A. Komitmen Perawat
Menurut Pambudi (2006), komitmen adalah melakukan sesuatu yang tatarannya sudah
diatas loyalitas seseorang (beyond compliance) atau sudah mengarah ke suatu kesetiaan yang
keterkaitan atau kesetiaan. Untuk itu tanda dari suatu karyawan yang memiliki engaged pada
2016).
Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit untuk
menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga individu tersebut
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit dan meninggal dunia
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko,
sosial, spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia(Putri, 2016).
Keperawatan adalah proses aksi dan interaksi untuk membantu individu dari berbagai
kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatan mereka
Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pelayanan kesehatan yang diikuti
dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat akan sistem pelayanan kesehatan, memberikan
kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi perawat. Perawat adalah salah satu profesi di
Rumah Sakit mempunyai peran sentral untuk melakukan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang baik maka seorang
yaitu nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, adalah sebagai berikut (Putri,
2016) :
a. Nilai intelektual
orang lain) dan memperhatikan kode etik keperawatan. Pelayanan profesional terhadap
3. Peran perawat
dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang kuat terhadap kepedulian individu,
khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik
selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu, sesorang profesional harus
memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi masyarakat
serta memajukan profesi. Peran pokok perawat antara lain sebagai berikut (Putri, 2016) :
a. Sebagai caregiver (pengasuh)
mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sesuai dengan kebutuhan
pasien.
b. Sebagai clien advocate (advokat klien)
Peran perawat sebagai advokat klien berorientasi membantu atau melayani klien
5) Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
c. Sebagai counselor
Peran perawat sebagai konselor yaitu pada saat klien menjelaskan perasaannya dan hal-
d. Sebagai edukator (pendidik)
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga menjadi
e. Sebagai coodinator (koordinator)
pelayanan kesehatan dapat mengerti dan melakukan praktik sesuai dengan kebutuhan klien.
f. Sebagai collaborator (kolaborator)
Peran perawat bekerja bersama dan atau melalui tim kesehatan yang terdiri dari tenaga
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Upaya yang dilakukan
mulai dari diskusi untuk menentukan pelayanan yang tepat. Dengan demikian perawat tidak
bisa peranan ini apabila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.
g. Sebagai Consultan (konsultan)
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat bertanya dan berkonsultasi.
Dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dasar yang sama yang terdiri dari aspek biologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual.
Bentuk pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia antara lain (Putri,
2016) :
a. Kebutuhan biologis
b. Kebutuhan psikologis
Misalnya, pasien atau klien yang mengalami kekerasan fisik yang berdampak pada kesehatan
fisik maupun mental. Pelayanannya dapat diberikan dalam bentuk seminar, penyuluhan,
d. Kebutuhan spritual
Pelayanan perawat pada kebutuhan spiritual diberikan kepada pasien atau klien yang
memerlukan bimbingan spiritual seperti motivasi atau kajian keagamaan. Pelayanan yang
diberikan misalnya dalam bentuk mentoring langsung dengan pasien atau klien.
Kode etik merupakan seperangkat sistem norma, nilai dan aturan baik tertulis maupun
tidak tertulis yang berlaku bagi semua anggota suatu organisasi profesi tertentu. Kode etik ini
manusia (Putri, 2016).
Semua jenis profesi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai landasan dan standar
kerja professional, yang ditaati oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Kode etik profesi
disusun sebagai sebuah sarana untuk melindungi masyarakat dan anggota organisasi profesi
dari penyalahgunaan keahlian profess, secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang
tidak benar, apa yang baik dan apa yang buruk (Putri, 2016).
Keperawatan sebagai sebuah profesi juga memiliki kode etik keperawatan. Kode etik
keperawatan merupakan asas tertulis yang harus dijadikan pedoman bagi setiap perawat
dalam proses berinteraksi dengan pasien, agar perilaku perawat tetap pada koridor kebenaran.
Kode etik begitu penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan praktik keperawatan.
Menurut Kozier dan Erb, etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan
Kode etik keperawatan sendiri merupakan hasil manifesto asas-asas yang terkandung
dalam ilmu keperawatan. Fungsi kode etik keperawatan bukan hanya sebagai
menjalankan profesinya. Kode etik keperawatan juga mengatur hubungan profesional baik
dengan klien atau pasien, dokter, maupun sesama perawat. Kode etik keperawatan di
6. Etika keperawatan
Secara etimologi, kata etika berasal dari bahasa yunani “ethicos” yang artinya
kecenderungan batin manusia atau kebiasaan. Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan
atau norma yang digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang.
Etika berkaitan dengan tindakan yang dapat di nilai dengan pernyataan “baik” atau “buruk”
yang dijadikan pedoman bagi manusia dalam berperilaku. Etika keperawatan menjadi acuan
Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang
dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum, dan
menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses
penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan
seorang perawat bisa menjalankan hubungan yang lebih akrab dengan pasien, dengan
hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara
keduanya (Putri, 2016).
keterlibatan dengan pasien, respek, empati, kesungguhan, tanggung jawab, sabar dan
kesehatan yang diikuti dengan semakin besarnya tuntutan masyarakat akan sistem pelayanan
sistem pelayanan kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi perawat. Perawat sebagai salah
satu profesi di rumah sakit mempunyai peran sentral untuk melakukan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang baik, maka
bentuk salah satu bentuk pelayanan professional, merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan, perawat yang profesional
Pelayanan yang prima (service excellent) akan dapat meningkatkan mutu suatu Rumah
memahami harapan-harapan pelanggan serta berhasrat dan peduli untuk melampaui harapan-
harapan pelanggan. Salah satu indikator dari mutu layanan keperawatan adalah kepuasaan
pasien (Putri, 2016).
adalah semua upaya yang dilakukan perawat sebagai profesi untuk memenuhi kebutuhan
pasien dengan jasa yang diberikan. Suatu pelayanan dapat dikaitkan prima ditentukan
berdasarkan jasa yang diberikan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
mengecewakan) (Putri, 2016).
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasein yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus
dapat melayani pasien dengan sepenuh hati, memahami masalah yang dihadapi oleh pasein.
Selain itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memerhatikan orang lain,
keterampilan intelektual, tekhnikal dan intropersonal yang tercermin dalam perilaku caring,
Sebagai Perawat yang sangat penting dan menentukan adalah memahami konsep
caring, mampu menanamkan dalam hati, disirami, dipupuk untuk mampu memperlihatkan
kemampuan soft skill sebagai perawat yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat
serta mampu belajar seumur hidup. Semua itu akan berhasil dicapai oleh perawat kalau
mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu besar dalam
dimana perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan
perawat mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus
dikuasai oleh perawat atau ners. Humanisme adalah upaya mengimplementasikan sikap dan
7. Nilai keperawatan
Nilai merupakan perlakuan atau keyakinan mengenai seseorang, objek, ide atau
tindakan. Nilai sangat penting karena mempengaruhi keputusan dan tindakan, termasuk
Nilai terdiri atas keyakinan dan sikap yang saling terkait antara lain sebagai
berikut(Putri, 2016) :
a. Keyakinan, adalah intreprestasi atau kesimpulan yang dianggap benar oleh individu.
b. Sikap, adalah posisi mental atau perasaan terhadap seseorang, objek atau ide (misalnya,
Dalam keseharian kerjanya, perawat menghadapi kejadian yang amat personal dan
mendalam seputar manusia, seperti kelahiran, kematian dan penderitaan. Mereka harus
memutuskan moralitas semua tindakan yang mereka lakukan saat mereka dihadapkan pada
Sebagai suatu profesi yang sangat erat kaitannya dengan manusia, perawat dituntut
untuk memiliki nilai – nilai yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai
harus memiliki nilai – nilai seperti caring, empaty, dan altruism (Putri, 2016).
Ketiga nilai ini sering muncul jika kita berbicara mengenai seorang perawat. Mungkin
kita semua sudah paham apa pengertian dari ketiga nilai tersebut, antara lain sebagai
berikut (Putri, 2016) :
a. Care yaitu sikap seorang perawat yang memberikan rasa perhatian dan kepedulian terhadap
kliennya.
b. Empaty, yaitu mampu merasakan apa masalah yang dihadapi klien dan berusaha untuk
c. Altruism, yaitu seorang perawat yang tulus dalam memberikan pelayanan dan pertolongannya
tanpa mengharapkan imbalan apa pun dan tidak mementingkan diri sendiri melainkan lebih
diperlukan bagi institusi pelayanan kesehatan terutama dalam situasi persaingan global
dewasa ini. Rumah sakit tidak akan mampu berkembang dengan baik bila gagal dalam
mengsinergikan kekuatan internalnya dari sisi perawatnya apabila memiliki komitmen yang
rendah (Kurniadi, 2013).
2013):
a. Make is charismatic, yaitu bagaimana cara manajer rumah sakit menjadikan visi dan misi
organisasi sebagai suatu yang karismatik, suatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap
ilmiah atau non ilmiah di organisasi dapat dijadikan sebagai suatu tradisi yang secara terus
yang berlaku ada keluhan atau komplain dari pihak luar ataupun internal organisasi, maka
organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
level di bawah dan atasan dalam rumah sakit atau institusi pelayanan tanpa memandang
rendah bawahan.
e. Create a sence of community, menjadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu
yang didasarkan adanya rasa memiliki organisasi yang tinggi. Setiap anggota organisasi
memiliki kesempatan yang sama, adalah kemampuan, minat, motivasi, kerja tanpa ada
diskriminasi.
g. Share and share a-like, yaitu sebaiknya organisasi pelayanan berusaha membuat dan
menerapkan kebijakan dimana antara karyawan level bawah sampai yang paling atas tidak
terlalu berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan
organisasi harus mau dan mampu bekerja dalam tim, sebagai suatu komuniti harus bekerja
sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada
anggota organisasi.
i. Get together, yaitu mendisain aktivitas atau kegiatan yang melibatkan banyak anggota
dihentikan, dan semua karyawan terlibat dalam even rekreasi bersama keluarga, pertandingan
jenjang karir yang jelas dan penghargaan yang tegas. Bila organisasi pelayanan
memperlihatkan perkembangan karir perawat dalam jangka panjang. Maka perawat akan
Komitmen organisasi adalah nilai personal, dimana sering kali mengacu pada loyalitas
komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan. Robbins dan Judge (2007), mendefinisikan
komitmen sebagai atau suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta
organisasi (Kurniadi, 2013).
melalui orang lain. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui staf keperawatan untuk
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluraga dan masyarakat (Rosyidi, 2013).
asuhan keperawatan yang holistik sehingga kebutuhan klien di rumah sakit terpenuhi.
a. Planning (perencanaan)
Planninng adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran dari tujuan
yang ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan (Rosyidi, 2013).
tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan
keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep dasar keperawatan adalah
1) Tujuan perencanaan
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan
akan datang.
a) Menetapkan tujuan.
e) Jenis perencanaan
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetap kan oleh pemimpin dan
untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
Perencanaan operasional adalah menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digu
nakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur serta menggambarkan cara
menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.
3) Manfaat perencanaan
lingkungan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
4) Keuntungan perencanaan
5) Kelemahan perencanaan
a) Kemungkinan perkerjaan yang tercakup dalam perencaan berlebihan pada konstribusi nyata.
d) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian situasional individual dan
e) Terdapat rencana yang diikuti oleh atau dengan rencana yang tidak konsisten.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut (Rosyidi,
2013) :
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisai tersebut melalui kegiatan yang
dilakukannya.
c) Pendelegasian wewenang.
a) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang dalam fungsi manajemen.
b) Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaku kan oleh saff dan menyediakan fasilitas
yang diperlukan.
c. Staffing (kepegawaian)
berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi
dan klasifikasi pasien. Komponen tersebut merupakan suatu proses yang mana nantinya
berhubungan dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua personel yang ada (Rosyidi,
2013).
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu kerja dan istirahat
d. Directing (pengarahan)
kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam suatu
kegiatan yang unik dan tertentu. Di dalam kepemimpinan selalu melibatkan semua elemen
dalam sistem pelayanan kesehatan dan yang mempengaruhi elemen tersebut adalah seorang
pemimpin.
2013) :
1) Autokratik
dari pada perhatian karyawan sehingga menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama
2) Demokratis
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh dan pantang memberikan
bimbingan kepada staf. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas kerja rendah dan staf
frustasi.
e. Controlling (pengendalian/evaluasi)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
berikut (Rosyidi, 2013) :
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3) Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf
dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja.
berikut (Rosyidi, 2013) :
3) Harus memandang.
5) Harus obyektif.
6) Harus fleksibel.
8) Harus ekonomis.
Perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis,
jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya ukuran fisik saja dan secara relatif beberapa alat
2) Kontrol kualitas
keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat maka
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
kerja.
Standard praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI, yang mengacu kepada
Pengumpulan data berisikan analisa fisik dan status kesehatan klien secara menyeluruh
akurat dan singkat, merupakan suatu informasi bagi perawat untuk menentukan masalah
2013):
pemeriksaan penunjang.
2) Sumber data adalah klien, keluarga dan orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan
catatan lainnya.
4) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).
diagnosa.
2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau
3) Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
Perencanaan keperawatan merupakan interpretasi dari tujuan yang akan dicapai oleh
perawat setelah merumuskan diagnosa keperawatan, oleh karena itu perencanaan yang
dilakukan oleh perawat harus sesuai dengan keadaan dan masalah prioritas yang klien miliki.
Oleh karena itu perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah,
meliputi (Rosyidi, 2013) :
1) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan
keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodofikasi lingkungan yang digunakan.
5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan kepe- rawatan berdasarkan respon klien.
e. Standard 5 : evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan yaitu melihat dan
mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh perawat terhadap klien serta melihat kemajuan
1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.
2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur kearah pencapaian tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya (Teori, Konsep dan
Aplikasi). Jakarta : FKUI.