Anda di halaman 1dari 145

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW IV DESA

SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

Disusun Oleh:

KELOMPOK IV

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI RW IV DESA SUMBEREJO MRANGGEN KABUPATEN

DEMAK

Shabrina Fahriza G3A014064 Alfa Choirul Fatah G3A014097

Dini Dalila A. A G3A014065 Devi Kurniawati G3A014070

Nurwadi G3A014073 Aldin Rizki Pratama G3A014082

Setiawan Adhi P G3A014076 Annisa Rahmawati G3A014088

Aulia Rahman G3A014098 Rahmiyati G3A014092

Luthfi Utami A A G3A014094 Wahyu Janwarudin G3A014099

Eko Yunianto H.S G3A014096 Rifana Handayani G3A014100

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas di RW IV Desa

Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak

Kelompok IV (di RW IV Dukuh Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak).

Program Studi Program Profesi Ners S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS

Tanggal Pengesahan

Pembimbing

Ns. Dewi Setyawati, S.Kep, MNS


KATA PENGANTAR

Assalamualakuim Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta

hidayah Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan kegiatan praktek

komunitas di RW IV Dukuh Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak dan menyelesaikan laporan yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW IV DESA SUMBEREJO

MRANGGEN KABUPATEN DEMAK”dengan baik.

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu target Stase Keperawatan

Komunitas dalam praktik program studi Profesi Ners Keperawatan, sebagau

bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan praktik yang telah dilaksanakan

pada tanggal 4 Mei – 13 Juni 2015. Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ns. Dewi Setyawati, S.Kep, MNS, selaku coordinator dan pembimbing

keperawatan komunitas program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah

Semarang

2. H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang


3. Ns. Siti Aisah, M.Kep, Sp.Kom, selaku Kaprodi Fakultas Ilmu Keperawatan

dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

4. Semua dosen pembimbing praktik Keperawatan Komunitas

5. Bapak Supriyadi selaku Kepala Desa Kelurahan Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak yang telah memberikan izin kepada mahasiswa

untuk melaksanakan praktik Keperawatan Komunitas di wilayah RW IV

Dukuh Dukoh.

6. Kepala Puskesmas Mranggen I yang telah memberikan izin kepada kelompok

untuk melaksanakan praktik Keperawatan Komunitas di wilayah kerja

Puskesmas Mranggen I

7. Seluruh pengurus RT di wilayah RW IV Kelurahan Sumberejo yang telah

memberikan kesempatan kepada kelompok untuk melaksanakan kegiatan serta

membantu pelaksanaan kegiatan

8. Seluruh masyarakat di wilayah RW IV Kelurahan Sumberejo yang telah

memberikan dukungan serta bantuan selama pelaksanaan praktik

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas

Muhammadiyah Semarang Tahun 2014/2015 yang telah mempersembahkan

ikhtiar terbaik selama proses praktik keperawatan komunitas

10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan bantuan moral dan spiritual sehingga laporan ini dapat

terselesaikan dengan baik


Penulis menyadari dalam penulisan laporan akhir Keperawatan Komunitas ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu saran dan kritik saya harapkan demi kesempurnaan laporan akhir ini, sehingga

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Akhirul Kalam,

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, Agustus 2015

Penulis

Kelompok IV

Stase Komunitas Profesi Ners

ABSTRAK
Pelayanan kesehatan dasar merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam

melaksanakan pembangunan nasional dibidang kesehatan yang menitik beratkan

pada peranserta masyarakat. Peran serta masyarakat yang dijalankan merupakan

strategi untuk memandirikan masyarakat dalam hal menyelesaikan masalah

keshatan yang dihadapi berdasarkan konsep tersebut, mahasiswa program profesi

ners fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan universitas muhamadiyah semarang

melaksanakan kegiatan praktik keperawatan dalam konteks pelayanan kesehatan

dasar di RW 4 desa Sumberejo kecamatan mranggen kabupaten

demak.Pendekatan yang digunakan adalah dengan membentuk kelompok kerja

kesehatan, dimana masyarakat terlibat aktif di setiap kegiatan dengan

menggunakan pendekatan proses. Di samping itu mahasiswa juga melaksanakan

asuhan keperawatan keluarga dengan membina keluarga yang termasuk dalam

keluarga beresiko. Keluarga yang dibina aoleh mahasiswa yaitu sebanyak 28

keluarga dengan tahap perkembangan yang berbeda.

Focus utama dalam perawatan adalah keluarga, dimana keluarga merupakan unit

pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan prinsip kesehatan masyarakat yaitu :

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesehatan keluarga.

Berdasarkan hasil pengkajian dan winsiel survei ditemukan masalah kesehatan:

Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04 berhubungan dengan perilaku masyarakat

dalam pencegahan DHF,Resiko peningkatan ISPA di RW 04 berhubungan dengan

kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan,Tingginya keluhan


perubahan kesehatan pada lanjut usia di RW 04 berhubungan dengan perilaku

tidak sehat lansia, Tingginya kasus TB paru di RW 04 berhubungan dengan

perilaku penderita TB yang tidak sehat.

Kegiatan yang direncanakan dan berhasil dilaksanakan antara lain : Pendidikan

kesehatan tentang DHF dan cara perawatannya, Pendidikan kesehatan tentang

pencegahan DHF, Pembagian bubuk abate, Melakukan kerjabakti terkait 3M,

Melakukan PSN bersama kader, Pemberiaan pendidikan kesehatan tentang

penyakit ISPA dan cara perawatan pada masyarakat,Pemberiaan pendidikan

kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara perawatan pada kader kesehatan,

Pemberian pendidikan kesehatan tentang komposisasi sampah organic, Bersama

pemerintah pengadaan tempat sampah organic dan non organic, Pembagian

tempat sampah organic dan non organic, Melatih kader untuk bisa mengenal kasus

ISPA., mengajarkan warga dalam pembentukan Bank sampah, mensosialisasikan

komposisasi sampah, memanfaatkan sampah plastik untuk kerajinan, Pemberian

pendidikan kesehatan tentang cara perawatan nyeri sendi berdasarkan keluhan

(misalnya : mengajarkan posisi yang benar saat mengangkat beban yang berat,

bila asam urat anjurkan minum air putih yang banyak,), Pemberian pendidikan

kesehatan tentang penyakit Hipertensi dan DIIT beserta perawatannya yang

diberikan pada lansia dengan hipertensi, Kegiatan posyandu lansia, Senam lansia

bersama warga RW 04 Sumberejo, Mengajarkan cara pembuatan parem,

Pendidikan kesehatan tentang penyakit TB dan perawatannya, Pendidikan

kesehatan tentang cara pencegahan TB, Pendidikan kesehatan bersama kader


tentang deteksi dini TB, Edukasi mengenai pentingnya PMO untuk penyembuhan

TB, Melakukan skrining TB pada warga yang dicurrigai terkena TB, Bersama

puskesmas untuk pengadaan botol sputum, Pembentukan PMO bersama warga.

Hasil yang dicapai selama praktik keperawatan komunitas di RW 4 Desa

Sumberejo Kec. Mranggen Kabupaten Demak adalah peningkatan pengetahuan

masyarakat dan kader kesehatan tentang masalah ispa, DHF, degenerative, dan TB

Paru. Dari hasil tersebut, warga telah menyusun rencana tindak lanjut yang akan

dilaksanakan dengan melibatkan pihak-pihak terkait.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling

berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan

interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang

tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama,

area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang

mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka

dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan

masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan

antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta

masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif

secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi

kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.

Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan

masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian

dalam memecahkan masalah kesehatan.


Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada

peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002). Untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu,

kelompok sampai tingkat RT dan RW. Di Wilayah RW 04 Desa Sumberejo

kecamatan Mraggen kabupaten Demak, jumlah kepala keluarga yang terkaji

sebanyak 301 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 927 jiwa yang terdiri

dari 444 laki-laki dan 483 perempuan, kondisi lingkungan di RW 04 Desa

Sumberejo kecamatan Mranggen merupakan daerah dengan kelembaban udara

yang tidak tinggi dan tidak terlalu rendah. Saat melakukan observasi di RT 01

dari 20 rumah berjenis tidak permanen, 2 dari 20 rumah tidak memiliki

ventilasi udara, 10 dari 20 rumah mempunyai pencahayaan kurang baik, 10

dari 20 rumah tidak memiliki pagar tanaman. Pekarangan rumah warga

dimanfaatkan untuk menjemur jagung. Pekarangan tampak bersih, tidak

terdapat tumpukan sampah dan terdapat beberapa tanaman. Ditemukan

beberapa selokan dengan kondisi yang tidak mengalir. Air dalam selokan

tersebut berwarna kehitaman dan keruh.Adanya kegiatan masyarakat yaitu

sedang menggiling jagung yang berada tepat di pinggir jalan utama kampung.

Mesin yang digunakan untuk menggiling mengeluarkan asap, kotoran sisa

penggilingan dan debu yang cukup banyak. Aktivitas lain tampak warga

sedang membakar sampah di halaman rumah.Hasil observasi di RW 04

sumber air yang digunakan warga sebagian besar menggunakan air arthetis

dan sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk Pembuangan Sampah di rw 04

tampak sungai digunakan warga untuk membuang sampah dan terdapat 12


warga sedang membakar sampah di depan rumah.Berdasarkan hasil

wawancara dengan ketua RW dikatakan bahwa mayoritas dari warganya

adalah lansia dan dewasa. Lansia di wilayah ini sudah jarang mengikuti

posyandu lansia karena jarak posyandunya jauh di wilayah RW 04.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa dan pihak puskesmas

didapatkan hasil kesehatan pada lansia di RW 03 kebanyakan dari mereka

menderita hipertensi.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu, keluarga

dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan

konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya

menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan

secara mandiri menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,

kelompok, dan pemberdayaan masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mampunyai

keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar di

RW 04. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan

kelompok kerja kesehatan, revitalisasi Pokjakes, pelatihan kader, penyuluhan

kesehatan baik di Posyandu, Posbindu maupun di pengajian RT, pelaksanaan

Posyandu dan Posbindu, kerja bakti, dan pelatihan herbal. Sedangkan

pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat


menjadi kader posyandu maupun posbindu dan mengaktifkan masyarakat

untuk mengikuti kegiatan kerja bakti.

Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat

memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan

masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi

terkait, Pokjakes dan seluruh komponen desa untuk mengikutsertakan warga

dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang

dimotori oleh Pokjakes Sumber Sehat diharapkan dapat mengenal masalah

kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan

bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan,

menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat.

Dalam praktek keperawatan komunitas difokuskan kepada masalah

keperawatan yang timbul pada masyarakat yang dimungkinkan oleh karena

masalah kesehatan secara umum. Dengan keterbatasan waktu, sumber daya

manusia dan jam praktek maka masalah dibatasi dalam lingkup masalah

keperawatan. Dalam praktek keperawatan komunitas kali ini kelompok

memfokuskan masalah di bidang kesehatan.

Selain itu, selama proses belajar praktek keperawatan komunitas, mahasiswa

mengidentifikasi populasi dengan risiko dan sumber yang tersedia untuk


bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan

komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat

akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang

kompeten dalam memberikan asuhan Keperawatan Komunitas, untuk

mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan.

Salah satu cara memperoleh pengalaman adalah melalui praktik program

profesi ners komunitas di RW 04 Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen,

Demak.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat di RW 04 Desa Sumberejo

Kecamatan Mranggen Kab Demak.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RW 04 Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kab Demak selama 2x dalam 1minggu

diharapkan mahasiswa dapat :


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di RW

04 Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak

b. Merumuskan alternatif untuk memecahkan masalah yang telah

teridentifikasi

c. Memperoleh pengalaman dalam mengenal situasi dan kondisi kesehatan

masyarakat.

d. Memperoleh pengalaman dalam mengenal dan menentukan sumberdaya

di masyarakat.

e. Memperoleh pengalaman dalam mengelola asuhan keperawatan

komunitas.

f. Memperolah pengalaman dalam mengidentifikasi atau membantu

masyarakat, mengenal masalah-masalah kesehatan di masyarakat dan

berupaya menanggulangi permasalahan yang ada bersama masyarakat.

g. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan (penyuluhan) kepada

masyarakat.

h. Menanggulangi masalah keperawatan dalam memecahkan masalah

keperawatan dengan cara bekerjasama dengan kelompok kerja

kesehatan, melakukan kemitraan dengan pihak Puskesmas dan aparat

desa.

i. Meningkatkan empowering masyarakat dalam meningkatkan self care

individu, keluarga dan masyarakat di wilayah RW 04 Desa Sumberejo,

kecamatan Mranggen.
j. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menggunakan

strategi pendidikan kesehatan pada masyarakat sebagai upaya

pencegahan terjadinya suatu penyakit di wilayah RW 04 Desa

Sumberejo, kecamatan Mranggen

k. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi

masalah kesehatan yang ada di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak.

C. MANFAAT LAPORAN

Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Masyarakat di Desa Sumberejo

Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan

lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada

serta pelayanan sosial serta kegiatan sosial kemasyarakatan.

2. Puskesmas

Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan

kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat RW 04 Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kab Demak.

3. Mahasiswa / Penyusun

Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam

memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan

komunitas khususnya di RW 04 Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

Kab Demak.
4. Pendidikan

Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners fakultas ilmu

keperawatan dan kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

khususnya di bidang keperawatan komunitas, selain itu sebagai bahan

pertimbangan dalam pengembangan model praktek keperawatan komunitas

selanjutnya

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik

Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 04 Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demakini sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan sistematika penulisan laporan.

Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari paradigma sehat, tinjauan tentang

pelayanan kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran perawat

komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori dan model, dan

pengorganisasian masyarakat.

Bab III : Aplikasi asuhan keperawatan komunitas RW 04 desa Sumberejo

kecamatan Mranggen Kab Demak yang terdiri dari, tahap persiapan, tahap

pengkajian, analisa data, pembobotan masalah keperawatan komunitas,

Prioritas diagnose keperawatan komunitas, perencanaan, tahap pelaksanaan,

dan tahap evaluasi.

Bab IV : Pembahasan terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan


Bab V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama

Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam

jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan

bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran

terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif. Paradigma sehat ditetapkan sebagai model pembangunan kesehatan

di Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upaya-

upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan

rehabilitatif (Depkes, 2001). Unsur penting dalam paradigma sehat meliputi;

Program dan kebijakan yang Bottom-up, mentalitas proaktif, pemberdayaan

sumber daya lokal, pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, sistem

prabayar pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan multi sektor.

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan

gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau

yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari

masyarakat (Stanhope, 2004).


Menurut Helvie, tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan

utama adalah:

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan

implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.

2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.

3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik self care pada

masyarakat.

4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan

kesehatan dan kepada masyarakat.

5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek

keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan

menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

1. Individu sebagai klien

Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi

kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan

spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).

2. Keluarga sebagai klien

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar

manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu


kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,

harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

3. Masyarakat sebagai klien

Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas

sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,

mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir

tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara

mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat

(Mubarak, 2005).

B. Konsep Keperawatan Komunitas

Menurut Riyadi(2001) keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan

biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus

hidup manusia.

Kemudian menurut Handerson (1980) dalam Ali. Z (2001) menjelaskan

bahwa pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik

sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk

peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu

tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.


Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat (1990) dijelaskan

bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan

masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara

aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif

secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan

(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu

institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi,

2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan

beberapa prinsip, yaitu:

1. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat

yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan

yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian

(Mubarak, 2005).
2. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat

berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas

sektoral (Riyadi, 2007)

3. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,

klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik

mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

4. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas

dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian melakukan

upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas

(Mubarak, 2005).

5. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau

melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam

perawatan kesehatan masyarakat adalah :

1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga


masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Naomi, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008). Menurut

Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep

pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).

2. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok

masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di

dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies

dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan

upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan

masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian

masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan

masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat

yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan

pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat

(community development) (Palestin, 2007).


3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau

memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam hal ini

adalah masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri

terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan

kesehatan dan kese ahteraan (Palestin, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan

masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-

komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya

kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang

dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan

masyarakat (Palestin, 2007).

4. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses

pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi

transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,

pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk

membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).


Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan

kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat.

Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk

meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat

(Palestin, 2007). Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah

individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun

sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy,

1998), sasaran ini terdiri dari :

a. Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh

dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada

individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya

mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena

adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,

kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007).

b. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat

secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara

perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya

sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam

fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat

dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan


fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri

dan aktualisasi diri (Riyadi,2007).

c. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan

(Mubarak, 2005).

d. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga

dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan

untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada

tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan

mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).

Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat

sekolah, perawat kesehatan kerja dan perawat gerontologi.

a. Perawat keluarga

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat

kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu

kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan

perawatan sebagai upaya (Ande, 2009).


b. Perawat keluarga

Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang

dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga

disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan

keputusan independen dan interdependen dan secara langsung

bertanggung gugat terhadap keputusan klinis. Peran perawat keluarga

adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan

menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan

di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan

konsultasi (Ande, 2009)..

c. Perawat kesehatan sekolah

Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak

ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan

mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam

perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan

praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu,

kelompok dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah

merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat,

menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama

perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran

penunjang adalah guru dan kader (Ande, 2009).


d. Perawat kesehatan kerja

Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan

dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala

bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health

Nursing). Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan

untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di

tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan

lain-lain.Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup

pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan

kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi

management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas

(Ande, 2009).

e. Perawat gerontologi

Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan

memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di

berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk

mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi

mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama

pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan.

Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga

kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan

keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan

kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan

menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi

dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan,

konsultasi , penelitian dan administrasi.

Sedangkan menurut Stanhope dan Lancaster (2004) unsur-unsur

perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai

perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:

a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan

b. Merupakan bidang khusus keperawatan

c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)

d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya

preventif dan promotif

f. Melibatkan partisipasi masyarakat

g. Bekerja secara team (bekerjasama)

h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku


i. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah

j. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat

kesehatan masyarakat secara keseluruhan

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,

maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai

landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan

komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang

memberikan perhatian tetrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-

kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan

prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan

(Stanhope, 2004).

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu manusia,

kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah

pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya

berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan

masyarakat yang sehat pada umumnya


c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus

terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan

bagian integral dari upaya kesehatan

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok

tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang

diberikan berlangsung secara berkesinambungan

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan

klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan,

menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan

mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan

masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus

menerus

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung

jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong,

mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka

sendiri
Gambar 1. Paradigma Keperawatan

(Neuman & Fawcett, 2002)

Model sistem Neuman (Neuman & Fawcett, 2002) mempunyai empat

komponen utama yang dapat digambarkan sebagai interaksi antar ranah

(domain), yaitu: orang, lingkungan, kesehatan, dan ilmu keperawatan.

Komponen dan terminologi yang terkait dengan ranah-ranah tersebut

adalah:

a. Sistem klien : struktur dasar, garis penolakan, garis

pertahanan
normal, dan garis pertahanan fleksibel.

b. Lingkungan : internal, eksternal, diciptakan, dan stressor.

c. Kesehatan : rentang sehat-sakit (wellness-illness

continuum)

d. Keperawatan : upaya pencegahan (preventif), konstitusi

ulang

(reconstitution), promosi kesehatan .

Neuman (1995) menguraikan model keperawatan sebagai suatu konsep

berdasarkan sistem yang komprehensif. Hal ini menempatkan klien dalam

suatu perspektif sistem yang holistik dan multi-dimensi. Model

digambarkan sebagai gabungan dari lima variabel yang saling berinteraksi,

idealnya berfungsi secara harmonis dan stabil dalam kaitannya dengan

stressor lingkungan internal maupun eksternal yang sedang dirasakan pada

saat tertentu oleh klien sebagai sebuah sistem.

a. Manusia (Klien)

Sistem klien terdiri dari satu rangkaian lingkaran konsentris yang

mengelilingi dan melindungi struktur dasar (basic structure). Tingkatan

dari masing-masing lingkaran memiliki tugas pertahanan spesifik dan

terdiri dari lima variabel, yaitu : (1) fisiologis, (2) psikologis, (3)

perkembangan, (4) sosial budaya, dan (5) rohani.


Gambar 2. Garis pertahanan didalam struktur komunitas

(Anderson & McFarlan, 2008)

Lingkaran terjauh atau garis pertahanan fleksibel (flexible line of

defense) merupakan pertahanan awal untuk melawan stressor dan


penyangga kondisi kesehatan yang normal. Garis pertahanan normal

(normal line of defense) adalah basis yang dimanfaatkan oleh sistem

klien untuk menghindari dampak dari stressor, dimana tergantung dari

kondisi kesehatan seseorang. Garis-garis perlawanan (lines of

resistance)melindungi struktur dasar bilamana suatu stressor dapat

melampaui garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal

(Neuman, 1995).

Variabel-variabel yang membangun sistem klien, menurut Neuman

(1995) antara lain: variabel fisiologis, psikologis, sosial budaya, rohani,

dan perkembangan. Variabel-variabel tersebut dibentuk berdasarkan

pengalaman masa lalu dan material yang sudah ada dalam struktur dasar,

mereka saling berinteraksi satu sama lain dan unik dalam setiap sistem

klien. Susunan variabel kemudian akan diteruskan melalui keluarga dan

masyarakat, dengan jalan tersebut sistem klien memelihara

karakteristiknya dari satu generasi ke generasi lainnya (Reed, 2003).

b. Lingkungan (Stressor)

Menurut Neuman (1995), stressor dalam konteks lingkungan klien dapat

disebabkan oleh berbagai faktor eksternal atau internal, dan dapat

berdampak negatif maupun positif bagi seseorang. Stressor dapat

dirasakan oleh klien secara berulang, sehingga klien akan merespon dan

akan memodifikasi atau mengubahnya. Terdapat tiga hal yang dapat

membedakan dampak stressor terhadap sistem klien, yaitu : kekuatan


stressor, jumlah stressor, dan elastisitas garis pertahanan fleksibel.

Stressor lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai : (1) intra-personal,

(2) inter-personal, dan (3) ekstra-personal. Keberadaannya dalam diri

klien sama halnya dengan stressor yang ada di luar sistem klien.

c. Keperawatan (Konstitusi)

Rekonstitusi menggambarkan suatu upaya pengembalian dan perbaikan

stabilitas sistem yang selalu menyertai tindakan perawatan reaksi stress

klien, dimana dapat menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih tinggi

atau lebih rendah daripada sebelumnya (Neuman, 1995). Sebelumnya

Neuman (1989) mendefinisikan rekonstitusi sebagai suatu kondisi

adaptasi terhadap stressor lingkungan internal maupun eksternal, dimana

dapat dimulai dari derajat atau tingkat reaksi apapun. Rekonstitusi

ditandai dengan beberapa tahapan aktivitas untuk menuju tujuan yang

diinginkan.

Rentang Sehat Sehat Sakit

Sejahtera sehat sehat setengah sakit sakit mati

sekali normal sakit kronis

Gambar 3. Rentang Sehat-sakit

(Hidayat, 2004)
Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem

terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai 5

variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam

komunitas yaitu biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan

spiritual.

Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu,

keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan

kesehatan. Menurut Anderson dan McFarlane (2008) kesehatan masyarakat

ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan

lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan

yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.


Gambar 4. Community as partner model

(Anderson & McFarlan, 2008)

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau

diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan

primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang

menyebabkan terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi

kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup

peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus

terhadap penyakit.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat

terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya

masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri

dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga

memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan

penyakit.

3. Pencegahan Tersier

Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan

setelah terjadi gangguan beberapa system tubuh. Pencegahan tersier


dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan atau menetap atau

tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai tujuan

pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakit

tetapi juga mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang

optimal dari ketidakmampuannya.

C. Tujuan perawat komunitas

1. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

Menurut Anderson dan McFarlane (2008), tujuan dari perawatan

kesehatan komunitas antara lain :

a Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap masalah kesehatan

umum untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang

optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan

kapasitas yang mereka miliki.

b Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang

dihadapi

2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah

3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan

atau keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka

hadapi

5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan

atau keperawatan

6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pelayanan kesehatan/keperawatan

7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan,

dan

9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas

dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta

diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan

terhadap masalah kesehatan.

D. Sasaran perawat komunitas

Menurut Anderson dan McFarlane (2008), sasaran perawatan kesehatan

komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang

sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

a. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena


ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka

akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,

mental maupun sosial.

b. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala

keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam

suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau

adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila

salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah

kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota

keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan

jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang

sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya

adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan petumbuhannya, seperti:

a) Ibu hamil

b) Bayi baru lahir

c) Balita

d) Anak usia sekolah

e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit

kelamin lainnya.

b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes

mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain

sebagainya.

3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a) Wanita tuna susila

b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu

d) Dan lain-lain

4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a) Panti wredha

b) Panti asuhan

c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

d) Penitipan balita

d. Tingkat komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga

dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan

untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat

komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.


E. Strategi perawatan komunitas

1. Pendidikan kesehatan

Menurut Mc Murray (2003) pendidikan kesehatan adalah beberapa

rencana pendidikan yang bertujuan untuk memelihara kesehatan

masyarakat. Bentuk dari pendidikan kesehatan adalah program

pendidikan kesehatan yang disusun untuk mengurangi resiko dimana

peran dari penyuluh kesehatan adalah memberikan informasi pilihan bagi

masyarakat mengenai pemberdayaan sumber daya manusia dalam

memilih cara-cara sehat untuk hidupnya. Elemen-elemen penting dalam

pendidikan kesehatan yaitu:

a. Perencanaan

b. Respon audience

c. Setting tempat dan waktu

d. Kemampuan konselor (penyuluh kesehatan)

e. Metode evaluasi

Sedangkan Menurut Stanhope dan Lancaster (2004) promosi kesehatan

adalah sekumpulan kegiatan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk

memperoleh gaya hidup sehat. Perbedaan antara promosi dan pendidikan

kesehatan yaitu promosi kesehatan lebih berfokus pada wujud kegiatan

sedangkan pendidikan kesehatan lebih berfokus pada teknik pelaksanaan

kegiatan.
2. Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat (Empowering)

Menurut McMurray (2003) empowering adalah suatu strategi kesehatan

masyarakat pada tingkat komunitas yang berbentuk partisipasi dari

masyarakat dalam upaya perubahan derajat kesehatan. Konsep

empowering berdasarkan pada kondisi masyarakat yang sakit atau

penyembuhan terhadap suatu penyakit berdasarkan informasi dan support

system yang ada sehingga mampu memperbaiki kondisi masyarakat

sehingga dapat menjadi lebih baik atau sembuh.

Sedangkan menurut Anderson dan McFarlane (2008) peran perawat

dalam pemberdayaan komunitas adalah membangun kemitraan yang

efektif melalui partisipasi komunitas. Pemberdayaan melalui partisipasi

masyarakat memiliki tiga elemen penting yaitu:

a. Partisipasi adalah suatu proses aktif yang tidak mengandung makna

pemaksaan nilai-nilai dari kelompok atau organisasi kepada

komunitas

b. Partisipasi termasuk juga pilihan dimana masyarakat memiliki hak

dan kekuatan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi

kehidupan mereka

c. Keputusan yang merupakan hasil partisipasi harus cenderung efektif

dan ada system social yang memungkinkan keputusan tersebut di

implementasikan
3. Bekerjasama dengan kelompok

Menurut Stanhope dan Lancaster (2004) kelompok adalah sekumpulan

individu yang berinteraksi dan mempunyai tujuan atau berbagai tujuan

dimana tiap anggota saling mempengaruhi dan sebaliknya dipengaruhi

oleh masing-masing anggota lain dalam keadaan tertentu. Bekerjasama

dengan kelompok-kelompok merupakan ketrampilan penting dari

perawatan masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat yang

bekerjasama dengan kelompok-kelompok harus mempunyai pengertian

tentang konsep-konsep kelompok, berpraktik dalam kerja kelompok, dan

menghargai pemakaian proses kelompok. Melalui kelompok orang bisa

menyatakan pandangan dan menghubungkannya dengan pandangan

orang lain.

Tujuan utama bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat

adalah untuk membuat perubahan-perubahan kesehatan yang diperlukan.

Pengelompokan-pengelompokan yang cocok untuk pekerjaan terdiri dari

kelompok-kelompok yang sudah terbentuk dan kelompok-kelompok

masyarakat yang bersanksi dan kelompok-kelompok yang anggotanya

diseleksi oleh perawat yang mewakili berbagai sector masyarakat.

Kelompok-kelompok masyarakat yang ada dibentuk untuk maksud-

maksud masyarakat yang lebih luas seperti kelompok eksekutif yang

dipilih, kelompok perencana kesehatan, kelompok aktifitas wanita,

konsultan masyarakat yang merupakan sumber-sumber yang sangat baik


untuk pengkajian kesehatan karena merupakan bagian dari maksud-

maksud yang sedang berlangsung untuk menentukan dan memberi respon

kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat (Stanhope, 2004).

4. Kemitraan

Menurut Stanhope dan Lancaster (2004) kemitraan merupakan konsep

esensial bagi perawat kesehatan masyarakat karena merupakan konsep

masyarakat, klien masyarakat dan kesehatan masyarakat. Kemitraan

didefinisi sebagai tenaga yang terinformasi, fleksibel, didistribusi

berdasarkan negoisasi (redistribusi) tenaga diantara para peserta dari

proses perubahan demi peningkatan kesehatan. Peran dari mitra-mitra

dalam kesehatan mencakup memperhatikan dengan penuh simpati,

memberi nasehat, melakukan rujukan yang menggunakan program-

program yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk kemitraan antara lain :

a. Kemitraan pasif yaitu penduduk atau masyarakat dipandang sebagai

sumber-sumber data dan resipien intervensi

b. Kemitraan aktif yaitu menekankan pada kekuatan yang dibagi

diantara yang awam dan professional pada seluruh perjalanan proses

pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi

Kemitraan antara anggota komunitas dengan para professional perawatan

kesehatan sangat penting untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif

dalam rangka meningkatkan kesehatan. Perawat membentuk kemitraan


dengan klien, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan

penyembuhan dan derajat kesehatan. Proses pengembangan hubungan

penyembuhan atau asuhan oleh perawat dalam komunitas mencerminkan

interaksi diantara empat komponen utama paradigma keperawatan yaitu

kesehatan, lingkungan, klien dan perawat (Anderson & Mcfarlane, 2008)

5. Peran Perawat komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat

diantaranya adalah:

1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan

yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).

2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara

terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi

perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat

kesehatan yang optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses

membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau

masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan


untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan

dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005).

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses

keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan

pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan

perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama

pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi

perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).

3. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik

dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan

dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).

4. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat

komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya

melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997).

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan

termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,


memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien

(Mubarak, 2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab

membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari

berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain

yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas

yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus

dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan

berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai

kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan

beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie,

1997).

6. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara

bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli

radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses

penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama


merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap

proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk

merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).

7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani

perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini

dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi

kesehatan (Helvie, 1997).

8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut

masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta

berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,

pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997).

9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,

merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota

tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional

(Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and

Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif

merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada

dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa

perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi

dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali

kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan

peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,

membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien

melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.

Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien

untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :

pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care

Provider And Researcher)


Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada

masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.

Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain

juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).

6. Ruang lingkup keperawatan komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat menurut Anderson dan

Mcfarlane (2008) , meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan

kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan

sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).

a Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

7) Pendidikan seks
b Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas

maupun kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas

ataupun di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

c Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota

keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau

masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

Puskesmas dan rumah sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin

dan nifas

4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-

kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

Kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

e Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan

kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah

kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita

suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok

masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan

lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat

untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah

kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan


yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan

pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

7. Asuhan Keperawatan Komunitas

Target keperawatan komunitas adalah:

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat

diterima semua orang dari berbagai golongan

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam

hal ini komunitas

3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima

pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik

4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat

mendukung maupun mengahambat

5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat

6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat, maka

dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik

keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,

keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian

terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)


terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi

keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri

dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur

dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi

terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat

pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitatif

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung

secara berkesinambungan

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam

kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status


kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di desa Pamijen.

7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang

direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang

digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di

dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah

kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat

ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah

tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,

2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1) Wawancara atau anamnesa

2) Pengamatan

3) Pemeriksaan fisik
Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber

data yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber,

yaitu :

1) Sensus

Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus

dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat.

Data Statistik Vital :

Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang

tercatat secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan,

dan perceraian, yang dikumpulkan secara terus-menerus oleh

badan pemerintahan.

1) Laporan Penyakit yang Terinformasikan

Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang

dilaporkan oleh departemen kesehatan baik pusat maupun

daerah tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara

legal. Secara legal laporan penyakit yang ditugaskan mungkin

tidak mewakili seluruh kasus penyakit sehingga laporan

tersebut tidak menyajikan penjelasan yang valid tentang

penyakit yang terjadi di masyarakat. Dalam prakteknya,

petugas kesehatan mungkin gagal untuk memberikan laporan

penyakit yang seharusnya dilaporkan.


2) Catatan Medis dan Rumah Sakit

Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam

penelitian kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan

inipun tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid

tentang kesehatan komunitas.

3) Catatan Autopsi

Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien

menderita sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy

tidak dilakukan pada semua kasus kematian. Catatan autopsy

meliputi kasus-kasus kematian akibat tindak kekerasan yang

tidak proporsional dan penyebab kematian seseorang yang

tidak diketahui sampai autopsy dilakukan.

b. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data

denga cara sebagai berikut :

1) Klasifikasi data atau kategori data

2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly

3) Tabulasi data

4) Interpretasi data

c. Analisis data

Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis

adalah :

1) Kategorisasi
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu

jika pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat

dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian

komunitas meliputi:

a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin,

dan kelompok etnik dan ras).

b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran

lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan).

c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,

pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau

kepemilikan rumah).

d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat

pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya).

2) Ringkasan

Berupa diagram dan grafik.

3) Pembandingan

Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data

adalah mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan

kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti

kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah menganalisa

secara kritis data dan menyadari potensi terjadinya kesenjangan

dan kehilangan data.

4) Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data

yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik

simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan

diagnosa keperawatan komunitas.

d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat

dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian

masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh

karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

e. Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan

keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai

kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):

1) Perhatian masyarakat

2) Prevalensi kejadian

3) Berat ringannya masalah

4) Kemungkinan masalah untuk diatasi

5) Tersedianya sumberdaya masyarakat

f. Aspek politis

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas

sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam


keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope ,

Lancaster, 1988 :

No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot

1 - 10 Rasional Makna masalah

1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah

2 Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah

3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah

4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi

5 Bertanya akibat jika masih tetap

6 Cepat masalah teratasi

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi

(potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung

komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau

symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005).

3. Perencanaan keperawatan.

Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun

berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana

keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana

tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk

menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).


4. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan

yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat

kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan

lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan

anggota masyarakat (Mubarak, 2005).

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada

keperawatan komunitas adalah :

a. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan

mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)

(Mubarak, 2005).

b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan

sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan

harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya

rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).

d. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan

dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta

kompeten (Mubarak, 2005).

e. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas

kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan

implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan

komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in

community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas

terdiri atas:

a. Pencegahan Primer

b. Pencegahan Sekunder

c. Pencegahan Tersier

5. Evaluasi atau Penilaian

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah

ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).


Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan

dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data

evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan

diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian

data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),

pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan

berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun semula. Sejalan dengan landasan teoretis dalam

menjalin kemitraan dengan komunitas, program evaluasi yang kita

jalankan didasarkan pada prinsip yang dikenukakan oleh Foundation,

W.K.K (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :

a. Memperkuat program

Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan

kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini

dengan cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan

dalam mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program

tersebut.

b. Menggunakan pendekatan multipel

Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan

bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul,

tetapi metode yang dipilih harus señalan anegan tujuan program.

c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata


Program berbasis dan berfokus-komunitas, yang berakar pada

comunitas nyata dan berdasarkan pengkajian comunitas, harus

memiliki rancangan evalausi untuk mengukur kriteria mengenai

pentingnya program tersebut bagi komunitas.

d. Menciptakan proses partisipasi

Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian,

analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi

mitra dalam evaluasi.

e. Memungkinkan fleksibilitas

Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak,

akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang

sering kali meningkat secara tajam dan komplek.

f. Membangun kapasitas

Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan

ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat

didalamnya. Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun

nonprofesional.

Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan

pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses

c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja

e. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka

waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan

Keterangan:

: peran masyarakat

: peran perawat

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang

terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,

menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan

kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan

masalah keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.


BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RW IV DUKUH

DUKOH DESAM SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN

KABUPATEN DEMAK

Dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan komunitas dan menerapkan konsep-

konsep asuhan keperawatan komunitas, maka kelompok Program Profesi Ners

Universitas Muhammadiyah Semarang mendapatkan tugas untuk melakukan

asuhan keperawatan komunias di Dukuh Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak yang di mulai pada tanggal 04 Mei 2015 sampai 13

Juni 2015.

Kegiatan kelompok kerja keperawatan komunitas akan dilaporkan sesuai dengan

proses keperawatan yang akan dipaparkan dalam tahapan meliputi : pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi, antara lain sebagai

berikut :

A. Tahap Persiapan

Kegiatan keperawatan komunitas Program Profesi Ners di mulai dengan

tahap persiapan yang merupakan tahap awal dari semua kegiatan

keperawatan komunitas. Tahap persiapan di mulai dengan sosialisasi yang

dilakukan mahasiswa dengan masyarakat yaitu dengan cara pendekatan

dengan tokoh masyarakat, seperti Kepala Desa, Ketua RW, Ketua RT,

Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, kepala Dusun baik secara formal


maupun informal. Dalam tahap ini juga dilakukan penyusunan format

pengkajian komunitas di lingkungan RW IV. Tahap persiapan ini di mulai

tanggal 04 Mei 2015 sampai 13 Juni 2015.

B. Tahap Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan tahapa awal dimulainya tahap kegiatan

asuhan keperawatan komunitas. Pada tahap pengkajian hal yang diperoleh

adalah data dasar, data lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat.

Pengkajian data dasar dan observasi sekilas lingkungan (Windshiel Survey)

ini dilakukan dengan cara wawancara dengan tokoh masyarakat antara lain

dengan kepala desa, ketua RW, ketua RT dan kader kesehatan yang ada

dilingkungan RW 4 dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan.

Metode lain yang digunakan adalah metode analisa data sekunder dengan

melakukan pencarian data di puskesmas. Pengkajian data dimulai tanggal

04 Mei 2015-09 Mei 2015. Dalam acara pertemuan (Lokakarya Mini)

LOKMIN I yang dilakukan tanggal 25 Mei 2015 diadakan pembentukan

Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES). Sedangkan pengkajian data

masyarakat dilakukan dengan menggunakan teori konsep keperawatan

komunitas menurut Betty Newman yang meliputi 7 komponen/aspek

dalam masyarakat, yaitu :


1. Data Demografi

Data tersebut meliputi:

a. Identitas keluarga (KK) yaitu nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

agama, pendapatan perbulan, keikutsertaan asuransi kesehatan

b. Data anggota keluarga yaitu, nama, jenis kelamin, tanggal

lahir/umur, hubungan dengan KK, pendidikan, pekerjaan, status

kesehatan dan keterangan.

2. Lingkungan Fisik

Data kesehatan lingkungan fisik meliputi perumahan, ventilasi,

pencahayaan, sumber air, pemanfaatan sumber air, kepemilikan

jamban dan septik tank, pengurasan bak air, keberadaan jentik, tempat

penampungan air, cara pembuangan sampah, sistem pembuangan.

3. Kondisi Kesehatan Umum

Meliputi pelayanan kesehatan, masalah kesehatan khusus.

4. Ibu Hamil dan Keluarga Berencana

Meliputi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan keikutsertaan keluarga

berencana.

5. Balita

Meliputi Posyandu, KMS, BB balita, status imunisasi, pemberian ASI

dan makanan tambahan, penimbangan dan pemanfaatan fasilitas

kesehatan.
6. Anak dan Remaja

Meliputi kegiatan dan kebiasaan serta penyakit yang diderita anak dan

remaja.

7. Usia Lanjut

Meliputi keberadaan lansia di keluarga, kesehatan lansia saat ini,

keluhan, tindakan yang diberikan dan kegiatan/aktifitas lansia.

Berdasarkan data yang diperoleh populasi di RW IV Desa Sumberejo

sebanyak 301 KK. Maka, untuk menentukan besarnya sampel digunakan

teknik sampel proporsi yaitu dengan menggunakan rumus :

Jumlah KK = 301 jiwa

N
n= 2
1+ N ( d)

301
n= 2
1+301( 0.05)

301
n=
1+301( 0.0025)

301
n=
1.7515

n=172 jiwa

Jumlah sample tiap RT

N RT × n
RT 1=
N
47 × 172
RT 1=
301

RT 1=27

N RT × n
RT 2=
N

37 ×172
RT 2=
301

RT 2=21

N RT ×n
RT 3=
N

46× 172
RT 3=
301

RT 3=26

N RT × n
RT 4=
N

42 ×172
RT 4=
301

RT 4=24

Hasil data sampel yang diperoleh, data sudah mewakili keseluruhan hasil

dari pengkajian.

Hasil data pengkajian disajikan sebagai berikut:

Data hasil windshield survey di RW IV Dukuh Dukoh Desa Mranggen

Kecamatan Mranggen.
1. Core

a. Batas Wilayah

Batas wilayah RW IV Dukuh Dukoh :

1) Utara : RW III Dukuh Dukoh

2) Barat : RW V Dukuh Dawung

3) Selatan : RW VI Dukuh Puro

4) Timur : RW III Dukuh Dukoh

2. Sub Sistem

a. Lingkungan

1) Perumahan

a) RT 01

Saat melakukan observasi 8 dari 20 rumah berjenis tidak

permanen, 2 dari 20 rumah tidak memiliki ventilasi udara,

10 dari 20 rumah mempunyai pencahayaan kurang baik, 10

dari 20 rumah tidak memiliki pagar tanaman.

b) RT 02

Saat melakukan observasi di RT 02 terdapat 6 dari 10

rumah tidak permanen, ada 9 dari 10 rumah tidak memiliki

ventilasi udara, 6 dari 10 pencahayaan tidak ada. Terdapat 4

dari 10 rumah permanen dan jarak antar rumah berkisar

antara 1-3 meter. Terdapat 3 rumah belum memiliki pagar

tanaman.
c) RT 03

Hasil observasi terdapat 4 dari 10 rumah tidak permanen,

ada 7 dari 10 rumah tidak memiliki ventilasi udara, 5 dari

10 pencahayaan tidak ada. Terdapat 6 dari 10 rumah

permanen dan jarak antar rumah berkisar antara 1-3 meter.

Terdapat 5 rumah belum memiliki pagar tanaman.

d) RT 04

Hasil obervasi terdapat 6 dari 10 rumah tidak permanen,

ada 6 dari 10 rumah tidak memiliki ventilasi udara, 5 dari

10 pencahayaan tidak ada. Terdapat 4 dari 10 rumah

permanen dan jarak antar rumah berkisar antara 1-3 meter.

Terdapat 5 rumah belum memiliki pagar tanaman.

2) Pekarangan

a) RT 01

Saat observasi di RT 01 tampak pekarangan rumah warga

dimanfaatkan untuk menjemur jagung. Pekarangan tampak

bersih, tidak terdapat tumpukan sampah dan terdapat

beberapa tanaman. Ditemukan beberapa selokan dengan

kondisi yang tidak mengalir. Air dalam selokan tersebut

berwarna kehitaman dan keruh.

Adanya kegiatan masyarakat yaitu sedang menggiling

jagung yang berada tepat di pinggir jalan utama kampung.


Mesin yang digunakan untuk menggiling mengeluarkan

asap, kotoran sisa penggilingan dan debu yang cukup

banyak. Aktivitas lain tampak warga sedang membakar

sampah di halaman rumah.

b) RT 02

Saat observasi di RT 02 tampak pekarangan rumah warga

dimanfaatkan untuk menjemur jagung dan singkong.

Pekarangan juga digunakan untuk membakar tumpukan

sampah. Ditemukan beberapa selokan dengan kondisi yang

tidak mengalir. Air dalam selokan tersebut berwarna

kehitaman dan keruh. Terdapat kandang ayam yang kurang

bersih. Aktivitas lain tampak warga sedang membakar

sampah di halaman rumah.

c) RT 03

Saat observasi di RT 03 tampak pekarangan rumah warga

dimanfaatkan untuk menjemur jagung dan tempat ternak.

Ditemukan beberapa rumah di gang kecil terdapat selokan

dengan kondisi yang air tidak mengalir dengan baik. Air

dalam selokan tersebut berwarna kehitaman dan keruh.

Terdapat kandang ayam dan kandang kambing yang kurang

bersih. Aktivitas lain tampak warga sedang bermain

badminton di lapangan pada sore hari.


d) RT 04

Saat observasi di RT 04 tampak pekarangan rumah warga

dimanfaatkan untuk menjemur jagung. Ditemukan beberapa

rumah di gang kecil, terdapat selokan dengan kondisi yang

air tidak mengalir dengan baik. Air dalam selokan tersebut

berwarna kehitaman dan keruh serta terdapat sampah.

Terdapat 1 rumah yang juga digunakan untuk penggilingan

padi.

3) Sumber Air

Hasil observasi di RW 04 sumber air yang digunakan warga

sebagian besar menggunakan air arthetis dan sumur untuk

kebutuhan sehari-hari.

4) Pembuangan Sampah

Hasil obsevasi di rw 04 tampak sungai digunakan warga untuk

membuang sampah dan terdapat 12 warga sedang membakar

sampah di depan rumah.

5) MCK

Hasil observasi di RW 04 terdapat MCK yang terletak di luar

rumah. Kondisi MCK semi permanen dan masih terdapat

warga yang memanfaatkan sungai sebagai MCK.


b. Pelayanan Kesehatan Sosial

Hasil observasi terdapat 1 puskesmas pembantu yang hanya

melakukan pelayanan kesehatan setiap hari rabu. Hasil observasi di

RW 04 juga di dapatkan 1 tenaga kesehatan yaitu bidan.

c. Ekonomi

Hasil observasi mayoritas pekerjaan penduduk yaitu petani, buruh

pabrik dan wiraswasta, penunjang ekonomi di RW 04 juga bisa di

lihat dari jumlah toko di RW 04 ada 6 toko.

d. Transportasi dan Keamanan

Hasil observasi di peroleh untuk menuju ke pelayanan kesehatan,

mayoritas warga memakai kendaraan sendiri berupa sepeda motor

atau sepeda. Alat transportasi angkutan umum tidak tersedia,

namun terdapat ojek motor.

Sistem keamanan di wilayah Dukuh Dukoh, masih menerapkan

sistem pos kamling. Jumlah pos ronda di wilayah RW 04 terdapat 4

pos ronda.

e. Pemerintahan

Hasil observasi di wilayah RW 04 terdapat 1 kantor balai desa dan

tidak terdapat kantor partai politik.

f. Komunikasi

Berdasarkan hasil observasi mayoritas warga yang sudah

memanfaatkan fasilitas komunikasi, seperti handphone. Terdapat 1

buah papan informasi di wilayah RW 04. Informasi yang berkaitan


dengan warga biasanya disiarkan melalui pengeras suara seperti di

mushola.

g. Pendidikan

Hasil observasi warga di RW 04 tingkat pendidikan warga

beragam, ada yang hanya tamatan SD, ada juga yang sanpai

perguruan tinggi. Terdapat 1 TPQ di lingkungan RW 04.

h. Rekreasi dan olahraga

Hasil observasi di RW 04 tidak terdapat tempat rekreasi. Mayoritas

warga RW 04 hanya menonton televisi dengan keluarga, anak-anak

bermain dengan teman sebaya di dekat rumah. Selain itu, juga

terdapat tempat olahraga berupa lapangan bulu tangkis, tenis meja,

lapangan sepak bola di wilayah RW 04.


Data Hasil Pengkajian Awal

Di Dukuh Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

1. Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04 berhubungan dengan

perilaku masyarakat dalam pencegahan DHF

2. Resiko peningkatan ISPA di RW 04 berhubungan dengan

kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan

a. Tipe rumah
b. Kebersihan perabotan rumah

c. Jarak Rumah Warga Dengan Jalan Di RW IV


d. Polusi Udara

e. Pengelolaan Sampah
3. Tingginya keluhan perubahan kesehatan pada lanjut usia di RW 04

berhubungan dengan perilaku tidak sehat lansia

a. Keluhan sakit lansia

b. Kebiasaan olahraga lansia


c. Riwayat hipertensi lansia

d. Kebiasaan Lansia Berobat Di RW IV


4. Tingginya kasus TB paru di RW 04 berhubungan dengan perilaku

penderita TB yang tidak sehat

a. Ketersediaan Kamar Untuk Penderita TB

b. Kecukupan Pencahayaan Ruangan


c. Kebiasaan Menutup Mulut

d. Kebiasaan Membuang Ludah


C. Analisa Data

DATA MASALAH
WINSHIELD SURVEY:

Hasil pengamatan di RW 04, di temukan beberapa selokan Resiko terjadi penyakit

dengan kondisi air yang tidak mengalir dan terdapat jentik-jentik DHF di RW 04

nyamuk. Air dalam selokan tersebut berwarna kehitaman dan berhubungan dengan

keruh. Sebagian warga ada yang membuang sampah di sungai. perilaku masyarakat dalam

Juga di temukan beberapa rumah di gang kecil terdapat selokan pencegahan DHF, ditandai

dengan kondisi yang air tidak mengalir dengan baik. Hasil data dengan tempat tendon air

yang di dapatkan dari Puskesmas Mranggen di RW 04 yang tidak ditutup 41%,

merupakan RW dengan jumlah DBD tinggi angka kejadian dari tempat minum air hewan

bulan September pada tahun 2014 di temukan 7 kasus DBD dan yang tidak bersih 43%,

banyak ditemukannya jentik-jentik nyamuk pada rumah warga. tidak menggunakan Abate

57.8%, dan pernah terjadi

WAWANCARA : wabah DBD 12.1%, serta

Hasil wawancara dengan petugas kesehatan di Puskesmas terhentinya kader PSN

Mranggen, terdapat 1 orang meninggal pada tahun 2014 yang yang ada di RW 04.

disebabkan karena DBD. Terdapat wabah DBD pada bulan

Maret 2015. Hasil wawancara pada kader kesehatan di RW 04

terdapat kader PSN di RW 04, namun tidak berjalan.

ANGKET :

Berdasarkan angket yang telah disebar pada warga RW 04

didapatkan data pendukung sebagai berikut :


a. Tempat tandon air untuk memasak dalam keadaan selalu

tertutup yaitu selalu ditutup 59%, sedangkan tidak ditutup

sebanyak 41%.

b. Tempat penampungan air minum hewan peliharaan dalam

keadaan bersih yaitu bersih 56,6%, dan yang tidak bersih

43,4%.

c. Menggunakan kelambu saat anak sedang tidur yaitu

86,7%, sedangkan yang tidak menggunakan kelambu

yaitu 13,3%.

d. Menutup tempat tendon air yang ada didalam maupun

diluar rumah yaitu 84,4%. Sedangkan yang tidak menutup

tempat tendon air yang ada didalam maupun diluar rumah

sebanyak 15,6%.

e. Menutup rapat tempat penampungan air bersih untuk

memasak yaitu 93,6%, sedangkan yang tidak menutup

tempat penampungan air bersih sebanyak 6,4%.

f. Menelungkupkan barang atau kaleng yang tidak terpakai

sehingga dapat menjadi tempat penampungan air yaitu

8,84% sedangkan yang tidak menelungkupan sebanyak

11,6%.

g. Menguras bak mandi secara teratur 1 minggu sekali

sebanyak 95,4%, sedangkan yang tidak menguras bak

mandi secara teratur sebanyak 4,6%.


h. Menguras tempat penampungan air untuk memeasak

minimal 3 hari sekali yaitu 97,7%, sedangkan yang tidak

menguras tempat penampungan air 2,3%.

i. Menggunakan bubuk abate/memelihara ikan untuk

membersihkan jentik nyamuk sebanyak 42,2%, sedangkan

yang tidak menggunakan sebanyak 57,8%.

j. Menggunakan obat nyamuk untuk mencegah gigitan

nyamuk sebanyak 85,5%, sedangkan yang tidak

menggunakan 4,5%.

k. Menggantungkan pakaian dan handuk didalam rumah

sebanyak 8,1% sedangkan yang tidak menggantungkan

91,9%.

l. Warga RW 04 tidak ada yang menderita gejala demam

seperti panas 2-7hari, bercak-bercak kemerahan, mimisan,

muntah darah dengan persentasi 100%.

m. Warga RW 04 yang berpendapat pernah ada wabah

demam berdarah sebanyak 12,1% sedangkan yang

mengatakan tidak pernah ada 2 wabah demam berdarah

sebanyak 87,9%.
WINSHIELD SURVEY:

Hasil pengamatan di RW 04, ditemukan adanya kegiatan Resiko peningkatan ISPA

masyarakat yaitu sedang menggiling jagung yang berada tepat di di RW 04 berhubungan

pinggir jalan utama kampung. Mesin yang digunakan untuk dengan kurangnya

menggiling mengeluarkan asap, kotoran sisa penggilingan dan kesadaran masyarakat


debu yang cukup banyak. Aktivitas lain tampak warga sedang dalam menjaga

membakar sampah di halaman rumah. Banyak warga yang lingkungan, ditandai

merokok pada tempat umum serta saat berkumpul dengan warga dengan :

yang lain. a. Jumlah tipe rumah tidak

permanen 34.7%.

WAWANCARA : b. Jenis lantai rumah dari

Wawancara yang telah dilakukan pada RW 04 didapatkan hasil, tanah 41%.

warga mengatakan banyak anak yang mengalami batuk pilek, c. Cara membersihkan

serta sesak nafas. Warga mengatakan sering merasa terganggu rantai rumah hanya di

ketika warga lainnya melakukan penggilingan jagung. Hasil sapu saja 52%

wawancara pada ketua RW 04 mayoritas warga mengelola d. Rumah dengan ventilasi

sampah dengan cara di bakar. kurang 75.1%.

e. Perabotan rumah yang

ANGKET : berdebu 56.6%.

Berdasarkan angket yang telah disebar pada warga RW 04, f. Jarak rumah dengan

didapatkan data pendukung sebagai berikuit : jalan utama < 5 meter

a. Tipe rumah di RW 04, 41% semi permanen dan 34.7% 80.9%.

tidak permanen. g. Anggota keluarga yang

b. Jenis lantai rumah tanah 41%, sedangkan plester 34.7%. merokok 49.1%.

c. Cara membersihkan lantai rumah yang hanya disapu saja h. Pengelolaan sampah

sebanyak 52%. dengan dibakar 49.1%.

d. Ketidakcukupan ventilasi di dalam rumah yaitu 24.9%.

e. Kebersihan perabotan rumah berdebu 56,6%


f. Cahaya matahari yang bisa masuk didalam rumah yaitu

24.9%.

g. Jarak rumah dengan jalan < 5 meter yaitu 80.9 %.

h. Kebersihan rumah berdebu 56.6%.

i. Rumah yang halamandepanya tidak terdapat tanaman

yaitu 48%.

j. Keadaan jalan yang ada dimasyarakat adalah cor 86.7%,

sedangkan yang tanah 13.3%.

k. Letak rumah berdekatan dengan home industry kayu

sebanyak 1.7%.

l. Letak rumah yang dekat dengan jalan umum sehingga

pada musim kemarau debu menjadi polusi udara, yaitu

80.9%.

m. Adanya anggota keluarga yang merokok yang merokok

yaitu 49.1%.

n. Warga RW04 melakukan kebersihan dalam rumah seperti

tempat tidur, sofa ruang tamu,kamar yaitu 54,9%.

o. Pengelolaan sampah di RW 04 dengan dibakar yaitu

sebanyak 49.1%, dan yang dibuang disungai sebanyak

21.4%.

p. Di lingkungan RW 04 banyak yang membakar sampah,

sehingga menyebabkan kabut asap sebanyak 85.5%.

q. Setiap rumah pada RW 04 terdapat dapur sebanyak 100%.


r. Warga yang memasak menggunakan kayu bakar sebanyak

39.6%.

s. Cara warga dalam hal pembuangan asap saat memasak

melalui jendela 52,6%,sedangkan melalui pintu 47,4%.

WINSHIELD SURVEY:

Hasil wawancara pada salah satu warga RW 04 RT 01 yaitu Tingginya keluhan

warga di sekitar RW 04 banyak yang mengalami darah tinggi perubahan kesehatan pada

serta nyeri pada kepala dan tengkuk. Warga tidak pernah ke lanjut usia di RW 04

pelayanan kesehatan untuk memeriksakan tekanan darah, sakit berhubungan dengan

akan hilang dengan istirahta tanpa menggunakan obat. perilaku tidak sehat lansia,

ditandai dengan :

WAWANCARA : a. 67.7% lansia makan-

Hasil pengamatan dan wawancara di RW 04, ditemukan masih makanan asin yang

banyaknya masyarakat yang belum bisa mengontrol gaya hidup, dapat menyebabkan

pola makan, dan banyak pula masyarakat yang berusia diatas 50 hipertensi.

tahun. Masih banyak warga yang terlihat merokok. b. Lansia mengkonsumsi

minyak goreng jlantah

ANGKET : berulang-ulang 74.6%.

Berdasarkan angket yang disebar pada Rw 04 didapatkan data c. Keluhan yang diderita

pendukung sebagai berikut: lansia batuk pilek


a. Jenis keluhan yang di derita lansia yaitu batuk pilek, 31.3%, nyeri sendi

31,3%, batuk berdahak ≥ 2 minggu 13,8% sesak nafas, 33.3%, dan darah tinggi

nyeri sendi 33,3%, darah tinggi 21,5% 21.5%.

b. Keluhan lansia yang sering di derita 3 bulan terakhir d. Keluhan lansia yang

yaitu batuk pilek 19%, sesak nafas 5,6%, darah tinggi diderita 3 bulan terakhir

11,8%, nyeri sendi 36,4%, sakit kepala 27,2% nyeri sendi 36.4%, sakit

c. Jenis lantai rumah beralas tanah 29,6%, plester 63,4%, kepala 27.2%, batuk

keadaan lantai rumah berdebu 70,46%, bersih 29,6% pilek 19%, dan darah

d. Upaya yang dilakukan lansia ketika sakit yaitu periksa ke tinggi 11.8%.

layanan kesehatan 38%, periksa ke dokter 46,5%, dan e. 39.4% lansia

yang dibiarkan 9,9% mempunyai kebiasaan

e. Lansia mempunyai kebiasaan tidak berolahraga yaitu minum kopi.

94,4% f. 35.2% lansia

f. Lansia mempunyai kebiasaan minum kopi yaitu 39,4% mempunyai kebiasaan

g. 100% lansia di RW 04 tidak mengkonsumsi alcohol beli obat di warung.

h. Lansia yang mengkonsumsi makanan asin yaitu 67,6%

i. Lansia yang mengkonsumsi makanan yang berlemak

yaitu 52,1%

j. Lansia yang menggunakan minyak goreng yang

berulang-ulang /jlantah yaitu 74,6%

k. Lansia mengkonsumsi makanan dengan bahan pengawet

15,5%

l. Kebiasaan tidur lansia 8jam 49,3%, tidur < 8 jam 39.4%


m. Lansia mempunyai keluhan tekanan darah tinggi yaitu

88,7%

n. Lansia mengkonsumsi makanan yang di masak dengan

banyak minyak, mentega,/santan yaitu 78,9%

o. Kebiasaan lansia sebelum berobat ke pelayanan

kesehatan yaitu beli obat diwarung 35,2%

p. Rutinitas lansia pada waktu senggang yaitu berkebun

80,3%
WINSHIELD SURVEY:

Hasil kunjungan dan wawancara pada Ny. P (70th), didapatkan Tingginya kasus TB paru

data bahwa Ny. P sudah mengidap TB Paru selama ± 7 bulan di RW 04 berhubungan

dan sudah menjalani pengobatan secara teratur. Gejala yang dengan perilaku penderita

masih timbul antara lain batuk berdahak tetapi tidak sering dan TB yang tidak sehat di

sesak nafas. Berdasarkan hasil wawancara pada Ny. P dan tandai dengan :

keluarga terdapat riwayat keluarga dengan TB Paru yaitu suami a. Rumah tidak terdapat

Ny. P dan anak pertama. Hasil pengamatan pada kondisi rumah jendela 60%.

Ny. P, didapatkan lantai masih berupa tanah, dinding rumah dari b. Tidak membuka jendela

anyaman bambu, tidak punya kamar mandi, tidak ada tempat setiap hari 53.3%.

untuk pembuangan sampah, tidak terdapat ventilasi, kompor c. Sinar matahari tidak

berupa tungku dan terdapat tumpukan kayu bakar di dapur, dan dapat masuk dalam

ada kandang ayam tepat di depan pintu masuk rumah. rumah 40%.

d. Sinar matahari tidak

masuk ruang tidur 40%.

WAWANCARA : e. Meludah sembarangan


Hasil wawancara dengan kader kesehatan di RW 04 mengatakan 66.7%.

bahwa terdapat 1 orang yang mengidap TB Paru sejak ± 12 f. Tidak menutup mulut

bulan yang lalu dan sudah menjalani pengobatan selama ± 7 saat batuk 60%.

bulan. Berdasarkan wawancara dengan kader kesehatan

didapatkan bahwa mayoritas masyarakat tidak mengetahui

tentang TB Paru sehingga selama ini perilaku masyarakat

cenderung tidak peduli terhadap penderita TB Paru dan

penanganannya.

ANGKET :

Berdasarkan angket yang telah disebar pada Rw 04 didapatkan

data pendukung sebagai berikut :

a. Pada RW 04 terdapat lansia yang berjenis laki-laki

53,3%, sedangkan perempuan 46,7%.

b. Pendidikan lansia rata-rata yaitu tidak tamat SD 33,3%

dan tamat SLTP yaitu 46,7%

c. Pekerjaan lansia rata-rata yaitu petani 73,7%, sedangkan

yang tidak bekerja 20%

d. Sudah berapa lama tinggal dirumah ini yaitu lebih dari 6

bulan yaitu 100%,

e. Kamar tersendiri untuk anggota keluarga menderita TB

paru yaitu 80%

f. Rumah lansia terdapat jendela yaitu : 40%


g. Tidak membuka jendela rumah setiap hari yaitu : 53.3%

h. Sinar matahari tidak dapat masuk dalam rumah 60%

i. Sinar matahari tidak dapat masuk dalam ruang tidur

dengan terang dan tidak silau sehingga dapat di

pergunakan dapat membaca dengan normal yaitu 60%

j. Sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan melalui

jendela 60%

k. Menurut keluarga apakah perlu menutup mulut saat

batuk/bersin yaitu tidak 60%

l. Membuang ludah sembarangan yaitu 66,7%

m. Berapa kali keluarga menjemur peralatan tidur

(bantal,guling,kasur) yaitu 1 kali /bulan 73,3%

n. Berapa kali mencuci seprai , sarung bantal, sarung

guling, dan selimut yaitu 4 kali/bulan 53,3%


D. Pembobotan Masalah Keperawatan Komunitas Di RW IV Dukuh Dukoh

Desa Sumberejo

No Masalahkesehatan A B C D E F G H I J K L M N
1 Terjadinya penyakit ISPA 4 3 1 1 1 2 5 2 1 2 5 4 31 3
2 Terjadinya penyakit akibat lingkungan 5 5 3 2 3 3 5 3 2 2 5 4 42 1

(DHF)
3 Terjadinya penurunan derajat kesehatan 5 4 2 2 1 1 4 2 3 2 5 4 35 2

pada usia lanjut


4 Terjadinya kasus TB Paru 4 4 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 30 4
KET :
H. Waktu
KET PEMBOBOTAN :
I. Dana
A. Risiko terjadi
J. Fasilitaskesehatan 1. Sangatrendah
B. Risiko parah K. Sumberdaya 2. Rendah
L. Sesuaidenganperanperawat 3. Cukup
C. Potensi untuk pendidikan kesehatan
M. Skortotal 4. Tinggi
D. Minat masyarakat
N. Urutanprioritas
5. Sangattinggi
E. Kemungkinan diatasi

F. Sesuai program

G. Tempat

E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04 berhubungan dengan perilaku

masyarakat dalam pencegahan DHF

2. Tingginya keluhan perubahan kesehatan pada lanjut usia di RW 04

berhubungan dengan perilaku tidak sehat lansia


3. Resiko peningkatan ISPA di RW 04 berhubungan dengan kurangnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan

4. Tingginya kasus TB paru di RW 04 berhubungan dengan perilaku

penderita TB yang tidak sehat


F. Rencana Keperawatan Komunitas

MASALAH
NO. TUJUAN KEGIATAN SASARAN WAKTU TEM
KESEHATAN
1. Resiko Tujuan umum : Penyuluhan :  Warga RW Rabu , 27 Mei Bala

peningkatan Setelah 1. Pemberiaan 04 2015

ISPA (Infeksi dilakukan pendidikan 18.30 WIB

Saluran tindakan kesehatan tentang

Pernafasan keperawatan penyakit ISPA dan

Akut) di komunitas perawatannya pada

wilayah RW 4 selama1,5 bulan masyarakat.

Dukuh Dukoh, diharapkan 2. Pemberian  Warga RW Kamis, 28 Mei Bala

Desa Sumberejo kesehatan pendidikan 04 2015

Kecamatan lingkungan kesehatan tentang 18.30 WIB

Mranggen tentang ISPA di cara pengelolaan

berhubungan RW 04 Dukuh sampah yang baik.

dengan Dukoh, Desa 3. Pemberian  Warga RW Jumat, 29 Mei Bala

kurangnya Sumberejo, pendidikan 04 2015

kesadaran Kecamatan kesehatan cara 18.30 WIB

masyarakat Mranggen, perawatan ISPA

dalam menjaga Kabupaten di rumah

lingkungan Demak terjaga.

Tujuan khusus : Kemitraan :


a. Memahami 1. Bersama  Warga RW Sabtu, 30 Mei Rum

tentang puskesmas 04 2015

penyakit merencanakan 10.00 WIB

ISPA. cara pengolaan

b. Memahami sampah yang baik

pengolahan

sampah. Empowering:

c. Memahami 1. Melibatkan  Warga RW 05 Juni 2015 Rum

tentang keluarga yang 04 09.00 WIB RT 0

deteksi dini memiliki balita

tanda dan untuk

gejala ISPA. berpartisipasi

dalam posyandu  Warga RW Minggu, 31

balita 04 Mei 2015

2. Melibatkan 09.00 WIB

keluarga untuk

menanam tanaman

di depan rumah.  Kader RW Senin, 01 Juni

3. Melatih kader 04 2015

untuk bisa 16.00 WIB

mengenal kasus

ISPA serta dapat

memberikan
penyuluhan

terhadap ibu

tentang ISPA
2. Resiko terjadi Tujuan umum : Penyuluhan :

penyakit DHF Setelah 1. Pemberian  Ibu-ibu RW Selasa, 02 Juni Rum

di wilayah RW dilakukan pendidikan 04 2015 RT 3

IV Dukuh tindakan kesehatan tentang 16.00 WIB

Dukoh Desa keperawatan penyakit DHF dan

Sumberejo komunitas perawatannya pada

Kecamatan selama 1,5 bulan masyarakat.

Mranggen diharapkan 2. Pemberian  Warga RW Kamis, 04 Juni Rum

Kabupaten warga pendidikan 04 (ibu-ibu 2015 RT 4

Demak mengetahui kesehatan tentang pengajian) 18.30 WIB

berhubungan penyakit DHF PSN dan 3M plus

dengan perilaku dan cara

masyarakat pencegahannya. Kemitraan :  Kader RW Jum’at, 05 Juni Rum

dalam 1. Bersama kader 04 2015 RW

pencegahan Tujuan khusus : menggalangkan 09.00 WIB

DHF. a. Memahami PSN

tentang (pemeriksaan

penyakit jentik nyamuk)  Warga RW Rabu, 03 Juni Rum

DHF. 2. Bersama 04 2015 RT 4

b. Memahami Puskesmas untuk 10.00 WIB

tentang pembagian bubuk


penatalaksana abate

an PSN

c. Memahami Empowering :  Warga RW Minggu, 07 Rum

pemeriksaan 1. Dilibatkannya 8 Juni 2015 RT 4

jentik masyarakat untuk 07.00 WIB

nyamuk. melakukan kerja

bakti terkait 3M

2. Membentuk kader  Kader RW Kamis, 04 Juni Rum

Jumantik dan 04 2015 RT 4

menambah 16.00 WIB

anggota kader

3. Dilibatkannya

TOMA & TOGA  Warga RW Jumat, 05 Juni Rum

untuk lebih aktif 04 2015 RT 4

dalam memotivasi 16.00

warga dalam hal

PHBS & PSN


3. Tingginya Tujuan umum : Penyuluhan :

keluhan Setelah 1. Pemberian Lansia dan Rabu, 03 Juni Rum

perubahan dilakukan pendidikan warga RW 04 2015 RT 1

kesehatan lansia tindakan kesehatan tentang 16.00 WIB

di RW 4 keperawatan penyakit nyeri

berhubungan komunitas sendi dan

dengan perilaku selama 1,5 bulan perawatannya


tidak sehat diharapkan (demonstrasi

lansia kualitas hidup teknik relaksasi,

lansia terapi Lansia dan Jumat, 05 Juni Rum

meningkat. komplementer, warga RW 04 2015 RT 2

modifikasi posisi 16..30 WIB

Tujuan khusus : duduk)

1. Masalah 2. Pemberian

kesehatan pendidikan

lansia dan kesehatan tentang

tumbuh penyakit

kembang Hipertensi dan Lansia di RW Jum’at, 05 Juni Rum

lansia DIIT yang 04 2015 RW

2. Perubahan- diberikan pada 09.00 WIB

perubahan lansia dengan

yang terjadi hipertensi. Lansia dan Rabu, 03 Juni Rum

pada lansia warga RW 04 2015 RT 0

dan Kemitraan : 10.00 WIB

perawatan 1. Bersama

pada lansia puskesmas

yang sakit. melakukan Lansia dan Sabtu, 06 Juni Bala

3. Mampu pemeriksaan fisik warga RW 04 2015

memberikan secara teratur. 16.00 WIB

perawatan 2. Bersama
dengan terapi puskesmas

komplemente membentuk Kader di RW Jumat, 05 Juni Rum

r POSBINDU di 04 2015 RT 0

RW 4 Dukuh 16.00

Dukoh

Sumberejo.

3. Bersama kader

melakukan senam

lansia di RW 04

Dukuh Dukoh

Sumberejo

Emporing :

Pembentukan kader

POSBINDU
4 Tingginya kasus Tujuan Umum : Penyuluhan :

TB Paru di RW Setelah 1. Pemberian Warga RW Minggu, 07 Rum

4 berhubungan dilakukan pendidikan 04 Juni 2015 RT

dengan perilaku tindakan kesehatan tentang 16..30 WIB 03

penderita TB kleperawatan penyakit TB dan

yanng tidak komunitas perawatannya pada

sehat selama 1,5 bulan masyarakat,

diharapkan tidak 2. Pemberian Warga RW Minggu, 07 Rum

terjadi pendidikan 04 Juni 2015 RT


peningkatan kesehatan tentang 16..30 WIB 03

angka kejadian cara pencegahan

TB pada warga TB.

di RW 4 Dukuh 3. Pemberian Warga RW Minggu, 07 Rum

Dukoh Desa pendidikan 04 Juni 2015 RT

Sumberrejo kesehatan tentang 16..30 WIB 03

Kecamatan cara penularan TB

Mranggen dalam 4. Pemberian Warga RW Minggu, 07 Rum

waktu 1 tahun pendidikan 04 Juni 2015 RT

kesehatan pada 16..30 WIB 03

Tujuan Khusus : kader tentang

1. Pengetahuan deteksi dini TB

masyarakat 5. Edukasi tentang Warga RW Minggu, 07 Rum

meningkat pentingnya peran 04 Juni 2015 RT

tentang PMO untuk 16..30 WIB 03

penyakit TB, penyembuhan TB

cara

pencegahan Kemitraan : Warga RW Senin, 08 Juni Rum

dan cara 1. Bersama 04 2015 RT

penularannya puskesmas 10.00 03

. melakukan

2. Memberdaya skrining TB pada

kan warga warga yg Penderita Tb Senin, 08 juni Rum


yang terkena dicurigai terkena Paru di RW 2015 RT

TB tidak TB 04 16.00 03

membuang 2. Puskesmas dan

dahak PMO bekerja

sembarangan sama untuk

. membantu

Memberdaya mengawasi Warga RW Selasa, 09 Rum

kan warga minum obat. 04 Juni 2015 RT

yang terkena 16.00 03

TB untuk Enpowering :

dalam 1. Melibatkan TOMA

penggunaan dan TOGA untuk Warga RW Minggu, 07 Rum

masker berperan aktif 04 Juni 2015 RT

dalam program 18.30 03

PMO.

2. Melibatkan

keluarga untuk

berperan aktif

sebagai PMO pada

anggota keluarga

yang terkena TB
G. Tahap Pelaksanaan Implementasi Keperawatan Komunitas

Setelah dilakukan penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan-

kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan di Dukuh

Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan maranggen dilakukan dimulai tanggal

27 Mei 2015 sampai 8 Juni 2015 bersama POKJAKES.

1. Diagnosa Keperawatan Komunitas I

Resiko terjadi penyakit DHF di wilayah RW IV Dukuh Dukoh Desa

Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak berhubungan

dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan DHF.

Implementasi :

a. Melakukan pendidikan kesehatan tentang DHF dan cara

perawatanya pada tanggal 2 Juni 2015.

b. Melakukan kerja bakti terkait 3M (menguras, mengubur, dan

menutup) bersama warga pada tanggal 7 Juni 2015.

c. Melakukan program PSN (Pemantauan Sarang Nyamuk) pada

tanggal 7 Juni 2015.

2. Diagnosa Keperawatan II

Tingginya keluhan perubahan kesehatan lansia di RW 4 berhubungan

dengan perilaku tidak sehat lansia.

Implementasi :

a. Melakukan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan nyeri

sendi berdasarkan keluhan dan terlaksananya pendidikan kesehatan

tentang penyakit hipertensi pada tanggal 5 Juni 2015.


b. Melakukan kegiatan posyandu lansia bersama kader pada tanggal 5

Juni 2015.

c. Memberikan penyuluhan tentang cara pembuatan parem untuk

mengurangi nyeri sendi pada tanggal 5 Juni 2015

3. Diagnosa Keperawatan III

Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di

wilayah RW 4 Dukuh Dukoh, Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen

berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga

lingkungan.

Implementasi :

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara

perawatanya pada tanggal 27 Mei 2015.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara

perawatanya pada kader kesehatan pada tanggal 1 Juni 2015.

c. Melakukan penyuluhan tentang komposisasi sampah organik pada

tanggal 28 Mei 2015.

d. Melakukan penyuluhan tentang pemisahan sampah organik dan

non organik pada tanggal 28 Mei 2015.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Tingginya kasus TB Paru di RW 4 berhubungan dengan perilaku

penderita TB yanng tidak sehat

a. Melakukan pendidikan kesehatan pada penderita TB Paru pada

tanggal 07 Juni 2015.


b. Memberikan edukasi pada PMO (Pengawas Menelan Obat) pada

tanggal 07 Juni 2015.

c. Melakukan skrining TB Paru pada penderita dan warga sekitar

rumah penderita. Skrining dilakukan pada tanggal 08 Juni 2015.

d. Pengadaan botol sputum untuk pemeriksaan sputum pasien kerja

sama dengan Puskesmas Mranggen 1

e. Melakukan pembentukan PMO bersama keluarga penderita, PMO

yang ditunjuk yaitu dari keluarga penderita TB Paru pada tanggal

07 Juni 2015.

H. Tahap Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan unutk menyelesaikan masalah keperawatan di

Dukuh Dukoh Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Demak, maka

dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan dari kegiatan tersebut sesuai

dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul.

1. Diagnosa Keperawatan Komunitas I

a. Evaluasi Struktur

1) Mahasiswa siap melakukan pendidikan kesehatan Dengue

High Fever (DHF) dan cara perawatannya.

2) Materi penyuluhan telah siap sebelumnya.

3) Tersedianya tempat, waktu, saran dan prasarana untuk kegiatan

pendidikan kesehatan.
4) Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan DHF siap

mengikuti kegiatan penyuluhan.

5) Informasi tentang pendidikan kesehatan tersebar rata ke seluruh

RT.

6) Warga siap melakukan kegiatan kerja bakti terkait 3M.

7) Mahasiswa dan POKJAKES siap melakukan kegiatan PSN.

b. Evaluasi Proses

1) Keluarga menerima kehadiran mahasiswa dan POKJAKES saat

melakukan kegiatan PSN.

2) Warga antusias dalam melakukan kegiatan kerja bakti terkait

3M.

c. Evaluasi Hasil

1) 75% warga mengikuti kegiatan kerja bakti terkait 3M.

2) 75% warga telah mengikuti kegiatan PSN.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas II

a. Evaluasi Struktur

1) Mahasiswa siap melakukan pendidikan kesehatan tentang

perawatan nyeri sendi dan penyakit hipertensi.

2) Materi penyuluhan telah siap sebelumnya.

3) Tersedianya tempat, waktu, saran dan prasarana untuk kegiatan

pendidikan kesehatan.

4) Mahasiswa siap melakukan penyuluhan cara pembuatan parem

untuk menurangi nyeri sendi pada lansia


5) Informasi tentang pendidikan kesehatan tersebar rata ke seluruh

RT

b. Evaluasi Proses

1) Sebanyak 41 orang lanjut usia datang untuk mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

2) Lansia berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan

kesehatan.

c. Evaluasi Hasil

1) 40% lansia mampu mengikuti cara pembuatan parem saat

dilakukan penyuluhan.

2) 40% lansia mampu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan

tentang penyakit hipertensi dan perawatan nyeri sendi.

3. Diagnosa Keperawatan Komunitas III

a. Evaluasi Struktur

1) Mahasiswa siap melakukan pendidikan kesehatan infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) dan cara perawatannya.

2) Materi penyuluhan telah siap sebelumnya.

3) Tersedianya tempat, waktu, saran dan prasarana untuk kegiatan

pendidikan kesehatan.

4) Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan ISPA siap

mengikuti kegiatan penyuluhan.

5) Informasi tentang pendidikan kesehatan tersebar rata ke seluruh

RT.
b. Evaluasi Proses

1) Keluarga menerima kehadiran mahasiswa dan penyuluhan

dapat diberikan pada keluarga.

2) POKJAKES dan warga ikut berpartisipasi aktif dalam

penyebaran leaflet.

3) Kader kesehatan sejumlah 80% bersedia datang dan aktif

selama kegiatan penyuluhan.

c. Evaluasi Hasil

1) 80% kader mengikuti kegiatan penyuluhan dan mampu

menjelaskan kembali tentang ISPA.

2) 75% keluarga memahami tentang ISPA dan cara perawatannya

yang dimanifestasikan dapat menjelaskan kembali hal yang

telah dijelaskan.

3) Kader kesehatan menyatakan kesediaan untk melakukan

kegiatan penyuluhan tentang ISPA secara berkesinambungan.

4. Diagnosa Keperawatan Komunitas IV

a. Evaluasi Struktur

1) Mahasiswa siap melakukan pendidikan tentang TB Paru dan

cara perawatannya.

2) Materi penyuluhan telah siap sebelumnya.

3) Tersedianya tempat, waktu, saran dan prasarana untuk kegiatan

pendidikan kesehatan.
4) Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan TB Paru siap

mengikuti kegiatan penyuluhan.

5) Informasi tentang pendidikan kesehatan tersebar rata ke seluruh

RT.

6) Botol sputum siap diberikan kepada anggota keluarga yang

menderita ataupun curiga TB Paru.

7) Anggota keluarga yang akan menjadi PMO siap mengikuti

penyuluhan.

b. Evaluasi Proses

1) Warga yang di curagai menderita TB Paru bersedia di periksa

sputumnya.

2) Warga menerima mahasisiwa saat dilakukan penyuluhan

3) Keluarga yang di tunjuk menjadi PMO bersedia mengikuti

penyuluhan

c. Evaluasi Hasil

1) Skrinning dilakukan pada 6 orang di RW 04 dengan gejala

batuk lebih dari 3 minggu, dari hasil skrinning didapatkan hasil

negatif pada 6 warga tersebut.

2) 70% warga memahami tentang TB Paru dan cara

perawatannya.

3) Warga bersedia menjadi PMO


BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival individu dan dalam

aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk

sampai pada hal ini profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan

masalah yang menggabungkan elemen yang diinginkan dari seni keperawatan

dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori dengan menggunakan metode

ilmiah (Shore, 1998).

Sistem pelayanan asuhan keperawatan menggunakan langkah-langkah pada proses

keperawatan, mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah atau kebutuhan

(diagnosa keperawatan), menetapkan tujuan-tujuan, mengidentifikasi hasil dan

memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil serta tujuan. Setelah

intervensi dilakukan perawat mengevaluasi efektivitas rencana keperawatan dalam

mencapai hasil serta tujuan yang diharapkan dengan menentukan apakah masalah-

masalah telah diselesaikan atau belum. Bila masalah yang telah teridentifikasi

masih belum terselesaikan sampai waktu yang telah ditetapkan, rencana harus

dibuat untuk pengkajian lebih lanjut, identifikasi masalah tambahan, perubahan

hasil dan tujuan yang diharapkan dan atau mengubah intervensi (Anderson &

McFarlan, 2008).
Meskipun digunakan istilah pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan,

implementasi dan evaluasi secara terpisah, langkah-langkah progresif pada

kenyataannya semua elemen ini saling berhubungan.kesemuanya membentuk

siklus yang kontinyu tentang pemikiran dan tindakan melalui kontrak dengan

individu dan masyarakat melalui asuhan keperawatan komunitas. Proses asuhan

keperawatan komunitas menggunakan pemikiran kritis, membuat metode

pemecahan masalah yang dinamis dan bersiklus. (Anderson & McFarlan, 2008).

Elemen penting yang memberikan asuhan keperawatan terencana yang efektif

adalah relevansinya sebagai pengidentifikasian dalam pengkajian individu, yang

membutuhkan area pengkajian fisik, psikologis, sosio cultural, spiritual, kognitif,

kemampuan fungsional, perkembangan, ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian ini

digabungkan dengan hasil-hasil temuan medis serta pemeriksaan diagnostik,

dicatat dalam data dasar dan membentuk dasar yang kuat untuk mengembangkan

rencana asuhan keperawatan (ANA, 1991).

A. Pengkajian

Tahap pertama dalam asuhan keperawatan komunitas, yaitu pengkajian yang

terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data. Dalam

pengumpulan data, data yang dikumpulkan meliputi data demografi (umur,

jenis kelamin, pendidikan, agama pekerjaan), nilai-nilai keyakinan

masyarakat, subsistem yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan

fisik, perumahan, pelayanan kesehatan, fasilitas komunitas keamanan dan


keselamatan politik dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan kesehatan,

keperawatan komunitas menurut Neuman (1989) dalam bukunya Lancaster

(2000) yang sudah dipaparkan dalam tinjauan teori pada Bab II. Sesuai

dengan teori pengkajian keperawatan menurut Anderson dan Mc Farlane

(2008) maka metode pengkajian yang dilakukan oleh kelompok adalah

observasi, wawancara, dan penyebaran angket.

Pengkajian adalah dasar pengidentifikasian kebutuhan, respon dan masalah.

Untuk memfasilitasi tahapan proses asuhan keperawatan harus dibuat alat

pengkajian yang menggunakan fokus keperawatan. Untuk mencapai fokus

tersebut menggunakan diagnosa yang dikelompokkan dalam kategori yang

berkaitan dan mencerminkan pembauran teori terutama hirarki kebutuhan

Maslow’s dan filosofi perawatan diri setelah data dikumpulkan diagnosa

ditegakkan yang berdasarkan respon atau kebutuhan masyarakat secara

spesifik. Dengan demikian dibutuhkan data sebanyak mungkin sebelum

rumusan masalah dibuat atau diagnosa ditegakkan.

Prioritas dan diagnosa keperawatan disusun dalam suatu prioritas yang dapat

berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Sedangkan hasil yang diharapkan

untuk memudahkan pemilihan intervensi yang tepat dan untuk berfungsi

sebagai evaluator keberhasilan asuhan keperawatan yang dilakukan.


Intervensi dirancang untuk menguraikan tindakan keperawatan yang

diharapkan dengan tindakan keperawatan tersebut akan dapat menyelesaikan

masalah keperawatan yang ditemukan.

Dalam melakukan pengkajian dengan menggunakan system pengkajian

winshield survey untuk memperoleh data dasar lingkungan fisik dan

pengkajian data dari masyarakat yang menggunakan metode observasi sekilas

dan wawancara terhadap masyarakat ( ketua RW, ketua RT dan kader

kesehatan) untuk memperoleh data tentang perumahan, lingkungan sekitar

rumah di wilayah RW 04, batas wilayah, kepadatan pemukiman penduduk,

jenis bangunan, jalan, sistem pembuangan sampah dan air limbah, pusat

pelayanan seperti sekolah, masjid dan pelayanan kesehatan yang ada serta

transportasi yang biasa digunakan masyarakat RW 04. Hal ini telah sejalan

dengan teori yang dijelaskan dalam asuhan keperawatan komunitas yang

mengatakan bahwa pengkajian ditujukan untuk menentukan semua informasi

kesehatan yang meliputi data demografi, pendidikan, kesehatan, agama,

ekonomi, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan

teknik pengumpulan data yang menggunakan data yang ada di masyarakat

dan mengumpulkan data tertentu secara langsung yang menggunakan angket

berisi pertanyaan tertutup dengan 2 sampai 5 option pilihan. Selain itu juga

memudahkan bagi responden untuk memutuskan jawaban terhadap

pertanyaan yang telah diajukan untuk memperoleh data dasar. Teknik

pengumpulan data dasar dengan menggunakan windshield survey merupakan


sistem pengkajian yang dapat menggambarkan data-data secara supervisial

dan dapat dilakukan secara cepat serta memungkinkan besarnya keterlibatan

masyarakat dalam pengumpulan data.

Sistem pengkajian dengan menggunakan windshield survey dapat membantu

mengidentifikasi data-data yang diperlukan sebelum survey dilaksanakan.

Akan tetapi teknik ini tidak dapat menggambarkan hasil pengkajian secara

mendalam dan data yang diperoleh tidak komprehensif sehingga masih perlu

dikombinasi dengan sistem pengumpulan data yang lain. Pengkajian dengan

melakukan kombinasi sistem winshield survey dan sistem pengkajian

komprehensif dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan observasi secara

langsung serta wawancara terhadap responden. Karena system windshield

survey berbentuk kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat sehingga

responden mengalami kesulitan dalam pengisian jawaban atau option dan

jawaban yang diberikan tidak mewakili keinginan responden sehingga masih

memerlukan penjelasan-penjelasan terlebih dahulu terhadap responden.

Ditinjau dari segi keefektifan dan keefisienan dengan menggunakan system

pengkajian windshield survey lebih menguntungkan dan lebih mudah karena

responden cukup memilih jawaban yang tersedia dan tidak memerlukan

pemikiran yang mendalam bagi responden. Akan tetapi teknik pengumpulan

data ini membutuhkan lebih banyak personel dalam pengumpulan data.

Sedangkan bila ditinjau dari segi waktu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan teknik windshield survey dapat mengumpulkan data dengan

cepat dalam waktu yang singkat. Demikian juga jika ditinjau dari alat

pengumpul data yang digunakan, sistem pengkajian windshield survey

menggunakan kuesioner yang dibuat untuk memudahkan pada saat dilakukan

pengumpulan data.

Dari hasil pengkajian diperoleh data dalam bentuk angka yang menunjukkan

jumlah dan prosentasi, hal ini menggambarkan keadaan masyarakat pada

umumnya sedangkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung

pada keluarga merupakaan data yang melengkapi dan mendukung data yang

diperoleh melalui kuesioner. Dengan demikian data yang diperoleh melalui

pengkajian secara komprehensif (penyebaran kuesioner, observasi secara

langsung dan wawancara kepada warga) merupakan data yang dapat

menggambarkan keadaan masyarakat yang sesungguhnya.

Pada pengkajian ini, kelompok melakukan pengumpulan data kesehatan

komunitas dengan menggunakan kuesioner dengan materi pertanyaan

berdasarkan konsep Betty Newman dan telah dikonsultasikan ke pembimbing

komunitas akademik. Setelah format pengkajian siap, maka penanggung

jawab masing-masing RT mempunyai hak otonom dalam mekanisme

pengumpulkan datanya, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan ketua RT,

karang taruna dan POKJAKES Sumber Sehat.


Dari pengumpulan data didapatkan bahwa mayoritas dari warga bekerja pagi

sampai sore hari dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih rendah.

Hal tersebut merupakan kendala terutama untuk mengumpulkan warga saat

dilakukan kegiatan, namun berkat bantuan dari aparat RW dan RT, dan model

pendekatan secara persuasif dengan mengikuti kebiasaan warga, maka

permasalahan tersebut dapat diatasi. Respon yang diberikan warga RW 04

sangat positif, dibuktikan dengan perhatian dari warga terhadap keberadaan

mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan proses

pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan baik.

Dari pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dialami

masyarakat, meliputi

1. Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04

berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan DHF

2. Resiko peningkatan ISPA di RW 04 berhubungan

dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan

3. Tingginya keluhan perubahan kesehatan pada lanjut

usia di RW 04 berhubungan dengan perilaku tidak sehat lansia

4. Tingginya kasus TB paru di RW 04 berhubungan

dengan perilaku penderita TB yang tidak sehat.


Dari keempat masalah yang ditemukan mahasiswa, maka dikembalikan

kepada masyarakat untuk dianalisa lebih lanjut. Perumusan masalah antara

mahasiswa dan warga hampir tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena

masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dalam hidup mereka.

Pengkajian yang berlangsung selama kurang lebih tujuh hari tersebut tidak

luput dari bantuan dan dukungan warga RW 04 Selanjutnya akan

diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengkajian, yaitu :

1. Kekuatan (Strengh)

Pada pelaksanaan pengkajian asuhan keperawatan komunitas di wilayah

RW 04 Desa Sumberejo mendapatkan dukungan dari kader kesehatan dan

aparat wilayah setempat, yaitu ketua RW, ketua-ketua RT, serta tokoh

agama sangat besar dalam mendukung kelancaran pelaksanaan

pengkajian asuhan keperawatan, selain itu warga masyarakat memiliki

kesediaan untuk berperan dalam pengisian angket.

2. Kelemahan (Weakness)

Pada saat pengkajian data yang diperoleh dari RW setempat masih kurang

lengkap seperti peta lokasi dan jumlah penduduk secara pasti. Tingkat

pendidikan yang bervariasi dan masih banyaknya yang berpendidikan

terakhir SD mempersulit dalam usaha pemerolehan data. Namun dengan

adanya peran serta aktif dari kader kesehatan, ketua RT dan tokoh

masyarakat yang ada maka kelemahan tersebut dapat diatasi. Selain itu
belum adanya dukungan masyarakat dalam hal pendanaan sehingga biaya

penggandaan angket ditanggung seluruhnya oleh mahasiswa.

3. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan yang mendukung pada saat pengkajian berlangsung, yaitu

adanya izin dari Kepala Desa Sumberejo bagi mahasiswa profesi

keperawatan FIKKES UNIMUS untuk melaksanakan praktek

keperawatan komunitas di wilayah RW 04 Desa Sumberejo serta

dukungan dari kader kesehatan untuk memperoleh data yang berkaitan

dengan kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah Desa Kangkung,

Mranggen, Demak.

4. Ancaman (Threat)

Validitas alat pengumpul data yang belum diukur dengan standar tertentu,

sehingga hasil dari penyebaran angket ini masih belum memberikan

gambaran tentang masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan

cepat. Solusinya sebelum data hasil pengkajian dianalisa, diuji terlebih

dahulu dengan uji konten dengan melakukan uji expert.

B. Perencanaan

Setelah dilakukan pengumpulan data selanjutnya dilakukan pengolahan data

dan dianalisa, kemudian data disajikan oleh kader dalam pertemuan dengan

masyarakat RW 04 Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Demak

(Lokakarya Mini I RW I). Setelah data terkumpul kemudian dianalisa


masalah yang muncul. Berdasarkan data kelompok mengangkat 4 masalah

kesehatan yang utama.

Selanjutnya setelah masalah keperawatan ditegakkan kemudian dirumuskan

suatu perencanaan kegiatan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Strategi

yang digunakan untuk mengatasi masalah yang muncul, yaitu dengan proses

kelompok, pendidikan kesehatan, serta mendemonstrasikan keterlibatan

masyarakat dalam asuhan keperawatan. Pada tahap perencanaan ini kelompok

menekankan pada 3 aspek penting yaitu pencegahan primer, pencegahan

sekunder, pencegahan tersier dengan menggunakan model pendekatan

pengembangan masyarakat (Locality Development) agar lebih memandirikan

masyarakat. Hal ini dilakukan melalui musyawarah bersama dengan warga di

rumah warga yang telah disepakati untuk menyusun rencana kegiatan.

Penyusunan rencana kegiatan ini dihadiri oleh ketua kepala desa, ketua RW,

ketua masing-masing RT 01-04 dan perwakilan tokoh masyarakat. Keempat

diagnosa keperawatan ini disusun pada saat Lokakarya Mini yang ke-1.

Rencana kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan dapat

disepakati saat lokakarya mini I. Adapun kegiatan-kegiatan yang disepakati

oleh mahasiswa dengan masyarakat antara lain:

1. Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04 berhubungan dengan perilaku

masyarakat dalam pencegahan DHF

b. Pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan cara merawatnya


c. Pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok

d. Pelatihan kader kesehatan lansia

e. Penyuluhan tentang obat herbal untuk mengatasi penyakit hipertensi

pada lansia

f. Senam lansia dan pralansia

2. Resiko terjadinya peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) di

wilayah RW I Desa Kangkung, Kecamatan Mranggen, Demak

berhubungan dengan perilaku masyarakat yang kurang sehat

a. Penyuluhan :

Pendidikan kesehatan tentang DHF dan cara perawatannya

Pendidikan kesehatan tentang pencegahan DHF

b. Kemitraan :

Pembagian bubuk abate bersama puskesmas

c. Empowering :

Melakukan kerjabakti terkait 3M

Melakukan PSN bersama kad

3. Resiko peningkatan ISPA di RW 04 berhubungan dengan kurangnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan

a. Penyuluhan :

Pemberiaan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara

perawatan pada masyarakat

Pemberiaan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara

perawatan pada kader kesehatan


Pemberian pendidikan kesehatan tentang komposisasi sampah

organik.

b. Kemitraan :

Bersama pemerintah pengadaan tempat sampah organic dan non

organik

c. Empowering:

Pembagian tempat sampah organic dan non organic

Melatih kader untuk bisa mengenal kasus ISPA.

mengajarkan warga dalam pembentukan Bank sampah

mensosialisasikan komposisasi sampah

memanfaatkan sampah plastik untuk kerajinan

4. Tingginya keluhan perubahan kesehatan pada lanjut usia di RW 04

berhubungan dengan perilaku tidak sehat lansia

a. Penyuluhan :

Pemberian pendidikan kesehatan tentang cara perawatan nyeri sendi

berdasarkan keluhan (misalnya : mengajarkan posisi yang benar saat

mengangkat beban yang berat, bila asam urat anjurkan minum air

putih yang banyak,)

Pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit Hipertensi dan

DIIT beserta perawatannya yang diberikan pada lansia dengan

hipertensi. 

b. Kemitraan :

Kegiatan posyandu lansia 


c. Emporing :

Senam lansia bersama warga RW 04 Sumberejo

Mengajarkan cara pembuatan parem

Pada tahap perencanaan ini dapat diidentifikasi adanya hal-hal yang

mempengaruhi penyusunan perencanaan kegiatan meliputi :

1. Kekuatan (Strengh)

Kekuatan dalam perencanaan tindakan yang akan dilakukan adalah

dukungan dan peran serta aktif masyarakat dalam menyusun rencana

kegiatan melalui pertemuan dengan kader dan tokoh masyarakat guna

merencanakan kegiatan dalam upaya mengatasi masalah kesehatan

komunitas yang optimal secara mandiri.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan dalam perencanaan tindakan yang akan dilakukan, yaitu

kurang disiplinnya beberapa warga dan kader untuk menepati waktu sesuai

dengan rencana dalam undangan, kurang optimalnya masyarakat

menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Akibat dari kelemahan tersebut perencanaan tidak berjalan sesuai waktu

yang telah ditetapkan. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan cara

mengaktifkan peran mahasiswa yang ada dengan mengarahkan kader dan

tokoh masyarakat. Selain itu, kelemahan lainnya adalah kader dan

masyarakat belum mengetahui secara pasti sumber-sumber dana yang

dapat membantu terlaksananya kegiatan, akan tetapi kelompok


menawarkan solusi dengan meminta sumbangan dana dari warga untuk

mendukung setiap kegiatan.

3. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan dalam perencanaan tindakan yang akan dilakukan

yaitu adanya izin dari Kepala Desa Kangkung bagi mahasiswa profesi

keperawatan FIKKES UNIMUS untuk melaksanakan praktek keperawatan

komunitas diwilayah RW 04 untuk membuat rencana kegiatan dalam

memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

4. Ancaman (Threat)

Ancaman yang ditemukan dalam perencanaan kegiatan yang akan

dilakukan adalah :

a. Ketidakhadiran perwakilan dari pihak Puskesmas Mranggen I untuk

menghadiri acara pertemuan dengan masyarakat dalam perencanaan

kegiatan bersama. Dengan kehadiran perwakilan dari institusi tersebut

diharapkan dapat meningkatkan motivasi masyarakat wilayah setempat.

Selain itu juga untuk memudahkan dukungan dalam penyediaan sarana

dan prasarana yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan yang

direncanakan. Akibat dari ketidakhadiran pihak Puskesmas Mranggen I

ini dapat diantisipasi dengan cara memberikan laporan hasil kegiatan

kepada Puskesmas Mranggen I.

b. Ancaman yang lain adalah adanya tamu undangan yang tidak dapat

hadir dikarenakan ada suatu urusan pribadi sehingga dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam penyusunan rencana kegiatan.


C. Pelaksanaan

Pelayanan Asuhan Keperawatan Komunitas atau yang sering disebut dengan

istilah implementasi mengacu pada teori sistem Newman (1957), kesehatan

masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan

lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan

yaitu pertama pencegahan primer, dari arti sebenarnya terjadi sebelum sakit

atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer

ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya

penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan

dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada

umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. Kedua pencegahan

sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan

derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan.

Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat,

memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.

Dan ketiga pencegahan tersier. Tingkat pencegahan ini adalah untuk

mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh.

Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk

menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada

tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

Dalam rangka upaya mengatasi masalah dengan menghilangkan atau

mengurangi penyebab terhadap empat masalah yang telah dirumuskan


berdasarkanhasil pengkajian dilakukan tindakan-tindakan antara lain,

Kegiatan yang direncanakan dan berhasil dilaksanakan antara lain :

Pendidikan kesehatan tentang DHF dan cara perawatannya , Pendidikan

kesehatan tentang pencegahan DHF, Pembagian bubuk abate, Melakukan

kerjabakti terkait 3M, Melakukan PSN bersama kader, Pemberiaan

pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan cara perawatan pada

masyarakat, Pemberiaan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan

cara perawatan pada kader kesehatan, Pemberian pendidikan kesehatan

tentang komposisasi sampah organic, Bersama pemerintah pengadaan tempat

sampah organic dan non organic, Pembagian tempat sampah organic dan non

organic, Melatih kader untuk bisa mengenal kasus ISPA., mengajarkan warga

dalam pembentukan Bank sampah, mensosialisasikan komposisasi sampah,

memanfaatkan sampah plastik untuk kerajinan, Pemberian pendidikan

kesehatan tentang cara perawatan nyeri sendi berdasarkan keluhan (misalnya :

mengajarkan posisi yang benar saat mengangkat beban yang berat, bila asam

urat anjurkan minum air putih yang banyak,), Pemberian pendidikan

kesehatan tentang penyakit Hipertensi dan DIIT beserta perawatannya yang

diberikan pada lansia dengan hipertensi, Kegiatan posyandu lansia, Senam

lansia bersama warga RW 04 Sumberejo, Mengajarkan cara pembuatan

parem, Pendidikan kesehatan tentang penyakit TB dan perawatannya,

Pendidikan kesehatan tentang cara pencegahan TB, Pendidikan kesehatan

bersama kader tentang deteksi dini TB, Edukasi mengenai pentingnya PMO

untuk penyembuhan TB, Melakukan skrining TB pada warga yang dicurrigai


terkena TB, Bersama puskesmas untuk pengadaan botol sputum,

Pembentukan PMO bersama warga.

Penyuluhan kesehatan pada masyarakat RW 04 Desa Sumberejo dilakukan

secara merata di tiap RT. Materi penyuluhan yang disampaikan disesuaikan

dengan rumusan prioritas masalah yang ada di RW 04, yaitu tentang DHF,

ISPA, degeneratif, dan TB Paru. Penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan

dengan kegiatan pengajian, pertemuan RT, Posyandu dan dilaksanakan

dengan mendatangi rumah warga satu per satu. Minat dan partisipasi

masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan tinggi, hal ini

ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang hadir dalam setiap kegiatan

penyuluhan kesehatan yang diadakan di RW 04. Akan tetapi jika ditinjau dari

bervariasinya latar belakang pendidikan dan usia masyarakat yang menerima

penyuluhan memungkinkan materi penyuluhan belum dapat dipahami secara

maksimal. Demikian juga jika ditinjau dari terbatasnya waktu yang tersedia

untuk diskusi dan tanya jawab, tidak memungkinkan untuk membahas materi

secara mendalam.

Kegiatan lain yang berhasil dilaksanakan adalah pembentukan posyandu

lansia yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juni jam 08.00 WIB-selesai

dilaksanakan di salah satu rumah warga di RT 01 desa Sumberejo dengan

sistem lima meja.


Kegiatan kerja bakti di masyarakat wilayah RW 04 dilaksanakan pada

tanggal 24 Mei 2015 berdasarkan dari pengamatan, partisipasi warga yang

mengikuti kerja bakti dapat dinyatakan bahwa warga memiliki kepedulian

terhadap kesehatan lingkungan mereka akan tetapi hal ini memerlukan

perhatian dan kesinambungan kegiatan yang dapat dilakukan secara rutin oleh

warga sehingga upaya pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh

lingkungan yang tidak sehat dapat dilakukan secara kontinyu. sehubungan

dengan lingkungan yang sehat.

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk menghilangkan atau

mengurangi penyebab terhadap masalah yang dirumuskan dapat dianggap

tindakan keperawatan komunitas telah dapat mengatasi masalah keperawatan

sebagaimana yang telah dirumuskan sebelumnya. Selanjutnya akan

diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan atau

implementasi yaitu :

1. Kekuatan (Strengt)

Kekuatan dalam melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-

masalah kesehatan tersebut adalah peran serta aktif masyarakat (RT,

RW, dankader kesehatan) dengan memberikan dukungan baik moril

maupun materiil sehingga memudahkan diadakan kegiatan-kegiatan

untuk mengatasi masalah kesehatan. Selain itu dengan adanya dukungan

dari pihak kelurahan dan institusi kesehatan masyarakat, dalam hal ini

yaitu Puskesmas Mranggen I.


2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan dalam mengatasi tindakan untuk menangani masalah

kesehatan tersebut adalah ketidakdisiplinan warga masyarakat dalam

setiap kegiatan dimana tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

sebelumnya. Selain itu, kegiatan yang mengundang Bidan Desa yang

tidak dihadiri oleh petugas atau pejabat yang bersangkutan.

3. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan dalam melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah

kesehatan tersebut adalah dukungan dan keterlibatan masyarakat dan

kader kesehatan dengan menyediakan sarana yang dibutuhkan serta

adanya program pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan seperti masalah lingkungan, peningkatan kesehatan balita serta

kesehatan lansia.

4. Ancaman (Threath)

Ancaman yang dirasakan dapat menghambat dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan adalah

setiap kegiatan membutuhkan biaya, sedangkan sumber dana dari RT

atau RW tidak ada dan tidak adanya alokasi dana dari pihak kelurahan

maupun puskesmas untuk kelancaran kegiatan tersebut.

D. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir asuhan keperawatan komunitas.

Evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan yang dicapai dengan


diarahkan pada penilaian terhadap program yang telah direncanakan

dibandingkan dengan tujuan. Evaluasi ini dijadikan dasar untuk menyusun

rencana tindakan selanjutnya. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas RW 04 Desa Sumberejo, evaluasi dilakukan sesuai teori dengan

menggunakan konsep evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil

kerja. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagian besar telah

dilakukan dengan baik oleh masyarakat bekerja sama dengan mahasiswa dan

kader kesehatan. Selain itu ada kegiatan yang perlu ditindaklanjuti dan

dibicarakan bersama-sama antara masyarakat dan kader kesehatan serta tokoh

masyarakat dalam kegiatan terminasi komunitas.

1. Evaluasi Struktur

Evaluasi struktur berupa evaluasi terhadap persiapan-persiapan yang

diperlukan selama pelaksanaan kegiatan meliputi pre planning, kontrak

waktu, dan media yang digunakan. Dari kegiatan yang telah

dilaksanakan, secara struktur kegiatan telah dilakukan seperti yang

dimaksud diatas, sebelum diadakan suatu kegiatan telah mempersiapkan

pre planning, kontrak waktu dengan warga dan mempersiapkan media

yang akan digunakan.

Dengan adanya evaluasi terhadap struktur kegiatan akan memberi arah

pada kemantapan persiapan yang akan dilakukan sehingga perencanaan


kegiatan akan lebih matang dan dapat memilih waktu yang tepat serta

media yang digunakan sesuai dengan jumlah dan karakteristik sasaran.

2. Evaluasi Proses

Pentingnya melaksanakan evaluasi proses kerja untuk mengetahui suatu

kegiatan yang dilakukan dari seberapa besar partisipasi audiens atau

sasaran dalam mengikuti suatu kegiatan. Hal ini sangat erat hubungannya

dengan topik yang tertuang, kebutuhan masyarakat serta media yang

digunakan.

Pada setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sebagian besar telah

ditentukan topiknya dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat

saat pengkajian yang dilaksanakan secara sistematis berdasarkan prioritas

masalah yang ditemukan, sedangkan penggunaan media telah

disesuaikan dengan jumlah audiens dan tingkat pendidikan serta usia

rata-rata audiens atau sasaran.

Akan tetapi evaluasi proses yang dilaksanakan menonjolkan kuantitasnya

saja, karena batasan evaluasi lebih condong pada ada tidaknya kriteria

yang ditentukan saat sebelum pelaksanaan kegiatan. Namun evaluasi ini

akan lebih sempurna apabila diukur juga secara kualitasnya dengan cara

mengobservasi lebih lanjut terhadap setiap item yang terdapat pada

evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil

Dari hasil evaluasi melalui pengamatan langsung yang dilakukan pada

tahap akhir setiap kegiatan dapat dinyatakan bahwa hampir rata-rata

mencapai 80 % telah terjadi peningkatan pengetahuan. Pada kader

sebagai sasaran utama kegiatan, hal ini mungkin ditunjang oleh motivasi

yang tinggi dari kader serta adanya tuntutan kebutuhan yang semakin

meningkat dari masyarakat. Keadaan ini sebagaimana digambarkan oleh

Kurt Lewin (1951) yang menjelaskan bahwa salah satu tahapan dari

perubahan yaitu pencairan (unfreezing), yaitu motivasi yang kuat untuk

beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada

merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan

diri dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan. Hal ini terjadi

menurut Maslow (1954) adanya tuntutan akan kebutuhan yang semakin

meningkat atau adanya kebutuhan yang belum terpenuhi sehingga akan

memotivasi perilaku untuk berubah.

Perubahan pada tingkat pengetahuan pada kader dan masyarakat di

wilayah RW 04 Desa Sumberejo mendorong masyarakat untuk bergerak

(berubah) yang dapat ditunjukkan dari aktifnya kader dalam mengikuti

kegiatan mulai dari pelatihan keterlibatan kader dalam membentuk

pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan atau direncanakan

sebelumnya.
Kurt Lewin (1951) menyatakan bahwa tahapan berikutnya pada

perubahan, yaitu dimana seseorang atau sekelompok orang bergerak

menuju pada keadaan yang baru atau tingkat dan tahap perkembangan

baru karena telah memiliki cukup infomasi, sikap dan pengetahuan untuk

berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-

langkah yang nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau tahapan

yang baru.

Pendapat ini dapat mengukur adanya perubahan terhadap kebutuhan

interpersonal menurut Maslow (1954), menjelaskan bahwa yang

melandasi kebutuhan perubahan sebagian besar perilaku seseorang yaitu

kebutuhan untuk melakukan sesuatu secara bersama, kebutuhan untuk

melakukan kontrol dan kebutuhan untuk menerima bantuan dan perasaan

atau kedekatan emosional.

Pada setiap item kegiatan yang telah dilaksanakan masih ada sebagian

belum dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini mungkin karena

adanya beberapa faktor penghambat sebagaimana yang dijelaskan pada

evaluasi hasil kegiatan. Sehingga dalam kegiatan ini masih memerlukan

adanya tindak lanjut agar tidak mengalami kemunduran atau kembalinya

pada keadaan semula atau sebelum dilakukan tindakan.


Salah satu tingkat perubahan paling akhir dalam suatu kegiatan dapat

diukur dari adanya tindak lanjut dalam kegiatan tersebut (Lewin, 1951).

Perubahan pada tahap ketiga akan dicapainya suatu tingkat atau tahapan

baru dimana akan terdapat suatu keseimbangan baru atau tidak

mengalami kemunduran atau kembali seperti semula. Oleh karena itu

harus ada umpan balik, kritik yang konstruktif dan upaya pembinaan

yang terus menerus.

Dalam pertemuan Lokmin wilayah RW 04 yang kedua yang merupakan

suatu kegiatan yang bertujuan untuk melakukan evaluasi secara

komprehensif, kemudian pada akhir kegiatan dilakukan penyusunan

rencana tindak lanjut.

E. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yang disepakati mencakup tiga kategori yaitu rencana

tindak lanjut untuk puskesmas, untuk kader kesehatan bersama warga, dan

rencana tindak lanjut untuk pihak Balai Desa Sumberejo. Rencana tindak

lanjut untuk Puskesmas Mranggen I meliputi pemantauan pelaksanaan

Posbindu setiap 1 bulan sekali. Rencana tindak lanjut untuk kader kesehatan

dan warga meliputi kerja bakti secara rutin di masing-masing RT seminggu

sekali, penyuluhan tentang hipertensi, ISPA, DHF, danTB Paru. Rencana

tindak lanjut untuk pihak Balai Desa Sumberejo adalah kepala desa

menganggarkan dana khusus untuk kegiatan posbindu dan para kader


Pokjakes. Kunjungan, motivasi serta dukungan (baik material maupun non

materiil) dari kepala desa sangat diharapkan untuk meningkatkan keaktifan

kader Pokjakes.

Sedangkan untuk mengetahui perkembangan dari hasil tindak lanjut yang

telah disusun masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk dievaluasi,

sehingga perlu untuk didelegasiakan pada pihak-pihak yang terkait seperti

Puskesmas, pemerintah desa, pengurus RT, dan masyarakat sendiri untuk

mengevaluasinya.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Praktik keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa

Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang Kelompok IV, merupakan suatu

program profesi untuk mengaplikasikan konsep-konsep perawatan kesehatan

masyarakat dengan menggunakan proses keperawatan masyarakat sebagai

suatu pendekatan ilmiah.

Mahasiswa program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang tahun 2014-2015 telah melaksanakan

praktik keperawatan komunitas di wilayah RW 04 Desa Sumberejo,

Kecamatan Mranggen, Demak. Strategi yang digunakan oleh mahasiswa

selama praktik salah satunya adalah untuk meningkatkan peran serta

masyarakat untuk aktif terlibat dalam upaya kesehatan dilingkungannya

sendiri melalui Kelompok Kerja Kesehatan masyarakat di wilayah RW 04

Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Demak. Dasar dari keterlibatan

masyarakat ini dengan alasan bahwa kesehatan bukan hanya merupakan

tanggung jawab petugas kesehatan saja, melainkan masyarakat juga memiliki

hak dan potensi untuk mengenal dan mengatasi masalah kesehatan.


Upaya melibatkan peran serta masyarakat dilakukan dengan membina

kerjasama dengan masyarakat melalui pengaktifan peran kader, melakukan

identifikasi masalah kesehatan, membuat alat pengumpul data untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah kesehatan dan prioritas

yang ada di masyarakat.Masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah RW

04 Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Demak. Berdasarkan prioritas

adalah Resiko terjadi penyakit DHF di RW 04 berhubungan dengan perilaku

masyarakat dalam pencegahan DHF, Resiko peningkatan ISPA di RW 04

berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga

lingkungan, Tingginya keluhan perubahan kesehatan pada lanjut usia di RW

04 berhubungan dengan perilaku tidak sehat lansia, Tingginya kasus TB paru

di RW 04 berhubungan dengan perilaku penderita TB yang tidak sehat.

Berdasarkan teori keperawatan kesehatan komunitas yang menyebutkan

bahwa untuk melatih kemandirian masyarakat dapat dilakukan dengan

mengembangkan potensi yang ada di masyarakat tersebut, sehingga

pendekatan locality development dapat terselenggara dengan baik. Maka apa

yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Desa Sumberejo dengan segala

potensinya telah mampu melaksanakan kegiatan pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dengan di fasilitasi oleh mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Diharapkan setelah proses desiminasi ilmu pengetahuan dari mahasiswa


berakhir, masyarakat RW 04 Desa Sumberejo dapat melaksanakan tugas-

tugas untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.

B. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :

1. Kader Kesehatan

Kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan baik seperti posyandu balita,

sedangkan Posbindu lansia hendaknya dapat dapat dilaksanakan secara

bertahap dan ditingkatkan. Posbindu lansia dengan menggunakan sistem 5

tahap, kegiatan tersebut hendaknya dilaksanakan secara rutin dengan

koordinasi dari pihak Puskesmas.

2. Masyarakat

a. Peran serta dari kader, masyarakat, tokoh masyarakat, dan pengurus

RT-RW perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan di bidang

kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal

mungkin. Antara lain para lansia aktif mengikuti posbindu lansia,

warga aktif mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan dan

masyarakat aktif menjaga kebersihan dan kesehatan rumah.

b. Pertemuan rutin kader kesehatan dilakukan dilakukan di wilayah RW

04 Desa Sumberejo yaitu guna memantau kesehatan masyarakat

dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan diperkumpulan RT dan

RW setiap 35 hari dan setiap ada pengajian.


3. Pemerintah Desa

Perlunya penambahan kader kesehatan di desa untuk mengkoordinasi

kegiatan kesehatan desa, terutama dalam kegiatan posyandu lansia/

posbindu di tingkat RW.

4. Puskesmas

Diharapkan ada bantuan dana dan prasarana serta supervisi dari pihak

puskesmas dan Balai Desa yang berkesinambungan untuk memantau

kegiatan kesehatan yang dilakukan oleh warga RW 04 desa Sumberejo.

Anda mungkin juga menyukai