Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

DI RUANG POLI JIWA RSUD WANGAYA


TANGGAL 09 MEI 2022

OLEH:

LUH GEDE ARY DARMAWATHI


NIM. 219012853

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Uama)


Perubahan presepsi sensori: Halusinasi
II. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Halusinasi adalah perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal
maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau
terdistrosi (SDKI,2016). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu
obyek rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan
dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo,
2014). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo,
2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus
atau rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016). Berdasarkan pengertian
halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah gangguan respon yang
diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada
b. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Adaptif Respon Adaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Gangguan pikiran


- Persepsi akurat menyimpang - Halusinasi.
- Emosi konsisten - Ilusi - Sulit merespon
dengan - Reaksi emosi emosi
pengalaman tidak stabil - Perilaku
- Perilaku sesuai - Perilaku disorganisasi
- Berhubungan aneh/tidak biasa. - Isolasi sosial
sosial - Menarik diri
-
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.
d. Faktor Presipitasi.
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual

Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi
lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap
bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
e. Tingkatan Halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat I hingga tingkat IV,
yang meliputi :
Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien

Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum


Memberi rasa kesepian, rasa bersalah,  Menggerakkan bibir tanpa
nyaman dan ketakutan suara
Tingkat ansietas  Mencoba berfokus pada  Menggerakkan mata
sedang pikiran yang dapat dengan cepat
Halusinasi menghilangkan ansietas  Respons verbal yang lambat
merupakan suatu  Pikiran dan pengalaman  Diam dan konsentrasi
kesenangan sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika ansietas
dikontrol)
Tingkat II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan menakutkan otak, tanda-tanda ansietas,
Tingkat ansietas  Mulai merasa seperti peningkatan denyut
berat kehilangan kontrol jantung, pernapasan, dan
Halusinasi  Merasa dilecehkan oleh tekanan darah
menyebabkan rasa pengalaman sensori  Rentang perhatian
antipasti tersebut menyempit
 Menarik diri dari orang  Konsentrasi dengan
lain pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dari
realita
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi ditaati
Mengontrol tingkat menerima pengalaman  Sulit berhubungan dengan
ansietas berat sensorinya orang lain
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatian hanya
tidak dapat ditolak atraktif beberapa detik atau menit
lagi  Kesepian bila  Gejala fisik ansietas berat
pengalaman sensori berkeringat, tremor, dan
berakhir tidak mampu mengikuti
PSIKOTIK perintah
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau bunuh diri
diatur dan berlangsung selama  Tindakan kekerasan agitasi,
dipengaruhi oleh beberapa jam atau hari menarik diri, atau katatonia
waham PSIKOTIK  Tidak mampu merespons
perintah yang kompleks
 Tidak mampu merespons
terhadap lebih dari satu
orang

f. Klasifikasi jenis dan sifat masalah


Sekitar 70% halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi
dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan, dan perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan mengobservasi
perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi pendengaran,
halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi penghidu, halusinasi
perabaan. Data objektif dikaji dengan cara mengobservasi perilaku klien, sedangkan
data subjektif dikaji melalui wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan
deskripsi kelima jenis halusinasi :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar  Mengarahkan telinga  Mendengar suara atau
atau Suara pada sumber suara bunyi gaduh
(Auditory hearing  Marah marah tanpa  Mendengar suara yan
voices or sounds sebab yang jelas menyuruh untuk
Hallucinations)  Bicara atau tertawa melakukan sesuatu yang
sendiri berbahaya
 Menutup telinga  Mendengar suara yang
mengajak bercakap cakap
 Mendengar suara orang
yang sudah meninggal.
Halusinasi  Ketakutan pada sesuatu  Melihat makhluk tertentu,
Penglihatan atau objek yang dilihat bayangan, seseorang yang
(Visual  Tatapan mata menuju sudah meninggal, sesuatu
Hallucinations) tempat tertentu yang menakutkan atau
 Menuju kearah tertentu hantu, cahaya.
Halusinasi  Adanya tindakan  Klien seperti sedang
Pengecapan mengecap sesuatu, merasakan makanan atau
(Gustatory gerakan mengunyah, rasa tertentu, atau
Hallucinations) sering meludah, muntah mengunyah sesuatu.

Halusinasi  Adanya gerakan cuping  Mencium bau dari bau-


Penghidung hidung karena mencium bauan tertentu, seperti bau
(Olfactory sesuatu atau mayat, makanan, feses,
Hallucibnations) mengarahkan hidung bayi atau parfum
pada tempat tertentu  Klien sering mengatakan
bahwa ia mencium suatu
bau
 Halusinasi penciuman
sering menyertai klien
demensia, kejang, atau
penyakut serebrovaskular.
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Klien mengatakan ada
(Tactile permukaan kulit sesuatu yang
Hallucinations)  Klien terlihat menatap menggerayangi tubuh,
tubuhnya dan terlihat seperti tangan, serangga,
merasakan sesuatu yang atau makhluk halus
seputar tubuhnya  Merasakan sesuatu di
permukaan kulit, seperti
rasa yang sangat panas
dan dingin, atau rasa
tersengat aliran listrik.

g. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien.
Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
mengatakan bahwa klien :
1) Data subjektif mayor
a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
b) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan.
2) Data subjektif minor
a) Menyatakan kesal
b. Data objektif
1. Data objektif mayor
a) Distrosi sensori
b) Respon tidak sesuai
c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu
2. Data objektif minor
a) Menyendiri
b) Melamun
c) Konsentrasi buruk
d) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
e) Curiga
f) Melihat ke satu arah
g) Mondar – mandir
h) Bicara
h. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada klien dengan halusinasi adalah :
a. Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran ventrikel, penurunan
darah kortikal, terutama di kortek prefrontal, penurunan aktivitas metabolik di bagian-
bagian otak tertentu dan atropi serabri
b. Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang mempunyai riwayat
dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di
sebutkan oleh (Ann Isaacs) jika ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan
keturunannya mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang kena  : resiko 12-15 %,
kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara sekandung terkena : resiko 8-
10%, kembar dizigotik yang terkena : resiko 50 %.
c. Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi terhadap realita dan
menarik diri.
i. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
1. Penatalaksanaan medis
a. Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia biasanya diatasi dengan
menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain:
b. Golongan butirefenon :
Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi
3x5 mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya klien bisa diberikan
obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
c. Golongan Fenotiazine :
Chlorpramizine/Largactile/Promactile. Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya
diberikan 3x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada
malam hari saja (Yosep, 2011).
d. Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau
dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
e. Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila
menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita
untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama (Maramis, 2005).
j. Penatalaksanaan keperawatan
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien
diberitahu. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan, di ruangan itu hendaknya di
sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah
dan permainan.
2. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki
yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada
keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang
di berikan tidak bertentangan.
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi yaitu (Keliat,
2010) :
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang
disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien
yang maladaptive atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,
pandangan negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien
terhadap stimulus.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal
(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons.
Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari. Jika
hobby klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan
klien, dapat digunakan sebagai stimulus.
k. Komplikasi
1) Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di akibatkan dari
persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
2) Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena tidak peka
terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.

III. Pohon Masalah

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan Persepsi Sensoris : Halusinasi
b. Isolasi Sosial
c. Risiko Perilaku Kekerasan
d. Risiko Bunuh Diri
e. Defisit Perawatan Diri

V. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan Intervensi


(SLKI) (SIKI)
Gangguan Persepsi Sensori Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
(Halusinasi) (D. 0085) keperawatan selama 1 x 30 menit Managemen Halusinasi (I. 09288)
Definisi : diharapkan Persepsi Sensori (L. Observasi
Perubahan persepsi terhadap\ 09083) Membaik dengan kriteria  Monitor perilaku yang
stimulus baik internal maupun hasil : mengindikasi halusinasi
eksternal yang disertai dengan  Verbalisasi mendengar bisikan  Monitor isi halusinasi (mis.
respon yang berkurang, menurun (1) kekerasan/membahayakan diri)
berlebihan atau terdistorsi.  Verbalisasi melihat bayangan Terapeutik
Penyebab : menurun (1)  Diskusikan perasaan dan respons
 Gangguan penglihatan  Verbalisasi merasakan sesuatu terhadap halusinasi
 Gangguan pendengaran melalui indra perabaan menurun Edukasi
 Ganggan penghiduan (1)  Anjurkan memonitor sendiri
 Gangguan perabaan  Verbalisasi merasakan sesuatu situasi terjadinya halusinasi
 Hipoksia serebral melalui indra penciuman  Anjurkan bicara pada orang yang
 Penyalahgunaan zat menurun (1) dipercaya untuk memberi
 Usia lanjut  Verbalisasi merasakan sesuatu dukungan dan umpan balik
 Pemajanan toksin lingkungan melalui indra pengecapan korektif terhadap halusinasi
Gejala dan Tanda Mayor : menurun (1)  Anjurkan melakukan distraksi
Subjektif  Distorsi sensori menurun (1) (mis, mendengarkan musik,
 Mendengar suara bisikan atau  Perilaku halusinasi menurun (1) melakukan aktivitas, dan teknik
melihat bayangan.  Menarik diri menurun (1) relaksasi)
 Merasakan sesuatu melalui  Melamun menurun (1)  Ajarkan pasien dan keluarga cara
indera penglihatan, perabaan,  Curiga menurun (1) mengontrol halusinasi
penciuman, atau pengecapan.  Mondar mandir menurun (1) Kolaborasi
Objektif  Respons sesuai stimulus  Kolaborasi pemberian obat
 Distorsi sensori membaik (5) antipsikotik dan antiansietas, jika
 Respons tidak sesuai  Konsentrasi membaik (5) perlu
 Bersikap seolah melihat,  Orientasi membaik (5)
mendengar, mengecap meraba Minimalisasi Rangsangan
atau mencium sesuatu. (I.08241)
 Gejala dan Tanda Minor : Terapeutik
Subjektif  Batasi stimulus lingkungan (mis,
 Menyatakan kesal cahaya, suara, aktivitas)
Objektif  Jadwalkan aktivitas harian dan
 Menyendiri waktu istirahat
 Melamun Edukasi
 Konsentrasi buruk  Ajarkan cara meminimalisasi
 Disorientasi waktu, tempat, stimulus (mis, mengatur
orang atau situasi pencahayaan ruangan,
 Curiga mengurangi kebisingan,
 Melihat kesatu arah membatasi kunjungan)
 Mondar-mandir
 Bicara sendiri
Kondisi klinis terkait :
 Glaukoma
 Katarak
 Gangguan refraksi (myopia,
hyperopia, astikmatisma,
prebiopia)
 Trauma okuler
 Trauma pada saraf kranialis II,
III, IV, dan VI akibat stroke,
aneurisma, intracranial,
trauma atau tumor otak.
 Infeksi okuler
 Presbikusis
 Malfungsi alat bantu dengar
 Delirium
 Dimensia
 Gangguan amnestik
 Penyakit terminal
 Gangguan psikotik
VI. Strategi Pelaksanaan

SP 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi prinsip
komunikasi.
a. Sapa klien dengan ramah
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujur dan menepati janji
2. Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi).
3. Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakannya meliputi :
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi
b. Peragakan cara menghardik
c. Minta pasien memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 :
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3 :
Klien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pada pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul. Tahapannya:
a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
b. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
c. Latih pasien melakukan aktivitas
d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari
bangun pagi sampai tidur malam)
2. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif
SP 4 :
Klien dapat memanfatkan obat dengan baik
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2 & 3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat
7. Jelaskan pengobatan (6B)
8. Latih pasien minum obat
9. Masukkan dalam jadwal harian pasien

VII. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI


HALUSINASI
1. Pengkajian Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-cakap sendiri apa
yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?.
g. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?
1) Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut:
a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah.
i. Muntah.
j. Menggaruk permukaan kulit
2. Diagnosis Keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnosis keperawatan
yang dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi
yang ditemukan.Data hasil observasi dan wawancara dilanjutkan dengan menetapkan
diagnosis keperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan rumusan
masalah

No Data Masalah Keperawatan


Data Objektif : Halusinasi
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke
poisis tertentu
- Menutup telinga
Data Subjektif:
- Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
- Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
- Mendengar suara menyuruh
melakukan suatu yang
berbahaya.

Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala gangguan sensoris persepsi
halusinasi, maka diagnose keperawatan yang ditegakkan adalah:

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Pohon Masalah

3. Tindakan Keperawatan.
Setelah menetapkan diagnose keperawatan lakukanlah tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Tindakan keperawatan harus ditujukan
juga untuk keluarga karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat
pasien dirumah setelah pasien pulang dari rumah sakit.. Saat melakukan asuhan
keperawatan baik di Puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga
terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan
kunjungan rumah,, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien.
Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga.
Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan
melatih satu cara lagi untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah
mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang harus dilatih perawat
adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai melatih pasien,
perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya perawat
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang
telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
4) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
5) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari
b. Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
(a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
(b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien.
(c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
(d) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
(f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
(g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2) Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
(a) Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa mendukung,
dan menyangkal halusinasinya.
(b) Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respon
dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau mengontrol
halusinasi.
3) Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi: Secara rinci tahapan melatih pasien
mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6(enam) benar minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan
kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
(b) Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat, bercakapcakap dan
melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur
serta mencuci baju.
(c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam) benar
minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti
membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju yang dilakukan
di hadapan Perawat
(d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
(e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakan
keperawatan untuk mengontrol halusinasi. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan latihannya.
4. Evaluasi Kemampuan
Pasien dan Keluarga Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan
untuk pasien gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut
a. Pasien mampu:
1) Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2) Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
3) Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4) Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5) Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
(a) Menghardik halusinasi.
(b) Mematuhi program pengobatan.
(c) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
(d) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada
malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut
secara mandiri.
6) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi
b. Keluarga mampu:
1) Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
2) Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi melalui empat cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik, minum obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas di
rumah
3) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
pasien.
5) Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
5. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian wajib dilakukan setiap selesai melakukan interaksi dengan pasien dan
keluarga.. Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan sesnsori
persepsi halusinasi.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.A DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENDENGARAN)
DI RUANG POLI JIWA RSUD WANGAYA
TANGGAL 09 MEI 2022

OLEH:
LUH GEDE ARY DARMAWATHI
NIM. 219012853

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A (L/P) Tanggal Dirawat : 12 Agustus 2019
Umur : 33 tahun Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2022
Alamat : Jl. Tukad Badng XX C No.8,
Sidakarya, Desnpasar Selatan
Pendidikan : Sarjana
Agama : Hindu Ruang Rawat : Poli Jiwa
Status : Kawin
Pekerjaan : Karyawan Swasta
JenisKel. : Laki-laki
No RM : 4343**

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien mengatakan sering melamun serta mendengarkan suara yang sering
memanggil namanya, namun tidak ada sumbernya.
b. Data Sekunder
Pasien mengatakan sering melamun dan menangis di rumah serta mendengarkan
suara yang sering memanggil namanya, namun tidak ada sumbernya, dia mengatakan
suara itu menyuruhnya untuk nunas ica meminta kepala orang, dia menganggap
istrinya telah di sandera oleh menejernya karna sebuah perjanjian. Kelurga pasien
mengatakan marah-marah sendiri dan mengamuk dirumah, sering ketakutan pada
suatu yang tidak jelas. Pasien merasa fisiknya sakit di kaki kanan yang pernha jatuh
dari lantai 2, sudah dicek tapi sekarang masih sakit luar biasa, kejadian ini sudah 3
tahun yang lalu. Tangannya sering terasa dingin jantung sering berdebar dan sakit.
Sejak kecil sakit-sakit sering minum obat. Sakit saraf kejepit di lutut ini pernah
dikatakan Skizofrenia, dikatakan skizofrenia oleh Yayasan di malang dan RSUP
Sanglah. Perasaan tidak enak karena banyak yang tidak suka, makanya sakitnya
sampai separah ini. Pasien mengatakan pasrah dengan keadaan saat ini. Ayah dan ibu
pasien ingin pasien cepat cepat bekerja kembali. Tidurnya sering terganggu,
terbangun karna matanya minus suka main game sejak kelas 6 SD..
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya (√)
 Tidak
JikaYa, Jelaskan:
- Pasien didiagnosa skizofrenia oleh Yayasan di malang dan RSUP Sanglah pada
tahun 2019.
2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil (√)
 Tidak berhasil
Jelaskan: Keluarga pasien mengatakan pasien jarang minum obat dan sering lupa,
keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien sensitive bila membahas obat
maunya disebut vitamin.
3. a. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 Tidak (√)
Jika ya Jelaskan
b. Pernah ada riwayat NAPZA
 Narkotika
 Penyalahgunaan Psikotropika
 Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
 Dll
c. Riwayat Trauma
Pelaku/usia - Korban/usia - Saksi/usia

Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan criminal - - -

Jelaskan: -
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
4. 2. Berduka antisipasi
3. Berduka disfungsional
4. Respon paska trauma
5. Sindroma trauma perkosaan
6. Resiko tinggi kekerasan
7. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment  terapeutik
8. Lain-lain,
jelaskan .................................................................................................
 ...................................................................................................................
..........
 ...................................................................................................................
..........
 ...................................................................................................................
..........

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,


perpisahan )
Bila Ya jelaskan : Pasien mengatakan bahwa dia dibisiki bahwa istrinya
meninggalkannya karena mangernya yang mengambilnya sesuai dengan perjanjian
yang ia buat sebelumnya dengan managernya itu. Pasien merasa ngata sedih dan
kecewa, karena pernah gagal dalam berumah tangga sehingga berhenti bekerja dan
tidak mau melakukan apa apa lagi .
Masalah/ DiagnosaKeperawatan : Koping Individu in-efektif
IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak (√)
Kalau ada :
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan :-
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
V. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal : 9 Mei 2022
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda vital:
TD : 133/74 mm/Hg
N : 80 x/menit
S : 36,4 C
P : 18 x/menit
3. Ukur: BB 53 kg TB 169 cm
 Turun (√)
 Naik
4. Keluhan fisik:
 Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak
terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak

 Keluhan lain
 Tidak ada keluhan (√)
Jelaskan: Pasien tidak keluhan nyeri
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:

33
3

Keterangan Gambar :

x x = Perempuan/Laki-Laki Meninggal

= Laki-laki = Perempuan

= Pasien 33 = Umur dalam tahun


3

= Tinggal serumah/satu KK
= hubungan dekat/orang terdekat
= Cerai

Jelaskan:
Pasien mengatakan sekarang tinggal bersama kedua orangtuanya serta adinya
yang ke dua, bapak dan ibunya masi hidup bapaknya, pasien mengatakan lupa dengan
jumlah saudara bapak serta ibunya. Pasien mengatakan ia merupakan anak pertama
dari 3 bersaudara, dimana saudaranya yang ke dua dan ketiga yaitu perempuan. Pasien
mengatakan bahwa sebelumnya dia sempat menikah namun cerai dengan istrinya
tahun 2019 dikarenakan sakit yang klien derita. Pasien mengatakan memiliki satu
orang anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bersyukur karena diberikan anggota tubuh yang lengkap oleh
Tuhan dan mampu berfungsi dengan baik. Pasien mengatakan menyukai
rambutnya karena menurut dia rambunya halus dan kurang menyukai kakinya
karena pada kakinya sering sakit akibat jatuh dari lantai 2 pada 3 tahun yang lalu.
b. Identitas :
Pasien mengatakan bahwa iya memiliki 1 anak laki-laki dari pernikahan
sebelumnya, pasien mengatakan telah menerima bahwa dirinya bercerai dengan
istirnya, pasien menyakini bahwa itu sudah jalannya dari tuhan.
c. Peran :
Pasien mengatakan merasa bangga terhadap dirinya karena dia bisa tetap bertahan
hingga saat ini, walaupun tidak bersama dengan anak dan istrinya.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan cita-cita/harapannya saat ini adalah bisa sembuh dari
penyakitnya saat ini dan kembali untuk bekerja seperti sebelum sakit
e. Harga diri :
Pasien mengatakan masih ada sedikit perasaan malu dengan lingkungannya
dikarenakan sakit yang ia derita, dengan ditinggal oleh istirnya.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Harga diri rendah
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang paling dekat dengannya yaitu ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien mengatakan tidak pernah berorganisasi dalam kegiatan
kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain dan pasien terlihat mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang
disekitarnya
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
 Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan menganut agama Hindu
b. Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan biasanya melakukan kegiatan ibadah sebanyak 2 x sehari di
dalam kamar
Masalah Keperawatan : -
Jelaskan : -
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak rapi (-)
 Penggunaan pakaian tidak sesuai (-)
 Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya (-)
Jelaskan: Pasien mampu berpakaian dengan rapi

Masalah / DiagnosaKeperawatan :-
2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidakmampu memulai pembicaraan
 Lain-lain………..
Jelaskan: Pasien mampu berbicara dengan jelas.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifita  Grimace
s  Otomatisma
 Gagap  Negativisme
 Stereotipi  Reaksikonversi
 Tremor
 Gaduh Gelisah Katatonik  Verbigerasi
 Berjalankaku/
 Mannarism rigid
 Katapleksi  Kompulsif :sebutk
 Tik an …………
 Ekhopraxia
 Command automatism
Jelaskan: Pasien tidak memilik hambatan psikomotorik

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :

- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?


- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda
senang apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda
menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya
harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?
a. Afek
 Adekuat
 Tumpul
 Dangkal/datar (√)
 Inadekuat
 Labil
 Ambivalensi
Jelaskan : Tidak ada perubahan roman muka pada pasien saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
Masalah Keperawatan : -
b. Emosi
 MerasaKesepian
 Apatis
 Marah
 Anhedonia
 Eforia
 Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
 Sedih
 Depresi
 Keinginan bunuh diri
 Ketakutan (√)
Jelaskan: Pasien mengatakan terkadang masih merasa ketakutan apabila suara-

suara tersebut kembali datang. Namun, ia selalu berusaha agar mampu

mengontrol halusinasinya dengan cara memutup telinganya dan berusaha

memikirkan hal-hal yang lain.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : Kesiapan meningkatkan koping


5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidakkooperatif
 Mudahtersinggung
 Kontakmatakurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan: Pasien tampak tenang selama wawancara dan pasien mau menjawab setiap

pertanyaan yang ditanyakan.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
- Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada
orang yang berbicara?
- ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
- Jika : ‘ya”
- Apakah itu benar benar suara yang datang dari luar kepala anda atau dalam pikiran
anda.
- Apa yang dikatakan oleh suara itu?
- Berikan contohnya, apa yang anda dengar hari ini atau kemarin
Halusinasi
 Pendengaran (√)
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
 Kinestetik
 Visceral
 Histerik
 Hipnogogik
 Hipnopompik
 Perintah
 Seksual
Jelaskan : Pasien masih kadang kadang mendegar suara yang sesorang yang
mengatakan bahwa istrinya diambil oleh menagernya dan bisikan aneh-aneh yang
membuatnya dia takut sendiri. Pasien biasanya mendengar suara itu sebelum tidur
(siang atau malam hari) dan respon pasien saat mendengar suara itu yaitu menutup
telinganya. Pasien mengatakan terakhir mendengar suara itu yaitu 3 minggu yang lalu.
Sekarang pasien hanya menjalani control rutin ke RSUD Wangaya di Poli Jiwa.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Ilusi
 Ada
 Tidak ada (√)
Depersonalisasi
 Ada
 Tidak ada (√)
Derealisasi
 Ada
 Tidakada (√)
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -

7. Proses Pikir
Pertanyaan :
a. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya ?
b. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui TV,
radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara pribdai
tertarik pada anda?
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau bisa
mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar apa
yang sedang dipikirkan oleh orang lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh atu
tidak lazim ?
Arus Pikir :
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilangan asosiasi
 Bicaralambat
 Flight of idea
 Bicaracepat
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasibunyi
Jelaskan: Pasien mampu menjawab sesuai dengan hal yang ditanyakan

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -

Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 PikiranBunuhDiri
 Preokupasi
 PikiranIsolasisosial
 Ide yang terkait
 PikiranRendahdiri
 Pesimisme
 Pikiranmagis
 Pikirancuriga
 Fobia,sebutkan…………..
 Waham:
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar / curiga
 Nihilistik
 Dosa
 Sisippikir
 Siar pikir
 Kontrolpikir
Jelaskan: Pasien tidak mengalami gangguan dalam isi pikir dan pasien juga tidak

mengalami waham

Masalah/DiagnosaKeperawatan: -

8. Kesadaran
 Menurun:
 Compos mentis
 Sopor
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosa
 Disosiasi: ……………….
 Gangguanperhatian
Jelaskan: Pasien terlihat sadar dan tidak telihat bingung atau kacau dan pasien mampu

mengorientasi waktu, tempat, dan orang dengan jelas

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -

9. Orientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
Jelaskan : Pasien terlihat sadar dan tidak telihat bingung atau kacau dan pasien

mampu mengorientasi waktu, tempat, dan orang dengan jelas

Masalah / DiagnosaKeperawatan: -
10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia
Jelaskan: Pasien mampu mengingat kejadian masa lalunya dan kejadian dalam

beberapa minggu terakhir misalnya kejadian saat ia mendengar 3 minggu yang lalu.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : -

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Pasien mampu berkonsentrasi dan menjawab setiap pertanyaan yang

diberikan.

Masalah/DiagnosaKeperawatan : -

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan: Pasien mampu mengambil keputusan yang sederhana dengan mandiri

Masalah/DiagnosaKeperawatan: -

13. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: Pasien merasa bahwa suara yang ia dengar itu nyata walaupun tidak bisa

melihatnya.

Masalah/DiagnosaKeperawatan : Halusinasi Pendengaran

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Mandiri (√)
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan mampu makan secara mandiri. Pasien biasanya makan
sebanyak 3 x sehari dan mampu menghabiskan 1 porsi makanan. Selain, makan nasi,
pasien juga mendapat makanan ringan sebanyak 2 x sehari. Pasien mengatakan
mempunyai tidak mempunyai alergi
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
2. BAB/BAK
 Mandiri
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Jelaskan : Pasien mengatakan mampu melakukan BAB/BAK secara normal
dan mampu membersihkan diri serta merapikan pakaian setelah melakukan
BAB/BAK
Masalah/DiagnosaKeperawatan: -
3. Mandi
 Mandiri (√)
 Bantuan minimal
 Bantuan total
4. sikat gigi
 Mandiri (√)
 Bantuan minimal
 Bantuan total
5. keramas
 Mandiri (√)
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan : Pasien mengatakan mampu membersihkan diri secara mandiri. Pasien
biasanya mandi dan sikat gigi sebanyak 2 x sehari, cuci rambut sebanyak 2 x
seminggu (Senin dan Kamis), dan menggunting kuku setiap hari Sabtu.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
6. Berpakaian/berhias
 Mandiri
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan : Pasien mengatakan mampu berpakaian secara mandiri. Pasien biasanya
mengganti pakaian sebanyak 2 x sehari
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
7. Istirahatdantidur
- Tidur siang lama : 13.00 – 16.00 Wita
- Tidur malam lama : 20.00 – 06.00 Wita
- Aktivitas sebelum/setelah tidur : Bebincang-bincang dengan orang tuanya atau
sauda yang berkunjung kerumahnya
Jelaskan : Pasien mengatakan jarang melakukan tidur siang dan mampu tidur malam
selama ± 11 jam. Sebelum tidur, pasien mengatakan selalu berdoa terlebih dahulu.
Sesudah tidur, pasien langsung mandi lalu merapikan tempat tidur.
8. Penggunaan obat
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan mampu meminum obat yang diberikan dari dari dokter
di Poli Jiwa secara teratur dan mandiri.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
9. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan V

Sistem pendukung V

Jelaskan : Pasien mengatakan akan rutin minum obat agar tidak kembali kumat.
Sistem pendukung pasien yaitu keluarga kedua orang tua pasien yang selalu
memberikan dukungan agar cepat sembuh
Masalah / DiagnosaKeperawatan : -
10. Aktifitasdalamrumah

Ya Tidak
Mempersiapkan makanan v
Menjaga kerapian rumah v

Mencuci pakaian v

Mengatur keuangan v

11. Aktifitas di luar rumah

Ya Tidak
Belanja v

Transportasi v

Lain-lain v

Jelaskan : Pasien mengatakan jarang melakukan aktivitas di luar rumah


Masalah / DiagnosaKeperawatan : -

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain (√)  Minumal khohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan
masalah  Bekerja berlebihan
 Teknik relaksasi  Menghindar
 Aktifitas konstruktif (√)  Menciderai diri
 Olah raga  Lain-lain…………..
 Lain-lain…………….

Jelaskan : Pasien merespon halusinasi dengan marah-marah sendri dan bicara sendiri
Masalah/DiagnosaKeperawatan: Halusinasi Pendengaran
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan Kelompok:
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan teman-temannya.
 Masalah dengan Lingkungan:
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan lingkungan di sekitarnya
 Masalah dengan Pekerjaan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan pekerjaannya
sebelumnya sebagai seorang Petani.
 Masalah dengan perumahan :
Pasien mengatakan mempunyai tidak mempunya masalah didalam lingkungan
rumah.
 Masalah dengan ekonomi:
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan perekonomiannya.
Namun orang tuanya ingin pasien segera smbuh dan bekerja lagi seperti dulu.
Masalah Keperawatan : -
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
(v) Penyakit jiwa
(v) Faktor presipitasi
(v) Koping
(v) Sistem pendukung
(v) Penyakit fisik
(v) Obat-obatan
( ) Lainnya
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
XII. ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Skizofrenia Paranoid
Terapimedik :
- Psikoterapi suportif
- Psiko edukasi keluarga
- Klozapin 1x50 mg
- Injeksi sikzonoate 25 mg
XIII. ANALISA DATA

MASALAH / DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: Pasien mengatakan sering melamun Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran
dan menangis di rumah serta

mendengarkan suara yang sering

memanggil namanya, namun tidak ada

sumbernya, dia mengatakan suara itu

menyuruhnya untuk nunas ica meminta

kepala orang, dia menganggap istrinya

telah di sandera oleh menejernya karna

sebuah perjanjian. Keluarga pasien

mengatakan bahwa dia sering bicara

sendiri, marah-marah sendiri dan

mengamuk dirumah, sering ketakutan

pada suatu yang tidak jelas. Namun

sekarang Pasien mengatakan terkadang

masih merasa ketakutan apabila suara-

suara tersebut kembali datang. Pasien

biasanya mendengar suara itu sebelum

tidur (siang atau malam hari) dan respon

pasien saat mendengar suara itu yaitu

menutup telinganya. Pasien mengatakan

terakhir mendengar suara itu yaitu 3

minggu yang lalu. Sekarang pasien hanya


menjalani control rutin ke RSUD

Wangaya di Poli Jiwa.

DO :
1. Pasien terlihat sering mendengar
suara yang memanggil Namanya
namun sumber suara tidak jelas,
pasien sering melamun, dan marah-
marah sendiri

XIV. DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

XV. POHON MASALAH


Risiko Prilaku kekerasan (Effect)

Gangguan persepsi sensori Halusinasi: Pendengaran (Core


Problem)

Gangguan harga diri rendah

Koping individu inefektif (Cause)

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Denpasar 9 Mei 2022


Perawat yang mengakaji

Luh Gede Ary Darmawathi


NIM. 219012853
XVII. INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Tn.A Ruangan : Poli Jiwa RM No. :
4343**

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tindakan Rasional
Tujuan Kriteria evaluasi
Keperawatan
Gangguan TUM : Klien Setelah dilakukan SP1 Hubungan saling
Persepsi dapat asuhan 4. Bina hubungan percaya merupakan
Sensosi mengenali, keperawatan saling percaya langkah awal
(Halusinasi mengontrol, selama 1 x 30 dengan menetapkan rencana
Pendengaran) memutuskan menit diharapkan mengungkapkan selanjutnya untuk
halusinasinya. mampu membina prinsip mengurangi gejala
hubungan saling komunikasi halusinasi pada
TUK1: Klien percaya dengan prinsip pasien muncul
dapat membina perawat, dengan komunikasi.
hubungan saling kriteria hasil: e. Sapa pasien
percaya dengan - Membalas dengan ramah
sapaan perawa
perawat. f. Perkenalkan
- Ada kontak
mata diri dengan
- Mau berjabat sopan
tangan
- Mau g. Jelaskan
menyebutkan tujuan
nama
- Pasien mau pertemuan
duduk h. Jujur dan
berdampingan
menepati janji
dengan
perawat 5. Beri kesempatan
- Pasien mau pasien untuk
mengutaraka
masalah yang mengungkapkan
dihadapi perasaanya
6. Dengarkan
ungkapan pasien
dengan empati

TUK 2: Klien Setelah diberikan SP 2: Mengenal perilaku


1. Adakan kontak
dapat mengenal asuhan keperawatan klien pada saat
sering dan singkat
halusinasinya selama 1x 30 menit secara bertahap halusinasi terjadi
diharapkan Klien 2. Tanyakan apa yang dapat
didengar dari
mampu mengenali halusinasinya memudahkan
halusinasinya 3. Tanyakan kapan perawat dalam
halusinasinya
dengan kriteria datang melakukan
hasil: 4. Tanyakan isi intervensi
halusinasi
- Klien dapat Mengenal
5. Bantu klien
menyebutkan mengenal halusinasi
waktu halusinasinya : memungkinkan
a. Jika
timbulnya menemukan klien menghindari
halusinasi. klien sedang faktor timbulnya
berhalusinasi :
- Klien dapat tanyakan halusinasi
mengidentifikisi apakah yang
didengar
kapan frekuensi
b. Jika klien
situasi saat menjawab ada,
terjadi lanjutkan apa
yang di
halusinasi katakan.
- Klien dapat c. Katakan bahwa
perawat
mengungkapkan percaya klien
perasaannya mendengarkan
apa yang klien
dengar itu,
namun perawat
sendiri tidak
d. Katakan bahwa
klien lain juga
ada yang
seperti klien.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu
klien
6. Diskusikan dengan
klien
a. Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
b. Diskusikan
dengan klien apa
yang
dirasakannya jika
terjadi halusinasi
(marah, sedih,
takut, atau
senang), beri
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya

TUK 3: Klien Setelah diberikan SP 3 Memberikan


dan keluarga asuhan keperawatan Klien dan alternative pilihan
mengatahui selama 1x 30 menit keluarga untuk mengontrol
cara mecegah diharapkan klien mengetahui halusinasi serta
kekambuhan dapat mengontrol cara mencegah Penguatan
pada pasien halusinasinya kekambuhan (reinforcement)
dengan kriteria pada pasien dapat
hasil: 3. Evaluasi kegiatan meningkatkan
- Klien yang lalu (SP1 dan harga diri klien
mengidentifika 2)
si tindakan 4. Latih kegiatan
yang dilakukan agar halusinasi
untuk tidak muncul.
mengendalikan Tahapannya:
halusinasinya e. Jelaskan
- Hal yang dapat pentingnya
menunjukkan aktivitas yang
cara baru untuk teratur untuk
mengontrol mengatasi
halusinasi halusinasi
f. Diskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
g. Latih pasien
melakukan
aktivitas
h. Susun jadwal
aktivitas
sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang
telah dilatih
(dari bangun
pagi sampai
tidur malam)
c. Pantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan
penguatan
terhadap perilaku
pasien yang
positif

TUK4: Klien Setelah diberikan SP 4 : Meningkatkan


dapat asuhan keperawatan Klien dapat kesadaran klien
memanfaatkan selama 1x 30 menit memanfatkan obat akan pentingnya
obat dengan diharapkan dengan baik minum obat dan
baik memanfaatkan obat 1. Evaluasi kegiatan kesembuahnnya
dengan baik kriteria yang lalu (SP 1,2
hasil: & 3)
- Klien dapat 2. Tanyakan
menjelaskan program
pentingnya pengobatan
penggunaaan 3. Jelaskan
obat pada pentingnya
gangguan jiwa, penggunaan obat
serta akibat pada gangguan
bila putus obat jiwa
4. Jelaskan akibat
bila putus obat
5. Jelaskan cara
mendapatkan
obat/ berobat
6. Jelaskan
pengobatan (6B)
7. Latih pasien
minum obat
XVIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn.A Ruangan : Poli Jiwa RM No. : 4343**


DX Tanda
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN tanga
9 Mei 2022 Gangguan SP1 S : Klien mengatakan namanya
Pukul 09.00 Persepsi Sensosi Bina hubungan saling percaya Tn.A dirumah biasanya dipanggil
WITA (Halusinasi dengan mengungkapkan prinsip A atau Putu. Klien mengatakan ary
Pendengaran) komunikasi prinsip komunikasi. asalanya dari Denpasar punya
1) Sapa klien dengan ramah rumah di Sidakrya, kelahiran 89,
2) Perkenalkan diri dengan sopan klien juga mengatakan bahwa dia
3) Jelaskan tujuan pertemuan memliki anak laki-laki, klien
4) Jujur dan menepati janji mengatakan mau mengobrol
5) Beri kesempatan klien pasien dengan perawat.
untuk mengungkapkan O : Pada saat berbicara kontak
perasaanya mata dengan klien ada tapi jarang.
6) Dengarkan ungkapan klien Pasien terkadang tidak fokus
dengan empati namun mau menyebutkan nama
lengkap dan nama panggilannya,
pasien mau berjabat tangan dan
mau tersenyum dengan perawat.
Pasien mengijinkan perawat untuk
duduk disampingnya
A : BHSP tercapai
P : Pertahankan kondisi lanjut ke
TUK2
Tanggal 09 Gangguan Klien dapat mengenal S : Klien mengatakan masih
Mei 2022 Persepsi Sensosi halusinasinya kadang kadang mendegar suara
Pukul 09.10 (Halusinasi 1. Tanyakan apa yang didengar yang sesorang yang mengatakan ary
Pendengaran) dari halusinasinya bahwa istrinya diambil oleh
2. Tanyakan kapan halusinasinya menagernya dan bisikan aneh-aneh
datang yang membuatnya dia takut
3. Tanyakan isi halusinasi sendiri. Klien biasanya mendengar
suara itu sebelum tidur (siang atau
malam hari) dan respon pasien saat
mendengar suara itu yaitu menutup
telinganya. Pasien mengatakan
terakhir mendengar suara itu yaitu
3 minggu yang lalu.
O : Pasien tampak bingung saat
dijelaskan jika ada klien lain yang
mengalami hal yang sama seperti
yang klien alami, pasien tampak
terdiam saat dijelaskan jika
perawat percaya dengan apa yang
pasien dengar, namun perawat
sendiri tidak mendengar apa yang
klien dengar. Pasien tampak
mampu menyebutkan waktu
timbulnya halusinasi dan tau kapan
halusinasi itu muncul.
A : Masalah belum teratasi, Tujuan
belum tercapai
P: Lanjutkan Intervensi
1. Mendiskusikan dengan
klien
a. Situasi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan
halusinasi
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
2. Mendiskusikan dengan
klien apa yang
dirasakannya jika terjadi
halusinasi (marah, sedih,
takut, atau senang)
3. Beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
09 Mei Gangguan 1. Mendiskusikan dengan klien S : Pasien mengatakan
2022 Persepsi Sensosi a. Situasi yang menimbulkan halusinasinya muncul jika dia
Pukul 09.15 (Halusinasi atau tidak menimbulkan bengong sendiri dirumah, klien ary
Pendengaran) halusinasi mengatakan biasanya jika
b. Waktu dan frekuensi halusinasinya muncul klien sering
terjadinya halusinasi marah-marah dan perasaat takut
2. Mendiskusikan dengan klien karena bisikan yang tidak jelas
apa yang dirasakannya jika mengenai dirinya dan juga mantan
terjadi halusinasi (marah, istirnya yang diambil oleh
sedih, takut, atau senang). managnya jadi klien merasa takut
3. Beri kesempatan kepada klien dan sering sedih.
untuk mengungkapkan O: Pasien tampak koperatif dan
perasaannya mau mengungkapkan perasaannya
A: Masalah teratasi, Tujuan
tercapai
P: Pertahankan kondisi, lanjut
TUK 3
09 Mei Gangguan Klien dan keluarga mengetahui S: Pasien mengatakan dulu saat
2022 Persepsi Sensosi cara mencegah kekambuhan pada dirawat di Yayasan Malang pernah
Pukul 09.20 (Halusinasi pasien diajarkan cara
menghilangkan ary
WITA Pendengaran) a. Evaluasi kegiatan yang lalu suara suara yang tidak jelas dengan
(SP 1dan 2) cara menutup telinganya dan
b. Latih kegiatan agar halusinasi berusaha memikirkan hal-hal yang
tidak muncul. Tahapannya: lain, klien mengatakan dirumah iya
2. Jelaskan pentingnya sering membantu ayahnya untuk
aktivitas yang teratur untuk bersih bersih pekarangan ruamh
mengatasi halusinasi untuk membantu dia supaya ia
3. Diskusikan aktivitas yang tidak mendengar suara yang aneh-
biasa dilakukan oleh pasien aneh lagi, klien mengatakan mau
Latih pasien melakukan untuk diajarkan cara mengontrol
aktivitas halusinasi. Klien mengatakan jika
4. Susun jadwal aktivitas halusinasinya muncul klien sering
sehari-hari sesuai dengan marah marah sendiri kadang
aktivitas yang telah dilatih memukul meja.
(dari bangun pagi sampai O: Pasien tampak mau diajarkan
tidur malam) untuk mengontol halusinasi dengan
c. Pantau pelaksanaan jadwal menghardik, pasien tampak
kegiatan, berikan penguatan mencoba memperagakan cara
terhadap perilaku pasien yang menghardik namun tidak focus
positif dilakukan
A: Masalah belum teratasi, tujuan
belum tercapai
P: Lanjutkan Intervensi
1. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
2. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih, evalusai hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil.
09 Mei Gangguan 1. Bantu klien memilih dan S : Klien mengatakan merasa
2022 Persepsi Sensosi melatih cara memutus senang dan lebih tenang. Klien
Pukul 09.30 (Halusinasi halusinasi secara bertahap mengatakan jika
halusinasinya ary
Pendengaran) 2. Beri kesempatan untuk muncul klien biasanya menutup
melakukan cara yang telinganya dan mengatakan “kamu
dilatih, evalusai hasilnya tidak nyata kamu tidak nyata”.
dan beri pujian jika Klien mengatakan dirinya sekarang
berhasil. sudah tidak marah atau memukul-
mukul apa yang ada didepannya
seperti sebelumnnya. Klien
mengatakan kondisinya yang
sekarang sudah lebih baik dari
yang dulu. Klien mengatakan
dirumah suka membantu orang
Taunya membersihkan pekarangan
untuk mengisi waktu luang.
O : Klien diajarkan cara
mengahardiks jika halusinasinya
muncul serta menolak jika
halusinasi itu muncul. Klien
mampu mengontrol halusinasinya
dengan mengahrdiks, klien
mengkonsumsi obat tepat waktu
dan teratur. Seperti yang telah
diajarkan di Yayasan Malang
dengan menutup telinga atau
melakukan ativitas yang klien
sukai. Perawat memberikan pujian
A : Masalah Teratasi
P : Lanjut TUK 4
Denpasar, Mei 2022

Mengetahui,
Pembimbing Klinik/ CI Mahasiswa

(Ns. Ni Ketut Menuh, S.Kep) (Luh Gede Ary Darmawathi)


NIP: 19681231 198903 2 083 NIM: 219012853

Clinical Teacher/CT

(Ns. Dewa Putu Arwidiana, S.Kep.,M.AP)


NIK.20408020
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Direja, A. Herman., 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika

Fadhilah Retna, 2016. Askep Halusinasi (online). Available:


https://www.scribd.com/doc/307184248/Askep-Halusinasi#download(diakses pada
tanggal 10 Maret 2019)

Keliat, B. A., 2004, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Keliat.B.A. 2006.Modul MPKP Jiwa UI .Jakarta : EGC

Keliat.B.A. 2006.Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC

Keliat.B.A. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN).Jakarta : EGC

Kusumawati Farida & Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Selemba
Medika

Maramis, W.f. 2007. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press.

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho Agung, 2011. Laporan Pendahuluan Pasien dengan Halusinasi.(online)


available:https://www.scribd.com/document/251659359/Laporan-PendahuluanAsuhan-
Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Halusinasi Pendengaran (diakses pada tanggal 1
September 2016)

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.

Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung: Refika Aditama


STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN
DI RUANG POLI JIWA RSUD WANGAYA

OLEH:

LUH GEDE ARY DARMAWATHI


NIM. 219012853

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Kondisi klien saat ini sudah cukup baik, namun sebelum ini klien sering marah-marah
tidak jelas tanpa sebab dan berbicara sendiri, klien sering melamun dirumah jika
sedang tidak melakukan kegiatan apapun. Klien mengatakan masih kadang kadang
mendegar suara yang sesorang yang mengatakan bahwa istrinya diambil oleh
menagernya dan bisikan aneh-aneh yang membuatnya dia takut sendiri. Klien
biasanya mendengar suara itu sebelum tidur (siang atau malam hari) dan respon
pasien saat mendengar suara itu yaitu menutup telinganya. Pasien mengatakan
terakhir mendengar suara itu yaitu 3 minggu yang lalu.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Umum
Klien dapat mengenali, mengontrol, memutuskan halusinasinya.
4. Tujuan Khusus
 (SP 1)Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
prinsip komunikasi.
- Ekspresi wajah bersahabat dan menunjukkan rasa senang.
- Klien bersedia diajak berjabat tangan
- Klien bersedia menyebutkan nama
- Ada kontak mata
- Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
- Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
b) Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
c) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
 SP 2 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
b) Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
c) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 SP3 Klien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pada
pasien
5. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
6. Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul. Tahapannya:
a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
b. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
c. Latih pasien melakukan aktivitas
d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)
7. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif
5. Tindakan Keperawatan
 SP 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
prinsip komunikasi.
- Sapa klien dengan ramah
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
b) Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
c) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakannya
meliputi :
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
 SP 2 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
b) Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
c) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
 SP3 Klien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pada
pasien
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
b. Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul. Tahapannya:
1) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
2) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
3) Latih pasien melakukan aktivitas
4) Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)
c. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak, apa boleh saya berkenalan dengan bapak? Nama saya Ary
pak saya mahasiswa dari Stikes Wira Medika yang sedang praktek di Poli Jiwa ini
dari pukul 08.00-14.00 WITA pak. Kalau boleh tahu nama bapak siapa nggih dan
senangnya dipanggil siapa nggih pak?”.
2. Kontrak
- Topik :
“Baik bapak A, apakah bapak berkenan untuk mengobrol dengan saya? Menurut
bapak sebaikanya kita mengobrol apa ya? Bagaimana kalau kita mengobrol
tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tidak ada wujudunya, serta
bagaimana kalau kita juga belajar bagaimana cara agar halusinasi bapak bisa
bapak kontrol dengan baik? Apakah bapak bersedia?”.
- Waktu :
“Berapa lama kira-kira bapak bisa mengobrol dengan saya? Bapak maunya berapa
menit? Bagaimana jika 30 menit apakah bapak bersedia?”
- Tempat :
“Diman kita akan mengobrol? Apakah diruang diskusi sebelah? Bagaimana
apakah bapak bersedia?”
- Tujuan :
“Baik bapak jika bapak sudah bersedia dengan saya mengobrol selama 30 menit di
ruang diskusi sebelah, kita akan mengobrol tentang suara dan sesuatu yang selama
ini bapak dengar dan rasakan nggih serta saya sebagai perawat akan mengajarkan
bapak beberapa cara agar bapak bisa mengontrol halusinasi bapak jika suara-suara
yang bapak dengan datang lagi”
- Tahap Kerja :
 SP 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
“Apakah bapak mendengar suara atau sesuatu yang selama ini bapak dengar tanpa
ada wujudnya”
“ Apakah bapak bisa memberi tahu saya apa yang ditakan suara itu”
“Apakah bapak terus menerus mendengar atau hanya sewaktu- waktu saja?”
“ Kapan tepatnya bapak paling sering mendengar suara tersebut?”
“ Berapa kali sehari bapak mendengar suara itu?”
“Biasanya dalam keadaan apa bapak mendengar suara suara itu?”
“ Apa yang biasanya bapak lakukan jika suara itu kembali lagi bapak dengar?”
“Apakah dengan cara yang bapak lakukan suara yang bapak dengar bisa untuk
mencegah suara-suara itu datang kembali dan pergi?”
“Bapak disini saya akan jelaskan nggih, ada 4 ha yang dapat mecegah suara-suara
itu muncul kembali”
“pertama dengan cara menghadiks suara tersebut”
“Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, bisa dengan keluarga atau
dengan orang yang bapak percayai”
“Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal”
“Keempat, minum obat dengan teratur”
“ Bagiaman kalau kita sekarang belajar cara pertama yaitu menghadiks, apakah
bapak setuju?”
“Caranya seperti ini :
1. Saat suara-suara itu muncul, bapak langsung bilang dalam hati “pergi saya
tidak mau dengar…..saya tidak mau dengar kamu suara palsu” begitu diulang
ulang sampai bapak tidak mendengar suara itu lagi, apakah bapak bisa
memperagakan yang saya ajarkan tadi? Nah begitu bapak bagus sekali.
 SP 2 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
- Tahap Kerja :
“Baik bapak cara yang saya ajarkan bapak disini yaitu mengenai cara mengontrol
suara-suara yang sering bapak dengar dengan berbincang-bincang atau bercakap-
cakap dengan orang lain”
“Jika suara-suara yang bapak dengar kembali, bapak bisa pergi langsung
keperawat atau jika bapak dirumah bapak bisa mengobrol dengan orang tua bapak
bercakap-cakap sampai suara yang bapak dengar hilang dengan sendirinya, nggih
pak apakah bapak sampai sini paham dengan apa yang saya jelaskan?”
“Baik bapak bagus sekali”
 SP3 Klien dan keluarga mengetahui cara mencegah kekambuhan pada pasien
Kerja :
” Cara mengontrol halusinasi adabeberapa cara, kita tadi sudah berdikusi tentang cara
pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi agar suara-suara yang
bapak dengar tidak kembali lagi yaitu dengan cara menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan yang bermafaat jangan biarkan waktu luang untuk melamun”
“Jika bapak mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapu, atau membersihkan pekarangan seperti yang bapak katakana tadi
pada saya, serta kegiatan kegiatan lain yang bapak senangi”
- Terminasi
1. Evaluasi Klien
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana Perasaan bapak sekarang tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama, saya senang sekali bapak mau mengobrol dengan saya, Apakah bapak
merasa senang dengan latihan menghardiks dan cara-cara lain yang sudah kita
pelajari tadi pak?”
- Evaluasi Objektif
“Setelah kita mengobrol tadi, apakah bapak bapak masih ingat degan cara yang
saya ajarkan tadi untuk mencegah suara-suara yang bapak dengar agar tidak
mencul kembalai?”
2. Tindakan lanjut klien
“Jika suara-suara itu muncul lagi, silahkan bapak bisa coba acara tersebut, apakah
bapak ingin melakukan mandiri atau dibantu oleh saya sendiri?”
3. Kontrak topik yang akan datang
Topik :
“Jika bapak berkenan kami akan mengadakan TAK yaitu Terapi Aktivitas
Kelompok yaitu dengan menggambar sambal mendengarkan music, apakah bapak
ini ikut?”
“baik jika tidak, tidak apa-apa nggih pak”
“Di ingat dan di praktekkan langsung ya pak car acara yang sudah kita pelajari
tadi”
Waktu
“ Baik bapak karena waktu yang kita tentukan sebelumnya selama 30 menit telah
selesai dan bapak ingin segera pulang, kita akhiri perbincangan kita nggih pak”
Tempat
“Terimaksih bapak telah mau saya ajak berbincang- bincang dan bapak juga mau
menceritakan pengalaman bapak dengan sangat jelas, baik saya akhiri pertemuan
pada hari ini ditempat ini”
“Hati-hati dijalan ya pak, selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai