DYSPEPSIA
OLEH:
TAHUN 2022
I. DEFINISI
III. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas
menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke
dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab
dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
V. KOMPLIKASI
Penderita sindrom dishpepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
a. Pendarahan
b. Kanker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikus
VI. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
VII.PATHWAY
DISPEPSIA
Perubahan pada
Muntah Nyeri
status kesehatan
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
(Sawaludin, 2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah
sebagai berikut:
Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
Atur pola makan.
X. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan
lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan
Hipovolemia b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (I.03116) a. Untuk mengetahui apakah
kehilangan cairan keperawatan diharapkan a. Periksa tanda dan gejala klien mengalami
aktif (D.0023) Status Cairan (L.030280) hipovolemia hipovolema atau tidak
membaik. Dengan kriteria b. Monitor status cairan b. Untuk mengetahui jumlah
hasil: termasuk intake dan output kebutuhan cairan pada
a. Turgor kulit membaik cairan tubuh klien
b. Perasaan lemah c. Anjurkan memperbanyak c. Untuk meempetahankan
menurun asupan cairan oral kebutuhan cairan klien
c. Membran mukosa d. Kolaborasi pemberian cairan d. Untuk mempertahankan
membaik IV isotonis (mis. NaCl, RL) kebutuhan cairan tubuh kien
d. Intake cairan membaik
Defisit Nutrisi b.d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119) a. Untuk megetahui apakah
ketidakmampuan keperawatan diharapkan a. Monitor berat badan klien mengalami
mencerna makanan Status Nutrisi (L.03030) b. Monitor hasil pemeriksaan pengurangan jumlah nutrisi
dan mengabsorbsi membaik. Dengan kriteria laboratorium b. Sebagai data intervensi
nutrien (D.0019) hasil: selanjutnya
c. Berikan suplmen makanan,
a. Verbalisasi keinginan c. Untuk meningkatkan
jika perlu
untuk meningkatkan keinginan makan klien
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
nurisi meningkat d. Untuk mempertahankan
untuk menentukan jumla
b. Perasaan cepat kebutuhan jumlah nutrisi
kalori dan jenis nutrien yang
kenyang menurun klien
dibutuhkan
c. Nyeri abdomen
menrurun
d. Nafsu makan
membaik
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383) a. Untuk persiapan pendidikan
Pengetahuan b.d. keperawatan diharapkan a. Sediakan materi dan media kesehatan pada klien
ketidaktahuan Tingkat Pengetahuan pendidikan kesehatan b. Sebagai kontrak waktu
menemukan (L.12111)) membaik. Dengan b. Jadwalkan pendidikan c. Untuk memberikan
sumber informasi kriteria hasil: kesehatan sesuai kesempatan, baragkali
dan kurang a. Kemampuan kesepakatan masih ada yang ingin
terpapar informasi menjelaskan c. Berikan kesempatan untuk ditanyakan klien
(D.0111) pengetahuan tentang bertanya
suatu topik
meningkat
b. Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun
c. Perilaku membaik
Ansietas b.d. krisis Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314) a. Sebagai data intervensi
situasional keperawatan diharapkan a. Monitor tanda-tanda ansietas selanjutnya
(D.0080) Tingkat Ansietas (L.09093) (verbal dan non verbal) b. Untuk mengetahui langkah
menurun. Dengan kriteria b. Pahami situasi yang intervensi selanjutnya
hasil: membuat ansietas c. Terapi relaksasi dapat
a. Verbalisasi c. Latih teknik relaksasi membantu klien merasa
kebingungan rileks
menurun
b. Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi menurun
c. Perilaku gelisah
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan