Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN HALUSINASI

Dianjurkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing Heni Purnama., MNS dan Yusi Yustiah., S. Kep., Ners

Disusun Oleh:
Elsa Nopiyanti Putri 120015
Hasnaini Tsania Putri 120019
Shella Mozza Azzahra 120036
Sinta Apriyani 120037
Sofi Khoerunisa 120039
Tita Martini 120042
Wanda Fatmatul Hikmah 120045

PROGRAM DIII KEPERAWATAN 3-A


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
JAWA BARAT
2022
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOPMPOK (TAK)
PADA PASIEN HALUSINASI

I. Topik: Mengajarkan cara menghardik


Kegiatan: Bermain dan bernyanyi dengan yel-yel cara menghardik
II. Tujuan
a. Umum: Klien dapat mengerti cara menghardik saat mengalami halusinasi
b. Khusus:
1. Klien dapat mengetahui cara mencegah halusinasi
2. Klien dapat bermain dan bernyanyi yel-yel halusinasi
III. Landasan Teori
1. Pendahuluan
Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik
diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan
halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan
disekitarnya. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan
Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi
sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang
sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat
TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok
yang lain.
2. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien mengiterprestasikan sesuatu yang tidak
nyata stimus/rangsangan dari luar (Manulang, 2019).
3. Etiologi
A. Faktor Predisposisi Halusinasi
a. Faktor Biologi
Faktor genetik yang didapatkan dari keluarga, dimana gangguan
tersebut turun kepada keturunan keluarganya.
b. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
c. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang
menerima berbagai peran yang kontradiktif, yang akan
menimbulkan banyak social dan kecemasan, serta berujung pada
hancurnya orientasi realitas (Sutejo, 2020) adapun faktor lain
diantaranya:
1. Karakteristik keluarga atau karalteristik individu
2. Orang tua dengan kecemasan, overprotektif
3. Konflik keluarga dana perkawinan
4. Kegagalan dalam memenuhi pertumbuhan dan perkembangan
dirinya
d. Faktor sosiokultural dan lingkungan
Faktor berbagi dalam masyarakat dapat membuat orang merasa
dikucilkan, dan dengan demikian membuat orang merasa
kesepian di lingkungan mereka yang luas (Sutejo, 2020).
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya (Zelika & Dermawan, 2015).
1. Kemiskinan
2. Kondisi masyarakat
3. Ketidakseimbangan dengan budaya
4. Tinggal menyendiri (isolasi)
5. Belum atau gagal menikah
B. Faktor Presipitasi Halusinasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang
memerlukan social ekstra untuk menghadapinya.
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
2) Fase Halusinasi

Level Karaterisittik Perilaku klien


TAHAP 1 :  Mengalami ansietas  Tersenyum tertawa
COMFORTING kesepian, rasa bersalah sendiri
 Memberi rasa dan ketakutan  Menggerakan bibir
nyaman  Mencoba berfokus pad tanpa suara
 Tingkat apikiran yang dapat  Penggerakan mata yang
amnsietas menghilangkan ansietas cepat
sedang  Pikiran dan pengalaman  Respon verbal yang
 Secara umum sensori ada dalam kontrol lambat
halusinasi kesadaran (jika  Diam dan
merupakan kecemasan dikontrol) berkonsentrasi
suatu kesenagan
TAHAP 2 :  Pengalaman sensori  Tanda-tanda ansietas
CONDEMNING menakutkan peningkatan senyut
 Menyalahkan,  Mulai merasa kehilangan jantung, pernafasan dan
tingkat kontrol tekanan drah
kecemasan  Merasa dilecehkan oleh  Rentang perhatian
berat secara pengalaman sensori menyemput
umum tersebut  Konsentrasi dengan
halusinasi  Menarik diri dari orang pengalaman sensori
menyebabkan lain  Kehilangan kemampuan
rasa antipasi membedakan halusinasi
dari realita
TAHAP 3 :  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
CONTROLING menerima pengalaman ditaati
 Mengontrol sensorinya  Rulit berhubungan
tingkat  Isi halusinasi menjadi dengaan orang lain
kecemasan atraktif  Rentang perhtian hanya
berat  Kesepian bila beberapa detik/ menit
pengalaman pengalaman sensori  Gejala fisika ansietas
sensori tidak berakhir berat berkeringat,
dapat ditolak tremor, tidak mampu
mengikuti perintah
TAHAP 4 :  Pengalaman sensori  Perilaku panik
CONSQUERING menjadi ancaman  Potensi tinggi untuk
 Menguasai  Halusinasi dapat bunuh ddiri atau
tingkat berlangsung selama membunuh
kecemasan beberapa jam atau hari  Tindakan kekerasan
panik secara (jika tidak diinvensi) agitasi, menarik diri
umuum dan
dipengaruhi atau katatun
oleh waham  Tidak mampu berspon
terhadap perintah yaang
kompleks
 Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
oarng

3) Jenis- Jenis Halusinasi


a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyian yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c. Halusinasi penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertuntu tanpa stimulus
yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuaatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan
raa makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
IV. Seleksi pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien
yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan
masalah keperawatan seperti halusinasi: pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penciuman dan perabaan.
V. Jadwal Kegiatan
a. Tempat
Tempat kegiatan yang akan dilakukan saat terapi aktifitas kelompok yaitu
di ruangan TAK dengan kondisi ruangan yang kondusif, ventilasi yang
baik, dan posisi duduk pasien yang nyaman. tepatnya diruang makan
perkutut.
Posisi Duduk
Ket:
= Leader
= Coleader
= Fasilitator
= Observer
= Pasien
b. Lama
Durasi lama waktu melakukan kegiatan terapi aktifitas kelompok yaitu
sekitar 30 menit.
c. Waktu
Waktu yang akan di tentukan untuk melakukan terapi aktifitas kreatifitas
yaitu pada saat jam kegiatan bebas. jam 09.30 WIB sampai dengan jam
10.00 WIB.
VI. Metode pelaksanaan:
a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain dan bernyani
VII. Media dan alat
Saat melakukan kegiatan terapi aktifitas kelompok maka media dan alat yang
akan kita gunakan yaitu kursi, handphone untuk music, bola pingpong, buku
catatan, pulpen, susunan acar kegiatan.
VIII. Pengorganisasian:
a. Jumlah dan nama klien
Jumlah klien yang akan kami butuhnya yaitu 5 orang yang mengalami
gangguan halusinasi
b. Leader dan uraian tugas
1. Pemimpin jalannya therapy aktifitas kelompok
2. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya therapy
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAk
4. Memimpin diskusi kelompok
c. Coleader dan uraian tugas
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
4. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
5. Menutup acara diskusi.
d. Fasilitator dan uraian tugas
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2. Memberikan stimulasi dan motivator pada anggota kelompok
untukaktif mengikuti jalannya therapy.
e. Observer dan uraian tugas
1. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format
yangtersedia).
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
IX. Setting tempat dan aturan main
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
c. Ventilasi yang baik
d. Dan posisi duduk yang nyaman
e. Pasien diusahakan harus bisa berinteraksi
f. Kegiatan sesuai dengan waktu yang di tentukan
X. Program antisipasi Kegiatan
a. Tata Tertib
1. Pesersta bersedian mengikuti kegiatan TAK
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
(TAK) berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak
belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota
untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
9. Peserta duduk dengan sopan dan menggunakan bahasa yang sopan
b. Program Antisipasi
1. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun
padasaat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diamb
il adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai
dengan kriteria dantelah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak
mentaati tata tertibyang telah disepakati, maka berdasarkan
kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative
maka dikeluarkan dari kegiatan.
3. Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukankepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan
tidak boleh dilakukan.
XI. Langkah Kegiatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Topik netral
c. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini dan bertanya
apakah ada yang mengetahui cara menghardik.
d. Kontrak:
a) Waktu: 30 menit
b) Tempat: Di Ruang makan perkutut
c) Topik: Mengajarkan cara menghardik
2. Fase Kerja
a. Suruh pasien untuk berkenalan satu- satu
b. Melakukan pemberian materi yaitu menjelaskan pengertian, jenis- jenis,
dan penjelasan cara menghardik
c. Melatih pasien untuk menyanyikan yel- yel cara menghardik
d. Hidupkan handphone dan nyalakan pemutar musik
e. Edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam
f. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
pingpong mendapat giliran untuk menyanyikan lagu yel- yel cara
menghardik, yaitu:

Mari kita belajar bersama


Menghardik itu ada caranya
Tutup mata tutup telinga
Itu adalah cara pertama

Yakinkanlah dalam hati


Itu adalah halusinasi
Pergi pergi kamu palsu
Pergi pergi jangan ganggu

g. Ulangi hingga 2 kali giliran


h. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi:
a) Leader TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok
setelahemperkenalkan diri. Contoh: “Bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini?”
b) Leader TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
c) Leader TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
melakukan cara menghardik saaar merasa berhalusinasi.
b. Kontrak yang akan datang:
a) Melakukan penutupan kegiatan TAK
XII. Evaluasi
1. Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
2. Evaluasi hasil
a. Hasil yang diharapkan :75% anggota kelompok mampu :
 Mengetahui cara menghardik
 Melakukan cara menghardik saat merasa berhalusinasi

Anda mungkin juga menyukai