibatkan kerja sama kompleks antara otot-otot pernapasan dan
sistem saraf otonom untuk mengontrol ritme dan kedalaman pernapasan. Sementara itu,
refleks jalan nafas mencakup respons cepat terhadap perubahan lingkungan, seperti
penurunan kadar oksigen atau peningkatan kadar karbon dioksida. persarafan jalan nafas
dan refleks jalan nafas menjadi elemen-esensial yang mengatur dan mengawasi proses
pernapasan ini. Persarafan jalan nafas melibatkan keterlibatan sistem saraf otonom dan
somatik, yang berkolaborasi untuk mengontrol pola, ritme, dan kedalaman pernapasan. Di
sisi lain, refleks jalan nafas berperan sebagai respons instan terhadap perubahan kondisi
lingkungan, seperti penurunan kadar oksigen atau peningkatan kadar karbon dioksida
dalam darah.
15
DAFTAR PUSTAKA
pencegahan dan pengendalian Infeksi Saluran Nafas Akut di Wilayah XIII Koto Kampar.
2. Pandaleke JJC, Sengkey LS, Angliadi E. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Disfagia. J
Biomedik. 2014;6(3).
Mual Muntah Pada Ibu Hamil. Bhamada J Ilmu dan Teknol Kesehat. 2021;12(2):20–6.
Turmericliquorice Herbs for Chronic Coughing Case. J Vocat Heal Stud. 2018;1(3):121.
16