Disusun oleh:
Kelompok Wijaya Kusuma 2 :
1. Aprillia Camila Rizky
2. Ella Adha Putri
3. Fatikha Isna Febriyani
4. Liana Windia
5. Nur Hifayatin
6. Sisilia Dwi Pitaloka
2.1 Halusinasi
2.1.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca indra
yaitu penglihatan, pendengaran, penviuman, perabaan, dan pengecapan
terhadap sumber yang tidak nyata (Keliat& Akemat 2007;
Stuart,Keliat,&Pasaribu, 2017)
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon
terhadap realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan
eksternal dan tidak dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak
mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambil kesimpulan bahwa
halusinasi merupakan respon seseorang terdapat rangsangan yang tidak nyata
(Stuart dan Sundeen, 1998).
2.1.2 Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa
bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,
tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien
sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan)
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Mayor
a. Subjektif
1. Mendengar orang suara orang berbicara tanpa ad aorangnya
2. Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
3. Membau bau-bauan yang tidak sedap seperti bau badan padahal
tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak enak
5. Merasakan perabaan dan gerakan tangan
b. Ojektif
1. Berbicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke 1 arah
4. Mengarahkan tekinga kea rah tertentu
5. Tidak memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasinya
2. Minor
a. Subjektif
1. Sulit tidur
2. Khawatir
3. Takut
b. Objektif
1. Konsentrasi buruk
2. Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi
3. Afek datar
4. Curiga
5. Menyendiri
6. Melamun
7. Mondar mandir
8. Kurang mampu merawat diri
2.1.4 Tipe Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh
atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi
dapat pula ancaman, mengejek, memaki.
2) Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa
takut akibat gambaran-gambaranyang mengerikan.
3) Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu
kombinasi moral.
4) Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.
5) Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak
dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
2.1.5 Tingkatan Halusinasi
a. Tingkat I
1) Memberi rasa nyaman
2) Tingkat orientasi sedang
3) Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
b. Tingkat II
Menyalahkan
c. Tingkat III
1) Mengontrol tingkat kecemasan berat
2) Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
d. Tingkat IV
1) Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
2) Klien panik
2.1.6 Fase-fase Halusinasi
a. Fase 1
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang,
dll. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support
system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa mengkhayal.
b. Fase 2Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
fikiran pda timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
c. Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias.
Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai
menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang,
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase psychotic.
e. Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapat
komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
Keterangan:
: Klien
: Co Leader
: Leader
: Observer
: Perawat
2 Ny.J
3 a.R
4 SW
5 Ny. RA
6 Ny. M
7 Ny. S
8 Ny. E
9 Ny. L
10 Ny. M
11 Ny. T
Petunjuk
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [√] jika ditemukan pada
klien atau tanda [x] jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika
nilai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika tak pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS, klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal,dianjurkan klien memperkenalkan diri
pada klien lain di ruang rawat (buat jadwal).
2 Ny.J
3 a.R
4 SW
5 Ny. RA
6 Ny. M
7 Ny. S
8 Ny. E
9 Ny. L
10 Ny. M
11 Ny. T
1. Petunjuk :
Tulis nama panggilan klien yag ikut TAk pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,
situasi dan perasaan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda jika klien tidak
mampu.
b. Hasil:
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi presepsi:
halusinasi sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi, waktu, situasi,
perasaan. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.
HASIL OBSERVASI TAK HALUSINASI
Sesi TAK 1
Kemampuan Memperkenalkan diri
No Memberi tanggapan tentang
Nama
Menyebutkan nama Menyebutkan asal Menyebutkan usia Menyebutkan hobi
1 Ny. Y
2 Ny.J
3 a.R
4 SW
5 Ny. RA
6 Ny. M
7 Ny. S
8 Ny. E
9 Ny. L
10 Ny. M
11 Ny. T
TAK Sesi 2
Kemampuan mengidentifikasi halusinasi
No Memberi tanggapan tentang
Nama Menyebut waktu terjadi Menyebut situasi terjadi Menyebut perasaan saat
Menyebut isi halusinasi
halusinasi halusinasi halusinasi
1 Ny. Y
2 Ny.J
3 a.R
4 SW
5 Ny. RA
6 Ny. M
7 Ny. S
8 Ny. E
9 Ny. L
10 Ny. M
11 Ny. T