Anda di halaman 1dari 19

PENTINGNYA KOMITMEN PERAWAT DAN MANAJEMEN

A.      Komitmen Perawat

1.         Pengertian komitmen perawat

Menurut Pambudi (2006), komitmen adalah melakukan sesuatu yang tatarannya sudah

diatas loyalitas seseorang (beyond compliance) atau sudah mengarah ke suatu kesetiaan yang

mendalam. Menurut Pangabean (2004), komitmen adalah suatuengagement, yang berarti

keterkaitan atau kesetiaan. Untuk itu tanda dari suatu karyawan yang memiliki engaged pada

organisasi yang baik adalah melakukan 3 S yaitustay, say dan strive (Kurniadi, 2013).

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,

berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab

dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Putri,

2016).

Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit untuk

menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga individu tersebut

mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit dan meninggal dunia

dengan tenang (Putri, 2016).

Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko,

sosial, spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik

sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia(Putri, 2016).

Keperawatan adalah proses aksi dan interaksi untuk membantu individu dari berbagai

kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatan mereka

pada saat tertetu dalam suatu siklus kehidupan (Putri, 2016).

Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pelayanan kesehatan yang diikuti

dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat akan sistem pelayanan kesehatan, memberikan

pengaruh terhadap tenaga kesehatan dalam mengimplementasikan sistem pelayanan

kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi perawat. Perawat adalah salah satu profesi di
Rumah Sakit mempunyai peran sentral untuk melakukan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang baik maka seorang

perawat dituntut untuk menjadi perawat yang profesional (Putri, 2016).

2.         Cerminan perawat profesional

Cerminan perawat profesional dalam praktik keperawatan dikelompokkan menjadi dua

yaitu nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, adalah sebagai berikut (Putri,

2016) :

a.         Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :

1)        Body of Knowledge (badan pengetahuan).

2)        Pendidikan spesialisis (berkelanjutan).

3)        Menggunakan pengetahuan dalam berfikir kritis dan kreatif.

b.        Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawan diberikan dengan konsep altruistic (menggunakan kepentingan

orang lain) dan memperhatikan kode etik keperawatan. Pelayanan profesional terhadap

masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

3.         Peran perawat

Keperawan memiliki peran-peran pokok dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Ciri

dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu,

khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik

selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu, sesorang profesional harus

memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat

serta memajukan profesi. Peran pokok perawat antara lain sebagai berikut (Putri, 2016) :

a.         Sebagai caregiver (pengasuh)

Peran perawat sebagai pengasuh dilakukan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dilakukan

mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sesuai dengan kebutuhan

pasien.
b.        Sebagai clien advocate (advokat klien)

Peran perawat sebagai advokat klien berorientasi membantu atau melayani klien

dengan menginterpretasikan sebagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien meliputi(Putri, 2016) :

1)        Hak atas pelayanan sebaik-baiknya.

2)        Hak atas informasi tentang penyakitnya.

3)        Hak atas kebebasan pribadinya (privacy)

4)        Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

5)        Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

c.         Sebagai counselor

Peran perawat sebagai konselor yaitu pada saat klien menjelaskan perasaannya dan hal-

hal yang berkaitan dengan keadaannya.

d.        Sebagai edukator (pendidik)

Peran perawat sebagai pendidik membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga menjadi

perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

e.         Sebagai coodinator  (koordinator)

Perawat melakukan koordinasi, yaitu mengarahkan, merencanakan dan

mengkoordinasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan

pelayanan kesehatan dapat mengerti dan melakukan praktik sesuai dengan kebutuhan klien.

f.         Sebagai collaborator (kolaborator)

Peran perawat bekerja bersama dan atau melalui tim kesehatan yang terdiri dari tenaga

kesehatan, seperti dokter, perawat dan lain sebagainya. Bersama-sama berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Upaya yang dilakukan

mulai dari diskusi untuk menentukan pelayanan yang tepat. Dengan demikian perawat tidak

bisa peranan ini apabila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.

g.        Sebagai Consultan  (konsultan)
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat bertanya dan berkonsultasi.

Dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

4.         Bentuk pelayanan perawat

Manusia merupakan makhluk yang unik, tetapi masing-masing memiliki kebutuhan

dasar yang sama yang terdiri dari aspek biologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual.

Bentuk pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia antara lain (Putri,

2016) :

a.         Kebutuhan biologis

Pelayanan perawat pada kebutuhan psikologis diberikan kepada pasien/klien yang

membutuhkan perawatan secara jasmani yang berkaitan dengan kesehatan fisik.

b.        Kebutuhan psikologis

Pelayanan perawat pada kebutuhan.

c.         Kebutuhan sosial dan kultural

Pelayanan perawat pada kebutuhan psikologis diberikan kepada pasien/klien yang

mengalami hal-hal yang terjadi langsung di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Misalnya, pasien atau  klien yang mengalami kekerasan fisik yang berdampak pada kesehatan

fisik maupun mental. Pelayanannya dapat diberikan dalam bentuk seminar, penyuluhan,

ataupun pendampingan terhadap pasien.

d.        Kebutuhan spritual

Pelayanan perawat pada kebutuhan spiritual diberikan kepada pasien atau klien yang

memerlukan bimbingan spiritual seperti motivasi atau kajian keagamaan. Pelayanan yang

diberikan misalnya dalam bentuk mentoring langsung dengan pasien atau klien.

5.         Kode etik perawat

Kode etik merupakan seperangkat sistem norma, nilai dan aturan baik tertulis maupun

tidak tertulis yang berlaku bagi semua anggota suatu organisasi profesi tertentu. Kode etik ini

merupakan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dalam


menjalankan kewajiban profesi. Prinsip dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat

manusia (Putri, 2016).

Semua jenis profesi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai landasan dan standar

kerja professional, yang ditaati oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Kode etik profesi

disusun sebagai sebuah sarana untuk melindungi masyarakat dan anggota organisasi profesi

dari penyalahgunaan keahlian profess, secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang

tidak benar, apa yang baik dan apa yang buruk (Putri, 2016).

Keperawatan sebagai sebuah profesi juga memiliki kode etik keperawatan. Kode etik

keperawatan merupakan asas tertulis yang harus dijadikan pedoman bagi setiap perawat

dalam proses berinteraksi dengan pasien, agar perilaku perawat tetap pada koridor kebenaran.

Kode etik begitu penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan praktik keperawatan.

Menurut Kozier dan Erb, etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan

yang akan melindungi perawat dan pasien (Putri, 2016).

Kode etik keperawatan sendiri merupakan hasil manifesto asas-asas yang terkandung

dalam ilmu keperawatan. Fungsi kode etik keperawatan bukan hanya sebagai

syarat administrative semata, tetapi juga berfungsi sebagai landasan bagi perawat dalam

menjalankan profesinya. Kode etik keperawatan juga mengatur hubungan profesional baik

dengan klien atau  pasien, dokter, maupun sesama perawat. Kode etik keperawatan di

Indonesia disusun oleh organisasi keperawatan Indonesia(Putri, 2016).

6.         Etika keperawatan

Secara etimologi, kata etika berasal dari bahasa yunani “ethicos” yang artinya

kecenderungan batin manusia atau kebiasaan. Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan

atau norma yang digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang.

Etika berkaitan dengan tindakan yang dapat di nilai dengan pernyataan “baik” atau “buruk”

yang dijadikan pedoman bagi manusia dalam berperilaku. Etika keperawatan menjadi acuan

dasar bagi perawat dalam menjalankan profesinya (Putri, 2016).

Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang

dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum, dan
menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses

penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan

seorang perawat bisa menjalankan hubungan yang lebih akrab dengan pasien, dengan

hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara

keduanya (Putri, 2016).

Perawat profesional adalah perawat yang memberikan pelayanan memiliki sikap

keterlibatan dengan pasien, respek, empati, kesungguhan, tanggung jawab, sabar dan

kemandirian. Pelayanan peningkatan Ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pelayanan

kesehatan yang diikuti dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat akan sistem pelayanan

kesehatan, memberikan pengaruh terhadap tenaga kesehatan dalam mengimplementasikan

sistem pelayanan kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi perawat. Perawat sebagai salah

satu profesi di rumah sakit mempunyai peran sentral untuk melakukan dan meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang baik, maka

seorang perawat dituntut untuk menjadi perawat yang profesional.  Keperawatan sebagai

bentuk salah satu bentuk pelayanan professional, merupakan bagian integral yang tidak dapat

dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan, perawat yang profesional

akan dapat menciptakan pelayanan yang baik atau prima (Putri, 2016).

Pelayanan yang prima (service excellent) akan dapat meningkatkan mutu suatu Rumah

Sakit. Pelayanan ini merupakan kemampuan untuk mengantisipasi, mengenali dan

memahami harapan-harapan pelanggan serta berhasrat dan peduli untuk melampaui harapan-

harapan pelanggan. Salah satu indikator dari mutu layanan keperawatan adalah kepuasaan

pasien (Putri, 2016).

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan perawat. Pelayanan keperawatan

adalah semua upaya yang dilakukan perawat sebagai profesi untuk memenuhi kebutuhan

pasien dengan jasa yang diberikan. Suatu pelayanan dapat dikaitkan prima ditentukan

berdasarkan jasa yang diberikan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau

mengecewakan) (Putri, 2016).
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan

ketenangan  dalam melayani pasein yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus

dapat melayani pasien dengan sepenuh hati, memahami masalah yang dihadapi oleh pasein.

Selain itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memerhatikan orang lain,

keterampilan intelektual, tekhnikal dan intropersonal yang tercermin dalam perilaku caring,

merawat dengan sepenuh hati atau kasih sayang (Putri, 2016).

Sebagai Perawat yang sangat penting dan menentukan adalah memahami konsep

caring, mampu menanamkan dalam hati, disirami, dipupuk untuk mampu memperlihatkan

kemampuan soft skill sebagai perawat yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat

serta mampu belajar seumur hidup. Semua itu akan berhasil dicapai oleh perawat kalau

mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu besar dalam

professionalisme keperawatan. Mata ajarkan ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar

dimana perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan

perawat mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus

dikuasai oleh perawat atau ners. Humanisme adalah upaya mengimplementasikan sikap dan

tindakan yang sesuai prinsip-prinsip penghargaan dan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan

yang meliputi segala aspek kehidupan (Putri, 2016).

7.         Nilai keperawatan

Nilai merupakan perlakuan atau keyakinan mengenai seseorang, objek, ide atau

tindakan. Nilai sangat penting karena mempengaruhi keputusan dan tindakan, termasuk

pengambilan keputusan etik perawat (Putri, 2016).

Nilai terdiri atas keyakinan dan sikap yang saling terkait antara lain sebagai

berikut(Putri, 2016) :

a.         Keyakinan, adalah intreprestasi atau kesimpulan yang dianggap benar oleh individu.

b.    Sikap, adalah posisi mental atau perasaan terhadap seseorang, objek atau ide (misalnya,

penerimaan, rasa kasih sayang dan keterbukaan).

Dalam keseharian kerjanya, perawat menghadapi kejadian yang amat personal dan

mendalam seputar manusia, seperti kelahiran, kematian dan penderitaan. Mereka harus
memutuskan moralitas semua tindakan yang mereka lakukan saat mereka dihadapkan pada

banyak isu etik keperawatan (Putri, 2016).

Sebagai suatu profesi yang sangat erat kaitannya dengan manusia, perawat dituntut

untuk memiliki nilai – nilai yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai

perawat, yaitu memberikan asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhannya, perawat

harus memiliki nilai – nilai seperti caring, empaty, dan altruism (Putri, 2016).

Ketiga nilai ini sering muncul jika kita berbicara mengenai seorang perawat. Mungkin

kita semua sudah paham apa pengertian dari ketiga nilai tersebut, antara lain sebagai

berikut (Putri, 2016) :

a.     Care yaitu sikap seorang perawat yang memberikan rasa perhatian dan kepedulian terhadap

kliennya.

b.      Empaty, yaitu mampu merasakan apa masalah yang dihadapi klien dan berusaha untuk

mencari jalan keluarnya.

c.       Altruism, yaitu seorang perawat yang tulus dalam memberikan pelayanan dan pertolongannya

tanpa mengharapkan imbalan apa pun dan tidak mementingkan diri sendiri melainkan lebih

mementingkan orang atau klien.

8.         Teknik memelihara komitmen perawat

Dalam konteks pekerjaan sehari-hari, ketentuan keberpihakan seorang perawat menjadi

diperlukan bagi institusi pelayanan kesehatan terutama dalam situasi persaingan global

dewasa ini. Rumah sakit tidak akan mampu berkembang dengan baik bila gagal dalam

mengsinergikan kekuatan internalnya dari sisi perawatnya apabila memiliki komitmen yang

rendah (Kurniadi, 2013).

Adapun 10 (sepuluh) cara memelihara komitmen perawat diantaranya adalah(Kurniadi,

2013):

a.     Make is charismatic, yaitu bagaimana cara manajer rumah sakit menjadikan visi dan misi

organisasi sebagai suatu yang karismatik, suatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap

perawat dalam berperilaku dan bertindak.


b.       Build the tradition,  segala sesuatu kegiatan, budaya kerja atau kebiasaan yang baik dan

ilmiah atau non ilmiah di organisasi dapat dijadikan sebagai suatu tradisi yang secara terus

menerus dipelihara dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

c.      Have comprehensive grievance procedures, yaitu selalu mengedepankan SOP atau peraturan

yang berlaku ada keluhan atau komplain dari pihak luar ataupun internal organisasi, maka

organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.

d.     Provide extensive two-way communication, yaitu menjalin komunikasi dua arah di antara

level di bawah dan atasan dalam rumah sakit atau institusi pelayanan tanpa memandang

rendah bawahan.

e.    Create a sence of community,  menjadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu

komunitas dimana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerjasama,

berbagi dan lainnya.

f.         Build value-based homogeneity,  yaitu membangun nilai-nilai kebersamaan atau soliditas

yang didasarkan adanya rasa memiliki organisasi yang tinggi. Setiap anggota organisasi

memiliki kesempatan yang sama, adalah kemampuan, minat, motivasi, kerja tanpa ada

diskriminasi.

g.   Share and share a-like, yaitu sebaiknya organisasi pelayanan berusaha membuat dan

menerapkan kebijakan dimana antara karyawan level bawah sampai yang paling atas tidak

terlalu berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan

fisik dan standar lainnya.

h.       Emphasize brainraising, cross-utilization, and teamwork, yaitu menanamkan sebagai suatu

organisasi harus mau dan mampu bekerja dalam tim, sebagai suatu komuniti harus bekerja

sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada

anggota organisasi.

i.     Get together, yaitu mendisain aktivitas atau kegiatan yang melibatkan banyak anggota

organisasi sehingga kebersamaan bisa saling terjalin. Misalnya sekali-kali produksi

dihentikan, dan semua karyawan terlibat dalam even rekreasi bersama keluarga, pertandingan

olahraga, seni dan lain-lain.


j.      Support employe depelopment, yaitu membuat dukungan karir perawat dengan membuat

jenjang karir yang jelas dan penghargaan yang tegas. Bila organisasi pelayanan

memperlihatkan perkembangan karir perawat dalam jangka panjang. Maka perawat akan

lebih memilih komitmen yang tinggi danj tidak akan meninggalkannya.

B.       Tinjauan Umum tentang Komitmen Manajemen

1.         Pengetian komitmen manajemen

Komitmen organisasi adalah nilai personal, dimana sering kali mengacu pada loyalitas

terhadap perusahaan atau komitmen terhadap perusahaan. Menurut Armstrong (2003),

komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan. Robbins dan Judge (2007), mendefinisikan

komitmen sebagai atau suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta

tujuan-tujuan dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi (Kurniadi, 2013).

Manajemen didefinisikan sebagai satu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan

melalui orang lain. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi tersebut (Rosyidi, 2013).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Dalam suatu manajemen keperawatan

diperlukan adanya manejer atau kepemimpinan yang merencanakan, mengorganisasi,

memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluraga dan masyarakat (Rosyidi, 2013).

2.         Fungsi manajemen keperawatan

Fungsi manajemen keperawatan adalah memudahkan perawat dalam menjalankan

asuhan keperawatan yang holistik sehingga kebutuhan klien di rumah sakit terpenuhi.

Terdapat beberapa elemen dalam menejemen keperawatan berdasarkan fungsinya yaitu

sebagai berikut (Rosyidi, 2013) :

a.         Planning (perencanaan)
Planninng adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan

dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran dari tujuan

yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan (Rosyidi, 2013).

Di dalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam menentukan

tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan

keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan adalah

sebagai berikut (Rosyidi, 2013) :

1)        Tujuan perencanaan

a)      Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.

b)      Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif.

c)       Membantu dalam koping terhadap situasi krisis.

d)       Efektif dalam hal biaya.

e)     Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan

akan datang.

f)         Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.

2)        Tahapan dalam perencanaan

a)         Menetapkan tujuan.

b)        Merumuskan keadaan sekarang.

c)         Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.

d)        Mengembangkan serangkaian kegiatan.

e)         Jenis perencanaan

Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetap kan oleh pemimpin dan

merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk mendapatkan dan

mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga digunakan

untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini. 

Perencanaan operasional adalah menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digu

nakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur serta menggambarkan cara

menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien. 

3)        Manfaat perencanaan

a)       Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan

lingkungan.

b)       Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.

c)        Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

d)       Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.

e)        Memudahkan koordinasi.

f)         Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.

g)        Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

h)        Menghemat waktu dan dana.

4)        Keuntungan perencanaan

a)         Meningkatkan peluang sukses.

b)        Membutuhkan pemikiran analitis.

c)         Mengarahkan orang ketindakan.

d)        Memodifikasi gaya manajemen.

e)         Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.

f)         Meningkatkan keterlibatan anggota.

5)        Kelemahan perencanaan

a)     Kemungkinan perkerjaan yang tercakup dalam perencaan berlebihan pada konstribusi nyata.

b)        Cenderung menunda kegiatan.

c)         Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.

d)   Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian situasional individual dan

penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi.

e)         Terdapat rencana yang diikuti oleh atau dengan rencana yang tidak konsisten.

b.        Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan

mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,

pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian

merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material

dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut (Rosyidi,

2013) :

1)        Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui :

a)         Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

b)    Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisai tersebut melalui kegiatan yang

dilakukannya.

c)         Pendelegasian wewenang.

d)        Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

2)        Tahapan dalam pengorganisasian

a)   Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam fungsi manajemen.

b)        Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

c)         Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

d)      Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaku kan oleh saff dan menyediakan fasilitas

yang diperlukan.

e)         Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

f)          Mendelegasikan wewenang. 

c.         Staffing  (kepegawaian) 

Staffing adalah metodologi pengaturan saff merupakan proses yang teratur, sistematis,

berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi

yang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Komponen yang termasuk dalam

fungsi staffing adalah: prinsip rekruitmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas,

dan klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang mana nantinya

berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua personel yang ada (Rosyidi,

2013).
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja dan istirahat

pegawai, yaitu (Rosyidi, 2013) :

1)        Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.

2)        Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaan.

3)        Memeriksa jadwal yang telah selesai.

4)        Menjamin persetujuan jadwal yang dianjurkan dari manajemen keperawatan.

5)        Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf.

6)        Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.

d.        Directing (pengarahan)

Kepemimpinan adalah penggunaan proses komunikasi untuk mempengaruhi kegiatan-

kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu

kegiatan yang unik dan tertentu. Di dalam kepemimpinan selalu melibatkan semua elemen

dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang mempengaruhi elemen tersebut adalah seorang

pemimpin.

Menurut Kurt Lewin, terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu(Rosyidi,

2013) :

1)        Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendir mereka lebih mementingkan penyelesaian tugas

dari pada perhatian karyawan sehingga menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama

sekali apatis dan menghilangkan inisitif.

2)        Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambil an keputusan, mereka berorientasi

pada bawahan Kepemimpinan ini meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

3)        Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan pantang memberikan

bimbingan kepada staf.  Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas kerja rendah dan staf

frustasi.

e.         Controlling (pengendalian/evaluasi)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai

dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang

ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat

diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan

mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip

berikut (Rosyidi, 2013) :

1)        Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.

2)        Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan

organisasi

3)        Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf

dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.

4)     Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan

kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki

kinerja.

Terdapat 10 karekteristik suatu sistem kontrol yang baik adalah sebagai

berikut (Rosyidi, 2013) :

1)        Harus menunjukkan sifat dari aktifitas.

2)        Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera.

3)        Harus memandang.

4)        Harus menunjukkan penerimaan pada titik krisis.

5)        Harus obyektif.

6)        Harus fleksibel.

7)        Harus menunjukkan pola organisasi.

8)        Harus ekonomis.

9)        Harus mudah dimengerti.

10)    Harus menunjukkan tindakan perbaikan.

Ada 2 metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan

keperawatan, yaitu (Rosyidi, 2013) :


1)        Analisa data

Perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis,

jadwal, aturan, catatan,  anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat

digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

2)        Kontrol kualitas

Perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan

keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka

akan diperolah manfaat sebagai berikut (Rosyidi, 2013) :

1)        Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan

standar atau rencana kerja.

2)        Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

3)        Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan

telah digunakan secara benar.

4)        Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan

kerja.

3.         Standar asuhan keperawatan

Standard praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI, yang mengacu kepada

tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi (Rosyidi, 2013). 

a.         Standar 1 : pengkajian keperawatan

Pengumpulan data berisikan analisa fisik dan status kesehatan klien secara menyeluruh

akurat dan singkat, merupakan suatu informasi bagi perawat untuk menentukan masalah

sehingga dapat merumuskan diagnosa keperawatan. Kriteri pengkajian meliputi (Rosyidi,

2013):

1)    Pengumpulan data dilakukan secara anamnese, observasi,  pemeriksaan fisik serta dari

pemeriksaan penunjang.
2)        Sumber data adalah klien,  keluarga dan orang yang terkait,  tim kesehatan, rekam medis dan

catatan lainnya.

3)        Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :

a)         Status kesehatan masa lalu.

b)        Status kesehatan saat ini.

c)         Status biologis psikologis sosial-spiritual.

d)        Respon terhadap terapi.

e)         Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.

f)         Risiko tinggi masalah.

4)    Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).

b.        Standard 2 : diagnosa keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diag nosa keperawatan,

adapun kriteria proses pembuatan diagnosa adalah (Rosyidi, 2013) :

1)     Proses diagnosa terdiri dari analisa interprestasi data,  identifikasi masalah, perumusan

diagnosa.

2)        Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau

terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3)    Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa

keperawatan.

4)        Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data tersebut.

c.         Standard 3 : perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan interpretasi dari tujuan yang akan dicapai oleh

perawat setelah merumuskan diagnosa keperawatan, oleh karena itu perencanaan yang

dilakukan oleh perawat harus sesuai dengan keadaan dan masalah prioritas yang klien miliki.

Oleh karena itu perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah,

meningkatkan kesehatan dan memandirikan klien, kriteria perencanaan keperawatan

meliputi (Rosyidi, 2013) :

1)        Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2)        Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

3)        Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.

4)        Mendokumentasikan rencana keperawatan.

d.        Standard 4 : implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan perencanaan

yang telah dibuat, kriteria implementasi meliputi (Rosyidi, 2013) :

1)      Bekerjasama dengan klien dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

2)      Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

3)      Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan

4)   Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan

keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodofikasi lingkungan yang digunakan.

5)        Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan kepe-  rawatan berdasarkan respon klien.

e.         Standard 5 : evaluasi

Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan yaitu melihat dan

mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh perawat terhadap klien serta melihat kemajuan

peningkatan kesehatan pasien,  adapun kriteria prosesnya adalah(Rosyidi, 2013) :

1)      Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan

terus menerus.

2)        Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan.

3)        Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya (Teori, Konsep dan
Aplikasi). Jakarta : FKUI.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba


Medika.

Putri, A. A. (2016). Strategi Budaya Carakter Caring Of Nursing. Bogor : In Media.


Rosyidi, K. (2013). Manajemen Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai