Anda di halaman 1dari 16

KONSEP GANGGUAN SENSORI PRESEPSI HALUSINASI

DISUSUN OLEH

JENIFER ANGGRENI W. HAPPU

PO5303212210356

2C/ SEMESTER IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG

PRODI D III KEPERAWATAN WAIKABUBAK

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang maha Esa sa telah menolong hamba- nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan dan kelancaran tanpa pertolongan Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini memuat tentang konsep gangguan sensori presepsi halusinasiu dan sengaja dipilih
karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu dapat dukungan Dari
semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan. Penyusun juga mengucap terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dah kritikannya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HALUSINASI
B. FASE-FASE HALUSINASI
C. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
D. ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal
tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).Halusinasi yang
paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih kurang 70%,
sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%.
Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu,
perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut
Videbeck (2008) dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga
karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu pengertian halusinasi?
2) Apa saja fase-fase halusinasi?
3) Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
4) Bagaimana asuhan keperawatan presepsi halusinasi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi
2. Untuk mengetahui fase-fase halusinasi
3. Untuk mengetahui proses terjadinya halusinasi
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan presepsi halusinasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. GANGGUAN SENSORI PRESEPSI HALUSINASI

1. Pengertian

Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi terhadap rangsangan yang


bersumber dari internal (pikiran, perasaan) maupun stimulus eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, berlebihan, atau terdistorsi (SDKI, 2017).Menurut Ah. Yusuf, Ryski
& Hanik (2015.120) Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori berasal dari obyek
tanpa adanya stimulus dari luar, gangguan persepsi sensori ini mencangkup seluruh
pancaindra.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien merasakan
perubahan persepsi sensori, serta sensasi–sensasi palsukan dirasakan klien berupa suara,
penglihatan, pengecapan, penciuman atau perabaan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak nyata. Jenis halusinasi yang sering terjadi seperti halusinasi penglihatan dan
halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran ditandai dengan tidak adanya rangsangan
dari luar, walaupun efek yang timbul dari sesuatu yang tidak nyata halusinasi sesungguhnya
adalah bagian dari kehidupan mental penderita halusinasi yang teresepsi (Yosep, 2016).

Pasien halusinasi akan merasakan adanya ransangan yang sebenarnya tidak nyata. Perilaku
yang terlihat pada pasien yang mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien seperti
mendengar suara padahal sebenarnya suara tersebut tidak ada. Sedangkan pada pasien

yang mengalami halusinasi penglihatan mengatakan seperti melihat bayangan seseorang atau
sesuatu yang menyeramkan yang sebenarnya tidak ada. Pada halusinasi penghidu pasien
mengatakan seperti mencium bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak mencium bau
serupa.

5
Sedangkan pada klien yang mengalami halusinasi pengecapan, pasien mengatakan seperti
makan atau minum sesuatu yang tidak enak atau menjijikkan. Pada pasien yang mengalami
halusinasi perabaan mengatakan merasa seperti ada binatang atau sesuatu yang merayap
permukaan kulit atau ditubuhnya

 Fase–fase halusinasi

karakteristik dan perilaku pasien halusinasi mengalami beberapa fase

Level Karakteristik Halusinasi Perilaku Pasien


TAHAP I 1. Mengalami ansietas 1. Tersenyum/tertawasendiri
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah, dan 2. Menggerakkan bibir tanpa
Tingkat ansietas sedang. ketakutan. suara
Secara umum 2. Mencoba berfokus pada 3. Penggerakan mata yang
Halusinasi merupakan pikiran yang dapat cepat.
suatu kesenangan. menghilangkan ansietas. 4. Respons verbal yang
3. Pikiran dan pengalaman lambat
sensori masih ada dalam 5. Diam dan berkonsentrasi
kontrol kesadaran (jika
kecemasan dikontrol).
TAHAP II 1. Pengalaman sensori 1. Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan. Tingkat menakutkan otak, tanda-tanda
kecemasan berat secara 2. Mulai merasa kehilanganansietas,seperti peningkatan
umum halusinasi Kontrol denyut jantung,pernapasan,
menyebabkan rasa antipati. 3. Merasa dilecehkan oleh dan tekanan darah
pengalaman 2.Rentang perhatian
sensor tersebut. menyempit.
4. Menarik diri dari orang3. Konsentrasi dengan
pengalaman sensori.
lain
4. Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
realita
TAHAP III 1. Pasien menyerah dan 1. Perintah halusinasi ditaati.
Mengontrol tingkat menerima pengalaman 2. Sulit berhubungan dengan
kecemasan berat sensorinya. orang lain.
pengalaman 2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian hanya
sensori tidak dapat ditolak atraktif. beberapa detik atau menit.
lagi. 3. Kesepian bila pengalaman 4. Gejala fisika ansietas
sensori berakhir. berat berkeringat, tremor,
PSIKOTIK dan tidak mampu mengikuti
perintah.
TAHAP IV 1. Pengalaman sensori Perilaku panik.
Menguasai Tingkat menjadi ancaman. 2. Potensial tinggi untuk
kecemasan panik Secara 2. Halusinasi dapat bunuh diri atau membunuh.
umum diaturdan dipengaruhi berlangsung selama 3. Tindakan kekerasan
oleh waham. beberapa jam atau hari (jika agitasi, menarik diri, atau
tidak diinvensi). katatonia.
PSIKOTIK 4. Tidak mampu berespons

6
terhadap perintah yang
kompleks.
5. Tidak mampu berespons
terhadap lebih dari satu
orang.

2. Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut NS.Nurhalimah (2016.35), proses terjadinya halusinasi dapat dijelaskan dengan


konsep stress adaptasi stuart yang mencangkup stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :

1) Faktor Biologis :

Adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit
atau trauma kepala, serta riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).

2) Faktor Psikologis

Memiliki pengalaman masa lalu yaitu kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku
ataupun saksi dari tindakan kekerasan serta kasih sayang yang kurang dari orang-orang
disekitar sehingga menimbulkan perilaku over protektif.

3) Sosiobudaya dan lingkungan

Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah,
pasien juga memiliki riwayat penolakan dari lingkungan sekitar pada usia perkembangan

anak, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pasien halusinasi cenderung rendah serta
memiliki riwayat kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta
pengangguran atau tidak bekerja.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam

7
keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik
antar masyarakat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan halusinasi. Saudara dapat
mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai panduan sehingga Saudara
mampu menangani pasien halusinasi.

1) Pengkajian Pasien Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:

1. Jenis halusinasi:

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat
Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat
Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.

8
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar/Suara Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
marah-marah tanpa sebab kegaduhan titik mendengar
menyenangkan telinga ke suara yang mengajak
arah tertentu menutup bercakap-cakap, mendengar
telinga suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, Sinar,
tertentu, ketakutan pada bentuk geometris, bentuk
sesuatu yang tidak jelas karton melihat hantu atau
monster
Halusinasi Penghidu Menghidup seperti sedang Membawa bau-bauan seperti
membaui bau-bauan bau darah, urine, feses,
tertentu, menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Pengecapan Sering meludah muntah Merasakan rasa seperti
darah, urine atau feses
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit permukaan kulit merasa
seperti tersengat listrik

2. Isi halusinasi

Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas).

3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami
oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin
jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.

9
Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasi.

4. Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2) Merumuskan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan
pada pasien

Gangguan sensori persepsi: halusinasi

3) Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon pasien saat halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu


mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

10
a) Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi
yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi
tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada
dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

 Menjelaskan cara menghardik halusinasi

 Memperagakan cara menghardik

 Meminta pasien memperagakan ulang

 Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika
pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan
beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga
salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.

c) Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas
secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

11
• Melatih pasien melakukan aktivitas

• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam
seminggu.

• Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku


pasien yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

 Jelaskan guna obat

 Jelaskan akibat bila putus obat

 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu, benar dosis)

2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

a. Tujuan:

1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di
rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b. Tindakan Keperawatan

12
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat
dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi
dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif
bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat
pasien halusinasi.

3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien


dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

4) Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi:

1. TAK orientasi realitas

TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:

a. Sesi 1: Pengenalan orang

b. Sesi 2: Pengenalan tempat

c. Sesi 3: Pengenalan waktu

2. TAK stimulasi persepsi

TAK stimulasi persepsi untuk pasien halusinasi adalah :

TAK stimulasi persepsi: halusinasi, yang terdiri dari lima sesi yaitu:

13
a. Sesi 1: Mengenal halusinasi

b.Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik

c.Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut diatas dan format evaluasinya
dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok

5) Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan
pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci
panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format
evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas
pertemuan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi terhadap
rangsangan yang bersumber dari internal (pikiran, perasaan) maupun stimulus
eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau
terdistorsi (SDKI, 2017).Menurut Ah. Yusuf, Ryski & Hanik (2015.120)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori berasal dari obyek tanpa
adanya stimulus dari luar, gangguan persepsi sensori ini mencangkup seluruh
pancaindra. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
merasakan perubahan persepsi sensori, serta sensasi–sensasi palsukan
dirasakan klien berupa suara, penglihatan, pengecapan, penciuman atau
perabaan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak nyata. Jenis
halusinasi yang sering terjadi seperti halusinasi penglihatan dan halusinasi
pendengaran. Halusinasi pendengaran ditandai dengan tidak adanya

14
rangsangan dari luar, walaupun efek yang timbul dari sesuatu yang tidak nyata
halusinasi sesungguhnya adalah bagian dari kehidupan mental penderita
halusinasi yang teresepsi (Yosep, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.kmk-no-908-2010-ttg-pelayanan-keperawatan
keluarga. Jakarta: DEPKES RI; 2010.
Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung :
Refika
Aditama
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori,
dan Praktek. Jakarta : EGC.
Fitria,Nita.2009. Perinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta :

15
Salemba Medika
Mamnu‟ah. 2010. Stres dan StrategiKopingKeluargaMerawat Anggota
Keluarga yang Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan.Yogyakarta: Stikes „Aisyiyah Yogyakarta.
Muhith, Abdul. 2011. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Andi.
Muhith,A.(2015).
PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta:
Andi.
Ngadiran, Antonius. (2010). Analisi Fenomenologi tantang Pengalaman
Keluargatentang Beban dan Sumber Dukungan Keluarga dalam
Merawat Klien dengan Halusinasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Padila.(2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:
Nuha Medika
Stuart, G.W., & Laraia, M.T (2009).Principle and practice of psyciatric
nursin9
th
ed. St Louis : Mosby year book
Videbeck, Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi
Videbeck, S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai