2.1 Pengertian
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan
Nursing, 1997). Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari
luar yang terjadi pada semua system pengindraan dan hanya dirasakan oleh klien
tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak
Yosep, 2009).
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu
tanpa ada objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk
ini bisa berupa suara-suara ribut dan mendengung.Tetapi paling sering berupa
kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku
telinga pada sumber suara, berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit dan ada gerakan tangan (Trimeilia,
2011).
2.3 Etilologi
2.3.1 Faktor predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
2. Faktor Biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta
termasuk halusinasi.
3. Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
(2011), data subyektif dan obyektif klien halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Respon verbal lamban atau diam
5. Diam yang dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
6. Terlihat bicara sendiri
7. Menggerakkan bola mata dengan cepat
8. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
9. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain
10. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
11. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
12. Perubahan prilaku dan pola komunikasi
13. Gelisah, ketakutan, ansietas
14. Peka rangsang
15. melaporkan adanya halusinasi
Ketidakberdayaan
Adaptif Maladaptif
sebagai berikut:
1. Tahap I (sleep Disorder)
Fase awal individu sebelum muncul halusinasi.
Karakteristiknya:
Individu merasa banyak masalah, ingin menghindar dari orang lingkungan,
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
Masalah makin terasa sulit, karena berbagai stressor terakumulasi (missal:
putus cinta, dikhianati kekasih, di PHK, bercerai, masalah kuliah dan lain-
lain).
Perilaku yang muncul adalah menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,
respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang
mengasyikkan.
Mulai berusaha untuk menjaga jarak antara dirinya dan objek sumber yang
dipersepsikan individu.
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain dan menjadimenarik diri.
Klien berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau bisa
juga beberapa jam atau beberapa hari atau selamanya/ kronis (terjadi
gangguan psikotik berat).
sebagai berikut:
2.8.1 Pengkajian
1. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
2) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
strees.
4) Faktor perkembangan
Rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
yang terganggu
5) Faktor sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa
perilaku individu.
1. Kesehatan seperti, gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat
pekerjaan.
3. Perilaku, seperti konsep diri rendah, keputusan, kehilangan
1) Fungsi kognitif
3) Fungsi Motorik
(1) Agitasi adalah gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan.
(2) Tik adalah gerakan gerakan kecil pada otot muka yang tidak
terkontrol.
(3) Grimasen adalah gerakan otot muka yang berubah-ubah yang
lain.
(2) Isolasi sosial: terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan
2) Halusinasi pendengaran
3) Isolasi sosial
5) Ketidakberdayaan
6) Penurunan motivasi
16
halusinasinya halusinasinya halusinasinya serta bisa
4. Terima halusinasi sebagai hal yang
mengatasi halusinasinya.
nyata bagi klien dan tidak nyata bagi
perawat
5. Identifikasi bersama klien tentang
waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi dan frekuensi timbulnya
halusinasi
6. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan ketika halusinasi muncul
7. Diskusi dengan klien mengenai
perasaannya saat terjadi halusinasi
8. Berikan reinforcement positif atau
pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaannya.
TUK III: Setelah berinteraksi dengan klien: 1. Identifikasi bersama klien tindakan Dengan mengidentifikasi,
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan
yang biasa dilakukan jika halusinasi merencanakan kegiatan,
mengontrol tindakan yang biasanya
muncul diskusi cara mencegah
halusinasinya dilakukan untuk 2. Beri pujian dan penguatan terhadap
halusinasi, mendorong
mengendalikan halusinasinya tindakan yang positif
klien memilih cara untuk
2. Klien dapat menyebutkan cara 3. Bersama klien merencanakan kegiatan
menghadapai halusinasi
baru untuk mengontrol untuk mencegah terjadinya halusinasi
17
halusinasinya 4. Diskusi cara mencegah timbulnya serta memberikan pujian
3. Klien dapat memilih cara
halusinasi dan mengontrol halusinasi terhadap tindakan yang
mengatasi halusinasinya 5. Dorong klien untuk memilih cara yang
positif maka klien dapat
4. Klien dapat memilih cara
digunakan dalam menghadapi
mengontrol
mengendalikan halusinasinya
halusinasi
halusinasinya.
6. Beri pujian dan penguatan terhadap
pilihan yang benar
7. Diskusi bersama klien hasi upaya yang
telah dilakukan
TUK IV: Setelah berinteraksi dengan 1. Bina hubungan saling percaya dengan Dengan membina
Klien mendapat
keluarga klien: keluarga (ucapkan salam, perkenalkan hubungan saling percaya
dukungan keluarga 1. Keluarga dapat saling percaya
diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dengan keluarga dan
atau memanfaatkan dengan perawat
dan eksplorasi perasaan) diskusi dengan anggota
2. Keluarga dapat menjelaskan
sistem pendukung 2. Diskusi dengan anggota keluarga
keluarga tentang
perasaannya
untuk mengendalikan tentang:
3. Keluarga dapat menjelaskan halusinasi serta
1) Perilaku halusinasi
halusinasinya
cara merawat klien halusinasi 2) Akibat yang akan terjadi jika memberikan pujian
4. Klien dapat
perilaku halusinasi tidak positif kepada keluarga
mendemonstrasikan cara
ditanggapi maka keluarga bisa
perawatan klien halusinasi di 3) Cara keluarga menghadapi klien
mengendalikan
rumah halusinasi
halusinasi yang ada pada
5. Keluarga klien dapat 4) Cara keluarga merawat kien
anggota keluarganya.
berpartisipasi dalam halusinasi
18
perawatan klien halusinasi 5) Dorong anggota keluarga untuk
memberika dukungan kepada klien
untuk mengontrol halusinasinya
3. Anjurkan anggota keluarga secara rutin
dan bergantian menjenguk klien,
minimal satu minggu sekali
4. Berikan reinforcement positif atau
pujian terhadap hal-hal yang telah
dicapai keluarga
TUK V: Setelah berinterkasi dengan klien: 1. Diskusikan dengan klien tentang dosis, Memahami prinsip-
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan
frekuensi serta manfaat minum obat prinsip tentang obat serta
memanfaatkan obat manfaat, dosis, dan efek 2. Anjurkan klien minta sendiri obat
bisa memanfaatkan obat
dengan baik samping obat perawat dan merasakan manfaatnya
dengan baik, halusinasi
2. Klien dapat 3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter
pada klien akan bisa
mendemonstrasikan tentang manfaat dan efek samping obat
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat terkontrol.
penggunaan obat dengan
tanpa konsultasi dengan dokter
benar
5. Bantu klien menggunakan obat dengan
3. Klien mendapatkan informasi
prinsip lima benar
tentang efek samping obat dan
6. Berikan reinforcement positif atau
akibat berhenti minum obat
pujian
4. Klien dapat menyebutkan
prinsip lima benar
19
penggunaan obat
2.11 Implementasi
Tabel 2.3
No Implementasi Tindakan
1 Bina hubungan saling percaya. 1. Mengucapkan salam terapeutik setiap kali berinteraksi dengan klien.
Dalam membina hubungan saling 2. Berjabat tangan.
3. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang disukai, tanyakan nama dan
percaya perlu dipertimbangkan
nama panggilan klien.
agar pasien merasa aman dan
4. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
nyaman saat berinteraksi dengan 5. Membuat kontrak: apa yang akan dilakukan bersama klien, berapa lama klien akan dikerjakan dan
perawat. tempatnya dimana.
6. Menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
7. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan.
20
halusinasi yang muncul, sehingga halusinasi tersebut terputus. Klien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
klien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemapuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada
dalam halusinasinya
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan tujuan menghardik halusinasi
2) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
3) Memperagakan cara halusinasi
4) Meminta klien memperagakan ulang
5) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku klien
Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika klien
bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian klien akan beralih dari
halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut, sehingga halusinai yang muncul
akan terputus dan dicegah untuk tidak muncul lagi. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan tujuan menemui orang lain dan bercakap-cakap.
2) Menjelaskan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap.
3) Memperagakan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap.
4) Meminta klien memperagakan ulang.
5) Memantau penerapan cara ini, menguatkan prilaku klien.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
21
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas
yang teratur, karena dengan aktivitas yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi. Dengan
beraktivitas secar terjadwal, klien tidak akan mempunyai banyak waktu luang sendiri yang sering
kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalami halusiansi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan caraberaktivitas secar teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,
tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien.
3) Melatih klien melakukan akltivitas.
4) Menyusun jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang dilatih. Upayakan klien
mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap prilaku klien yang
positif.
4. Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi, klien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara
teratur sesuai program.Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mecapai
kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu klien perlu dilatih menggunakan obat sesuai
program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat:
1) Menjelaskan guna obat.
2) Menjelaskan akibat bila putus obat.
3) Menjelaskan cara mendapatkan obat.
22
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar klien, benar
cara, benar waktu, benar dosis).
23
Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perawat perlu
membuat strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarganya seperti berikut:
1) Tindakan Keperawatan pada Klien
(1) SP I
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
b. Mengidentifikasi isi halusiansi klien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
(2) SP II
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
(3) SP III
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
terjadinya halusinasi.
c. Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi.
(2) SP II
a. Melatih keluarga memperaktikkan cara merawat klien dengan halusinasi.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien
halusinasi.
(3) SP III
24
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
2.12 Evaluasi
25